Anda di halaman 1dari 5

Nama : Indri Nurwidya Seli

NIM : 2127201020012
Mata Kuliah : Analisis Kebijakan PAI di Indonesia
Semester : 3 (Tiga)
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Dr. Etika Pujianti, M. Pd

JAWABAN

1. Menurut pendapat saya, Kebijakan Pendidikan islam merupakan rangakaian konsep


dan asas yang dijadikan pedoman yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Pembentukan kepribadian yang utama tentunya tidak terlepas dari peran
pendidikan agama. Oleh karena itu pendidikan agama menempati posisi yang penting
dalam lingkup sistem pendidikan nasional.
Kemudian analisis kebijakam pendidikan yaitu suatu bentuk usaha pengkajian
masalah dengan membandingkan untung-ruginya dari berbagai aspek :
 Baik untuk jangka waktu singkat maupun jangka waktu lama. Suatu bentuk
analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa
dilakukan dengan pengkajian secara maksimal sehingga dapat
menggambarkan landasan suatu kebijakan perlu dilakukan untuk suatu tujuan.
Para pengambil kebijakan dapat menggunakan berbagai alasan termasuk
intuisi dan pengungkapan pendapat dengan alternative-alternatif tertentu.
 Analisis kebijakan pendidikan Islam adalah kegiatan-kegiatan penelitian untuk
menjelaskan atau memberikan pandangan-pandangan terhadap isu-isu atau
masalah-masalah, sampai mengevaluasi suatu program secara konfrehensif.
 Pada dasarnya keputusan dilahirkannya suatu kebijakan untuk melanggengkan
suatu program yang lebih baik. Kebijakan-kebijakan tersebut erat kaitannya
dengan pelaksanaan suatu peraturan yang belum mengatur secara khusus,
sehingga diperlukan adanya inisiatif khusus dari pemerintah. Kebijakan
tersebut lahir setelah terlebih dahulu melalui proses penelaahan yang patut
sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Dalam kondisi tertentu
kebijakan hanya bersifat sementara namun kebijakan yang bersifat sementara
kebanyakan tidak terikat karena terjadi secara insidential. Sedangkan
kebijakan yang bersifat permanent tetap melalui proses dan tahapan tertentu
yang dijadikan sebagai sandaran pengambilan kebijakan.
Berbagai aspek yang mungkin dijadikan landasan untuk menganalisis suatu tindakan
dan kebijakan yang mungkin dapat mempengaruhi suatu keputusan. Aspek-aspek tersebut
dapat berlandaskan agama, politik, ekonomi dan social, bahkan masalah-masalah lain yang
diperlukan.
William N.Dunn, mengatakan bahwa analisis kebijakan adalah suatu disiplin sosial
terapan yang menggunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relefan dengan kebijakan. Kebijakan
tersebut dapat dimanfaatkan di mana saja dalam upaya memecahkan masalah-masalah untuk
terwujutnya harapan-harapan yang diinginkan dengan pengambilan kebijakan sebagaimana
dibutuhkan dan menguntungkan secara lebih luas. Kebijakan merupakan keputusan yang
telah ditetapkan atau standing decision yang memiliki karakteristik tertentu seperti konsistensi
sikap dan keberulangan bagi subyek dan obyeknya. Sementara kebijakan pendidikan dapat
dimaknai sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur pendidikan
dalam suatu negara. Kebijakan apapun yang dilakukan, selalu diwujudkan dalam bentuk
keputusan yang menekankan pada implementasi program kegiatan, seberapa besar
kemungkinan program tersebut dapat direalisasi dalam bentuk tindakan nyata. Menganalisis
kebijakan pendidikan Islam merupakan suatu usaha mengkaji, meneliti, memperhatikan
dengan seksama dengan pendekatan tujuan pendidikan Islam, sehingga akan jelas sisi-sisi
kebaikan dan kekurangan dalam penanganan terhadap upaya pencapaian tujuan tersebut.
Kebijakan-kebijakan yang pernah atau telah pernah dilakukan untuk pelaksanaan pendidikan
Islam di kaji kembali agar tepat sasaran, tepat pola penangannannya, tepat programnya dan
mungkin dilakukan.
Pendidikan Islam ini terus menghadapi berbagai perubahan dalam lingkungan internal
dan eksternal. Karena itu, dibutuhkankan strategi jitu dalam pelaksanaan, pengelolaan serta
kurikulumnya. Kajian sederhana seperti ini termasuk pola pelaksanaan dan pengelolaannya
juga diharapkan agar lebih bagus, baik dari pemerintah maupun dari pimpinan atau pengurus
balai dan dayah supaya mutunya dapat ditingkatkan. Dengan memperhatikan kondisi riil yang
ada, dan usaha-usaha ke-arah yang diinginkan, maka sudah merupakan hal yang sangat
mungkin membutuhkan tindakan khusus perlu dilakukan oleh pemerintah, yaitu sebagai
tindakan mengimbangi kebutuhan pendidikan.
Selanjutnya William N. Dunn mengemukakan, ada sejumlah tahapan yang perlu
dilakukan dalam membuat kebijakan antara lain;
 Perumusan masalah yang mencakup keputusan-keputusan yang mungkin
dilakukan, yang meliputi: a. Tujuan, nilai dan sasaran yang akan dicapai harus
memuat unsur kepatutan yang tinggi. b. Adanya penelitian atau penelaahan
yang matang. c. Dapat diterima akal sehat.
 Perlu juga diketahui model Perumusan Kebijakan seperti; a. Penggabungan
kompromi antara teori rasional komprehensif dengan teori inkremental. b.
Memperhitungkan tingkat kemampuan para pengambil keputusan.c.
Pengamatan untuk memfokuskan pada wilayah yang memerlukan kajian
secara mendalam.

2. Komponen Kebijakan Pendidikan


Charles O. Jones (1979) menyatakan ada 5 komponen kebijakan pendidikan yaitu;
1) Goal (Tujuan)Tujuan diartikan sebagai hasil yang ingin didapatkan oleh individu
maupun kelompok dalam rentang waktu yang ditetapkan. Tujuan dirancang sebagai
langkah awal dalam merencanakan suatu kegiatan. Sebuah kebijakan pendidikan harus
memiliki tujuan yang jelas agar proses penerapanya terarah. Tujuan kebijakan
pendidikan harus dibuat rasional agar mudah diterima oleh berbagai pihak;
2) Plans (Rencana). Setelah tujuan pendidikan dirancang maka selanjutnya adalah
membuat perencanaan kerja yang lebih spesifik agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Rencana kerja dibuat bertujuan untuk proses manejemen dan penerapan
kebijakan pedidikan agar proses pengeimplementasianya terarah dan jelas;
3) Programme (Program). Setelah perencanaan kerja dibuat maka selanjutnya adalah
proses pengembangan program. Program merupakan aktivitas berupa proyek yang
nyata berdasarkan tujuan yang telah didesain sebelumnya. Program merupakan upaya
yang dilakukan agar tercapainya tujuan dengan cara melihat tingkat keberhasilannya.
Pembuatan kebijakan pendidikan diharapkan untuk dapat mengembangkan beberapa
alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan ketika proses pengambilan keputusan;
4) Decision (Keputusan). Keputusan merupakan sebagai bentuk tindakan dalam
penentuan tujuan, pembuatan rencana program, pelaksanaan program, dan proses
evaluasi program. Pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
uji coba terhadap alternatif-alternatif kebijakan pendidikan. Hasil keputusan kebijakan
pendidikan harus bersifat rasionalitas agar hasil tersebut dapat diterima oleh berbagai
pihak;
5) Efects (Dampak). Dampak merupakan pengaruh yang ditimbulkan setelah kebijakan
di laksanakan. Dampak ini dapat berupa sengaja maupun ketidaksengajaan baik
berupa dampak primer maupun dampak sekunder. Dampak juga dapat berupa dampak
positif maupun dampak negatif.
Komponen-komponen ini lah yang dapat melahirkan sebuah kebijakan pendidikan.
Tanpa adanya salah satu dari komponen tersebut maka tidak akan berjalannya kebijakan
pendidikan. Kelima komponen ini saling berhubungan dan mendukung satu dengan yang
lainnya.

3. Suatu analisis kebijakan pendidikan tergantung dari cara pandang atau perspektif
mana akan diambil, misalnya analisis kebijakan pendidikan bisa dilihat dari cara
pandang sosial dan budaya, ekonomi (politik ekonomi), psiko sosial, agama,
pemerintahan dan birokrasi, pertahanan dan keamanan dll.
Analisis Kebijakan Pendidikan merupakan penerapan analisis dalam bidang
pendidikan untuk menjelaskan, menilai dan menghasilkan pemikiran (alternatif
solusi) dalam rangka memecahkan masalah publik sebagai bentuk proses pengambilan
keputusan bidang pendidikan.
Analisis kebijakan adalah sebagai suatu metode atau prosedur menggunakan
argumentasi rasional dan fakta-fakta untuk menjelaskan, menilai, dan membuahkan
pemikiran dalam rangka upaya memecahkan masalah publik. Pendekatan dalam
analisis kebijakan menggunakan pendekatan deskriftif dan normatif. Pendekatan
deskriftif dimaksudkan untuk menyajikan inforrnasi apa adanya kepada pengambil
keputusan agar pengambil keputusan memahami permasalahan yang ada. Sedangkan
pendekatan normatif dimaksudkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam
memberikan gagasan hasil pemikiran agar para pengambil keputusan dapat
memecahkan suatu kebijakan. Dalam analisis kebijakanada dua paradigma metodologi
yang sering dipakai, yaitu paradigama kuantitatif dan paradigma kualitatif. Prosedur
analisis kebijakan pendidkan tinggi mempertimbangkan tiga hal yaitu, pertama fungsi
alokasi, fungsi inquiri, dan fungsi komunikasi. Isu-isu strategis dalam dunia
pendidikan dewasa ini melipuri tiga hal yaitu pemerataan dan perluasan akses,
peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas
dan pencitraan publik.

4. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang
memiliki ciri khas yang berbeda dari pada mata pelajaran lainnya. Karakteristik
mata pelajaran PAI yakni masuknya nilai ilahiyah sebagai core values dalam PBM.
Aspek ilahiyah ini kemudian dijabarkan pada ranah aqliyah (kognitif), qolbiyah
(afektif), dan amaliyah (psikomotorik). Konsep aqliyah memiliki nilai yang berbeda
dengan aspek kognitif, begitu pula konsep qalbiyah dan amaliyah berbeda dengan
aspek afektif dan psikomotorik. Dalam pembelajaran PAI, ketiga ranah ini selalu
terkait dengan posisi manusia sebagai hamba Allahdan khalifah di bumi. Tujuan
evaluasi pembelajaran PAI memiliki kedudukan yang vital untuk melihat ketercapaian
standar kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik baik pada aspek aqliyah,
amaliyah, maupun qalbiyah. Maka dari itu evaluasi yang dikembangkan oleh
pendidik harus mencakup ketiga ranah tersebut. Sedangkan Fungsi evaluasi
pembelajaran PAI adalah:
1) Menilai ketercapaian standar kompetensi dan
2) sebagai bahan penunjang penyusunan perencanaan pembelajaran. Hasil penilaian
digunakan untuk melihat hasil pembelajaran PAI yang telah dilakukan
berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Evaluasi pembelajaran yang berkesinambungan dapat mempermudah pendidik
maupun sekolah untuk mengembangkan model perencanaan, pelaksanaan, dan
hasil belajar. Proses ini selanjutnya mampu menyempurnakan program pembelajaran
PAI menjadi lebih baik. Model evaluasi pembelajaran PAI meliputi evaluasi
perencanaan, evaluasi pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi efisiensi,
dan evaluasi program komprehensif. Sementara itu teknik yang dapat digunakan
adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes dapat digunakan untuk melihat tingkat
pemahaman peserta didik. Sedangkan teknik non tes dapat digunakan untuk
melihat 3 ranah kompetensi peserta didik, khususnya pada ranah amaliyahdan
qalbiyah, karena 2 ranah ini sulit untuk dinilai dengan tes tulis.

Anda mungkin juga menyukai