Anda di halaman 1dari 18

SOSIALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Studi Kebijakan
Pendidikan Dosen pengampu Dr.
Hasbiyallah, M.Ag.
Dr. Wahyu Hidayat, MA.

Disusun oleh :

Kelompok 3 (IIA/Non Reg)

Eska Hifdiyah Sahal 2230060048


Femi Sri Wahyuni 2230060050

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2024

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat sehat kepada kita semua khususnya kami sebagai
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada
waktunya. Tak lupa kami juga sangat berterimakasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini terutama
kepada dosen pengampu mata kuliah studi kebijakan pendidikan ini.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal atas
bantuan berbagai sumber baik itu dari buku, jurnal, dan sumber lainnya
sehingga dapat memberikan kelancaran pada penyusunan makalah ini.
Untuk itu, kami banyak mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada kami sehingga
makalah ini selesai tepat pada waktunya. Terlepas dari itu semua, kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan dan
penyusuan makalah ini. Maka dari itu, kami meminta saran dan kritikan
yang mendukung dari pembaca agar makalah ini dapat diperbaiki kembali.
Akhir kata kami berharap makalah tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Pembuatan Keputusan Kebijakan Pendidikan ini dapat memberikan
manfaat dan
informasi bagi para pembaca. Terimakasih.

Bandung, Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................3
A. Pengertian Sosialisasi dan Tujuann sosialisasi
pendidikan......................................................................................
1. Pengertian Sosialisasi Pendidikan............................................3
2. Tujuan Sosialisasi Pendidikan..........................................................4
B. Perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan
Program Sosialisasi Kebijakan Pendidikan...............................6
C. Strategi Dan Forum Sosialisasi Kebijakan Pendidikan..........6
1. Strategi Sosialisasi Kebijakan Pendidikan....................................6
2. Forum Sosialisasi Kebijakan Pendidikan...............................................7
D. Media Sosial Kebijakan Pendidikan Islam...............................8

BAB III PENUTUP .................................................................................25


A. Simpulan.........................................................................................25
B. Saran .................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................27

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ialah aspek integral dari pengalaman manusia. Ini adalah topik yang
memicu perbincangan dan perdebatan, bahkan di antara mereka yang mungkin tidak
sepenuhnya memahami seluk-beluknya. Pendidikan merupakan perhatian penting
bahkan di negara-negara paling maju sekalipun, dan hal ini tentu saja menuai kritik.
Wacana abadi ini menggarisbawahi sifat abadi diskusi seputar pendidikan selama ada
kehidupan di planet ini.1
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut di atas secara efektif dan
mencapai revitalisasi, pengembangan, dan pemberdayaan sistem pendidikan Islam,
Mastuhu menyarankan perlunya konsep-konsep strategis baru. Konsep-konsep ini harus
diubah menjadi teori yang teruji dan diterapkan dalam praktik. Pencarian paradigma
baru melibatkan penciptaan konsep yang mencakup nilai-nilai strategis, proaktif, dan
antisipatif untuk memandu perkembangan masa depan. Sangat penting untuk
menjunjung dan meningkatkan nilai-nilai inti yang diyakini penting dalam kehidupan
modern dan dunia global saat ini. Sosialisasi ialah tahapan terpenting yang dialami
secara sadar ataupun tidak pada keseharian kehidupan. Sosialisasi ialah kegiatan
pembelajaran untuk menjadi pribadi yang dapat berpartisipasi pada masyarakat, dunia
kerja dan organisasi. Umumnya terdapat beragam masalah dalam sosialisasi kebijakan.
Masyarakat belum mengetahui mengenai mekanisme, aturan, batasan, tanggung jawab,
tindakan yang tepat dan penyesuaian. Pada dasarnya, untuk menghindari kesalahpahaman
dan kesalahpahaman, sosialisasi kebijakan tersebut harus dijalankan pada konteks
lembaga yang inklusif dengan sasaran dan tujuan yang jelas, prioritas yang jelas, dan
sumber daya penunjang yang jelas.
Kebijakan pendidikan begitu krusial dalam hal moral pelajar. Kebijakan
pendidikan mengacu pada serangkaian aturan yang berkaitan dengan pendidikan, mulai
dari perumusan, penentuan keputusan, pelaksanaan, serta penilaian, dengan
mempertimbangkan masalah yang melatarbelakangi sosial. Kebijakan pendidikan tersebut
umumnya dituangkan berbentuk UU pendidikan, peraturan pemerintah, pedoman
pendidikan, peraturan menteri, keputusan pengadilan, dan lain-lain di bidang pendidikan.2
1
Dian Fitriana, ‘Hakikat Dasar Pendidikan Islam’, Tarbawy : Jurnal Pendidikan Islam, 7.2 (2020), 143–50
<https://doi.org/10.32923/tarbawy.v7i2.1322>.
2
Moh Zidna Faojan Adima, ‘Sosialisasi Kebijakan Pendidikan’, Muntazam: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 2.2 (2021), 43–46.

1
Dalam konteks politik, sosialisasi menurut hakikatnya ialah sebuah sistem yang
memungkinkan pengambilan keputusan memenuhi tujuannya. Program politik
disosialisasikan guna mencapai tujuan dan dampak yang diinginkan. Sosialisasi
dipandang menjadi tahapan interaksi diantara serangkaian aktor, tujuan dan tindakan yang
bisa mewujudkan tujuan politik, dan sosialisasi melibatkan pemakaian bersama
kebijakan, organisasi, aktor, mekanisme, serta teknologi.3
Agar berhasil terlibat dalam diskusi sosialisasi Kebijakan Pendidikan Islam,
penting bagi penyelenggara pendidikan untuk memiliki pemahaman komprehensif
tentang hakikat peraturan pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan kerangka
pengembangan peraturan pendidikan. Sehingga, tujuan dari tulisan berikut ialah guna
meneliti secara mendalam proses sosialisasi kebijakan pendidikan Islam dengan
mengambil pendekatan yang membahas rumusan permasalahan peraturan pendidikan,
berbagai mekanisme yang terlibat dalam rumusan permasalahan kebijakan dan
peraturan pendidikan, aktor kunci dalam perumusannya, peraturan pendidikan, dan
strategi efektif menjalankan sosialisasi peraturan pendidikan melalui platform media
sosial. Metodologi yang dipakai pada riset berikut khususnya berlandaskan pada
penelitian ekstensif yang dilakukan melalui jurnal akademik dan buku yang tersedia di
database Google Cendekia. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini kemudian
disajikan secara cermat dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Bersumber uraian latar belakang di atas, perumusan masalah riset berikut meliputi:
1. Bagaimana pengertian dan tujuan sosialisasi kebijakan Pendidikan?
2. Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan program
sosialisasi kebijakan Pendidikan?
3. Bagaimana strategi dan forum sosialisasi kebijakan Pendidikan?
4. Bagaimana media sosialisasi kebijakan Pendidikan?

C. Tujuan Penelitian
3
Dian Namora and Abu Bakar, ‘Perbincangan Sosialisasi Kebijakan Pendidikan Islam’, Al Hikmah:
Journal of Education, 2.1 (2021), 101–14 <https://doi.org/10.54168/ahje.v2i1.36>.

2
Selaras terhadap perumusan permasalahan di atas, maka tujuan riset berikut
diantaranya:
1. Guna memahami pengertian dan tujuan sosialisasi kebijakan Pendidikan.
2. Guna memahami perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan program
sosialisasi kebijakan Pendidikan.
3. Guna memahami strategi dan forum sosialisasi kebijakan Pendidikan.
4. Guna memahami media sosialisasi kebijakan Pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Tujuan Sosialisasi Kebijakan Pendidikan
1. Pengertian Sosialisasi Pendidikan
Sosialisasi ialah istilah yang sering kali dipakai pada beragam riset, terutama
pada ilmu-ilmu sosial. Padahal, kata sosialisasi mempunyai 2 (dua) arti yang tidak
sama. Pertama, sosialisasi dipakai guna memaparkan pencantuman kata pada konsep
pokok supaya mempunyai makna atau pengertian yang jelas, misalnya “sosialisasi
nilai-nilai kebangsaan”. Pada konteks berikut konsep pokoknya adalah nilai-nilai
kebangsaan, dan istilah sosialisasi dipakai guna menjelaskan konsep pokoknya,
sedangkan istilah sosialisasi tidak membentuk atau merubah konsep baru. Kedua,
sosialisasi adalah penggunaan konsep-konsep yang sudah ada untuk melengkapi kata
atau menjadi bagian kata untuk menghasilkan konsep baru, sebagaimana “sosialisasi
politik”. Pada bahasan berikut, konsep politik yang ada mempunyai pengertian dasar
tersendiri, dengan memasukkan istilah sosialisasi pada konsep politik akan
menimbulkan suatu konsep dan pemahaman baru. Atas dasar pemahaman tersebut,
istilah-istilah yang disosialisasikan dapat diarahkan menjadi kata-kata penjelas dan
pelengkap konsep yang telah ada, atau menjadi kalimat yang bisa menghasilkan
ungkapan-ungkapan baru dan memunculkan pemahaman baru, oleh kerenanya,
terminologi sosialisasi bisa diselaraskan dengan konsep-konsep yang ada disesuaikan
dengan konsep-konsep pada tiap-tiap rumpun penelitian ilmu sosial. Bersumber
KBBI, sosialisasi paling tidak mempunyai tiga arti: Pertama, upaya guna merubah
milik seseorang/pribadi menjadi milik negara atau umum. Kedua, ialah aktivitas
pembelajaran dimana publik mempelajari dan memahami budaya khalayak sekitar.
Ketiga, usaha menjadikan suatu hal menjadi dikenal dan populer. 4 Sosialisasi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses belajar seorang anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di
lingkungannya. Di samping itu, juga diartikan sebagai upaya memasyarakatkan
sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, diahayati oleh masyarakat
(pemasyarakatan).
Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa sosialisasi
adalah suatu proses sosial yang ditempuh oleh seorang individu melalui proses

4
Herdiana, ‘Sosialisasi Kebijakan Publik: Pengertian Dan Konsep Dasar’, Stiacimahi.Ac.Id, 14.November
(2018), 13–25 <http://www.stiacimahi.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/2.-Dian-Herdiana.pdf>.

4
pendidikan dalam upaya pembentukan sikap yang sesuai dengan nilai sosial dan
kultural masyarakat dimana individu tersebut hidup bersamanya.Berkaitan dengan
pengertian sosialisasi tersebut, menurut Idi, terdapat beberapa kegiatan yang
tercakup dalam sosialisasi, yaitu:
a. Belajar Proses sosialisasi adalah suatu proses belajar, bagaimana
seorang individu harus berbuat dan bertingkah laku di tengah
masyarakatnya. Dalam sosialisasi juga seorang individu akan belajar
tentang kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya agar ia dapat
hidup, diterima dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
Sesuai dengan hal tersebut, Hamalik merumuskan belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan.
b. Penyesuaian diri .Sosialisasi terjadi melalui kondisi lingkungan yang
menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan fundamental,
seperti berbahasa, cara berjalan, duduk, makan, berkelakuan sopan,
dan sebagainya. Dalam persepektif Ahmadi, tingkah laku manusia itu
dapat diterangkan sebagai reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau
tekanan dari lingkungannya. Di daerah dingin manusia harus
berpakaian yang tebal untuk mengatasi tuntutan iklim. Hal ini berarti
bahwa tingkah laku manusia merupakan penyesuaian diri terhadap
tuntutan-tuntutan lingkungan fisik, disebut juga sebagai adaptasi. Di
samping itu, tingkah laku manusia juga merupakan penyesuaian diri
terhadap tuntutan dan tekanan sosial orang lain. Hal ini juga disebut
dengan istilah adjustment.
c. Pengalaman mental.Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap
pada diri seseorang dimana didahului oleh sikap terbentuknya suatu
kebiasaan yang menimbulkan reaksi yang sama terhadap masalah
yang sama yang ia dapatkan melalui proses sosialisasi. Seorang
anak yang sejak kecil terbiasa dengan bantuan orang lain untuk
setiap pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan sendiri, setelah
dewasa nanti akan selalu tergantung dengan orang lain. Hal ini
merupakan hasil pengalaman mental yang didapat sebelumya.5

5
Firmansyah, ‘Pola Sosialisasi Peserta Didik Dalam Proses (Perspektif Sosiologi Pendidikan Umum Islam)’, Jurnal
Pendidikan Dan Studi Islam, 1.2 (2021), 127–42.

5
2. Tujuan Sosialisasi Pendidikan
Tujuan umum dari sosialisasi kebijakan pendidikan ialah agar khalayak umum
dapat menginternalisasi dan memahami pentingnya konsep dan tujuan keputusan
pemerintah, serta pelaksanaan program dan peraturan pemerintah sebagai bagian dari
akuntabilitas, sebagai bagian dari aktivitas yang melibatkan publik pada siklus
program kebijakan pemerintah. Saat ini, ada kerja sama dan keterlibatan, khususnya
diantara komunitas dan pemerintah atau antar komunitas, guna merencanakan,
melaksanakan rencana, serta bersama-sama memantau dan mengendalikan kelompok-
kelompok peduli dan strategis dalam mengoptimalkan motivasi dan memiliki sesuatu
guna dikerjakan. Mengambil langkah-langkah untuk bersama-sama menjalankan
pemantauan pada tujuan peraturan pendidikan dan sosialisasi hasil pengembangan
program kebijakan di sektor pembangunan pendidikan pada khalayak umum. 6
Umumnya terdapat beragam masalah dalam sosialisasi kebijakan. Masyarakat belum
mengetahui mengenai mekanisme, aturan, batasan, tanggung jawab, tindakan yang
tepat dan penyesuaian. Guna menghindari kesalahpahaman dan miskomunikasi,
sosialisasi peraturan biasanya harus dijalankan pada konteks lembaga yang inklusif
dengan sasaran dan tujuan yang jelas, sumber daya penunjang yang jelas dan prioritas
yang jelas. Sosialisasi peraturan pendidikan ialah prosedur pemaparan informasi
peraturan pendidikan pada khalayak umum. Sosialisasi berikut dijalankan lewat
beragam media (media elektronik dan cetak). Kebijakan ialah aturan tertulis, putusan
lembaga formal serta mengikat yang mengendalikan tingkah laku serta dimaksudkan
guna membentuk sistem nilai baru pada khalayak umum.
Proses sosialisasi adalah suatu proses yang dilakukan secara aktif oleh dua pihak.
Pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasikan atau disebut juga dengan aktifitas
melaksanakan sosialisasi dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasikan atau
yang menerima sosialisasi. Beberapa tahapan sosialisasi kebijakan pendidikan antara
lain : 1. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dipersiapkan sejak rencana kebijakan pendidikan digulirkan, seorang
pimpinan mempersiapkan draft aturan, regulasi maupun produk kebijakan yang akan
dihasilkan. Pada tahap ini juga stakeholder sudah mulai mencerna dan memahami
kenapa, manfaatnya dan dampaknya sudah ada dalam pikirannya meski belum
sempurna. Dalam tahap ini, setiap individu sebagai anggota masyarakat
mempersiapkan diri dengan kebijakan yang akan ditetapkan, serta memahami dan
6
Namora and Bakar.

6
membekali dengan nilai-nilai dan normanorma yang menjadi pedoman dalam
kebijakan tersebut, sehingga proses penerimaan produk kebijakan bisa dengan mulus
karena sudah berkesesuaian dengan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan
tersebut.
2.Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap meniru dicirikan dengan semakin membaiknya masyarakat mengikut
kebijakan yang akan ditetapkan, termasuk menyesuaikan peran-peran yang akan
dilaksanakan oleh orang dewasa. Pada tahap meniru ini mulai terbentuk kesadaran
mengenai kebijakan baru. Masyarakat mulai menyadari tentang apa yang dilakukan
oleh seorang pimpinan dan apa yang diharapkan dari kebijakan tersebut, atau
masyarakat memiliki kemampuan untuk memposisikan diri pada kebijakan yang akan
disahkan serta mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran kolektif dari masyarakat
mulai terbentuk sempurna sesuai dengan harapan dalam kebijakan.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Tahapan adaptation yang dilaksanakan tidak menjadi utama lagi mulai
berkurang, dan digantikan peran yang secara langsung dimainkan sendiri menjadi
kepribadian dan budaya dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri
pada posisi yang diharapkan mengalami peningkatan, sehingga menyebabkan adanya
kemampuan beraktivitas secara bersama-sama dengan sempurna. Pada tahap ini
masing-masing orang merasa puas, mereka saling memberi tahu koleganya, dan mulai
memahami secara bertahap peraturan-peraturan yang berlaku. Pada kesempatan yang
sama masyarakat mulai memahami bahwa ada aturan atau norma tertentu yang
berlaku di lingkungannya (awareness).7
Kebijakan pendidikan yang sudah dirumuskan dapat disosialisaikan dengan
menggunakan berbagai media, baik berupa media komunikasi seperti poster, leaflet
brosur, spanduk, dan baliho, maupun melalui media elektronik, seperti cakram optik
(compact disk atau DVD), internet, radio dan televisi. Dalam sosialisasi kebijakan
pendidikan, poster dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain
untuk mencapai tujuan: 1) memperkenalkan rangkaian kebijakan dan manfaatnya, 2)
memperkenalkan prosedur terkait dengan kebijaka tersebut; 3) memberikan
penawaran tertentu, seperti beasiswa serta prosedur atau persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pemohon; 4) membentuk sikap atau pandangan (propaganda) tertentu,
seperti budaya kerja baru yang melekat pada kebijakan tersebut.Sesuai dinamika
7
Adima.

7
perkembang teknologi dibidang internet, maka sosialisasi kebijakan pendidikan yang
paling efisien dan efektif serta ekonomis dilakukan melalui media sosial, misalnya
facebook, twitter, instagram, whattshap group, line dan lain-lainnya. Bahkan secara
massal bisa dilakukan melalui media TV, Koran, radio, Sedangkan melalui pertemuan
tatap muka bisa di lakukan melalui Forum Diskusi Group (FGD), rapat sosialisasi,
rapat pimpinan dan liannya yang dianggap forum sosialisasi kebijakan pendidikan.8
B. Perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan Program Sosialisasi
Kebijakan Pendidikan
Dalam sejumlah literatur yang dikaji dan diamati peneliti, tidak didapati
satupun sumber yang menjelaskan dengan jelas peran dan fungsi perancangan
kebijakan pendidikan.
1. Berfungsi menjadi petunjuk pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan.
2. Berfungsi merumuskan peraturan pendidikan guna meminimalisir
pemborosan sumber daya pendidikan.
3. Berfungsi menjadi alat guna mengembangkan jaminan kualitas untuk suatu
instansi.
4. Berfungsi guna mencukupi akuntabilitas lembaga pendidikan.
5. Berfungsi menjadi cikal bakal aktivitas perumusan kebijakan pendidikan.
6. Berfungsi menjadi korektor (koordinator) dan alat pengarah (control)
terhadap perubahan sistem pendidikan.
7. Berfungsi guna menyelesaikan beragam masalah yang berhubungan
dengan sistem pendidikan.
8. Berfungsi menjadi penghubung diantara kegiatan pendidikan dan kegiatan
khalayak umum.9
C. Strategi Dan Forum Sosialisasi Kebijakan Pendidikan
1. Strategi Sosialisasi Kebijakan Pendidikan
Manajemen pendidikan Indonesia yang terdesentralisasi memungkinkan
berbagai departemen di pemerintah pusat dan daerah untuk berpartisipasi dalam
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. Dalam proses pendidikan,
pemangku kepentingan pendidikan memperoleh peluang dan kekuasaan, publik
berkontribusi aktif dalam mendorong pengembangan instansi pendidikan (sekolah),

8
Namora and Bakar.
9
Abu Khaer, ‘Perencanaan Pendidikan: Problematika, Peranan Dan Fungsi Dalam Lembaga Pendidikan’,
Andragogi, 4.1 (2022), 48–63.

8
dan praktik peraturan pendidikan dituangkan berbentuk MBS (manajemen berbasis
sekolah). Dalam sistem MBS, pengelolaan sekolah diserahkan kepada sekolah dan
pemangku kepentingan terkait, sehingga walaupun filosofi pengelolaannya bersifat
desentralisasi, namun perlu dipahami secara merata strategi pengelolaan pendidikan
sekolah. Tahapan tersebut adalah
1) Tahapan sosialisasi
Tahapan sosialisasi ialah tahapan yang krusial lantaran intervensi perlu
didistribusikan secara merata ke seluruh wilayah Indonesia. Persebaran informasi
berikut bisa dijalankan secara offline atau online. Tantangan pada tahapan
sosialisasi berikut ialah publik sulit menerima perubahan hingga membutuhkan
waktu lama dalam beradaptasi. Sehingga, aspek-aspek seperti manusia, tujuan,
proses, lingkungan, kebiasaan dan hasil perlu dipertimbangkan guna
mengoptimalkan perubahan kebijakan.
2) Tahapan piloting
Tujuan dari tahapan pengujian berikut ialah meminimalisir efek eksperimen
politik. Sehingga, dibutuhkan model eksperimental. Model eksperimental berikut
mencukupi persyaratan penerimaan, reproduktifitas, akuntabilitas, serta
keberlanjutan.
3) Tahapan diseminasi
Tahapan berikut ialah fase di mana kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
disebarluaskan. Harus diketahui bahwasanya tahap sosialisasi berikut
membutuhkan peralatan yang banyak serta anggaran yang besar. Ketiga tahapan
ini harus dikembangkan untuk sepenuhnya mengimplementasikan peraturan yang
dikembangkan.10
Ada beberapa strategi dalam melaksanakan sosialisasi kebijakan pendidikan,
sesuai dengan situasi dan kondisi unit kerja dan lingkungan masyarakat yang akan
diberikan informasi sebagai berikut:
1) Mendapatkan dukungan dari pimpinan tempat sosialisasi berlangsung, misalnya
Mendikbud mensosialisasikan peraturan atau kebijakan pendidikan Dasar dan
Menengah tahun 2018, semua pimpinan sudah memiliki satu semangat untuk
merealisasikan kebijakan tersebut, mulai dari Menteri sampai pimpinan dibawahnya

10
Linda Sari Oktavia, Nurhidayati Nurhidayati, and Nurhizrah Gistituati, ‘Kebijakan Pendidikan:
Kerangka, Proses Dan Strategi’, JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 6.1 (2021), 95
<https://doi.org/10.29210/3003909000>.

9
2) Memberikan pemahaman kepada pejabat dan staf di lingkungan sosialisasi
mengenai kebijakan, menjelaskan serta arti penting kebijakan pendidikan dalam
mendorong efisiensi, efektifitas, peningkatan citra dan akuntabilitas kelembagaan
3) Menjelaskan kepada para aktor dan pegawai melalui seminar workshop, atau
bimbingan teknis.
4) Menyediakan berbagai media sosialisasi, seperti buku, poster, brosur, leaflet, CD,
dan sebagainya, serta menyeberkan informasi tersebut media ke pihak-pihak yang
akan melakukan sosialisasi
5) Membuat poster dan menempatkan pada papan-papan pengumuman dan
menyediakan leaflet atau brosur pada tempat-tempat layanan terkait kebijakan yang
ditetapkan
6) Menayangkan pada situs internet lembaga yang menetapkan kebijakan
7) Menjadikan kebijakan sebagai salah satu tolok ukur bagi unit kerja lain dalam
melakukan pengawasan, dan pembinaan serta menilai kepatuhan pelaksanaan
kegiatan
8) Menjadikan penerapan kebijakan sebagai salah satu tolok ukur bagi pimpinan
langsung dalam menilai kinerja bawahan.
2. Forum Sosialisasi Kebijakan Pendidikan
Forum ialah wadah atau tempat guna berdiskusi mengenai hal-hal yang
menjadi keperluan bersama atau bagi para penggunanya untuk saling bertukar
pikiran atau bertemu. Forum ini ialah lokasi dimana pengguna dapat menghimpun
informasi terkait dan memberi saran kepada pengguna. Forum memiliki aturan
yang memungkinkan pengguna berbicara secara sopan tanpa merugikan pengguna
lain. Forum juga memiliki administrator, yang diartikan moderator. Forum ialah
sekelompok individu yang tanpa paksaan berkumpul membentuk suatu kelompok
berdasarkan ikatan bersama, yakni kesamaan kebutuhan atau kepentingan, dan
para anggotanya menjalankan upaya sedemikian rupa hingga kelompoknya
mempunyai tujuan yang sama yang hendak dicapai bersama yakni
mengoptimalkan penghasilan serta mandiri secara finansial.
Forum memiliki suatu tujuan bagi penggunanya, tujuan forum diantaranya:
1) Memfasilitasi komunikasi diantara pengguna.
2) Mempermudah pengguna dalam berjejaring.
3) Mempermudah pengguna memperoleh informasi.

10
4) Saling mendukung dengan dukungan pengguna-ke-pengguna dan tanya
Jawab.
5) Forum terus update berdasarkan perkembangannya.
6) Bisa membantu pengguna sukses bersama.
Satu diantara wujud sosialisasi ialah komunikasi yang membantu
penggunanya saling berbagi informasi. Komunikasi kelompok ialah sekelompok
individu yang memiliki tujuan serupa, saling berhubungan guna mewujudkan
tujuan bersama, saling menganggap dan mengenal mereka sebagai bagian dari
kelompok. Komunikasi kelompok ialah komunikasi tatap muka diantara tiga
individu ataupun lebih guna suatu tujuan sebagaimana berbagi informasi,
penyelesaian masalah dan pembelaan diri. Pengguna bisa mengingat secara akurat
kepribadian pengguna lain.11
D. Media Sosialisasi Kebijakan Pendidikan
Pengaruh media massa terhadap kebijakan pendidikan ialah media
mempengaruhi dan membentuk opini publik, yang begitu krusial dalam menentukan
nasib pendidikan dan pelajar pada perjuangan melawan pemerintah yang berkuasa.
Fungsi normatif media beragam. Ini perihal menginformasikan dan melaporkan fakta,
berkomentar, mendidik masyarakat, serta menghasilkan opini. Selain itu, media
mengatur, mengkritik, serta mengendalikan pejabat pemerintah, termasuk personel
militer, politisi, serta pendidik otoriter. Ciri ini menunjukkan bahwasanya media
mempunyai dampak terhadap peraturan pendidikan lantaran pengaruh atau kontribusi
pemerintah/otoritas pada pendidikan sangat tinggi dalam beragam upaya yang
dijalankan guna menyukseskan pendidikan bagi semua warga negara.
Secara singkat, terdapat 4 model yang menerangkan fungsi media massa pada
kebijakan pendidikan:
1. Model jendela: model berikut berasumsi bahwasanya tindakan
pemangku kepentingan pendidikan mulai dari tingkat bawah sampai
elit berdampak pada media dan menghasilkan pemilihan agenda media.
2. Model aktor: model berikut berarti bahwasanya media sampai batas
tertentu menetapkan opini masyarakat mengenai dunia pendidikan dan
karenanya berdampak pada agenda politik.

11
‘À3Äà Àíäðaaâà-Ãðèãîðîâè× 1 , Ëþäìèëà Ïîíîìàðüîâà 2 , Ìèõàéëî Ïðèõîäüêî 3 , ÷Ëåí-Êîðåñïîíäåíò Íàí Óêðà¿Íè
Âîëîäèìèð Ñåìåíåíêî 1 Ñòðàòèãðàô2ß Íåîãåíîâèõ Â2Äêëàä2Â Çàêàðïàòñüêîãî Ïðîãèíó’.

11
3. Model kolektif: model berikut ialah masyarakat sendiri yang menyerap
isu-isu dari dunia nyata pendidikan dan memutuskan pendapatnya.
Pendapat ini terpengaruh oleh pendapat pengajar yang dimuat di
media.
4. Model biotope: model berikut berasumsi bahwasanya segala sesuatu di
dunia nyata bergantung satu sama lain. Model berikut bisa dicermati
menjadi gabungan dari ketiga model tersebut di atas.
Persoalan strategis partai adalah bagaimana menyampaikan pesan partai, yaitu
gagasan, cara, tujuan, dan lain-lain, kepada seluruh anggota masyarakat. Media
modern dengan berbagai fungsinya menjadi pilihan utama partai politik dalam
memenangkan persaingan.Tanpa memanfaatkan media mustahil partai politik dapat
bertahan di dunia politik. Seiring dengan berkembangnya kebutuhan partai,
penggunaan media modern pun ikut berkembang. Pada akhirnya, media juga
digunakan sebagai alat propaganda partai, alat untuk memaksa lawan, dan alat untuk
mempengaruhi opini publik. Penggunaan media secara terus-menerus dapat
menciptakan perang informasi yang, jika dikendalikan dengan baik, akan
menciptakan dinamika politik yang sehat, namun jika gagal, maka dapat
menimbulkan kekacauan sosial..12
Kebijakan pendidikan yang sudah dirumuskan dapat disosialisaikan dengan
menggunakan berbagai media, baik berupa media komunikasi seperti poster, leaflet
brosur, spanduk, dan baliho, maupun melalui media elektronik, seperti cakram optik
(compact disk atau DVD), internet, radio dan televisi.
1. Leaflet, merupakan sehelai kertas dari bahan agak kaku yang mudah dilipat sebagai
sarana untuk menginformasi dan mengkomunikasikan produk kebijakan dari suatu
lembaga, termasuk lembaga pendidikan. Leaflet digunakan untuk mengingat kembali
tentang hal-hal yang telah pernah dikomunikasikan atau untuk memperkenalkan
kebijakan baru/prosedur (proses) baru kepada orang banyak.
2. Poster, menggunakan media poster yang harus dapat lihat oleh orang yang
melewati dimana poster itu diletakkan. Dalam sosialisasi kebijakan pendidikan, poster
dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain untuk mencapai tujuan:
1) memperkenalkan rangkaian kebijakan dan manfaatnya, 2) memperkenalkan
prosedur terkait dengan kebijakan tersebut; 3) memberikan penawaran tertentu,
12
Toha Makhshun and Khalilurrahman Khalilurrahman, ‘Pengaruh Media Massa Dalam Kebijakan
Pendidikan’, TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1.1 (2018), 57
<https://doi.org/10.30659/jpai.1.1.57-68>.

12
seperti beasiswa serta prosedur atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon;
4) membentuk sikap atau pandangan (propaganda) tertentu, seperti budaya kerja baru
yang melekat pada kebijakan tersebut.Poster untuk sosialisasi kebijakan pendidikan
yang baik, memiliki ciri-ciri antara lain: 1) mampu menyampaikan informasi secara
cepat ; 2) menayangkan ide dan isi yang menarik perhatian; 3) mampu
mempengaruhi, membentuk opini/pandangan; 4) bersifat eye catching/menarik
perhatian orang untuk melihat dan membacanya ; 5) simpel dan ringkas; 6) ada
keseimbangan tata ruang yang simetris; 7) sistematis; 8) ada penekanan pada ide
pokok atau pesan pokok.; 10) memiliki pesan yang jelas dan terfokus.
3. Billboard, menjadi sarana sosialisasi kebijakan pendidikan yang berukuran besar, di
tempat tertentu yang tinggi dan ramai dilalui orang. Billboard berbentuk bidang
dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiberglass, kain, kaca, plastik, dan sebagainya
yang pemasangannya berdiri sendiri, menempel bangunan dengan konstruksi tetap,
dan reklame tersebut bersifat permanen.
4. Baliho, bahannya bisa berupa kayu, logam, kain, fiberglass dan sebagainya. Isinya
merupakan informasi jangka pendek mengenai acara (event) tertentu atau kegiatan
yang bersifat insidentil. Sesuai dinamika perkembang teknologi dibidang internet,
maka sosialisasi kebijakan pendidikan yang paling efisien dan efektif serta ekonomis
dilakukan melalui media sosial, misalnya instagram, facebook, twitter, instagram,
whatsapp group, line dan lain-lainnya. Bahkan secara massal bisa dilakukan melalui
media TV, koran, radio, Sedangkan melalui pertemuan tatap muka bisa di lakukan
melalui Forum Diskusi Group (FGD), rapat sosialisasi, rapat pimpinan dan lainnya
yang dianggap forum sosialisasi kebijakan pendidikan.13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa media massa adalah
sebuah lembaga netral yang berinteraksi dengan masyarakat luas. Media massa
memiliki berbagai fungsi, termasuk sebagai sumber informasi, agenda setter,

13
Nanang Qosim Al Masquri, ‘Sosialiasi Kebijakan Pendidikan Islam Di Masyarakat’, Jurnal Multidisiplin
Indonesia, 2.8 (2023), 1966–74 <https://doi.org/10.58344/jmi.v2i8.395>.

13
penghubung antarindividu, sarana pendidikan, alat persuasi, dan hiburan. Seperti
halnya lembaga pendidikan yang bertujuan menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, pers juga memiliki peran serupa meskipun tidak secara langsung menjadi
bagian dari proyek negara. Pers bahkan dapat menjadi pengontrol dan korektor kritis
terhadap sumber daya manusia atau alumni lembaga pendidikan. Kebijakan (policy)
diartikan sebagai arah tindakan yang bertujuan, yang dilakukan oleh pelaku kebijakan
untuk mengatasi suatu masalah atau urusan yang bersangkutan. Oleh karena itu,
pengaruh media massa dalam kebijakan dapat berdampak positif maupun negatif,
seperti menjadi ruang publik untuk mencari informasi tentang suatu partai,
menyampaikan pendapat, ide, saran, kritik, serta berdebat dan mempertajam ide
politik. Media massa juga bisa digunakan sebagai alat propaganda partai termasuk
program-program dan kebijakan-kebijakan partai, serta untuk mendeskreditkan
kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA

‘À3Äà Àíäðaaâà-Ãðèãîðîâè× 1 , Ëþäìèëà Ïîíîìàðüîâà 2 , Ìèõàéëî Ïðèõîäüêî 3 , ÷Ëåí-Êîðåñïîíäåíò


Íàí Óêðà¿Íè Âîëîäèìèð Ñåìåíåíêî 1 Ñòðàòèãðàô2ß Íåîãåíîâèõ Â2Äêëàä2Â Çàêàðïàòñüêîãî
Ïðîãèíó’

14
Adima, Moh Zidna Faojan, ‘Sosialisasi Kebijakan Pendidikan’, Muntazam: Jurnal
Manajemen Pendidikan, 2.2 (2021), 43–46
Firmansyah, ‘Pola Sosialisasi Peserta Didik Dalam Proses (Perspektif Sosiologi Pendidikan
Umum Islam)’, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 1.2 (2021), 127–42
Fitriana, Dian, ‘Hakikat Dasar Pendidikan Islam’, Tarbawy : Jurnal Pendidikan Islam, 7.2
(2020), 143–50 <https://doi.org/10.32923/tarbawy.v7i2.1322>
Herdiana, ‘Sosialisasi Kebijakan Publik: Pengertian Dan Konsep Dasar’, Stiacimahi.Ac.Id,
14.November (2018), 13–25
<http://www.stiacimahi.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/2.-Dian-Herdiana.pdf>
Khaer, Abu, ‘Perencanaan Pendidikan: Problematika, Peranan Dan Fungsi Dalam Lembaga
Pendidikan’, Andragogi, 4.1 (2022), 48–63
Makhshun, Toha, and Khalilurrahman Khalilurrahman, ‘Pengaruh Media Massa Dalam
Kebijakan Pendidikan’, TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1.1 (2018), 57
<https://doi.org/10.30659/jpai.1.1.57-68>
Al Masquri, Nanang Qosim, ‘Sosialiasi Kebijakan Pendidikan Islam Di Masyarakat’, Jurnal
Multidisiplin Indonesia, 2.8 (2023), 1966–74 <https://doi.org/10.58344/jmi.v2i8.395>
Namora, Dian, and Abu Bakar, ‘Perbincangan Sosialisasi Kebijakan Pendidikan Islam’, Al
Hikmah: Journal of Education, 2.1 (2021), 101–14
<https://doi.org/10.54168/ahje.v2i1.36>
Oktavia, Linda Sari, Nurhidayati Nurhidayati, and Nurhizrah Gistituati, ‘Kebijakan
Pendidikan: Kerangka, Proses Dan Strategi’, JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia),
6.1 (2021), 95 <https://doi.org/10.29210/3003909000>
Nanang Qosim Al Masquri, ‘Sosialiasi Kebijakan Pendidikan Islam Di Masyarakat’,
Jurnal Multidisiplin Indonesia, 2.8 (2023), 1966–74 <https://doi.org/10.58344/jmi.v2i8.395>.

15

Anda mungkin juga menyukai