Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TEORI

Menurut Mustopadidjaja: Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan


untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan
tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam (1)
pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun
(unit) organisasi pelaksana kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan
yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun
dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Friedrich dalam Wahab (1991), mengartikan kebijakan adalah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Dessler dan Dharma (2009.:62) mengemukakan bahwa pengendalian merupakan kebijakan


dan prosedur yg dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi resiko.

Ki Hajar Dewantoro yang lebih akrab dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia,
mengemukakan bahwa pengertian pendidikan adalah tuntunan tumbuh dan berkembangnya
anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri setiap
anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup mereka.

Menurut Mulyani A. Nurhadi 1983, pp 2-5

Menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian manajemen pendidikan yang terkandung dalam
definisi tersebut sebagai berikut:

Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh
dan bagi manusia.
Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian
kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, tujuan kegiatan
pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa.
Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung
dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja
yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan itu.
Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum skala tujuan
umum dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan skala tujuan khusus.
Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan
efisien.

Bailon dan Maglaya (1978): keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.

Carter V Good (1959) memberikan pengertian kebijakan pendidikan (educational policy)


sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian atas
faktor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk
mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga. Pertimbangan tersebut merupakan
perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang
bersifat melembaga bisa tercapai. Kebijakan pendidikan sangat erat hubungannya dengan
kebijakan yang ada dalam lingkup kebijakan publik, misalnya kebijakan ekonomi, politik,
luar negeri, keagamaan dan lain-lain.

Easton (1969): Kebijakan publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang
dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk
dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-
nilai kepada masyarakat. Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan
sebagai suatu proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat
publik. Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan tindakan
kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga definisi ini juga dapat
diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.

Keluarga juga seperti diamahkan oleh Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga: Bab II: Bagian Ketiga Pasal 4
Ayat (2), bahwa Pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni (Boss et al.1993)
bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai suatu struktur yang dapat
memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anggotanya dan untuk memelihara masyarakat
yang lebih luas. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 21 Tahun 1994 menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan
oleh keluarga meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik yang terdiri
atas fungsi keagamaan, sosial-budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi
dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan (BKKBN1996).
BAB III

PEMBAHASAN

kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh
anggota masyarakat. Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur prilaku dengan tujuan untuk menciptakan
tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota
organisasi atau anggota masyarakat dalam berprilaku (Dunn, 1999). Kebijakan pada
umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan
Peraturan (Regulation), kebijakan lebih adaptif dan interpratatif, meskipun kebijakan juga
mengatur apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh. Kebijakan juga diharapkan dapat
bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi
peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.

Analisis Kebijakan Pendidikan menjelaskan bahwa kebijakan pendidikan adalah salah satu
kebijakan Negara. Carter V Good (1959) memberikan pengertian kebijakan pendidikan
(educational policy) sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan
beberapa penilaian atas faktor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut
dijadikan sebagai dasar untuk mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga.
Pertimbangan tersebut merupakan perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk
mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tercapai. Kebijakan
pendidikan sangat erat hubungannya dengan kebijakan yang ada dalam lingkup kebijakan
publik, misalnya kebijakan ekonomi, politik, luar negeri, keagamaan dan lain-lain.
Konsekuensinya kebijakan pendidikan di Indonesia tidak bisa berdiri sendiri. Ketika ada
perubahan kebijakan publik maka kebijakan pendidikan bisa berubah. Ketika kebijakan
politik dalam dan luar negeri, kebijakan pendidikan biasanya akan mengikuti alur kebijakan
yang lebih luas. Bahkan pergantian menteri dapat pula mengganti kebijakan yang telah
mapan pada jamannya. Bukan hal yang aneh,ganti menteri berganti kebijakan. Masih ingat
dibenak kita ada pelajaran PSPB yang secara prinsipil tidak jauh berbeda dengan IPS sejarah
dan lucunya materi itu pun di pelajari di PMP (sekarang PKN/PPKN).
Kebijakan pendidikan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diarahkan untuk mencapai hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia
berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti;
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan
kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara
optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat
mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan;
3. Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa
diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum
yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis
pendidikan secara professional;
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai;
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen;
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat
maupun pemerintah untuk memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu
dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa
agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan
lindungan sesuai dengan potensinya;
8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha, terutama usaha kecil,
menengah, dan koperasi.
Implementasi Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan hak
asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang
status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pendidikan untuk semua
menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik ataupun mental,
hambatan ekonomi dan sosial ataupun kendala geografis, dengan menyediakan layanan
pendidikan untuk menjangkau mereka yang tidak terjangkau.
Pendidikan nasional bagi negara berkembang seperti Indonesia merupakan program besar,
yang menyajikan tantangan tersendiri. Hal ini karena jumlah penduduk yang luar biasa dan
posisinya tersebar ke berbagai pulau. Ditambah lagi Indonesia merupakan masyarakat multi-
etnis dan sangat pluralistik, dengan tingkat sosial-ekonomi yang beragam. Hal ini menuntut
adanya sistem pendidikan nasional yang kompleks, sehingga mampu memenuhi kebutuhan
seluruh rakyat.
Sistem pendidikan semacam itu tidak mungkin dipenuhi tanpa adanya suatu perencanaan
pendidikan nasional yang handal. Perencanaan itu juga bukan perencanaan biasa, tetapi suatu
bentuk perencanaan yang mampu mengatasi perubahan kebutuhan dan tuntutan, yang bisa
terjadi karena perubahan lingkungan global. Globalisasi yang menjangkau seluruh bagian
bumi membuat Inonesia tidak bisa terisolasi. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan
informasi, membuat segala hal yang terjadi di dunia internasional berpengaruh juga
berpengaruh ke Indonesia.
Dalam mengimplementasikan desentralisasi di bidang pendidikan, sebagai wujud dari
implementasi kebijakan pemerintah maka diterapkanlah Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Dengan MBS, maka sekolah-sekolah yang selama ini dikontrol ketat oleh pusat
menjadi lebih leluasa bergerak, sehingga mutu dapat ditingkatkan. Pemberdayaan sekolah
dengan memberikan otonomi yang lebih besar tersebut merupakan sikap tanggap pemerintah
terhadap tuntutan masyarakat, sekaligus sebagai sarana peningkatan efisiensi pendidikan.
Tanggung jawab pengelolaan pendidikan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh
sekolah dan masyarakat dalam rangka mendekatkan pengambilan keputusan ke tingkat yang
paling dekat dengan peserta didik. MBS ini sekaligus memperkuat kehidupan berdemokrasi
melalui desentralisasi kewenangan, sumber daya dan dana ke tingkat sekolah sehingga
sekolah dapat menjadi unit utama peningkatan mutu pembelajaran yang mandiri (kebijakan
langsung, anggaran, kurikulum, bahan ajar, dan evaluasi). Program MBS sendiri merupakan
program nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 51 (1): Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.
Pembinaaan dan pengembangan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan
peran yang penting yang harus ditumbuh kembangkan dalam mencapai tujuan pembangunan
Nasional. Keluarga harus di bina untuk mewujudkan keluarga sejahtera. Salah satu usaha
yang di lakukan pemerintah adalah melaksanakan program Keluarga Berencana (KB), yang
melibatkan pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Sesuai dengan amanat Undang-undang no 52 tahun 2009 pasal 48 dan instruksi Presiden no 3
tahun 1996 tentang pembangunan keluarga sejahtera yang salah satunya adalah
pemberdayaan ekonomi keluarga yang bertujuan untuk 2menumbuhkan dan meningkatkan
minat, semangat serta keterampilan keluarga dalam bidang usaha ekonomi produktif melalui
wadah kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) pada keluarga
miskin.
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu.
Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap
tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat
dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya
masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau
aktual.

Anda mungkin juga menyukai