Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DASAR KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN ISU-ISU


PENDIDIKAN NASIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas mata kuliah KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN

Dosen pengampu: Yetty Faridatul Ulfah, M.Hum

DISUSUN OLEH
1. Muhammad saleh 2280022309
2. Rizky Nafisah rahmawati 228002286
3. Aina mardhiyah 2280022277
4. Hanifah al adaby 2140022043

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ULUM
SURAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Segala pujian bagi ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala yang dengan nikmat-Nya niatniat baik
hamba menjadi terlaksana, sehingga kami dapat menyelesaikan tulisan ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN dengan tema “KONSEP
DASAR KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN ISU-ISU PENDIDIKAN
NASIONAL

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak, maka dari itu kami mengucapkan banyak terima kasih sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta 24 September 2022

Syukran wa jazaakumullahu khairan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan nasional dan globalisasi mendorong
kita untuk melakukan identifikasi dan mencari titik simetris sehingga kita bisa
mempertemukan dua hal yang tampak paradoksial, yaitu pendidikan nasional yang
berimplikasi nasional dan global. Dampak globalisasi memaksa negara meninjau
kembali wawasan dan pemahaman terhadap konsep bangsa, tidak saja karena batas
teretorial geografis, tetapi juga pilar-pilar utama lainnya yang menopang eksistensi di
dunia pendidikan (Safari, 2006).
Menurut Rosenberg (2001) globalisasi mendorong perubahan teknologi
orientasi pendidikan. Peran serta teknologi seperti komputer dan internet membawa
perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang tradisional.
Disamping membantu akselerasi pendidikan jarak jauh, internet juga menunjang
pemberian informasi yang dapat kita akses dengan cepat. Melalui internet, kita dapat
mengakses berbagai informasi dengan cepat dan mudah tanpa harus mengeluarkan
biaya yang mahal. Perkembangan kemajuan teknologi internet yang ada saat ini,
dimanfaatkan untuk menunjang mutu pembelajaran atau pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebijakan pendidikan dan isu-isu pendidikan nasional?
2. Apa dasar dan tujuan pendidikan nasional?
3. Bagaimana konsep kebijakan merdeka belajar?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian kebijakan pendidikan dan isu-isu pendidikan nasional
2. Mengetahui dasar dan tujuan pendidikan nasional3. Mengetahui konsep kebijakan
merdeka belajar
3. Mengetahui konsep kebijakan merdeka belajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan Pendidikan dan Isu-Isu Pendidikan Nasional


1. Kebijakan
Istilah kebijakan (policy) seringkali diterjemahkan dengan politik, aturan, program,
keputusan, undang-undang, peraturan, ketentuan, kesepakatan, konvensi, dan rencana
strategis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kebijakan dimaknai sebagai
kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, juga di pandang sebagai rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan
dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai pernyataan cita-
cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam mencapai
sasaran.
Istilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang. sedangkan
kebijakan adalah aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi. Contoh kebijakan
didefenisikan sebagai: 1) Undang undang, 2) Peraturan Pemerintah, 3) Keputusan
Presiden, 4) Keputusan Menteri, 5) Peraturan Daerah, 6) Keputusan Bupati, dan 7)
Keputusan Direktur dan lainnya. Dokumen kebijakan ini sifatnya mengikat dan wajib
dilaksanakan oleh objek kebijakan. Hal senada dijelaskan kebijakan adalah keputusan
pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat (Abidin,
2006).
Pakar lainnya juga menyebutkan kebijakan merupakan bagian dari perencanaan
yang mempersiapkan seperangkat keputusan baik yang berhubungan dengan dana, tenaga,
maupun waktu untuk mencapai tujuan yang dilakukan oleh sejumlah aktor (pejabat,
kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu (Wahab, 1997). Kebijakan itu berkaitan erat dengan proses pengambilan suatu
keputusan. Karena pada dasarnya sama-sama memilih diantara opsi yang tersedia. Hal
senada diungkapkan Maskuri (2017).
Dari banyaknya pemahaman tentang kebijakan dari pakar dan tokoh manajemen di
atas, dapat disimpulkan kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku orang dengan tujuan untuk
menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para
anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku.
2. Analisis Kebijakan Pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan tentunya tidak semata-mata melakukan analisis
terhadap data dan informasi pendidikan, akan tetapi memperhatikan seluruh aspek yang
menyangkut proses pembuatan suatu kebijakan, mulai dari analisis terhadap masalahanya,
pengumpulan informasi, penentuan alternatif kebijakan, sampai kepada penyampaian
alternatif tersebut terhadap para pembuat keputusan tentang pendidikan. Rumusan
alternatif kebijakan pendidikan yang dihasilkan dari suatu proses analisis kebijakan
pendidikan tidak dengan sendirinya atau secara langsung dapat dijadikan suatu kebijakan.
Jika rumusan kebijakan itu sudah didukung oleh suatu kekuatan otoritas atau kewenangan,
alternatif, maka alternatif kebijakan itu sendiri akan berubah menjadi suatu kebijakan.
Jadi prosedur yang dapat menghasilkan alternatif kebijakan merupakan proses
rasional. Sedangkan terjadinya kebijakan itu sendiri merupakan proses politik (bargaining
position) para pihak yang memiliki kewenangan. Hal senada dijelaskan Suyahman (2016)
bahwa analisis kebijakan pendidikan adalah prosedur untuk menghasilkan informasi
kependidikan, dengan menggunakan data sebagai salah satu masukan bagi perumusan
beberapa alternatif kebijakan dalam pengambilan keputusan yang bersifat politis dalam
rangka memecahkan masalah kependidikan.
Analisis kebijakan dalam bidang pendidikan menjadi suatu yang amat penting
dalam era demokrasi. Artinya pemerintah atau pihak pihak yang memiliki kewenangan
tidak dibiarkan melaksanakan tindakan tertentu yang mempengaruhi masyarakat tanpa
dipelajari alasan dan akibatnya, disamping itu analisis kebijakan juga penting bagi pembuat
kebijakan untuk memperbaiki, ataupun mempertahankan kebijakan guna kemaslahatan
masyarakat.
3. Isu-Isu Pendidikan Nasional
Indonesia dengan masyarakat yang beragam (pluralis) baik dari suku, agama, ras,
dan budaya berpotensi tinggi terhadap munculnya perbedaan pandangan, pendapat dan
cara merepleksi serta mengapresiasi keberagaman tersebut. Hal ini menuntut
penyelenggaraan pendidikan yang mampu menopang dan mendorong insan-insan terdidik.
Untuk konteks Indonesia yang plural sebagaimana tertuang dalam lambang Negara
“Bhineka Tunggal Ika” (berbeda-beda tetapi tetap satu), maka penyelenggaraan
pendidikan yang relevan adalah pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kebersaman
dalam keragaman, saling menghormati dan menghargai, santun, dan demokrasi yang
bertanggung jawab sebagai perwujudan dari karakter bangsa yang kuat. Nilai-nilai tersebut
bersumber pada “Agama” dan “Pancasila” yang merupakan Dasar Negara Republik
Indonesia yang kokoh.
Bila dianalisis, Pancasila memiliki empat ide dasar yang dapat menjadi acuan
dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu: 1) kemanusiaan yang berdasar keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) persatuan yang berdasar keimanan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, 3) kerakyatan yang berdasar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan 4)
keadilan yang berdasar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (Muhaimin, 2006: 87).
Beberapa permasalahan pendidikan yang menonjol, di antaranya: 1) pendidikan
telah kehilangan objektivitasnya, masih jauh dari realitas yang dihadapi peserta didik di
masyarakatnya; 2) pendidikan belum mendewasakan peserta didik; 3) pendidikan tidak
menumbuhkan pola berpikir kritis; 4) belum menghasilkan manusia terdidik, apalagi
berakhlak; 5) pendidikan masih membelenggu; 6) belum mampu membangun individu
belajar; 7) belum mampu menghasilkan kemandirian, dan 8) belum mampu
memberdayakan dan membudayakan peserta didik (Djohar, 2013: 3).
Perubahan sosial yang relative cepat, dapat menimbulkan rasa pesimisme, bahkan
prustasi di kalangan masyarakat terhadap perkembangan yang ada, seperti pertumbuhan
penduduk yang cepat, lowongan kerja yang semakin sempit, persaingan yang ketat,
kejahatan yang meningkat, kerusakan lingkungan yang semakin meluas. Pesimisme yang
berlebihan akan berakibat pada sikap acuh tak acuh, yang berimplikasi pada pelecehan
kekuasaan, termasuk kekuasaan orang tua dan guru, bahkan pemerintah. Hal inilah yang
diantisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan melalui kebijakan inovasi bidang
kurikulum yang melahirkan Kurikulum 2013 dengan membekali peserta didik dengan
berbagai kompetensi di masa depan, yakni pengembangan sikap (attitude), pengetahuan
(knowledge), dan keterampilan (skill).
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional
Konsep dasar pendidikan adalah wahana guna meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang. Hal ini tertuang dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD 1945 yang
menyatakan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 31 Ayat (5)
UUD 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa. Jabaran UUD
1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 Pasal 3
menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Setiap bangsa dan Negara, sesuai dengan cita-cita berbangsa dan bernegara,
mempunyai tujuan yang unik akan dicapai melalui penyelenggaraan sistem pendidikan
nasional. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan nasional diselenggarakan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
1945). Sesuai dengan amanat Pembukaan UUD NRI 1945, tujuan pendidikan nasional
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Yaitu : [1] sempurna perkembangan akal
budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya), tajam pikiran; [2] sempurna
pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat). Mencerdaskan berarti mengusahakan dan sebagainya
supaya sempurna akal budinya.
Tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran akhir dari setiap lembaga
pendidikan dalam kerangka mewujudkan cita-cita konstitusional bangsa dengan
mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu untuk membangun kehidupan
bangsa Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, cerdas, produktif, mandiri, demokratis, dan berkepribadian
Pancasila serta bertanggung jawab. Secara pedagogis, tujuan pendidikan nasional tersebut
akan dicapai dengan memaknai pendidikan sebagai proses dan hasil pembudayaan dan
pemberdayaan norma-norma Pancasila secara konsisten.
Pendidikan nasional juga bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tujuan sistem pendidikan nasional adalah memberikan arah pada semua kegiatan
pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada.

C. Konsep Kebijakan Merdeka Belajar


Konsep Merdeka belajar diambil dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Konsep
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti
bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya
dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Maka dari hal itu, diharapkan
seorang peserta didik harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan
batin serta tenaganya.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum ini merupakan opsi bagi semua satuan pendidikan yang dalam proses
pendataan merupakan satuan pendidikan yang memiliki kesiapan melaksanakan kurikulum
Merdeka Belajar. Oleh sebab itu, sekolah yang belum siap untuk menggunakan Kurikulum
Merdeka masih dapat menggunakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum darurat.

Konsep Kurikulum Merdeka Belajar

1.Pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill serta karakter
sesuai profil pelajar Pancasila.
2.Fokus pada materi esensial, sehingga ada waktu untuk pembelajaran mendalam untuk
kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3.Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi berdasarkan
kemampuan para peserta didik.
Keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar

1.Lebih sederhana dan mendalam. Kurikulum ini berfokus pada materi esensial serta
pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran akan lebih
mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, serta menyenangkan.
2.Lebih merdeka. Keunggulan lain dari kurikulum Merdeka Belajar ini adalah
dihilangkannya peminatan bagi peserta didik jenjang SMA. Peserta didik dapat memilih
mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru juga diharapkan mengajar sesuai
tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
3.Lebih relevan dan interaktif. Proses pembelajaran menggunakan kurikulum ini dilakukan
melalui kegiatan proyek yang akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta
didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.

Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan
digunakan oleh pendidikan formal di Indonesia. Konsep pendidikan baru ini sangat
memperhitungkan kemampuan dan keunikan kognitif individu para siswa. Berikut garis
besar konsepnya:

Asesmen kompetensi minimum

Perbedaan konsep pendidikan baru ini dengan kurikulum yang digunakan


sebelumnya adalah, siswa diharapkan mampu menunjukkan kemampuan minimum dalam
hal literasi dan numerik.

Fokusnya bukanlah sebanyak apa siswa mampu mendapatkan nilai melalui


penugasan dari guru, tetapi bagaimana siswa mampu berpikir secara kritis menggunakan
kemampuan kognitifnya.

Dalam bidang literasi misalnya, bila pada kurikulum sebelum-sebelumnya siswa


lebih banyak diharapkan menghafal dan menerapkan materi yang mereka baca, dalam
konsep asesmen kompetensi, siswa diharapkan bisa berpikir logis untuk mengabstraksi
maksud dan tujuan dari materi.
Begitu juga dalam hal numerik atau pada pelajaran sains seperti fisika, kimia,
khususnya matematika. Siswa tidak boleh hanya menghafal formula atau rumus, tetapi juga
menemukan konsep dasarnya, sehingga mereka bisa menerapkannya untuk penyelesaian
masalah yang lebih luas.

Survei karakter

Cukup melegakan bahwa pada akhirnya pemerintah mengakui pendidikan di


Indonesia adalah investasi yang mahal. Sebab, setiap daerah memiliki keunikan manusia
yang berbeda-beda dan tidak mungkin dipaksa untuk menerapkan satu sistem dengan
indikator tetap.

Pada konsep survei karakter, pemerintah akan menilai secara menyeluruh terkait
kualitas pendidikan di sekolah. Bukan hanya tentang hasil belajar, tetapi juga ekosistem
dan infrastruktur pendidikan yang tersedia.

Dengan kata lain, pengembangan kualitas pendidikan bukan lagi tentang penerapan
indikator kualitas tetap, tetapi berdasarkan data hasil survei terbaru terhadap sekolah.

Perluasan penilaian hasil belajar

Satu hal paling menarik dalam konsep merdeka belajar ini adalah adanya perluasan
penilaian hasil belajar siswa yang tadinya hanya dari nilai ujian nasional, menjadi
penugasan dan portofolio.

Kedepannya siswa akan diberikan ruang untuk bisa mengembangkan diri mereka
sesuai minat dan bakat. Dengan cara ini, stigma siswa pintar dan bodoh diharapkan bisa
segera dihilangkan. Sebab, manusia memiliki bakat alami yang berbeda-beda, dan tidak
bisa ditentukan dengan tes formal.

Pemerataan kualitas pendidikan hingga ke 3T


Merdeka belajar juga dapat diartikan keadilan terhadap akses pendidikan yang
setara bagi seluruh siswa di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah membuat
kebijakan afirmasi dan pemberian kuota khusus bagi siswa yang tinggal di daerah 3T.

Industri 4.0 adalah momen penting dalam pemerataan kualitas pendidikan di


Indonesia. Sebab, pada tahun 2030 nanti akan menjadi puncak dari bonus demografi
Indonesia dengan 64% penduduk adalah angkatan kerja.

Kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan sangat menentukan


keberhasilan kita dalam menghadapi persaingan di industri 4.0. Khususnya di daerah 3T
yang masih memiliki tingkat kelahiran yang sangat tinggi.
BAB III

KESIMPULAN

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang
bersifat mengikuti yang mengatur perilaku orang dengan tujuan untuk menciptakan tata
nilai baru dalam masyarakat.

Konsep dasar pendidikan adalah wahana guna meningkatkan keimanan dan


ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem
pendidikan nasional bertujuan untuk memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan
dalam satuan-satuan pendidikan yang ada.

Ada beberapa konsep kebijakan merdeka belajar, yaitu Asesmen kompetensi


minimum, Survei karakter, Perluasan penilaian hasil belajar, dan Pemerataan kualitas
pendidikan hingga ke 3T
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/3532152
8/ISU_PENDIDIKAN_NASIONAL&ved=2ahUKEwjv-
e2zkZf6AhVJ9DgGHSBXDzEQFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw0JH777_fiWQjI1tF3QOj2z

academia.edu

https://www.academia.edu › ISU_PE...

(DOC) ISU PENDIDIKAN NASIONAL | marsya febi - Academia.edu

https://www.researchgate.net/publication/355881870_Konsep_dasar_kebijakan_pendidikan

https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=QrsYEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA39&dq=pen
gertian+kebijakan+pendidikan&ots=XP9x3YVvmX&sig=oN7ydVjFzD8EOPHTdb6VNDnduA
w

https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/4911/Warni-T-Sumar-Analisis-Kebijakan-
Pendidikan-Kajian-Teoretis-Eksploratif-dan-Aplikatif.pdf#page=138

Anda mungkin juga menyukai