Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini dengan waktu

yang telah ditentukan. Tulisan ini adalah hasil pencarian kelompok kami, makalah ini berisikan

tentang Kebijakan Pendidikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan

tugas seperti ini, tugas yang kami laksanakan dapat tercatat dengan rapi dan dapat kita pelajari

kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar kita terutama dalam mata

kuliah Pengelolaan Pendidikan.

Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada ibu Rini Hayati S.Pd, M.Pd

dosen mata kuliah Pengelolaan Pendidikan. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan

bimbingan lurus Yang Maha Kuasa. Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh

karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan

tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa

mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebijakan
B.
C.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan pendidikan adalah konsep yang sering kita dengar, kita ucapkan, kita lakukan,
tetapi seringkali tidak kita pahami sepenuhnya oleh karena itu, kita lihat terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan kebijakan pendidikan. Kedua kata itu mempunyai makna yang begitu luas dan
bermacam- macam, sehingga perlu ada kesepakatan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
kedua istilah tersebut.
Landasan utama yang mendasari suatu kebijakan adalah pertimbangan akal. Tentunya
suatu kebijakan bukan semata- mata merupakan hasil pertimbangan akal manusia. Namun
demikian, akal manusia merupakan unsur yang dominan di dalam mengambil keputusan dari
berbagai opsi dalam pengambilan keputusan kebijakan.
Suatu kebijaksanaan lebih menekankan kepada faktor- faktor emosional dan irasional.
Bukan berarti bahwa suatu kebijaksanaan tidak mengandung unsur- unsur rasional. Barangkali
faktor- faktor rasional tersebut belum tercapai pada saat itu atau merupakan intuisi.
Fungsi pendidikan nasional menurut Undang- Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasioanal adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
B. Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang diatas maka terdapat beberapa permasalahan yang timbul yaitu
sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan?


2. Apa saja ciri – ciri Policy Kebijakan?
3. Bagaimana Perspektif dalam Melakukan Proses Kebijakan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dalam
mata kuliah Kebijakan Publik, selain itu juga memberikan suatu informasi sehubungan dengan
Kebijakan Pendidikan, yaitu :
1. Untuk mengetahui arti dari Kebijakan Pendidikan
2. Untuk mengetahui cirri – ciri Policy Kebijakan
3. Untuk mengetahui Perspektif dalam Melakukan Proses Kebijakan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan

Secara estimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy, juga dapat
dijumpai dalam bahasa lain, seperti Inggris, Latin, Yunani, dan Sanskrit. Polis dalam
bahasa Yunani berarti Negara kota. Pur dalam bahasa Sanskrit berarti kota. Policie dalam
bahasa Inggris berarti mengurus masalah atau kepentingan umum, atau juga berarti
administrasi pemerintah.

Menurut Poerwadarminta (1984), kebijakan berasal dari kata bijak, yang artinya
pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Dengan demikian, kebijakan adalah
kepandaian atau kemahiran.

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar
rencan dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak oleh pemerintah,
organisasi, dan sebagainya sebagai pernyataan cita – cita, tujuan, prinsip, atau maksud
sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.

Perlu diingat bahwa para penyusun kebijakan (policy makers) senantiasa


memerlukan umpan balik (feedback) pengimplementasian kebijakan yang telah disusun.
Dapat pula dikatakan bahwa dalam kenyataan, sering terlihat gejala bahwa kebijakan
tidak mutlak harus mendahului keputusan – keputusan individual.
B. Ciri – cirri Policy Kebijakan

Ermaya E. Suradinata (1993:1993) menematkan ciri – ciri olicy adalah:

a. Mengandung hubungan dan tujuan organisasi atau tujuan lembaga yang


bersangkutan;

b. Dikomunikasikan dan dijelaskan kepada semua pihak yang bersangkutan;

c. Dinyatakan dengan bahasa yang mudah dipahami, sebaiknya tertulis;

d. Mengandung ketentuan tentang batas – batasnya dan ukuran bagi tindakan pada
kemudian hari;

e. Memungkinkan diadakan pembahasan jika diperlukan, meskipun secara relatif tetap


dan stabil;

f. Masuk akal dan daat dilaksanakan, memberi peluang untuk bertindak, dan penafsiran
oleh mereka yang bertanggung jawab dalam pelaaksaannya.

3. Perspektif dalam Melakukan Proses Kebijakan

1. Batasan Kebijakan Pendidikan

Beragam perspektif dala proses kebijakan, di antaranya rationalitas, technicians,


inrtrumentalis, dan reformist. Dalam hal ini tidak ada satu kelomok yang mendominasi
atas kelompok yang lainnya. Keemat jenis tersebut memainkan peran yang berbeda
dalam proses kebijakan, nilai yang dibangun, sumber tujuan, dan gaya menjalankannya
(Fattah,2013:24).

C. Konsep Kebijakan Pendidikan

Cater V. Good (Ali Imron, 1996: 8) mendefinisikan kebijakan pendidikan sebagai

berikut.

Suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberaa penilaian terhada
faktor – faktor yang bersifat situasional; pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar
untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat melembaga; pertimbangan tersebut
merupakan perencanaan umum yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil
keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga dapat tercapai (1996: 18)
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah – langkah strategi pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi pendidikan,
dalam rangka untuk mewujudkan tercaainya tujuan endidikan dalam suatu masyarakat
untuk kurun waktuk tertentu (H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 140)

2. Karakteristik Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan, menurut Ali Imron (1995:20) memiliki karakteristik


berikut.

a. Memiliki tujuan pendidikan; kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan


pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan kontribusi pada pendidikan.

b. Memiliki aspek legal-formal; kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat


konstitusional sesuai dengan hierarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah
hingga dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut.

c. Memiliki konsep operasional; kebijakan pendidikan sebagai panduan yang


bersifat umum harus mempunyai manfaat operasional agar dapat
diimplementasikan. Adapun konsep operasional dalam bidang pendidikan adalah
sebagai berikut.

1) Dibuat oleh yang berwenang

2) Dapat dievaluasi

3) Memiliki sistematika

3. Dasar dan Tujuan Kebijakan Pendidikan

a. Dasar Kebijakan Pendidikan

Dasar kebijakan pendidikan ditinjau dari segi sosiologi adalah selain


sebagai makhluk sosial, manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan proses
pendidikan tersebut harus sesuai dengan hakikat manusia yang bebas (H.A.R.
Tilaar dan Riant Nugroho, 200: 140).

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik


Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b. Tujuan Kebijakan Pendidikan


Untuk menentukan pilihan dalam merumuskan kebijakan dalam
pendidikan, perlu pemahaman tentang pandangan terhadap tujuan kebijakan,
yaitu: (1) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat ; (2) tujuan kebijakan
dilihat dari tingkatan politisi; (3) tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi.

1) Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan masyarakat

2) Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan politisi

3) Tujuan kebijakan berdasarkan tingkatan ekonomi

4. Unsur-unsur Pokok kebijakan Pendidikan

Kerangka analisis yang ditujukan pada proses kebijakan menurut Yoyon Bahtiar
(2009: 23), mengandung empat unsur yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

a. Unsur Masalah

b. Unsur Tujuan

c. Unsur Cara Kerja

d. Unsur Otoritas

5. Aspek – aspek yang Harus Dikaji dalam Analisis Kebijakan Pendidikan

Aspek yang harus dikaji dalam analisis kebijakan pendidikan adalah konteks
kebijakan. Hal ini dikarenakan kebijakan tidak muncul dalam kehampaan, tetapi
dikembangkan dalam konteks seperangkat nilai, tekanan, kendala, dan pengaturan
struktural tertentu. Kebijakan juga merupakan tanggapan terhadap masalah – masalah
tertentu, kebutuhan, serta asppirasi yang berkembang.

Aspek selanjutnya yang harus dikaji dalam analisis kebijakan pendidikan adalah
sebagai berikut.

a. Pelaku Kebijakan/Aktor Kebijakan

b. Imlementasi Kebijakan

Terlepas dari hal tersebut, tingkat keberhasilan proses ini akan dipengaruhi berbagai
unsur yang bersifat mendukung atau menghambat lingkungan, baik fisik, sosial maupun
budaya. Sebagaimana pernyataan Solichin, Abdul Wahab (1990), berhasil atau tidaknya
suatu kebijakan akan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain:
1. Kompleksitas kebijakan yang telah dirumuskan

2. Kejelasan rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

3. Sumber-sumber potensial yang mendukung

4. Keahlian pelaksanaan kebijakan

5. Dukungan dari khalayak sasaran

6. Efektifitas dan efisiensi birokrasi

Dengan demikian, keberhasilan atau kegagalan imlementasi kebijakan dapat


dievaluasi kemampuannya secara nyata dalam mengoperasikan program-program yang
telah dirancang sebelumnya. Sebaliknya, proses impplementasi kebijakan dievaluasi
dengan cara mengukur dan membandingkan antara hasil akhir program-rogram tersebut
dan tujuan-tujuan kebijakan.

6. Studi Tentang Kebijakan Pendidikan

a. Arah Pemaknaan Konsep Kebijakan Pendidikan

Duke dan Canady (1991) mengelaborasi konsep kebijakan pendidikan dengan


delapan arah pemaknaan kebijakan, yaitu:

1. Penegasan maksud dan tujuan

2. Sekumpulan keputusan lembaga yang digunakan untuk mengatur, mengendalikan,


mempromosikan, melayani, dan lain-lain pengaruh dalam lingkup kewenangannya.

3. Panduan tindakan diskresional.

4. Strategi yang diambil untuk memecahkan masalah

5. Perilaku yang bersanksi

6. Norma perilaku dengan ciri konsisten dan keteraturan dalam beraa bidang tindakan
substantif

7. Keluaran sistem pembuatan kebijakan

8. Pengaruh pembuatan kebijakan, yang menunjuk pada emahaman khalayak sasaran


terhadap implementasi sistem.
b. Daur Kebijakan Pendidikan

Aspek pertama yang harus dikaji ditunjukan pada proses kebijakan yang mencakup
hal-hal berikut:

1. Pada tahap kemunculan isu dan identifikasi masalah

2. Pada tahap perumusan dan otorisasi kebijakan

3. Pada tahap implementasi

4. Pada tahap penghentian atau perubahan kebijakan

B. Pendekatan, Model, Ruang Lingkup, dan Langkah Umum dalam Kebijakan


Pendidikan

1. Pendekatan Kebijakan dalam Pendidikan

a. Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris ditekankan ada penjelasan berbagai sebab akibat dari kebijakan
tertentu dalam pendidikan yang bersifat faktual dan jenis informasi yang dihasilkan
bersifat diskriptif dan prediktif.

c. Pendekan Evaluatif

Evaluatif menurut Imron adalah aktivitas yang bermaksud mengetahui sesuatu


kegiatan berhasil sesuai harapan atau tidak. Evaluasi menurut Jonis adalah kegiatan yang
didesainuntuk menilai hasil-hasil yang berbeda secara khusus dalam hal objektifnya,
teknik-teknik pengukuran, dan metode analisisnya.

2. Model Kebijakan dalam Pendidikan

a. Model Deskriptif

b. Model Normatif

c. Model Verbal

d. Model Simbolis

e. Model Prosedural

f. Model Pengganti dan Perspektif


3. Langkah-langkah Kebijakan Pendidikan

H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho (2008: 181) menegaskan bahwa langkah
kebijakan pendidikan yang benar, antara lain apabila:

a. Kebijakan tersebut telah di-test kebenarannya di lapangan

b. Kebijakan pendidikan akan tumbuh dari bawah meskipun kemungkinan kebijakan

tersebut dirumuskan dan diintruksikan dari atas.

d. Kebijakan pendidikan berdasarkan instruksi dari atas, tidak mempunyai kadar akar di
lapangan sehingga sukar untuk ditentukan keberhasilannya.

Anda mungkin juga menyukai