PENDIDIKAN
Makalah ditulis guna memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Disusun oleh:
April, 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah , kami panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rohmat serta hidayahnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Wawasan Pengembangan Pendidikan” tanpa halangan suatu apapun.Dan kami
ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing Ustadz Ahmad Muballigh M.Pd.I yang
telah sabar mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
nabi yang kita harapkan syafaat nya kelak pada hari kiyamah.Dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih terdapat banyak kekurangan,Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
dan pembacanya. Amin.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan oleh karena itu
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun hanya dapat mendoakan kepada Allah
SWT agar rahmat dan taufik-Nya senantiasa dilimpahkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT mencatat penyusun makalah
ini sebagai amal kebaikan yang dapat bermanfaat bagi semuanya dan khususnya juga
bermanfaat bagi penyusunnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR … ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang … 4
B. Rumusan Masalah … 4
C. Tujuan Penulisan … 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan … 10
B. Saran … 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan semakin berkembang pesat. Segala sesuatu yang dapat
mengembangkan sistem pendidikan diterapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Seperti
kita ketahui bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Kebijakan maupun kebijaksanaan merupakan suatu hal yang fundamental dalam
segala bentuk kegiatan khususnya dalam dunia pendidikan. Mengapa demikian? Karena
yang namanya kebijakan dan kebijaksanaan menjadi tolak ukur atau barometer atas
konsekuensi yang akan dicapai. Artinya sejauh mana kualitas dari kebijakan tersebut,
sejauh itu pula tingkat keberhasilan yang akan didapatkannya. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang menjadi penolong dan penentu umat manusia
dalam menjalani kehidupan, untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa
pendidikan, manusia Indonesia tidak akan mampu dan sanggup untuk bersaing dengan
manusia lainnya. Namun pendidikan yang berkualitas tidaklah lahir dengan sendirinya,
diperlukan sebuah regulasi sistem atau kebijakan yang mengatur tentang pendidikan
tersebut. Lahirnya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan
bagian upaya dari kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di era
modern ini. Undang-undang ini memang telah lebih komprehensif dan jelas menyatakan
tentang standarisasi pendidikan dan peningkatan mutu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kebijakan pendidikan?
2. Bagaimana karakteristik kebijakan pendidikan?
3. Apa tujuan kebijakan pendidikan?
4. Bagaimana arah kebijakan pendidikan di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kebijakan pendidikan
2. Mengetahui karakteristik kebijakan pendidikan
3. Mengetahui tujuan kebijakan pendidikan
4. Mengetahui arah kebijakan pendidikan di Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan pendidikan (Nugroho, 2008:36) diartikan sebagai kumpulan hukum atau aturan
yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan
dan bagaimana tujuan tersebut.
Menurut Fredrickson dan Hart kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu
sehubungan dengan adanya hambatan – hambatan tertentu sambil mencari peluang – peluang
untuk mencapai tujuan/mewujudkan sasaran yang diinginkan (Tangkilisan, 2003:12).
Dari beragamnya pemahaman tentang kebijakan dari berbagai pakar dan tokoh manajemen
diatas, dapat ditarik benang merah konsepsi kebijakan sebagai aturan atau ketentuan tertulis
dari keputusan formal lembaga atau organisasi, sifatnya mengikat, mengatur perilaku orang
guna mencapai tujuan , menciptakan tata nilai baru dalam institusi atau organisasi.
Contoh kebijakan adalah undang – undang, peraturan pemerintah, keppres, kepmen, perda,
keputusan bupati, dan keputusan direktur. Setiap kebijakan yang dicontohkan bersifat mengikat
dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan.
1) suatu proses atau kegiatan sintesis dari berbagai informasi tentang layanan pendidikan.
Analisis kebijakan pendidikan memadukan berbagai informasi yang masuk, diantaranya
hasil penelitian yang dilakukan para ahli tentang layanan pendidikan, sehingga diperoleh
kesimpulan yang selaras dengan rekomendasi penelitian tersebut.
5
2) informasi menjadi sumber utama kajian analisis kebijakan yakni keluaran hasil
penelitian. Hasil-hasil penelitian analisis kebijakan merupakan output dari proses
pengolahan data penelitian yang siap digunakan membantu pengambilan keputusan serta
desain kebijakan pendidikan. Itulah pertimbangannya, analisis kebijakan menjadi salah
satu bentuk diseminasi hasil penelitian,
4) klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan adalah para pengambil keputusan dan
kelompok yang berkepentingan (interest groups) terhadap kebijakan yang ada. Umumnya
klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan bersifat spesifik (khusus). Kaitannya
berhubungan langsung dengan output analisis kebijakan pendidikan berupa nasihat,
arahan, pedoman tentang kebijakan itu sendiri,
5) orientasi analisis kebijakan terhadap klien (client oriented). Pertimbangan ini menjadi
implikasi dari karakteristik analisis kebijakan pendidikan yang menghasilkan nasihat
keputusan. Tanpa orientasi klien analisis kebijakan pendidikan tidak akan mungkin siap
guna. Ini berarti analisis kebijakan pendidikan harus didasarkan pada dari, oleh dan untuk
pengguna (kliens). Analisis kebijakan pendidikan bisa dilakukan bila ada permintaan atau
patut diduga dengan pertimbangan benar-benar dibutuhkan pengguna (cliens). Sehingga
kehadiran analisis kebijakan pendidikan tentunya atas dorongan kebutuhan mendesak
pengguna atau client’s need push (Simatupang, P.,2017).
6
3) memiliki konsep operasional, analisis kebijakan pendidikan merupakan panduan
bersifat umum, untuk itu harus mempunyai nilai manfaat bagi operasional sekaligus dapat
diimplementasikan. Untuk itu kebijakan pendidikan adalah sebuah keharusan dalam
memperjelas skema pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan stakeholder. Apalagi
kebutuhan akan analisis kebijakan pendidikan sebagai fungsi dukungan dalam
pengambilan keputusan,
5) dapat dievaluasi, analisis kebijakan pendidikan Hakikatnya tak luput dari berbagai
keadaan yang sesungguhnya perlu ditindaklanjuti. Jika memiliki kebaikan, maka perlu
dipertahankan bahkan dikembangkan, sebaliknya jika mengandung kelemahan, maka
harus bisa diperbaiki. Analisis kebijakan pendidikan mempunyai karakter yang
memungkinkan bisa diberlakukan evaluasi secara mudah, sederhana dan efektif,
6) memiliki sistematika, analisis kebijakan pendidikan menjadi sebuah sistem, oleh sebab
itu harus memiliki sistematika yang jelas, representatif menyangkut segenap aspek yang
ingin kelola olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki prinsip efektif, efisien serta
sustainability yang tinggi agar analisis kebijakan pendidikan jauh dari sifat pragmatis,
diskriminatif, serta struktur yang ada masih rapuh akibat berbagai faktor yang saling
berbenturan satu dan lainnya. Hal ini perlu diperhatikan dengan teliti, hati-hati agar
pemberlakuannya tidak menimbulkan kecacatan hokum baik internal maupun eksternal.
Kemudian, secara eksternal pun analisis kebijakan pendidikan semestinya berpadu dengan
kebijakan lain. misalnya kebijakan politik, kebijakan penganggaran. Sekaligus kebijakan
pendidikan di pusat, daerah dan lembaga pendidikan masing-masing (Gunawan, A.
H.,1986).
7
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat, dapat ditelusuri dari hakekat tujuan
pendidikan yang universal. Pendidikan pada awalnya adalah suatu proses penyempurnaan harkat
dan martabat manusia yang diupayakan secara terus menerus. Di mana pun proses pendidikan
terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang dalam, karena jika
kitaberbicara pendidikan pada hakekatnya membicarakan harkat dan martabat serta nilai-nilai
kemanusiaan.
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, dapat ditelusuri dari sumbangan pendidikan
terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yangberbeda. Misalnya pada tingkat
individual, pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap dan keterampilan
kewarganegaraan yang positif untuk melatih warga negara yang benar dan bertanggung jawab.
Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan
dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki
kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang
kurang berpendidikan. Pada masyarakat pluralistik, tujuan pendidikan yang lebih praktis ternyata
masih sangat bervariasi, yang mengakibatkan tidak adanya kesamaan bahasa dan terminologi
terhadap tujuan-tujuan kebijakan pendidikan tidak kunjung selesai. Orang tua, masyarakat,
danpemerintah sama-sama mempunyai tangung jawab dalam pelaksanaan pendidikan. Akan
tetapi, tatkala kebijakan penyelenggaraan pendidikan menjadi otoritas terpusat pada pemerintah
pusat, sehingga praktek manajemen pendidikan pada level pusat, regional, lokal dan
kelembagaan pun menjadi sarana pencapaian tujuan politik yang diarahkan pada reproduksi
ideologi kelompokmasyarakat yang dominan.
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi, dapat ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai investasi jangka pangjang, dengan alasan, bahwa:
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari
pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh
8
setelah seseorang memasuki dunia kerja. Pilihan investasi pendidikan juga harus
mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep kebijakan pendidikan adalah gambaran umum mengenai aturan-aturan
tertulis yang diputuskan oleh pemerintah untuk mengatur jalannya pendidikan agar
tercapainya tujuan pendidikan.
Guna meningkatkan kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus,
yakni memiliki tujuan pendidikan, memenuhi aspek legal-formal, memiliki konsep
operasional, dibuat oleh yang berwenang, dapat dievaluasi, memiliki sistematika.
Tujuan kebijakan ini dapat dilihat dan ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai investasi jangja panjang yang didasarkan pada beberapa alas an,
yaitu pendidikan adalah untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi, investasi pendidikan memberikan nilai baik, yang lebih tinggi
dibanding investasi bidang fisik di bidang lain.
Kebijakan pendidikan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan akademik dan
sumber daya manusia yang professional sedini mungkin serta meningkatkan
kesejahteraan bagi tenaga pendidik.
B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah yang dapat kami sampaikan. Harapan kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dari berbagai kalangan. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan referensi yang ada. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
selalu kami harapkan. Agar kedepannya, kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Tilaar, H.A.R & Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan, Pengantar untuk memahami
kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
11