Anda di halaman 1dari 30

KONSEP KEBIJAKAN PENDIDIKAN

NASIONAL DAN ISU-ISU PENDIDIKAN


NASIONAL

Disusun oleh :

Nur Laila Masyrifatun Ni'mah (02.10881)

Yunita Ambar Fidiastuti (02.10903)

Septiana Suluslaila Nur F (02.10969)


 Pengertian kebijakan pendidikan nasional
 Karakteristik kebijakan pendidikan
 Fungsi kebijakan pendidikan nasional
 Arah kebijakan pendidikan Indonesia
 Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan
 Isu-isu permasalahan pendidikan saat ini
Pengertian Kebijakan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan berarti kepandaian, kemahiran,
kebijkasanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak, atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.

Menurut Nichols, bahwa : kebijakan adalah suatu keputusan yang dipikirkan secara matang
dan hati-hati oleh pengambilan keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang dan
rutin yang terpogram atau terkait dengan aturan-aturan keputusan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Klein dan Murphy, bahwa : kebijakan berarti seperangkat
tujuan-tujuan, prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing sesuatu
organisasi, kebijakan dengan demikian mencakup keseluruhan petunjuk organisasi
Dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian tujuan,
rencana, program-program yang dibuat untuk menjadi pedoman
ketika melakukan kegiatan atau mengambil keputusan di mana
kebijakan tersebut memiliki sanksi jika tidak dilaksanakan.
Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Pengertian Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Di negara kita, pendidikan
nasional diaksanakan sejak Sekolah Dasar hingga jenjang Perguruan Tinggi. Adanya
pendidikan akan memberikan pengaruh positif kepada seluruh peserta didik yang
tentunya akan menjadi generasi penerus bangsa.

Menurut pasal 1 Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan


nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang beermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta betanggung jawab.
Pengertian Kebijakan Pendidikan ditinjau dari berbagai
macam sudut pandang

1. Kebijakan pendidikan dalam kebijakan publik


Kebijakan publik dipahami sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh intitusi Negara dalam
rangka mencapai visi dan misi Negara.
Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
oleh Mark Olsen, Jhon Codd, dan Anne-Mari ONeil, kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi
keunggulan, bahkan eksistensi, bagi Negara-bangsa dalam persaingan global, sehingga kebijakan
perlu mendapatkan prioritas utama dalam era-globalisasi.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, kebijakan pendidikan dipahami sebagai bagian dari
kebijakan publik. Maka kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan pembangunan Negara-bangsa di bidang pendidikan, sebagai salah satu dari tujuan
pembangunan Negara bangsa secara keseluruhan.
2. Kebijakan Pendidikan dan Gender
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional telah diberikan kesempatan yang sama kepada pria dan
perempuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

3. Kebijakan pendidikan menurut Carte V. Good (1959)


Menyatakan, bahwa kebijakan pendidikan adalah suatu penilaian terhadap sistem nilai dan faktor-
faktor kebutuhan situasional, yang dioperasikan dalam sebuah lembaga sebagai perencanaan
umum untuk panduan dalam mengambil keputusan, agar tujuan pendidikan yang diinginkan bisa
dicapai.
4. Hough (1984)
Sebagaimana dikutip oleh Mudjia Rahardjo juga menegaskan sejumlah arti kebijakan. Kebijakan
bisa menunjuk pada seperangkat tujuan, rencana atau usulan, program-program, keputusan-
keputusan, menghadirkan sejumlah pengaruh, serta undang-undang atau peraturan-peraturan.

5. Kebijakan pendidikan berdasarkan hakikat pendidikan


Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah
strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkaan
tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.
Jadi, kebijakan pendidikan nasional dapat diartikan sebagai kumpulan
hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang
tercakup didalamnya tujuan pendidikan nasional dan bagaimana
mencapai tujuan tersebut.
Karakteristik Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus, yakni:


1. Memiliki tujuan pendidikan.
Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk memberikan
kontribusi pada pendidikan.
2. Memenuhi aspek legal-formal.
Maka, kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai dengan hierarki
konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di
wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan yang legitimat.
3. Memiliki konsep operasional
Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum, tentunya harus mempunyai
manfaat operasional agar dapat diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk
memperjelas pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
4. Dibuat oleh yang berwenang
Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang memiliki kewenangan
untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar
pendidikan.
5. Dapat dievaluasi
Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang sesungguhnya untuk ditindak
lanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan,
maka harus bisa diperbaiki. Sehingga, kebijakan pendidikan memiliki karakter dapat
memungkinkan adanya evaluasi secara mudah dan efektif.
6.Memiliki sistematika
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem juga, oleh karenanya harus memiliki
sistematika yang jelas menyangkut seluruh aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun
dituntut memiliki efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan pendidikan itu
tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang
atau saling berbenturan satu sama lainnya.
Fungsi Kebijakan Pendidikan Nasional

Fungsi kebijakan pendidikan nasional menurut Pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas yang menegaskan
bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan penegasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dibuat untuk menjadi pedoman
dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan
keputusan pada semua jenjang organisasi.
Arah Kebijakan Pendidikan Indonesia

Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan
ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan
global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip
otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam Bidang Pendidikan

Landasan yuridis atau kebijakan pendidikan Indonesia adalah seperangkat konsep peraturan perundang-
undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia.
Diantaranya :
• Dalam pembukaan UUD 1945
• Pasal 31 UUD 1945 ayat 1, 2, 3, 4, 5
• UU No. 20 Tahun 2003
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 48 Tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan
• Permendiknas Nomor : 30 Tahun 2010 tentang Pemberian Bantuan Biaya Pendidikan kepada
Peserta Didik yang Orang Tua atau Walinya Tidak Mampu membiayai pendidikan
Isu-Isu Permasalahan Pendidikan Nasional Saat Ini

 Masalah pemerataan pendidikan.


Masalah pemerataan pendidikan, dimana isu ini berkaitan dengan sistem pendidikan seyogyanya
menyiapkan peluang yang sangat besar bagi seluruh masyarakat agar dapat mengakses pendidikan,
yang mana mampu menjadi tempat bagi keberlanjutan peningkatan SDM di Indonesia
ketidak seimbangan juga terlihat pada adanya perbandingan jumlah yang mencolok antara SD, SMP
dan SMA. Lembaga SD jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah lembaga SMP dan SMA.
Ada banyak cara dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah pemerataan pendidikan.
Adapun untuk cara tradisonal pemerintah dapat melakukan: Pertama dengan membangun gedung
sekolah dan ruang belajar dan kedua memanfaatakan sekolah dengan sistem double sift. Adapun
cara kedua yaitu cara inovatif dengan membangun sistem pamong (pendidikan bekerjasama dengan
masyarakat), membangun sekolah di daerah terpencil dan mengirimkan guru guru untuk mendidik
didaerah tersebut, pola pendekatan rumah (guru mendatangi rumah siswa), Program Kejar Paket,
Pembelajaran jarak jauh seperti yang diterapkan pada Universitas Terbuka.
 Masalah Mutu / Kualitas Pendidikan
Proses pembelajaran berjalan dengan baik apabila didukung oleh berbagai unsur pendidikan
diantaranya tenaga pendidik, peserta didik, sarana pembelajaran, kurikulum bahkan lingkungan
sekitar. Sebagai contoh apabila unsur sarana yang ada di sekolah tersebut lengkap, Sedangkan
tenaga pendidik kurang terampil, hal ini menyebabkan kurang optimalnya proses pembelajaran
dalam rangka meningkatkan kualitas dan hasil belajar.
Solusi yang bisa ditawarkan untuk meningkatkan mutu pendidik diantaranya: (1) seleksi yang ketat
untuk penerimaan mahasiswa calon pendidik; (2) Pengembangan keterampilan tenaga pendidik
melalui pelatihan-pelatihan; (3) penyempurnaan kurikulum yang materinya disesuaikan dengan
muatan lokal di daerah setempat; (4) pengembangan sarana dan prasaran yang dapat menciptakan
suasana belajar yang nyaman; (5) penyempurnaan administrasi sekolah sehingga dapat efisiensi
anggaran; (6) pengorganisasian dalam rangka untuk menjaga kualitas penyelenggara pendidikan
perlu ditetapkan dengan didukung oleh lembaga yang sudah diberi wewenang dalam menjamin
mutu diantaranya Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah
Madrasah (BAN-SM) maupun dari lembaga independen.
 Masalah Efisiensi
Masalah ini meliputi : (1) kesenjangan antara lulusan dan lapangan kerja, dimana lulusan atau
angkatan kerja lebih tinggi dari lapangan pekerjaan sehingga banyak yang tidak terserap; (2)
Beberapa daerah masih banyak guru yang mengajar diluar bidang keahliannya dan sukarnya untuk
membuat guru mau mengabdi di daerah perbatasan maupun yang minim akses ke kota juga
kurangnya insentif yang diberikan; (3) Pengembangan tenaga pendidik yang kurang cepat seperti
perubahan kurikulum baru, sehingga banyak guru-guru yang belum siap menerima kurikulum baru;
(4) Distribusi dan penggunaan sarana pembelajaran bila tidak diimbangi dengan kemampuan yang
handal dari penggunanya mengakibatkan terjadi masalah di lapangan. Kemudian perubahan
kurikulum yang menyebabkan buka lama tidak terpakai. Semua ilustrasi di atas mengindikasikan
bahwa pemborosan anggaran telah terjadi.
 Masalah Relevansi
Masalah relevansi berkaitan erat dengan sistem pendidikan dan pembangunan secara umum serta
kepentingan perseorangan, masyarakat secara jangka pendek maupun jangka panjang. Masalah ini
membahas seberapa dalam sistem pendidikan bisa menciptakan karya yang cocok dengan
keberlangsungan suatu proses pembangunan. Apabila sistem pendidikan menciptakan output yang
dibutuhkan di semua lini pembangunan, bisa berhubungan langsung ataupun tidak dengan
permintaan dunia kerja maka kualitas luaran yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka tingkat
kebutuhan tersebut sesuai dengan yang dibangun oleh lembaga. jika terjadi sebaliknya, maka
efisiensinya dikatakan kurang.
RESUME JURNAL
KELEBIHAN
KEKURANGAN
KRITIK DAN SARAN

Judul Jurnal : “Relevansi Filosofi Ki Hajar Dewantara Sebagai Dasar Kebijakan Pendidikan
Nasional Merdeka Belajar Di Indonesia” Oleh Nurul Istiq’faroh
• PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan martabat bagi seluruh umat
manusia. Pendidikan yang berkualitas akan mencerminkan masyarakat maju. Dalam konteks
pendidikan di Indonesia, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat mendasar, penting dan
bernilai. Proses pendidikan di sekolah sejatinya adalah bagaimana mengantarkan para peserta didik
untuk menjadi warga negara yang baik serta dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya
(Birsyada, 2016: 1).
Pendidikan menjadi dasar dapat dilihat di konstitusi resmi Negara Republik Indonesia, terutama
pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-empat, secara ekplisit dinyatakan
bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab Negara. Perlu disadari bahwa
keadaan yang tercipta dalam masyarakat pada saat ini merupakan hasil dari pendidikan dan
pembelajaran yang diperoleh dari orang tua dan pendidik pada masa lampau, sehingga dapat
disimpulkan bahwa mendidik anak sama halnya dengan mendidik bangsa ini. Oleh karena itu perlu
diperhatikan lagi dengan seksama bagaimana proses pendidikan yang akan dilaksanakan terhadap
peserta didik dimasa sekarang yang hasilnya akan menentukan kemana arah bangsa ini melangkah
(Dewantara, 1977: 3).
Ki Hadjar Dewantara (1977: 3) menyatakan bahwa pengaruh pendidikan pada umumnya mampu
memerdekakan manusia atas hidupnya secara lahir, sedangkan merdekanya hidup secara batin
terdapat dalam pendidikan. Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya baik lahir maupun
batin tidak tergantung pada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan yang dia miliki.
• METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kajian studi pustaka dengan menggunakan pendekatan analisis isi
(content analysis). Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber
primer meliputi kumpulan karya Ki Hajar Dewantara, khususnya dalam buku, “Ki Hajar Dewantara
Bagian Pertama; Pendidikan” dan draf kebijakan Merdeka Belajar yang telah dipaparkan oleh
Nadieam Anwar Makarim. Sumber sekunder berupa tulisan atau karya orang lain tentang Ki Hajar
Dewantara dan jurnal yang mengupas tentang Merdeka Belajar. Ki Hadjar Dewantara (1977: 4)
mengemukakan bahwa dalam pendidikan harus senantiasa diingat bahwa kemerdekaan atau
kebebasan memiliki tiga macam sifat yaitu: berdiri sendiri (zelfstanding), tidak tidak bergantung
pada orang lain (onafhankelijk) dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheld, zelfbeschikking)
• PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia (Dewey, 1964). Pendidikan juga diartikan sebagai
pemberian bekal yang tidak ada pada masa kanak-kanak namun dibutuhkan pada masa dewasa
(Rousseau, 2007: 69). Terdapat banyak ahli ilmu pendidikan yang dalam kiprahnya mampu
mengubah system pendidikan menjadi lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Gutek
(1974) bahwa pendidikan merupakan suatu modal untuk mengantarkan peserta didik ke dalam
suatu budaya yang akan tumbuh terus menerus.
Di kalangan masyarakat sehingga semboyan Tut Wuri Handayani yang artinya di belakang memberi
dorongan, dimana sampai sekarang semboyan tersebut digunakan sebagai lambang dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Semboyan ini memiliki bentuk lengkap
Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan memberikan contoh), Ing Madyo Mangun Karso (di tengah
memberikan semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan) (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1978: 5).
Dalam pelaksanaan proses pendidikan di Taman Siswa tidak hanya menitik beratkan pada bagaimana
guru seharusnya mengajar tetapi bagaimana metode belajar yang akan diterapakan dapat sesuai
dengan asas kemanusiaan dan asas kemerdekaan dalam berpikir serta sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan masyarakat Indonesia. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan mengenai metode yang ingin
ditempuhnya adalah Metode Montessori-Tagore (Surjomihardjo, 1986: 28).
Menurut Ki Hajar Dewantara (Dewantara:2013) makna “pedagogik" terdiri dari tiga unsur yakni
Momong, Among dan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh. Mendidik
adalah mengasuh anak dalam dunia nilai-nilai. Dalarn sistem among ini, pengajaran berarti mendidik
anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya.
Mengemong anak berarti memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapipamong akan
bertindak, kalau perlu denganpaksaan, apabila keinginan anak-anak berpotensi membahayakan
keselamatannya. Melihat ketiga unsur tersebut, unsur among yang dijadikan landasan berdirinya
kebijakan Merdeka Belajar.
Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia
Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem
Anwar Makarim, menetapkan empat program pokok kebijakan Pendidikan Merdeka Belajar, dimana salah
satunya adalah dalam pelaksanaan Ujian Nasional akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar
menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. (Makarim, 2019).
Nadiem Makarim (Tempo, 2019) menjelaskan bahwa nantinya guru sebagai pemicu terlaksanya kemerdekaan
berpikir pada peserta didik sehingga guru dalam melaksanakan proses penilaian kompetensi peserta didik dan
menerjemahkan kompetensi dasar pada pembelajaran harus melalui proses interpretasi, refleksi dan proses
pemikiran secara mandiri supaya dengan terjadinya proses refleksi dan meta kognitif pada guru maka barulah
terjadi proses refleksi dan meta kognitif pada peserta didik. Hal ini pula juga sejalan dengan apa yang dilakukan
Ki Hadjar Dewantara ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan Republik Indonesia yang pertama, telah
menerbitkan pokok-pokok pikiran dalam Pembaruan Pendidikan Nasional sebagai bentuk implementasi
gagasan dasar yang bertujuan menciptakan subsistem pendidikan yang mampu menunjang secara kritis sistem
pendidikan nasional dalam pelaksanaan pembangunan bangsa secara menyeluruh pada masa itu.
Hal pertama yang dilaksanakan adalah pendidikan yang tepat bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Keberhasilan dari pelaksanaan pendidikan nasional bergantung pada tenaga-tenaga pendidik sebagai
pelaksana langsung kurikulum. Guru tidak lagi sebagai orang yang hanya ahli mengajar di depan kelas,
tetapi di dalam masa pembagunan sekarang ini guru juga harus memiliki kemampuan-kemampuan lain
sebagai pengajar, pendidik, pengawas kegiatan peserta didik, pembimbing dan pemilik wawasan yang tepat
mengenai kepustakaan yang relevan dengan tugasnya. (Surjomihardjo, 1986: 208).
Pada intinya baik Ki Hadjar Dewantara maupun Nadiem Anwar Makarim sendiri memusatkan pentingnya
pendidikan nasional ini kepada guru, guru dituntut untuk lebih sekedar mengajar yang baik tetapi harus
memiliki kemampuan-kemampuan yang mampu mengembangkan pola pikir peserta didik, tanpa harus
melakukan pemaksaan akan tetapi melakukan bimbingan agar ketika peserta didik mulai keluar dari
konteks yang dipelajari, guru mampu membawa kembali ke konteks yang benar. Pendidikan merdeka tidak
akan berjalan dengan baik apabila hanya mengandalkan kecakapan siswa dalam memproses pengetahuan
afektif, kognitif dan psikomotorik tetapi harus diimbangi dengan kecakapan guru dalam mengintepretasi
kurikulum dan materi yang disesuaikan dengan keadaan peserta didik maupun keadaan masyarakat
disekitar.
• KESIMPULAN
Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pertama, teori jiwa merdeka
yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara memandang bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya ialah
memerdekakan hidup, dan kehidupan anak baik lahir maupun batin Kedua, dalam semboyannya yakni
makna pedagogik menurut Ki Hajar Dewantara terdapat tiga unsur yakni sistem momong, among, dan
ngemong. Pada sistem among mengandung makna bahwa pengajaran berarti mendidik anak menjadi
manusia merdeka hatinya, merdeka pikirannya, merdeka tenaganya. Sistem among inilah yang
dijadikan landasan terbentuknya kebijakan “Merdeka Belajar”. Ketiga, antara konsep “merdeka
belajar” yang dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim memiliki kesejajaran dengan
konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, yakni keduanya samasama menekankan adanya
kemerdekaan dan keleluasaan lembaga.
KELEBIHAN JURNAL
• Kelebihan dari jurnal ini yaitu telah dijelaskan bagaimana relevansi antara konsep kebijakan
merdeka belajar yang dipaparkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dengan pemikiran
konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara secara runtut dan jelas.
• Metode Penelitian yang digunakan dijelaskan dengan jelas sehingga mudah dalam memahami.
KEKURANGAN JURNAL
• Kekurangan dari jurnal ini yaitu letak beberapa paragraf yang sedikit membingungkan ketika
membacanya.
KRITIK DAN SARAN
Pada dasarnya jurnal ini telah menjabarkan secara jelas dan informatif, judulnya pun sudah dapat
memberikan gambaran seperti apa isinya. Namun dalam penulisannya tidak disertai dengan catatan
kaki yang mana dapat membantu pembaca dalam memahami isi jurnal. Alangkah lebih baik jika diberi
catatan kaki dan diperbaiki tampilan jurnalnya (peletakan paragraf).
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai