BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan merupakan titik awal dari sebuah proses pelaksanaan program. Perencanaan memiliki
peran penting dalam penentuan keberhasilan sebuah pelaksanaan program. Perencanaan, merupakan
bagian dari proses manajemen dimana didalam proses manajemen terdapat fungsi pelaksanaan,
pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan pengembangan”.
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah tak lepas dari konsep manajemen, dimana didalamnya
terdapat komponen perencanaan. Seperti ditekankan oleh Djudju Sudjana (2000:56) , Penyelenggaraan
manajemen PLS, :”…manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas enam fungsi yang berurutan. Ke
enam fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, penilaian dan
pengembangan”.
Perencanaan program pendidikan merupakan suatu proses dalam perumusan kebijaksanaan suatu
instrumen dan teknik dalam penentuan prioritas dan merupakan bagian integral dari perencanaan
pembangunan social ekonomi suatu bangsa, serta merupakan jembatan penghubung antara harapan
peserta didik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan sekaligus memberi arah terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian suatu kerja akan berantakan dan tidak terarah jika tidak ada
perencaan yang matang, perencaan yang matang dan disusun dengan baik akan memberi pengaruh
terhadap ketercapaian tujuan. Penjelasan ini makin menguatkan alasan akan posisi stragetis
perencanaan dalam sebuah lembaga dalam perencanaan merupakan proses yang dikerjakan oleh
seseorang manajer dalam usahanya untuk mengarahkan segala kegiatan untuk meraih tujuan.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka disini pemakalah akan membahas tentang aspek-aspek
pengelolaan program PLS serta perencanaan program PLS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah untuk
mengkaji perencanaan program pendidikan luar sekolah, antara lain:
1. Apakah aspek-aspek dalam pengelolaan program PLS?
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja karakteristik dari perencanaan program PLS
BAB II
PEMBAHASAN
Adalah aspirasi dan permintaan masyarakat terhadap pendidikan. Perencanaan program pendidikan
dilakukan berdasarkan sosial demand aproach dan pendekatan sistem dilakukan melalui kegiatan
berikut. Perumusan proyeksi jumlah kelompok usia peserta didik menurut jenjang pendidikan
didasarkan pada proyeksi jumlah penduduk secara keseluruhan proyeksi bersumber dari instansi yang
berwenang.
Perumusan kebijakan arus peserta didik biasanya ditentukan oleh kebijakan politik. Misalnya untuk
kurun waktu tertentu sebesar berapa persen anak usia tertentu harus mengikuti pendidikan. Di dalam
proses perumusan kebijakan arus peserta didik selain kebijaksanaan politik perlu dikembangkan
berbagai alternatif dengan memperhatikan faktor eksternal dan internal dalam pendidikan. Faktor
internal perlu dikaji antara lain jumlah satuan, peserta didik, tenaga kependidikan pada semua satuan,
jenjang dan jenis pendidikan, susunan program pengajaran, jumlah angka partisipasi murni dan
partisipasi kasar penduduk SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Faktor eksternal yaitu berkenaan
dengan pertumbuhan penduduk, letak geografis,, infrastruktur, dan trasnportasi kurang memadai, dan
kemampuna ekonomi orang tua dan masyarakat perlu diperhatikan.
2. Aspek Kualitatif
Merencanakan kualitas pendidikan berarti merencanakan kemampuan berfikir, mengubah sikap, dan
meningkatkan keterampilan peserta didik. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas apabila: Proses
belajar mengajar berjalan efektif, peserta didik mengalami proses pembelajaran bermakna ditunjang
oleh sumber daya pendidikan dan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Dalam proses pendidikan peserta didik menunjukkan tingkat kemampuan prestasi belajar, mengetahui
sesuatu dan dapat melakukan sesuatu secara fungsional serta hasil pendidikan sesuai dengan tuntutan
lingkungannya.
Relevansi pendidikan melekat inherent dengan perkembangan kemajuan dan aspirasi masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan di suatu tempat tertentu dalam kurun waktu tertentu. Aspek relevansi
menyusun rencana pendidikan yang dilakukan pada hari ini sebenarnya hasilnya diperuntukkan untuk
masa depan. Kaitan masa kini dan masa depan dalam perencanaan aspek relevansi merupakan pangkal
tolak perencanaan aspek relevansi. Karakteristik perencanaan aspek relevansi harus bersifat futuristik.
Konsep relevansi sebenarnya lebih mendasari konsep peningkatan peningkatan mutu pendidikan.
Aspek relevansi terkait dengan mutu pendidikan secara otomatis aspirasi yang masyarakat yang
berkembang berpangkal pendidikan dikatakan bermutu jika hasil lulusannya dapat diserap di lapangan
pekerjaan dikandung maksud bahwa Pendidikan yang baik dan bermutu yaitu pendidikan yang bisa
memenuhi kebutuhan tenaga kerja atau relevan dengan formasi lapangan pekerjaan yang berkembang
di masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu ada yang memakai istilah aspek relevansi terkandung
maksud pula sama dengan aspek kebutuhan kerja.
4. Aspek Efisiensi
Dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu efisiensi internal dan eksternal sistem pendidikan. Efisiensi
internal ditandai oleh tinggi rendahnya angka putus sekolah dan angka mengulang kelas. Efisiensi
eksternal merujuk kepada efektivitas manajemen sistem pendidikan secara keseluruhan yang
disebabkan oleh kelambanan dalam manajemen sistem pendidikan. Kelembanan ini disebabkan oleh
profesionalisme, mekanisme proses pengambilan keputusan dan sebagainya.
Untuk mengefesienkan dan mengefektifkan sistem pendidikan diperlukan rencana terpadu yang
mengaitkan masukan instrumental dan masukan lingkungan dalam proses perencanaan peningkatan
efesiensi manajemen sistem pendidikan guna menghasilkan lulusan bermutu dan relevan dengan
berbagai kebutuhan melalui pendayagunaan sumber daya pendidikan secra efisien.
1. Pengertian
Perencanaan, sebagaimana dikemukakan dalam Bagian Pertama, merupakan fungsi awal manajemen.
Manajemen itu sendiri, menurut Hersey dan Blanchard (1997) adalah kegiatan bersama dan melalui
orang lain, baik perorangan maupun kelompok, untuk mencapai tujuan organisasi (management as
working with and through individuals and groups to accomplish organizationa goals).
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan
pengetahuan dan teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi. Sejalan dengan
prinsip-prinsip tersebut Friedman (1978) mengemukakan bahwa : “Planning is a process by which a
scientific and technical knowledge is joined to organized action” (Perencanaan adalah process yang
menggabungkan pengetahuan dan teknik ilmiah ke dalam kegiatan yang terorganisasi).
Dalam buku “Teknik-teknik Dasar Pembangunan Masyarakat” dikemukakan bahwa “perencanaan adalah
suatu penetuan urutan tindakan, perkiraan biaya serta penggunaan waktu untuk suatu kegiatan yang
didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas yang wajar dengan efisien untuk tercapainya
tujuan” (Suherman dkk; 1988: 82).
Berdasarkan beberapa pengertian dan prinsip-prinsip yang dikemukakan diatas maka dapat dikemukaan
bahwa keputusan yang diambil menyangkut rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan di
masa yang akan datang. Rangkaian tindakan ini perlu dilakukan karena dua alasan, yaitu pertama, untuk
mewujudkan kemajuan atau keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan dan kedua, agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diharapkan, keadaan yang tidak berubah atau lebih rendah daripada keadaan pada
saat ini. (Sudjana, 41).
2. Fungsi
Perencanaan dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus
(objectives) suatu organisasi atau lembaga. Perencanaan pendidikan luar sekolah adalah :
Pertama, upaya yang berkaitan dengan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau dapat disediakan.
Sumber-sumber itu meliputi sumber manusiawi dan sumber non-manusiawi. Sumber manusiawi
mencakup antara lain pamong belajar, fasilitator, tutor, warga belajar, pimpinan lembaga, dan
masyarakat. Sumber non-manusiawi meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya,
lingkungan fisik, dan lain sebagainya.
Kedua, merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber yang terbatas
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan perencanaan
diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam penggunaan sumber-sumber
tersebut.
3. Karakteristik
a. Perencanaan merupakan model pengambilan keputusan secara rasional dalam memilih dan
menetapkan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
b. Perencanaan berorientasi pada perubahan dari keadaan masa sekarang kepada suatu keadaan
yang diinginkan dimasa datang sebagaimana dirumuskan dalam tujuan yang akan dicapai.
c. Perencanaan melibatkan orang-orang ke dalam suatu proses untuk menentukan dan menemukan
masa depan yang diinginkan.
d. Perencanaan memberi arah mengenai bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta siapa
pihak yang terlibat dalam tindakan itu.
e. Perencanaan melibatkan perkiraan tentang semua kegiatan yang akan dilalui. Perkiraan itu
meliputi kemungkinan-kemungkinan keberhasilan sumber-sumber yang digunakan, faktor-faktor
pendukung dan penghambat, serta kemungkinan resiko dari suatu tindakan yang akan dilakukan.
f. Perencanaan berhubungan dengan penentuan prioritas dan urutan tindakan yang akan dilakukan.
Prioritas ditetapkan berdasarkan urgensi atau kepentingannya, relevansi dengan tujuan yang akan
dicapai, sumber-sumber yang tersedia, dan hambatan yang mungkin ditemui.
g. Perencanaan sebagai titik awal untuk dan arahan terhadap kegiatan pengorganisasian,
penggerakan, pembinaan, penilaian, dan pengembangan.
Ketujuh karakeristik perencanaan di atas saling berhubungan dan saling menopang antara yang satu
dengan yang lainnya. Karakteristik tersebut perlu dijabarkan dalam rangkaian kegiatan pendidikan luar
sekolah yang akan diselenggarakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Tipe-tipe Perencanaan
a. Perencanaan Organisasi
1) Perencanaan strategis
Rencana strategis yaitu rencana yang dikembangkan untuk mencapai tujuan strategis. Tepatnya,
rencana strategis adalah rencana umum yang mendasari keputusan alokasi sumber daya, prioritas, dan
langkah-langkah tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
2) Perencanaan taktis
Adalah rencana ditujukan untuk mencapai tujuan taktis, dikembangkan untuk mengimplementasikan
bagian tertentu dari rencana strategis. Rencana strategis pada umumnya melibatkan manajemen tingkat
atas dan menengah dan jika dibandingkan dengan rencana strategis, memiliki jangka waktu yang lebih
singkat dan suatu fokus yang lebih spesifik dan nyata.
3) Perencanaan operasional
Adalah rencana yang menitikberatkan pada perencanaan rencana taktis untuk mencapai tujuan
operasional. Dikembangkan oleh manajer tingkat menengah dan tingkat bawah, rencana operasional
memiliki fokus jangka pendek dan lingkup yang relatif lebih sempit. Masing-masing rencana operasional
berkenaan dengan suatu rangkaian kecil aktivitas. Kami menjelaskan perencanaan dengan lebih
mendekati pada bagian selanjutnya.
b. Perencanaan Kontinjensi
Jenis perencanaan lain yang juga penting adalah perencanaan kontinjensi (contingency planning) yaitu
penentuan serangkaian tindakan alternatif jika suatu rencana tindakan secara tidak terduga terganggu
atau dianggap tidak sesuai lagi.
5. Tujuan Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan proses pembangunan dan atau
pelaksanaan suatu kegiatan, berkaitan dengan awal dimulainya proses pembangunan tersebut. Sehingga
bila telah dimulainya suatu proses pembangunan tidak mungkin tanpa adanya perencanaan terlebih
dahulu. Suatu organisasi dikatakan berhasil menyelesaikan proses pembangunan sebab memang telah
melakukan perencanaan terlebih dahulu, perencanaan yang baik akan menghasilkan output dan
outcome yang memuaskan sesuai dengan harapan. Mengingat pentingnya suatu perencanaan maka bila
suatu proses kegiatan sudah melakukan perencanaan terlebih dahulu bisa dianggap proses kegiatan
tersebut telah berhasil 50% kelancaran menuju hasil yang akan dicapai.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik makna perencanaan-perencanaan dalam kegiatan apapun
memiliki beberapa tujuan yang mendasari antara lain:
c. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya.
e. Meminimalkan kegatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga,dan waktu.
6. Manfaat Perencanaan
Tujuan dengan manfaat berbeda dalam mendeskripsikan kata tersebut, jika tujuan lebih
menitikberatkan pada arah yang hendak dicapai dari suatu proses kegiatan, sedangkan manfaat
dimaknai sebagai kegunaan dari suatu hasil yang telah didapat atau lebih menitik beratkan pada hasil
guna suatu produk dari proses kegiatannya. Suatu perencanaan akan bermanfaat sebagai;
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan.
7. Bentuk-bentuk Perencanaan
Seperti telah diuraikan bahwa perencanaan ditetapkan sekarang dan dilaksanakan serta digunakan
untuk waktu yang akan datang. Dengan mendasarkan diri kepada pengertian ini, maka perencanaan
memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut :
a. Tujuan (Objective), merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan
untuk sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Semua orang harus mengetahui tujuan
dalam organisasi yang hendak dicapainya, agar kegiatan-kegiatan yang dilakukannya tidak saling
bertentangan. Cara yang mereka tempuh dapat berbeda-beda sesuai dengan pembagian tugas masing-
masing orang.
b. Kebijaksanaan (Policy), adalah suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran
dalam mengambil keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan. Karena kebijaksanaan
ini biasanya tidak tertulis, maka sering kali sulit untuk dipahami oleh para bawahan.
c. Strategi, merupakan tindakan penyesuaian dari rencana yang telah dibuat. Perlu diadakan
penyesuaian ini disebabkan oleh adanya berbagai macam reaksi. Oleh karena itu dalam membuat
strategi haruslah memperhatikan beberapa faktor seperti ketepatan waktu, ketepatan tindakan yang
akan dilakukan dan lain sebagainya.
d. Prosedur, merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu mendatang. Jadi,
prosedur ini lebih menitik beratkan pada suatu tindakan. Adanya prosedur akan lebih memudahkan
pelaksanaan semua aktivitas dalam organisasi.
e. Aturan (Rule), adalah suatu tindakan yang spesifik yang merupakan bagian dari prosedur. Aturan-
aturan yang saling berkaitan dapat dikelompokkan menjadi satu golongan, disebut prosedur.
f. Program, merupakan campuran antara kebijaksanaan, prosedur, aturan dan pemberian tugas
yang disertai dengan suatu anggaran (budget), semuanya ini akan menciptakan adanya tindakan. Dalam
organisasi biasanya program dibuat dua macam, yakni program umum dan program khusus. Program
umum meliputi seluruh organisasi, sedangkan program khusus hanya mencakup kegiatan-kegiatan dari
masing-masing bagian yang ada dalam organisasi tersebut. (Yulia Agnes, 2014)
Langkah-langkah yang harus diambil untuk menyusun perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan
Dibuat tujuan secara umum kemudian baru di pecah-pecah menjadi beberapa tujuan untuk masing-
masing bagian.Tujuan menggambarkan tentang apa yang diharapkan dapat dicapai dan merupakan
suatu titik akhir tentang apa yang dikerjakan. Selain itu tujuan menggambarkan pula tentang apa yang
harus dicapai setelah dibuatnya pola kerja(network) dari pada kebijakan, strategi, prosedur, aturan,
anggaran dan program.
Menciptakan, mencari kesesuaian penggunaan dan menyebarkan anggapan perencanaan. Langkah ini
merupakan salah satu prinsip pokok dari perencanaan akan lebih tekoordinir apabila makin banyak
individu yang terlibat didalam perencanaan, dimana mereka berusaha untuk mengetahui dan
menggunakan anggapan secara acak. Anggapan yang dicari adalah anggapan yang diperkirakan dapat
memberikan pengaruh terhadap suatu rencana.
Ada cara-cara yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan dan ada pula ada yang sudah sesuai.Agar
tujuan tercapai sebaiknya dipilih cara-cara yang sesuai.
Dalam langkah keempat ini dilakukan usaha-usaha untuk mencari alternatif mana yang akan
memberikan hasil maksimal dengan pengeluaran tertentu.
e. Mengambil keputusan
Di buatnya suatu perencanaan membutuhkan dukungan dari perencanaan yang lain. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk membantu rencana awal apabila terdapat hambatan-hambatan yang
mempengaruhi rencana awal, sehingga rencana tersebut dapat berjalan dengan lancar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek-aspek Pengelolaan Program PLS terdiri dari aspek kuantitatif yaitu aspirasi dan permintaan
masyarakat terhadap pendidikan. aspek kualitatif, aspek relevansi/kebutuhan kerja, serta aspek efisiensi
yang dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu edfisiensi internal dan eksternal sistem pendidikan.
Perencanaan dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus
(objectives) suatu organisasi atau lembaga. Agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik maka
diperlukan langkah-langkah penyusunan perencanaan seperti menetapkan tujuan, menyusun anggapan-
anggapan (premising), menentukan berbagai alternative tindakan
B. Saran
Demikianlah makalah yang sederhana yang masih banyak kekurangan di sana sini. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA