Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi terdapat gegar budaya yang terus menjadi perbincangan banyak
kalangan di berbagai belahan dunia. Globalisasi menuntut masyarakat dunia untuk terus
berkembang dalam meningkatkan kreativitasnya dalam berkehidupan. Salah satu aspek yang
mendapat sorotan akibat globalisasi adalah aspek pendidikan, hal ini timbul karena pada
dasarnya manusia berkembang melalui sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, dan proses
tersebut terjadi dalam kegiatan kependidikan. Tujuan utama dari pendidikan, khususnya
pendidikan di Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alenia keempat. Selain itu tujuan dari pendidikan adalah untuk
menciptakan generasi yang cerdas, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, perlu adanya keteraturan peran serta pihak pemerintah lewat
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta pihak sekolah dalam menyokong dan mendukung
setiap kegiatan kependidikan. Peran serta tersebut salah satunya diwujudkan dalam pembentukan
organisasi pendidikan yang berperan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengendalian, dan kepemimpinan. Semua kegiatan tersebut disebut dengan manajemen. Untuk
melaksanakan manajemen tersebut perlu adanyta suatu organisasi yang mempunyai struktur atau
bagian-bagian yang jelas dalam pendistribusian wewenang dan tugas untuk memperlancar setiap
kegiatan administrasi maupun non administrasi dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan?
b. Bagaimana Jalur, Jenjang dan Jenis Lembaga Pendidikan?
c. Bagaimana Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.
b. Untuk mengetahui Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan.
c. Untuk mengetahui Jalur, Jenjang dan Jenis Lembaga Pendidikan.
d. Untuk mengetahui Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN


1. Pengertian Organisasi Lembaga Pendidikan
 Pengertian Organisasi

Pengertian / definisi Organisasi. Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang
secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian
didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-
tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah
struktur organisasi.

Pengertian pendidikan menurut para ahli :

1) Louis A. Allen (1960)

Pengorganisaasian adalah proses mengatur dan menghubungankan oekerjaan yang harus


dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-
orang.

2) Edgar Schein (1973)

Suatu organisasi adalah koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa
tujuan umum dari tenaga kerja dan fungsi, serta dengan tingkatan hirarki dan tanggungjawab..

3) Ananda W.P Guruge (1977)

Organisasi didefinisikan sebagai tatanan tugas yang kompleks yang dikelola oleh suatu unit dan
mendeskripsikan hubungan formal antara orang-orang yang ditugaskan berbagai macam tugas.

4) SB Hri Lubis (1987)

Terdapat kesamaan pengertian dari keseluruhan definisi organisasi yaitu pada dasarnya
organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi
menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya
masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-
batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

5) Robbins (1996)

Organisasi dipandang pula sebagai satuan sosial yang dikoordinasi secara sadar, yang tersususn
atas dua orang atau lebih, yang berfungsi atas dasar yang relatif terus- menerus untuk mencapai
suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
2
6) Sutarto (1998)

Organisasi adalah sistem saling berpengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu.

Dari berbagai definisi para ahli mengenai organisasi, Pada intinya dapat disimpulkan
bahwa organisasi adalah koordinasi /secara rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai
tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplisit, melalui peraturan dan pembagian kerja serta
melalui hierarkhi kekuasaan dan tanggung jawab. Organisasi dapat didefinisikan dengan
bermacam cara yang pada intinya mencakup berbagai faktor yang menimbulkan organisasi yaitu
kumpulan orang, ada kerjasama, dan tujuan yang telah ditetapkan yang merupakan sistem yang
saling berkaitan dalam kebulatan.

 Pengertian Lembaga

Suatu lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang mewujudkan nilai-nilai
dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat tertentu. Lembaga
termasuk diantara norma norma masyarakat yang paling resmi dan bersifat memaksa. Kalau
kebiasaan dan tata kelakuan disekitar suatu kegiatan yang penting menjadi terorganisir ke dalam
sistem keyakinan dan perilaku yang sangat formal dan mengikat, maka suatu lembaga telah
berkembang. Oleh karena itu suatu lembaga mencakup :

1) Seperangkat perilaku yang telah distandarisasi dengan baik


2) Serangkaian tata kelakuan, sikap, nilai- nilai yang mendukung dan
3) Sebentuk tradisi, ritual, upacara dan perlengkapan-perlengkapan lainnya.

Lembaga dibentuk berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a) Cara. Yang dimaksud dengan cara disisni adalah mengacu pada suatu keadaan dalam
masyarakat yang menggunakan symbol-simbol tertentuk untuk memaknai sebuah hal
atau peristiwa.
b) Kebisaan. Yang dimaksud dengan kebiasan adalah prilaku masyaralat berulang secaar
terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, sehingga perilaku tersebut sudah menjadi
kebisaan yang dsulit untuk dilupkan.
c) Adat Istiadat. Adalah suatu cara dan prilaku masyarakat dalam memakanai kehidupan
dalam bentuk upacara ritual, makan adat istiada disini lebih mengacu pada nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh masyarakat dan menjadi nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat.

 Pengertian Pendidikan
1) Driyarkara (1980)

Pendidikan adalah memanusiakan manusia.

3
2) Dictionary of Education

Pendidikan adalah (a) Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial yang terjadi pada
seseorang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya
yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain pendidikan dipengaruhi oleh
lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya permanen
(tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan sikapnya.

3) Crow and Crow (1960)

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang,
tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju ke
tingkat kedewasaannya.

Dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut, dapat diidentifikasi beberapa ciri
pendidikan, antara lain yaitu :

a. Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga


bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih
isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang yang sesuai.
c. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
(formal dan non formal).

Selain itu, dari berbagai definisi pendidikan menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Dari pengertian masing-masing kata tersebut dapat diketahui definisi Organisasi Lembaga
Pendidikan adalah koordinasi secara rasional sejumlah orang dalam membentuk institusi
pendidikan. Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.Demikian komleksnya organisasi tersebut, maka dalam
memberikan layanan pendidikan kepada siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya
organisasi perlu dikelola dengan baik. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu menyadari
adanya pergeseran dinamika internal (perkembangan dan perubahan peran) dan tuntutan
eksternal yang semakin berkembang.

4
2. Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan

Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig (1974) struktur diartikan sebagai pola hubungan
komponen atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang
membagi dan mengkoordinasi tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan.

Struktur organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang


menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan, dan sasaran yang hendak dicapai.
Struktur bersifat relatif stabil (tidak berubah) statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu
untuk penyesuaian-penyesuaian.

Menurut Stoner (1986), struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu:

a. Spesialisasi aktivitas

Spesialisasi aktivitas mengacu pada spesifikasi tugas perorangan dan kelompok di seluruh
organisasi atau pembagian kerja dan penyatuan tugas tersebut ke dalam unit kerja.

b. Standardisasi aktivitas

Standardisasi aktivitas adalah prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin


kelayakan kegunaan aktivitas. Menstandardisasi artinya menjadikan seragam dan konsisten
pekerjaan yang harus dilakukan bawahan, biasanya dengan menggunakan peraturan, uraian
jabatan, dan program seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.

c. Koordinasi aktivitas

Koordinasi aktivitas adalah prosedur yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi,


seperti fungsi primer dalam suatu badan usaha, pemasaran, produksi dan penjualan merupakan
faktor-faktor yang secara langsung menunjang pencapaian tujuan organisasi.

d. Sentralisasi dan desentralisasi keputusan

Sentralisasi dan desentralisasi adalah pengambilan keputusan mengacu pada lokasi


kekuasaan pengambilan keputusan. Sentralisasi adalah proses pemberian wewenang
pengambilan keputusan pada tingkat atas suatu organisasi, sedangkan desentalisasi merupakan
pendelegasian wewenang pada semua tingkat organisasi.

e. Ukuran unit kerja

Ukuran unit kerja mengacu pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok kerja.

5
Struktur organisasi akan menjadi lebih jelas apabila digambarkan dalam bagan atau skema
organisasi. Pada struktur organisasi terdapat gambaran posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja
yang harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat
manajemen dan saluran komunikasi. Struktur organisasi menspesifikkan pembagian kegiatan
kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau bagaimana kegiatan yang berbeda-beda itu
dihubungkan.Struktur juga menunjukkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta
memperlihatkan hubungan pelapornya.

Skema organisasi memberikan penjelasan mengenai hubungan pelaporan yang dinyatakan


sebagai garis vertikal pada skema organisasi menunjukkan pada siapa suatu jabatan atau
seseorang individu harus melapor, menggambarkan lingkungan tanggung jawab, alokasi tugas
dan tanggung jawab setiap jabatan dalam organisasi.

Bagan organisasi menunjukkan struktur organisasi dengan kotak-kotak atau garis-garis yang
disusun menurut kedudukannya yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu, yang satu sama
lain dihubungkan dengan garis-garis saluran wewenang (Sutarto, 1998:217).

Kegunaan skema atau bagan organisasi untuk mengetahui besar kecilnya organisasi, garis
saluran weweang, berbagai macam satuan organisasi, rincian aktivitas satuan organisasi, setiap
jabatan yang ada, rincian tugas pejabat, nama dan pangkat golongan, jumlah dan foto pejabat,
kedudukan, dan penilaian terhadap kelayakan suatu organisasi.

Struktur organisasi lembaga pendidikan adalah susunan skema atau bagan yang
menggambarkan hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan
kelompok agar menjadi suatu kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi lembaga pendidikan
dengan tujuan untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran.

Pengorganisasian lembaga penyenggara pendidikan menganut ketentuan nasional tentang


jenis dan jenjang pendidikan. Dalam UU nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
nasional (Propenas) yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) dinyatakan
adanya perintisan pembentukan Dewan Sekolah di setiap kabupaten dan kota, dan pembentukan
komite sekolah di setiap sekolah.

Berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, dikeluarkan Keputusan Menteri pendidikan Nasional


nomor 044 tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dewan Pendidikan
adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten dan kota. Dewan pendidikan
berperan antara lain:

 Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan


pendidikan.
 Pendukung (supporting agency) baik berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan.

6
 Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparasi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.
 Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan DPR dengan masyarakat.

Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik
pendidikan pra sekolah jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Peran
komite sekolah hampir sama dengan dewan pendidikan, namun cakupan ruangnya lebih sempit
yaitu di satuan pendidikan.

2.2 JALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN

Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai
kapanpun, sepanjang ada kehidupan di dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan
merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Pendidikan
mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan di akui sebagai kekuatan yang
dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Tidak ada satupun
prestasi yang di capai oleh manusia tanpa peranan pendidikan. Hal ini sejalan dengan
pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang
kehidupannya.

Dalam kehidupan bangsa indonesia, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
didalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional. Untuk
mewujudkan pembanguna nasional dari bidang pendidikan tersebut, diperlukan peningkatan dan
penyempurnaan penyelenggarakan pendidikan nasional. Berkaitan dengan hal tersebut
pemerintah telah menetapkan sebuah undang- undang tentang sistem pendidikan nasional yang
kemudian disusul oleh beberapa peraturan pemerintahan sebagai peraturan pelaksanaannya.

1. Jalur Pendidikan

Dalam UU No. 20 tahun 2003 Bab VI Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan
terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.

7
a) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan anak usia dini (TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah
(SMP/MTs dan SMA/MA), dan pendidikan tinggi (Universitas). Pendidikan formal terdiri dari
pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.

Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :

 Tempat pembelajaran di gedung sekolah.


 Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
 Kurikulumnya jelas.
 Materi pembelajaran bersifat akademis.
 Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.
 Ada ujian formal.
 Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah atau swasta.
 Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
 Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam.

b) Pendidikan Non-Formal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan. Seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan, Kelompok Belajar, Sanggar, dll.

Ciri-ciri Pendidikan Non-Formal antara lain :

 Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung.


 Kadang tidak ada persyaratan khusus.
 Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
 Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
 Bersifat praktis dan khusus.
 Pendidikannya berlangsung singkat.
 Terkadang ada ujian.
 Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta.

8
c) Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Seperti : Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan Santun, Moral dan
Sosialisasi.

Ciri-ciri Pendidikan Informal antara lain :

 Tempat pembelajaran bisa di mana saja.


 Tidak ada persyaratan.
 Tidak berjenjang.
 Tidak ada program yang direncanakan secara formal.
 Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
 Tidak ada ujian.
 Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.

2. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat


perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan
dikembangkan. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 14, jenjang pendidikan formal terdiri atas:

 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6.
 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS) adalah jenjang
pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau
sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun.
 Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) adalah jenjang pendidikan
menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama
(atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun,
 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar
yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik
Menengah). Di SMK,terdapat banyak sekali Program Keahlian.
 Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan
kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP,

9
MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama/setara SMP/MTs.
 Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta
didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi
disebut dosen. Di Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain :
a. Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam
satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.
b. Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah penamaan yang
digunakan dalam berbagai institusi pendidikan yang memberikan berbagai jenis gelar
dan sering beroperasi pada tingkat yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan.
Politeknik dapat merupakan institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta
penelitian ilmiah ternama dunia atau pendidikan vokasi profesional, yang memiliki
spesialiasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi atau jurusan-
jurusan teknis yang berbeda jenis.
c. Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
d. Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan
gelar akademik dalam berbagai bidang. Sebuah universitas menyediakan pendidikan
sarjana dan pascasarjana.
e. Sekolah tinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam lingkup satu disiplin
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.

3. Jenis Pendidikan

1) Pendidikan Umum

Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang


diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2) Pendidikan Kejuruan

Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang
tertentu.

3) Pendidikan Akademik

Pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin
ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau seni tertentu (program sarjana dan pascasarjana).

10
4) Pendidikan Profesi

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

5) Pendidikan Vokasi

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.

6) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama
atau menjadi ahli ilmu agama. Contohnya : Pesantren, MI, MTS, MA, MAK, Sekolah
Tinggi Theologia.

7) Pendidikan Khusus

Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang berkelainan atau peserta didik
yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif. Contohnya :
Sekolah Luar Biasa.

2.3 KRITERIA KEBERHASILAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Kemandirian sebagai tuntuan desentralisasi pendidikan (Tim Dosen AP, 2010 : 25) pada
daerah kabupaten dan kota lebih menekankan pada kemandirian dalam mengelola dan
memberdayakan berbagai sumber daya yang dimiliki untuk mengimplementasikan kebijakan
yang sudah ditetapkan oleh otoritas pusat dan propinsi. Melihat sumber daya yang tersedia di
daerah, maka setiap daerah berbeda-beda dalam menangani urusan pendidikan. Perbedaan ini
terlihat dalam mengorganisasikan instansi pengelola pendidikan, sedangkan untuk
mengorganisasikan lembaga penyelenggaraan pendidikan tetap menganut ketentuan nasional
tentang jenis dan jenjang pendidikan.

Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan
mengalokasikan sumberdaya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian

11
tujuan organisasi. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan sebuah organisasi maka diperlukan
kriteria keberhasilan organisasi lembaga pendidikan (Nanang Fattah, 1996 : 71).

Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen
tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat
mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan
semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai
salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan
kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kualitas SDM. Hal ini tidak terlepas dari seberapa
baik sekolah tersebut dikelola. Apabila sekolah dianalogikan sebagai mesin produksi, maka
kualitas output akan relevan dengan kualitas mesinnya. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan
(sekolah) merupakan keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka
memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu
melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk
memimpin sekolah. Sehingga keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan
tingkat kepedulian seorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi, yaitu apa yang telah
dicapai oleh organisasi (organizational achievement) dan pembinaan terhadap organisasi
(organizational maintenance).

Pembelajaran merupakan inti dan muara segenap proses pengelolaan pendidikan. Kualitas
sebuah lembaga pendidikan juga hakikatnya diukur dari kualitas proses pembelajarannya,
disamping output dan outcome yang dihasilkan. Oleh karena itu kriteria mutu dan keberhasilan
pembelajaran seharusnya dibuat secara rinci, sehingga benar-benar measurable and observable
(dapat diukur dan diamati).

Menurut Rahmania Utari, kriteria keberhasilan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Input: Tingkat Ketersediaan Dan Pendayagunaan Masukan Instrumental Lingkungan


Input yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses. Segala sesuatu yang dimaksud adalah berupa
sumberdaya, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu
bagi berlangsungnya proses.

12
a. Input sumber daya,
Input sumberdaya meliputi:
 Input sumber daya manusia: kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa
 Input sumberdaya non manusia : peralatan, perlengkapan, administrasi, bahan, dan lain-
lain.
b. Input perangkat lunak yaitu yang meliputi: struktur organisasi sekolah, peraturan
perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana pendidikan, program pendidikan, dan lain-
lain.
c. Input harapan-harapan yang berupa: visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin
dicapai oleh sekolah tersebut semakin tinggi tingkat kesiapan input, maka semaki tinggi
pula mutu input tersebut.

Pembahasan dan pengertian input pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses. Segala sesuatu itu berupa sumberdaya manusia dan sumber daya non manusia sebagai
berlangsunnya proses pendidikan

2) Proses: Tingkat Efisiensi Dan Efektivitas Penyelenggaraan Pembelajaran

Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses
disebut output. Dalam pendidikan (tingkat sekolah) proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses
belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar
mengajar memiliki tingkat kepentingan tinggi dibandingkan dengan proses-proses yang lain.

Proses akan dikatakan memiliki mutu yang tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian
serta pemaduan input (guru, siswa, kurikulum, administrasi, peralatan, dan lain-lain) dilakukan
secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan
(enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik. Kata memberdayakan mempunyai arti bahwa peserta didik tidak
sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, namun pengetahuan yang mereka
dapatkan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik yaitu mereka mampu

13
menghayati, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terpenting peserta didik
tersebut mampu belajar secara terus menerus atau mampu mengembangkan dirinya.

3) Output: Tingkat Pencapaian Lembaga Dan Hasil Belajar

Yang dimaksud sebagai output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh
transformasi. Yang dimaksud dalam pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang
bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu
diadakan kegiatan penilaian , sebagai alat penyaring kualitas. Output pendidikan adalah
merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.
Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah
dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa,
menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum,
UNAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ,
kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan
ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling
berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukan kemampuannya dalam memuasakan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat.
Efektifitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran (kuantitas, kualitas, dan waktu)
yang telah dicapai. Produktifitas adalah hasil perbandingan antara output dan input. Baik output
dan input adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input berupa tenaga kerja, modal, bahan, dan
energi. Sedangkan kuantitas output berupa jumlah barang atau jasa yang tergantung pada jenis
pekerjannya. Output sekolah dapat dikatakan berkualitas dan bermutu tinggi apabila prestasi
pencapaian siswa menunjukan pencapaian yang tinggi dalam bidang:

a. Prestasi akademik, berupa nilai ujian semester, ujian nasional, karya ilmiah, dan lomba
akademik.

b. Prestasi non akademik, berupa kualitas iman dan takwa, kejujuran, kesopanan, olahraga,
kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler lainnya.

14
4) Outcome: Dampak Langsung dan Tidak Langsung
Dampak langsung dan tidak langsung yang dimaksud di sini adalah lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar Dewantoro di bagi menjadi tiga
yang disebut dengan Tri Pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal itu
sejalan dengan yang dinyatakan oleh Langeveld bahwa yang bertanggung jawab dalam
pendidikan adalah keluarga, sekolah dan masyarakat (Tirtahardja, 2004).

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena
lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan.
Tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional. Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi dua yaitu
organisasi macro dan mikro.
2. Jalur, Jenjang, dan Jenis Organisasi Lembaga Pendidikan
 Jalur organisasi lembaga pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri
dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Ada tiga jalur pendidkan
yang berperanan dalam pembentukan kualitas sumber daya manuasia, yaitu terdiri atas:
pendidikan formal, nonformal, dan informal.

 Jenjang organisasi lembaga pendidikan

Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 14)

 Jenis organisasi lembaga pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu
satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 15)

3. Kriteria Keberhasilan Organisasi Lembaga Pendidikan

Kriteria keberhasilan berfungsi untuk menentukan nilai suatu aspek dalam suatu komponen
tertentu. Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat
mutlak keberhasilan organisasi tersebut. Tidak terkecuali lembaga pendidikan yang juga akan
semakin dituntut menjadi suatu organisasi yang tepat sasaran dan berdayaguna. Sebagai salah
satu komponen utama dalam sistem pendidikan, selayaknya sekolah memberikan kontribusi yang
nyata dalam meningkatkan kualitas SDM.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://ganieindraviantoro.wordpress.com/kuliah/semester-4/education-management/makalah-
organisasi-lembaga-pendidikan/ diakses pada tanggal 19 Maret 2019

http://alfialzaky.blogspot.com/2012/12/organisasi-lembaga-pendidikan-manajemen.html diakses
pada tanggal 19 Maret 2019

https://ekameliyakin.wordpress.com/2013/06/26/jalur-jenjang-dan-jenis-pendidikan/ diakses
pada tanggal 18 Maret 2019

Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

https://www.rijal09.com/2016/03/lingkungan-pendidikan.html?m=1 diakses pada tanggal 19


Maret 2019

http://sosioakademika.blogspot.com/2015/10/evaluasi-pendidikan-input-proses-dan.html?m=1
diakses pada tanggal 19 Maret 2019

https://ganieindraviantoro.wordpress.com/2012/04/05/makalah-kriteria-keberhasilan-lembaga-
pendidikan/am.html diakses pada tanggal 19 Maret 2019

https://www.academia.edu/15787915/LEMBAGA_DAN_ORGANISASI_PENDIDIKAN.html
diakses pada tanggal 19 Maret 2019

17

Anda mungkin juga menyukai