Anda di halaman 1dari 11

Kebijakan Dan Strategi Keamanan Maritim

Prima Tegar Anugrah – 120170302012

Dosen Pengajar : Laksamana TNI (Purn.) Prof. Dr. Marsetio M. M.

Implikasi UU No. 3 Tahun 2002 Pasal 3 Ayat 2 Dengan Implementasi Strategi


Maritim Indonesia :
Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara, Pasal
3 Ayat 2 berbunyi “Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi
geografis Indonesia sebagai negara kepulauan” sehingga implementasi strategi
maritim Indonesia harus berpijak berdasarkan peraturan perundang – undangan
tersebut. Strategi maritim hendaknya disusun berdasarkan faktor – faktor seperti
determinan, tujuan, tinjauan singkat dengan negara – negara yang berbatasan
langsung dengan Indonesia sebagai negara kepulauan, maritime domain
awareness, dan penggunaan kekuatan. Sedangkan kekuatan maritim itu
merupakan segala upaya dalam pengelolaan laut untuk kepentingan nasional baik
di masa perang maupun damai. Lingkungan politik, ekonomi, dan teknologi
memiliki hubungan secara langsung pada strategi maritim suatu bangsa. Strategi
maritim menggunakan laut untuk mendayagunakan posisi geografi dari negara
pantai dan menolak untuk memberikan keuntungan bagi musuh.
Sea Power adalah hal – hal dasar menuju kebesaran bangsa. Sea
Power secara umum dijelaskan termasuk di dalamnya semua aspek kekuatan, dan
perikanan. Sea Power ini mengangkat pentingnya aspek laut dan kekuatan maritim
bagi kesejahteraan bangsa. Kepentingan tersebut bisa terwujud bila memiliki

1
elemen – elemen yang dibutuhkan untuk membangun negara maritim. Umumnya
pembahasan itu dapat dibagi ke dalam dua aspek yaitu, strategis dan operasional.
Elemen dalam aspek strategis mencakup karakter geografi, dekat dengan
laut, memiliki pantai yang relatif cukup panjang, karakter bangsa yang
menganggap laut sebagai aset penting untuk meningkatkan kesejahteraan
nasional, ada sumber daya alam yang mendukung kekuatan maritim, dan karakter
pemerintah yang memiliki mindset berorientasi ke domain maritim. Sedangkan
aspek operasional, lazimnya terdiri dari tiga elemen besar, yaitu, kekuatan
pengamanan atau dalam istilah teknis fighting instrument untuk melindungi aset
dan kepentingan, armada niaga, dan yang terakhir berhubungan dengan industri
dan jasa yang mampu mendukung kedua elemen operasional meliputi berbagai
kegiatan yang terkait dengan laut. Oleh karena itu harus dibangun armada laut
yang kuat untuk mempertahankan Indonesia yang secara geografis berbentuk
negara kepulauan.
Tujuan dari Strategi maritim adalah (i) it’s a design for relating ends to
means, (ii) it is a significant tool in maritime planning because it provides the
rationale for the application of maritime power flexibility over a range of
contingencies and areas, dan (iii) preparation for conflict is critical for ensuring that
deterrence is effective. Ends dari strategi maritim adalah penangkalan, baik
konvensional maupun strategis. untuk menciptakan penangkalan itu, means – nya
adalah a three – dimensional, versatile, manned by our skilled human resources.
Posisi geografis dan geopolitis Indonesia yang sangat strategis
membentang dari timur Samudera Hindia hingga barat Samudera Pasifik, dengan
luas wilayah perairan dan yurisdiksi laut mencapai 5,8juta km 2 atau merupakan
70% dari total wilayah Indonesia, yang terdiri dari 3,1 juta km 2 perairan pedalaman,
perairan kepulauan, laut teritorial dan 2,7 km 2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI), serta berbatasan maritim dengan 10 (sepuluh) negara tetangga
Hal tersebut menjadikan posisi Indonesia sebagai persinggungan berbagai
kepentingan pihak/negara Iain, sehingga kemampuan pertahanan laut yang kuat

2
menjadi sebuah kebutuhan untuk menegakkan kedaulatan nasional dari berbagai
ancaman yang muncul.
Berbagai kepentingan yang akan saling bertemu di wilayah laut Indonesia,
mengharuskan adanya kekuatan pertahanan laut yang kuat dan efektif dalam
menjaga kedaulatan bangsa. Sengketa perbatasan laut dan adanya kapal – kapal
asing yang berlayar tanpa memerlukan izin melalui wilayah kedaulatan RI
merupakan beberapa tantangan yang harus selalu diperhitungkan. Kemampuan
TNI sebagai penjaga kedaulatan perlu didukung dengan alutsista yang memadai
sejalan dengan luasnya cakupan wilayah operasi. Pemenuhan minimum essential
force merupakan program pemerintah untuk modernisasi militer Indonesia sebagai
suatu kebutuhan yang penting menuju sistem pertahanan dan keamanan laut yang
kuat dengan postur yang proporsional sesuai dengan luas wilayah dan ancaman
yang dihadapi.
Strategi maritim sangat erat hubungannya dengan keamanan maritim.
Keamanan maritim adalah keamanan yang lebih kombinatif preventif dan responsif
yang terukur untuk melindungi seluruh elemen domain maritim terhadap
pengancamnya dari setiap tindakan yang tidak didasari dengan regulasi yang sah,
atau bisa juga didefinisikan sebagai kegiatan internasional, interagensi,
interoperability, baik oleh sipil maupun militer untuk memitigasi risiko serta
melawan kegiatan ilegal dan ancaman dalam ruang domain maritim. Masalah
keamanan maritim yang akan dihadapi ke depan masih akan berkisar pada  sea
robbery and piracy, illegal fishing, transnational threat, illicit trafficking in weapon of
mass destruction and related materials, pelanggaran wilayah, lalu lintas di laut
yang terkait dengan gerakan separatis dan sangat mungkin ancaman maritime
terrorism. Diperkirakan pula bahwa ancaman tersebut akan semakin meningkat
yang diukur dari intensitas, penggunaan teknologi maju, dan pengembangan
modus operandi.
Dengan karakter ancaman di laut yang kompleks dan dinamis, keamanan
maritim memerlukan kontribusi semua komponen khususnya institusi penegak
hukum. Ego sektoral harus dapat diminimalkan atau dihilangkan karena akan

3
menghambat upaya kerja sama mewujudkan keamanan maritim, ini harus segera
diwujudkan agar Indonesia bisa berperan lebih banyak untuk menjaga stabilitas
kawasan, khususnya di bidang keamanan maritim. Keamanan Maritim
mengandung lima esensi yaitu :
- Kepentingan nasional (aspek kedaulatan & hukum) di laut
- Penggunaan laut secara aman dan damai
- Penegakan hukum yang tidak hanya dibatasi oleh batasan teritorial fisik
- Peran aktif Indonesia dalam menjaga keamanan regional
- Perlunya kerja sama komponen bangsa
Pendekatan keamanan maritim mempunyai 3 elemen dasar, yaitu :
Elemen pertama adalah kesadaran akan ancaman dan kerawanan (awareness of
threats and vulnerabilities). Elemen ini berfungsi untuk :
 Membangun kesadaran publik
 Membangun pendidikan
 Membangun kemitraan strategik
Elemen kedua adalah pencegahan dan perlindungan dari ancaman (prevention
and Protection krom threats). Elemen ini berfungsi untuk :
 Memformulasikan kebijakan maritim nasional
 Mengimplementasikan rezim keamanan maritim (UNCLOS)
 Meningkatkan kehadiran operasional dan “deferensi” (fleet in being)
Elemen ketiga adalah respons terhadap serangan potensial (response to potential
attack). Elemen ini berfungsi untuk :
 Membangun postur pertahanan – Alutsista
 Mengintegrasikan jaringan sistem komunikasi
 Meningkatkan kemampuan respons terhadap ancaman bencana
Elemen – elemen keamanan maritim lainnya adalah :
 Memperbesar kesadaran situasi
 Arsitektur pengambilan keputusan yang efektif
 Kemampuan untuk pemberian sinyal dan pencegatan

4
 Adanya otoritas yang sesuai
 Koordinasi antar agensi / antar kementrian yang efektif
Aspek – aspek yang mendukung pembangunan maritim antara lain : Aspek
Kehidupan sosial dan budaya, Aspek Ekonomi, Aspek pertahanan dan keamanan,
dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk mengoptimalkan aspek ekonomi dari
sumber daya maritim, armada nasional harus mampu mengangkut 100 persen.
Peranan armada nasional dalam angkatan laut internasional, baik ekspor maupun
impor harus lebih dominan. Pelabuhan nasional harus tertata secara konseptual
tentang pelabuhan utama ekspor – impor dan pengumpan. Selain itu, keamanan
dan efisiensi pelabuhan sudah tidak diragukan lagi, terutama bila dihadapkan pada
pemenuhan persyaratan International Ship and Port Safety (ISPS) Code. Tentunya
untuk mengoptimalkan aspek ini harus didukung oleh SDM yang berkualitas,
teknologi yang memadai, serta pengembangan dengan memanfaatkan data – data
dari survei, penelitian dan sumber daya lainnya.

Pengendalian Laut Menurut Mazhab Corbett :


Jaminan keamanan laut melalui penguasaan laut oleh kekuatan maritim
merupakan syarat bagi tercapainya suatu tingkat penguasaan terhadap lawan
serta pengendalian keadaan konflik. Julian S. Corbett dalam teorinya menyatakan
bahwa strategi AL tidak hanya mengenai peperangan, akan tetapi terdapat juga
pengembangan taktik, logistik, komando, dan kendali pemerintah, komunikasi,
kapal, senjata, dan aspek AL lainnya beserta teknologi. Menurut Corbett, fungsi
dari AL dalam mencapai command of the sea, di antaranya :
1. Mempersiapkan armada tempur sebagai perlawanan command of the sea
pada tingkatan perlawanan aktif dan pasif.
2. Perlawanan melawan invasi saat damai maupun perang.
3. Mengamankan jalur maritim untuk perdagangan.
4. Memblokade pantai atau pelabuhan lawan.

5
5. Mensinergikan gelar operasi dalam keadaan ofensif maupun defensif. Armada
harus selalu siap untuk menyerang wilayah lawan sewaktu – waktu dengan
bekerja sama dengan kekuatan inti termasuk di darat dan udara.
6. Menyediakan strategi pengeboman ke wilayah lawan yang dianggap vital.
Pelaksanaan pertahanan laut suatu negara dalam situasi lingkungan eksternal
yang makin meluas tingkat ancamannya di perairan tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi harus mendapat dukungan seluruh komponen masyarakat, pemerintah,
serta prajurit profesional. Dalam isu ini, TNI AL di harapkan dapat melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap tantangan di masa depan, di mana dijelaskan bahwa
TNI AL memiliki tugas pada matra laut.
Corbett memiliki pandangan yang cukup berbeda dengan Mahan. Corbett
dapat disebut sebagai ahli teori angkatan laut blue – water yang merumuskan
strategi kekuatan maritim dalam perang dengan dukungan superioritas kekuatan
daratan sehingga strategi maritim dapat juga melakukan perang di daratan.
Corbett membagi dua jenis strategi maritim, yaitu strategi mayor (major
strategy/Grand strategy) dan strategi minor (minor strategy). Strategi mayor
berkaitan dengan tujuan dari perang termasuk di dalamnya aspek hubungan
internasional dan fungsi ekonomi, sedangkan strategi minor berkenaan dengan
bagaimana melakukan perang/pertempuran baik mencakup perencanaan
kekuatan angkatan darat, laut, atau operasi gabungan. Bagi dirinya, perhatian
utama dari strategi maritim adalah perencanaan perang yang melibatkan
hubungan mutualisme antara angkatan laut dan darat. Dengan demikian, strategi
angkatan laut berkonsentrasi bagaimana membuat pergerakan dari kapal – kapal
perang sedangkan strategi maritim mengenai bagaimana kapal – kapal perang
memainkan perannya bersama kekuatan angkatan darat.
Selanjutnya Corbett menaruh perhatian besarnya pada komunikasi maritim
sehingga tercipta rantai komunikasi yang baik antara operasi di lapangan dengan
pengambilan keputusan. Disebutkan bahwa peperangan lautan (naval warfare)
pada dasarnya adalah berkaitan dengan pengendalian komunikasi (control of
communications) di mana sangat berbeda dengan peperangan daratan (And

6
warfare) yang bertujuan melakukan penaklukan wilayah. Untuk mencapai
penguasaan laut (command of the sea), Corbett menggunakan dua pendekatan
baik menyerang (offensive) maupun bertahan (defensive) terutama perlu dilakukan
pertahanan terhadap invasi lawan, menyerang dan mempertahankan perdagangan
maritim, dan mendukung ekspedisi militer.
Berbeda dengan Mahan, Corbett menjelaskan dua metode utama dalam
pengendalian laut adalah melalui ketepatan pengambilan keputusan dan blokade.
Peperangan yang menentukan seperti anjuran Mahan tidak menjadi hal yang
utama bagi Corbett. Penggunaan metode pertempuran menentukan dan
pemusatan kekuatan menjadi bertolak belakang dengan pendekatan pusat
aktivitas (Center activity) yang dinyatakan dalam bagian Ruang dan Wilayah
Pengendalian. Pendekatan pusat aktivitas pada masa perang berarti ruang dan
pengendalian pertahanan laut digelar sesuai dengan datangnya arah ancaman
sehingga pusat aktivitas akan selalu bergeser mengikuti gerakan musuh.
Pendekatan pusat aktivitas tersebut bercorak pemikiran Corbett yang tidak
menekankan kepada pemusatan kekuatan tetapi pada ketepatan pengambilan
keputusan dari wilayah terjadinya pertempuran. Oleh karena, menemukan
kekuatan angkatan laut lawan yang terpusat untuk dilakukannya pertempuran yang
menentukan tidak selalu dapat ditemukan dengan mudah.

Implementasi Strategi Pertahanan Laut Negara Di Masa Perang :


Strategi Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersifat
defensif aktif yang mengandung pengertian bahwa pertahanan negara tidak
ditujukan untuk melancarkan agresi terhadap negara lain, namun secara aktif
menangkal, mencegah dan mengatasi segala bentuk ancaman yang ditujukan
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Strategi
pertahanan negara disusun untuk menghadapi segala ancaman terhadap
pertahanan negara baik yang bersifat militer maupun non militer sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 3 Ayat 2 Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara, “salah satu prinsip dasar penyusunan pertahanan

7
negara adalah memperhatikan kondisi geografi Indonesia sebagai negara
kepulauan”.
Sebagai negara kepulauan, dengan masyarakatnya yang sangat beragam
dan keberadaannya di posisi silang antara dua benua dan dua samudra, serta
kekayaan sumber daya alamnya merupakan faktor – faktor yang sangat
mempengaruhi dinamika berbagai aspek kehidupan NKRI. Di antara aspek penting
yang dipengaruhi kondisi geografi Indonesia termasuk aspek politik, ekonomi, dan
sosial budaya, yang dapat dijelaskan dengan pandangan geopolitik, geo –
ekonomi dan geososial budaya, serta secara keseluruhan menjelaskan geostrategi
pertahanan negara Indonesia. Dengan demikian strategi pertahanan negara
berkenaan dengan geopolitik, geo – ekonomi, dan geososial budaya diarahkan
kepada upaya menjaga kedaulatan politik, ekonomi dan sosial budaya NKRI
dengan memanfaatkan sebesar – besarnya kondisi geografi Indonesia.
Di bidang maritim, strategi pertahanan yang diterapkan adalah Strategi
Pertahanan Laut Nusantara (SPLN) yang pada hakekatnya merupakan strategi
pertahanan negara yang dilaksanakan di laut. Penyelenggaraan SPLN
dilaksanakan melalui kampanye militer melalui operasi gabungan yang saling
terkait, operasi matra dan operasi bantuan dengan dukungan kekuatan nasional.
SPLN ditata berdasarkan konsep strategi pertahanan nusantara dengan mengacu
kepada perkembangan lingkungan strategi dan kemampuan sumber daya nasional
yang tersedia, diselenggarakan untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi
baik di masa damai maupun di masa perang dengan mengerahkan kekuatan
nasional.
Untuk mewujudkan sasaran tersebut dirumuskan strategi pertahanan laut
nusantara, yang meliputi : 1) Strategi Penangkalan, diarahkan untuk mencegah
niat dari pihak-pihak yang akan mengganggu kedaulatan negara dan keutuhan
wilayah NKRI, serta yang akan merugikan kepentingan nasional melalui diplomasi
Angkatan Laut, kehadiran di laut terutama di kawasan – kawasan perbatasan yang
berpotensi menjadi sumber konflik di masa mendatang, serta membangun
kemampuan dan kekuatan TNI AL. 2) Strategi Pertahanan Berlapis, diarahkan

8
untuk meniadakan dan menghancurkan ancaman dari luar melalui gelar kekuatan
gabungan laut dan udara di medan pertahanan penyanggah (lapis 1), medan
pertahanan utama (lapis 2) dan daerah perlawanan (lapis 3), dengan melibatkan
kekuatan TNI AL bersama-sama seluruh komponen maritim dan didukung oleh
kekuatan TNI AU. Strategi pertahanan berlapis diterapkan pada masa perang
dalam bentuk operasi tempur laut yang mempunyai sifat pertahanan ke depan
dengan tetap memperhatikan konsep pergeseran medan juang. 3) Strategi
Pengendalian Laut, diarahkan untuk menjamin penggunaan laut bagi kekuatan
sendiri dan mencegah penggunaan laut oleh lawan, memutus garis perhubungan
laut lawan serta mencegah meniadakan berbagai ancaman aspek laut dari dalam
negeri melalui gelar kekuatan dalam bentuk operasi laut sehari – hari dan operasi
siaga tempur laut dengan didukung oleh kekuatan TNI AU di perairan rawan
selektif.
Pertahanan nusantara bersifat dualistik komprehensif yaitu mawas ke luar
dan mawas ke dalam. Mawas ke luar, dimaksudkan bahwa pertahanan nusantara
menganut konsep pertahanan ke depan agar tidak memberi peluang bagi musuh
untuk memasuki wilayah yurisdiksi nasional. Sedangkan mawas ke dalam,
mengandung makna bahwa pertahanan nusantara mampu menanggulangi setiap
bentuk ancaman dari dalam negeri yang telah menyatu dengan ancaman dari luar
negeri.
Terdapat beberapa teori yang dipakai sebagai dasar penyusunan konsep
pertahanan negara di laut dengan penggunaan SPLN. Teori strategi perang yang
telah ada selama ratusan tahun, seperti teori seni perang Sun Tzu mengenai
musuh, logistik hingga strategic positions dan lain sebagainya, merupakan basis
yang digunakan dalam setiap doktrin perang maupun pertahanan negara di dunia.
Namun teori – teori mengenai ke angkatan lautan yang menjadi basis utama
penetapan doktrin perang laut TNI AL yaitu SPLN. Teori Alfred Thayer Mahan
seperti tercantum dalam bukunya The Influence of Sea Power Upon History (1890)
merupakan teori klasik yang digunakan dalam membentuk konsep pertahanan
negara di laut. Demikian pula teori dari Sir Julian Corbett mengenai fleet – in –

9
being, support diplomacy, dan command of the sea, turut mempengaruhi SPLN.
Sementara teori trinitas peran angkatan laut dari Ken Booth (military, constabulary,
diplomacy) turut memberikan sumbangsih pemikiran dalam penerapan strategi
penangkalan sebagai bagian dari fungsi penangkalan dalam konsep pertahanan
negara di laut.
Penggunaan kekuatan untuk pelaksanaan strategi ini adalah dengan
mengerahkan seluruh komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang
dimiliki oleh TNI AL dengan perbantuan kekuatan TNI AU. Penggunaan kekuatan
gabungan dalam operasi laut pada hakikatnya sesuai dengan teori Corbett (1911)
dalam bukunya “Some Principles of Maritime Strategy”, yang menyatakan bahwa
perang pada dasarnya tidak ditentukan oleh kekuatan laut. Perang dimenangkan di
darat. Oleh karenanya dalam strategi maritim perlu ditekankan pada penggunaan
kekuatan gabungan angkatan laut dan angkatan darat dalam kaitannya dengan
proyeksi kekuatan ke darat. Dengan memasukan TNI AU ke dalam pemikiran
Corbett di atas tetap terlihat bahwa teorinya masih berlaku pada masa sekarang.
Misalnya, operasi Kohanudnas dan operasi Malacca Strait Sea Patrol (MSSP) di
mana TNI AU merupakan bagian dalam patroli udara bernama Eyes in the Sky
(EiS).

Pembentukan Aliansi Dagang AS – Jepang – Australia Upaya Menandingi


BRI China :
Presiden AS Donald Trump meninggalkan Trans Pacific Partnership (TPP)
segera setelah dia menjabat dan dalam beberapa minggu terakhir telah
mengumumkan serangkaian kebijakan yang dapat membuktikan langkah pertama
mereka dalam mengupayakan perang dagang. Didorong oleh faktor yang sebagian
merupakan dampak dari ekspor material mentah ke China yang sedang booming,
Australia, secara unik di antara negara – negara maju, terlihat pertumbuhan
ekonomi yang tidak terganggu sejak 1991, seperempat abad yang termasuk
Australia datang relatif tanpa cedera melalui krisis keuangan internasional 1997 –
98 dan 2007 – 09.

10
Semenjak itu, China dan AS telah terlibat dalam cekcok ancaman kebijakan.
Harapannya adalah bahwa langkah tersebut hanya sekedar taktik yang didesain
oleh Trump untuk memaksa China berkompromi perihal akses pasar bagi
perusahaan AS. Dengan AS kemungkinan besar akan menodai citra demokrasi
elektoral dan perdagangan terbuka, China, yang pemerintah otoritariannya telah
membuktikan tidak memiliki hambatan atas pertumbuhan ekonomi, dapat
merepresentasikan dirinya sebagai polisi pasar bebas dunia.
Amerika Serikat akan membebaskan Uni Eropa dan negara sekutunya dari
tarif impor baja dan aluminium untuk sementara waktu demi mencegah terjadinya
perang dagang dengan negara – negara aliansi utamanya karena target utama
penetapan tarif oleh pemerintah Trump adalah China. Meski Trump sudah
berulang kali menuduh China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil,
namun UE justru terdampak lebih banyak dibandingkan dengan Beijing akibat
penerapan tarif impor baja dan aluminium yang di putuskan awal Maret lalu. Blok
tersebut akan dirugikan paling sedikit US$2,4 miliar, dibandingkan dengan China
yang hanya sebesar US$400 juta.

11

Anda mungkin juga menyukai