Npm : 1911010401
Kelas/Semester :E/3
SOAL!
1. Jelaskan pengertian kebijakan pendidikan Islam menurut para ahli dan menurut pendapat
saya?
2. Jelaskan tujuan dan manfaat mempelajari kebijakan pendidikan pada umumnya dan
kebijakan pendidikan Islam khususnya? Serta beri contoh.
3. Sebutkan dan jelaskan ruang lingkup dan komponen-komponen yang dipelajari dalam
kebijakan pendidikan?
4. Apa saja kendala dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan pada umumnya dan
kebijakan pendidikan pada khususnya ?
5. Menurut saudara, kebijakan apa saja terkait dengan pendidikan Islam saat ini yang
dianggap menguntungkan dan juga dianggap merugikan dan bagaimana menurut saudara
cara memberikan solusi nya. Jelaskan dan beri contoh?
JAWABAN
c. Kebijakan pendidikan menurut (Riant Nugroho, 2008: 37)sebagai bagian dari kebijakan
publik, yaitu kebijakan publik di bidang pendidikan. Dengan demikian, kebijakan
pendidikan harus sebangun dengan kebijakan publik dimana konteks kebijakan publik
secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan merupakan bagian dari
kebijakan publik. Kebijakan pendidikan di pahami sebagai kebijakan di bidang
pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan Negara Bangsa di bidang pendidikan,
sebagai salah satu bagian dari tujuan pembangunan Negara Bangsa secara keseluruhan.
Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
• Manfaat
Ibadah Alhamdulillah menjadi baik dan benar, tatakrama menjadi baik, adab terhadap
yang lebih tua semakin membaik dan meningkat.
2. Pengembangan kurikulum.
3. pengujian.
5. komunikasi pendidikan.
Kegiatan yang terakhir yakni kegiatan pada nomor 6 berfungsi untuk menyiapkan bahan-
bahan rumusan kebijakan pendidikan, baik kebijakan jangka panjang, menengah, dan
jangka pendek, maupun bahan-bahan untuk kebijakan departemen yang setiap saat
diperlukan oleh pengambil keputusan.
• Komponen pelaksanaan
1. Materi Pendidikan
2. Sistem Penyampaian
• Komponen pendidik
• Peserta didik
• Sistem pendidikan Islam pada khususnya masih terbatas pada pendidikan di pondok
pesantren yang tetap mempertahankan pandangan tradisional menjadi tata nilai yang di
gunakan, dengan tetap mengadopsi hal-hal yang baru sesuai dengan perkembangan jaman,
kemandirian yang selama ini terjaga telah berkembang ke arah yang lebih maju,
sebagaimana seperti yang sekarang sedang berkembang dimana telah banyak pesantren
telah mengelolah pendidikan umum yang menjadi rujukan bukan hanya kalangan kelas
bawah tetapi mulai dilirik oleh orang tua yang masuk kelas menengah ke atas. Pesantren
harus tetap dikembangkan, manajemen yang selama ini masih terkesan dikelola apa
adanya harus diubah kearah penyempurnaan.
• Pendidikan Islam pada level sekolah dasar terutama pada sekolah-sekolah yang dikelolah
oleh pemerintah (sekolah umum), masih sebatas pada pengajaran bidang studi Islam,
belum sampai pada taraf internalisasi ajaran agama Islam.
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi melalui keleluasaan berada di bawah pengaruh sumber daya yang ada,
Partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
Peningkatan mutu yang diperoleh dari orangtua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme guru, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana kondusif.
Pemerataan pendidikan tampak pada tumbuhnya Partisipasi masyarakat, terutama yang mampu
dan peduli terhadap masalah pendidikan. Implikasinya adalah mengatur kewenangan yang lebih
besar kepada kabupaten dan kota untuk sekolah dasar dan menengah sesuai dengan potensi dan
kebutuhan daerahnya. Juga, melakukan perubahan kelembagaan untuk memenuhi dan
meningkatkan efisiensi dan pengawasan dalam perencanaan dan pelaksanaan, serta
memberdayakan sumber daya manusia yang menekankan profesionalisme. Pelaksanaan MBS
memerlukan upaya penyelarasan, sehingga pelaksanaan berbagai komponen sekolah tidak
tumpang tindih, saling lempar tugas dan tanggung jawab. Dengan begitu, tujuan yang telah
ditetapkan sebagai konkretisasi visi dan misi dapat dicapai dengan efektif, efisien, dan relevan
dengan keperluannya.
5. Terkait dengan pengelolaan madrasah, begitu ya begitu berada di bawah naungan agama,
yang diambil dari kebijakan yang diambil oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Misalnya, kebijakan yang terkait dengan ujian nasional, akreditasi, atau lainnya yang
bersifat teknis akademim. Namun hal lain yang terkait dengan pengelolaan atau
manajemen madrasah secara umum sesuai kebijakan kementerian agama dan dikelola
secara sentral. Pengangkatan kepala madrasah dan penganggaran misalnya, masih
ditentukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah kementerian agama. Sementara itu,
di lingkungan kementerian pendidikan dan kebudayaan sudah diotonomikan kepada
kepala daerah setempat.
Dualisme pengelolaan lembaga pendidikan seperti itu, semula situasi merugikan. Asumsi yang
dikemukakan di muka, kebijakan itu merupakan suatu bangsa yang terdiri dari sesama bangsa
yang seharusnya mengatur secara adil atau sama. Seringkali terdengar kritik bahwa keadaan
madrasah tidak maju, terbelakang, tidak mampu bersaing oleh pengelolaan pendidikan yang
peduli oleh dua kementerian yang berbeda itu. Demikian pula, perguruan tinggi Islam yang tidak
berkembang sebagai akibat kebijakan yang diskriminatif. Namun sejak awal reformasi, di mana
kemudian muncul kebijakan, peningkatan anggaran untuk pendidikan madrasah dan juga
perguruan tinggi Islam, maka ternyata berdampak luar biasa. Tidak sedikit madrasah dan juga
perguruan tinggi Islam yang mengalami kemajuan, baik dari penampilan fisik, tenaga pengajar,
maupun prestasi akademiknya. Kemajuan seperti itu pembatasan berbagai jargon yang bernuansa
propokatif dan kompetitif, misalnya 'madrasah lebih baik dan lebih baik madrasah'.
Rupanya, dualisme pengelolaan lembaga pendidikan itu, meskipun beresiko, juga membuahkan
keuntungan yang tidak sederhana. Di antaranya misalnya, acara kompetisi yang sebenarnya
sangat dibutuhkan untuk mendinamisasi kedua jenis lembaga pendidikan yang berada di bawah
kementerian yang berbeda itu. Madrasah ingin meraih prestasi lebih unggul dibanding sekolah
umum. Demikian pula, pendidikan umum juga tidak mau kalah membubarkan madrasah. Hasil
ujian nasional tidak saja dibandingkan antar propinsi, atau kabupaten kota, tetapi juga antara
sekolah umum dan madrasah. Kesemua itu memacu semangat untuk sama-sama maju. Demikian
pula, tatkala mendengar akreditas perguruan tinggi Islam lebih tinggi perguruan tinggi umum,
maka menumbuhkan semangat perguruan tinggi umum untuk mengejar ketertinggalan itu.