Anda di halaman 1dari 11

WAWASAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

PENDIDIKAN

Makalah ditulis guna memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Islam

yang dibina oleh Ahmad Mubaligh, M.Pd.I

Disusun oleh:

Salwa Safira Az Zahroh ( 19150097 )

Tahshul Sa’adah ( 19150099)

Anissatul Fitriana ( 19150101 )

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

April, 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah , kami panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rohmat serta hidayahnya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Wawasan Pengembangan Pendidikan” tanpa halangan suatu apapun.Dan kami
ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing Ustadz Ahmad Muballigh M.Pd.I yang
telah sabar mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
nabi yang kita harapkan syafaat nya kelak pada hari kiyamah.Dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih terdapat banyak kekurangan,Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
dan pembacanya. Amin.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan oleh karena itu
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penyusun hanya dapat mendoakan kepada Allah
SWT agar rahmat dan taufik-Nya senantiasa dilimpahkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT mencatat penyusun makalah
ini sebagai amal kebaikan yang dapat bermanfaat bagi semuanya dan khususnya juga
bermanfaat bagi penyusunnya.

Malang, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR … ii

DAFTAR ISI … iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang … 4
B. Rumusan Masalah … 4
C. Tujuan Penulisan … 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pendidikan … 5


B. Karakteristik Kebijakan Pendidikan … 5
C. Tujuan Kebijakan Pendidikan … 7
D. Arah Kebijakan Pendidikan … 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan … 10
B. Saran … 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan semakin berkembang pesat. Segala sesuatu yang dapat
mengembangkan sistem pendidikan diterapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Seperti
kita ketahui bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Kebijakan maupun kebijaksanaan merupakan suatu hal yang fundamental dalam
segala bentuk kegiatan khususnya dalam dunia pendidikan. Mengapa demikian? Karena
yang namanya kebijakan dan kebijaksanaan menjadi tolak ukur atau barometer atas
konsekuensi yang akan dicapai. Artinya sejauh mana kualitas dari kebijakan tersebut,
sejauh itu pula tingkat keberhasilan yang akan didapatkannya. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang menjadi penolong dan penentu umat manusia
dalam menjalani kehidupan, untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa
pendidikan, manusia Indonesia tidak akan mampu dan sanggup untuk bersaing dengan
manusia lainnya. Namun pendidikan yang berkualitas tidaklah lahir dengan sendirinya,
diperlukan sebuah regulasi sistem atau kebijakan yang mengatur tentang pendidikan
tersebut. Lahirnya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan
bagian upaya dari kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di era
modern ini. Undang-undang ini memang telah lebih komprehensif dan jelas menyatakan
tentang standarisasi pendidikan dan peningkatan mutu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kebijakan pendidikan?
2. Bagaimana karakteristik kebijakan pendidikan?
3. Apa tujuan kebijakan pendidikan?
4. Bagaimana arah kebijakan pendidikan di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kebijakan pendidikan
2. Mengetahui karakteristik kebijakan pendidikan
3. Mengetahui tujuan kebijakan pendidikan
4. Mengetahui arah kebijakan pendidikan di Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), kebijakan adalah kepandaian,


kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan.

Kebijakan pendidikan (Nugroho, 2008:36) diartikan sebagai kumpulan hukum atau aturan
yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan
dan bagaimana tujuan tersebut.

Menurut Fredrickson dan Hart kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu
sehubungan dengan adanya hambatan – hambatan tertentu sambil mencari peluang – peluang
untuk mencapai tujuan/mewujudkan sasaran yang diinginkan (Tangkilisan, 2003:12).

Menurut Woll kebijakan merupakan aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di


masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat ( Tangkilisan, 2003:2).

Carter V. Good (1959) memberikan pengertian kebijakan pendidikan (edicational policy)


dalam buku karya Ali Imron yang berjudul Kebijakan Pendidikan di Indonesia yakni: “Suatu
pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor – faktor
yang bersifat melembaga. Pertimbangan tersebut merupakan perencanaan umum yang
dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga
bisa tercapai” (Dalam Imron, 1996:18).

Dari beragamnya pemahaman tentang kebijakan dari berbagai pakar dan tokoh manajemen
diatas, dapat ditarik benang merah konsepsi kebijakan sebagai aturan atau ketentuan tertulis
dari keputusan formal lembaga atau organisasi, sifatnya mengikat, mengatur perilaku orang
guna mencapai tujuan , menciptakan tata nilai baru dalam institusi atau organisasi.

Contoh kebijakan adalah undang – undang, peraturan pemerintah, keppres, kepmen, perda,
keputusan bupati, dan keputusan direktur. Setiap kebijakan yang dicontohkan bersifat mengikat
dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan.

B. Karakteristik Analisis Kebijakan Pendidikan

Analisis kebijakan pendidikan, dapat diidentifikasi beberapa karakteristik, antara lain:

1) suatu proses atau kegiatan sintesis dari berbagai informasi tentang layanan pendidikan.
Analisis kebijakan pendidikan memadukan berbagai informasi yang masuk, diantaranya
hasil penelitian yang dilakukan para ahli tentang layanan pendidikan, sehingga diperoleh
kesimpulan yang selaras dengan rekomendasi penelitian tersebut.

5
2) informasi menjadi sumber utama kajian analisis kebijakan yakni keluaran hasil
penelitian. Hasil-hasil penelitian analisis kebijakan merupakan output dari proses
pengolahan data penelitian yang siap digunakan membantu pengambilan keputusan serta
desain kebijakan pendidikan. Itulah pertimbangannya, analisis kebijakan menjadi salah
satu bentuk diseminasi hasil penelitian,

3) keluaran (output) analisis kebijakan berupa rekomendasi pilihan (opsional) keputusan


bisa juga dalam bentuk desain kebijakan. Output kebijakan pendidikan lainnya berupa
nasihat, petunjuk teknis standar operasional procedural (SOP) berupa bahan, alur, urutan
dan target pengambilan keputusan tentang pendidikan. Oleh karena itu, analisis kebijakan
pendidikan haruslah ditampilkan dalam bentuk laporan yang jelas, singkat, padat dan
lengkap serta saksama,

4) klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan adalah para pengambil keputusan dan
kelompok yang berkepentingan (interest groups) terhadap kebijakan yang ada. Umumnya
klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan bersifat spesifik (khusus). Kaitannya
berhubungan langsung dengan output analisis kebijakan pendidikan berupa nasihat,
arahan, pedoman tentang kebijakan itu sendiri,

5) orientasi analisis kebijakan terhadap klien (client oriented). Pertimbangan ini menjadi
implikasi dari karakteristik analisis kebijakan pendidikan yang menghasilkan nasihat
keputusan. Tanpa orientasi klien analisis kebijakan pendidikan tidak akan mungkin siap
guna. Ini berarti analisis kebijakan pendidikan harus didasarkan pada dari, oleh dan untuk
pengguna (kliens). Analisis kebijakan pendidikan bisa dilakukan bila ada permintaan atau
patut diduga dengan pertimbangan benar-benar dibutuhkan pengguna (cliens). Sehingga
kehadiran analisis kebijakan pendidikan tentunya atas dorongan kebutuhan mendesak
pengguna atau client’s need push (Simatupang, P.,2017).

Pakar lainnya yang mengidentikasi karakteristik analisis kebijakan pendidikan secara


khusus, yakni:

1) memiliki tujuan pendidikan, dimana analisis kebijakan pendidikan harus memiliki


tujuan jelas, terarah untuk memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah pendidikan
yang fundamental,

2) memenuhi aspek legal-formal, analisis kebijakan pendidikan tentunya akan


diberlakukan pra-syarat yang mesti dipenuhi agar kebijakan pendidikan bisa diakui dan
secara sah berlaku dalam suatu wilayah tertentu. Maka, kebijakan pendidikan mesti
memenuhi syarat secara konstitusional (legal formal) sesuai jenjang hierarki konstitusi
yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di
seluruh wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan yang
legitimate,

6
3) memiliki konsep operasional, analisis kebijakan pendidikan merupakan panduan
bersifat umum, untuk itu harus mempunyai nilai manfaat bagi operasional sekaligus dapat
diimplementasikan. Untuk itu kebijakan pendidikan adalah sebuah keharusan dalam
memperjelas skema pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan stakeholder. Apalagi
kebutuhan akan analisis kebijakan pendidikan sebagai fungsi dukungan dalam
pengambilan keputusan,

4) dibuat oleh yang berwenang, kebijakan pendidikan semestinya memiliki kewenangan


untuk memaksa pihak terkait, sehingga tak sampai menimbulkan efek kerusakan
pendidikan dan lingkungannya. Para pengelola (administrator) pendidikan, politisi dan
analis kebijakan yang terkait langsung dengan kebijakan pendidikan adalah unsur utama
pembuat kebijakan pendidikan,

5) dapat dievaluasi, analisis kebijakan pendidikan Hakikatnya tak luput dari berbagai
keadaan yang sesungguhnya perlu ditindaklanjuti. Jika memiliki kebaikan, maka perlu
dipertahankan bahkan dikembangkan, sebaliknya jika mengandung kelemahan, maka
harus bisa diperbaiki. Analisis kebijakan pendidikan mempunyai karakter yang
memungkinkan bisa diberlakukan evaluasi secara mudah, sederhana dan efektif,

6) memiliki sistematika, analisis kebijakan pendidikan menjadi sebuah sistem, oleh sebab
itu harus memiliki sistematika yang jelas, representatif menyangkut segenap aspek yang
ingin kelola olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki prinsip efektif, efisien serta
sustainability yang tinggi agar analisis kebijakan pendidikan jauh dari sifat pragmatis,
diskriminatif, serta struktur yang ada masih rapuh akibat berbagai faktor yang saling
berbenturan satu dan lainnya. Hal ini perlu diperhatikan dengan teliti, hati-hati agar
pemberlakuannya tidak menimbulkan kecacatan hokum baik internal maupun eksternal.
Kemudian, secara eksternal pun analisis kebijakan pendidikan semestinya berpadu dengan
kebijakan lain. misalnya kebijakan politik, kebijakan penganggaran. Sekaligus kebijakan
pendidikan di pusat, daerah dan lembaga pendidikan masing-masing (Gunawan, A.
H.,1986).

C. Dasar dan Tujuan Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.


20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Untuk menentukan pilihan dalam merumuskan kebijakan dalam pendidikan, perlu


pemahaman tentang pandangan-pandangan terhadap tujuan kebijakan, yaitu tujuan kebijakan
dilihat dari tingkatan masyarakat, tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, dan
tujuankebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi.

1. Tujuan Kebijakan Dilihat dari tingkatan masyarakat

7
Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan masyarakat, dapat ditelusuri dari hakekat tujuan
pendidikan yang universal. Pendidikan pada awalnya adalah suatu proses penyempurnaan harkat
dan martabat manusia yang diupayakan secara terus menerus. Di mana pun proses pendidikan
terjadi, menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nilai yang dalam, karena jika
kitaberbicara pendidikan pada hakekatnya membicarakan harkat dan martabat serta nilai-nilai
kemanusiaan.

2. Tujuan Pendidikan Dilihat dari Tingkatan Politisi

Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan politisi, dapat ditelusuri dari sumbangan pendidikan
terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yangberbeda. Misalnya pada tingkat
individual, pendidikan membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap dan keterampilan
kewarganegaraan yang positif untuk melatih warga negara yang benar dan bertanggung jawab.
Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan
dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki
kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang
kurang berpendidikan. Pada masyarakat pluralistik, tujuan pendidikan yang lebih praktis ternyata
masih sangat bervariasi, yang mengakibatkan tidak adanya kesamaan bahasa dan terminologi
terhadap tujuan-tujuan kebijakan pendidikan tidak kunjung selesai. Orang tua, masyarakat,
danpemerintah sama-sama mempunyai tangung jawab dalam pelaksanaan pendidikan. Akan
tetapi, tatkala kebijakan penyelenggaraan pendidikan menjadi otoritas terpusat pada pemerintah
pusat, sehingga praktek manajemen pendidikan pada level pusat, regional, lokal dan
kelembagaan pun menjadi sarana pencapaian tujuan politik yang diarahkan pada reproduksi
ideologi kelompokmasyarakat yang dominan.

3. Tujuan Kebijakan Dilihat dari Tingkatan Ekonomi

Tujuan kebijakan dilihat dari tingkatan ekonomi, dapat ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai investasi jangka pangjang, dengan alasan, bahwa:

Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembanganekonomi dan bukan sekedar


pertumbuhan ekonomi. Pada praksis-praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima
fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga
tataranglobal. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan
ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif
secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya
semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif
dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.

Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari
pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh

8
setelah seseorang memasuki dunia kerja. Pilihan investasi pendidikan juga harus
mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil.

D. Arah Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20


tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai
berikut:

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang


bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti;
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara
optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat
mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan;
3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum
yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi
jenis pendidikan secara profesional;
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai;
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen;

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep kebijakan pendidikan adalah gambaran umum mengenai aturan-aturan
tertulis yang diputuskan oleh pemerintah untuk mengatur jalannya pendidikan agar
tercapainya tujuan pendidikan.
Guna meningkatkan kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus,
yakni memiliki tujuan pendidikan, memenuhi aspek legal-formal, memiliki konsep
operasional, dibuat oleh yang berwenang, dapat dievaluasi, memiliki sistematika.
Tujuan kebijakan ini dapat dilihat dan ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai investasi jangja panjang yang didasarkan pada beberapa alas an,
yaitu pendidikan adalah untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar
pertumbuhan ekonomi, investasi pendidikan memberikan nilai baik, yang lebih tinggi
dibanding investasi bidang fisik di bidang lain.
Kebijakan pendidikan Indonesia diarahkan untuk meningkatkan akademik dan
sumber daya manusia yang professional sedini mungkin serta meningkatkan
kesejahteraan bagi tenaga pendidik.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah yang dapat kami sampaikan. Harapan kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dari berbagai kalangan. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan referensi yang ada. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
selalu kami harapkan. Agar kedepannya, kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syafaruddin, dkk. 2015. Peningkatan Kontribusi Manajemen Pendidikan. Medan: Perdana


Publishing

Arwildayanto, dkk. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: CV Cendikia Press

Tilaar, H.A.R & Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan, Pengantar untuk memahami
kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

11

Anda mungkin juga menyukai