PEMBAHASAN
e) Dalam organisasi sebagai suatu birokrasi interaksi kerja sama dalam mencapai
tujuan, terikat pula oleh suatu sistem komunikan tertentu. Artinya dalam
hubungan kerja antar manusia diatur melalui suatu prosedur tertentu. Demikian
pula sistem komunikasi pada suatu sekolah diterapkan agar komunikasi yang
melibatkan berbagai macam guru, staf, siswa dan orang tua siswa dapat berjalan
tertib mendukung terwujudnya tujuan proses belajar mengajar kepada siapa,
materi apa, bagaimana, di mana, kapan, oleh siapa komunikasi itu akan
dilaksanakan, tidak dapat terjadi begitu saja tanpa aturan dan prosedur tertentu.
Dalam kehidupan sekolah juga dilaksanakan adanya satu sistem insentif tertentu.
Dengan tujuan utama agar mampu merangsang dan membangkitkan kemauan
para sumber daya manusia para guru, staf, siswa dan orang tua siswa untuk
melakukan tugas kewajibannya dengan semaksimal dan seefektif mungkin.
Pengertian intensif tidak hanya berupa gaji bagi para guru dan staf, melainkan
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti suasana kerja yang mendukung,
sarana fasilitas, kesejahteraan, bernagai macam penghargaan dan sebagainya.
4.1.2. Sekolah Sebagai Sistem Sosial
Sebagai suatu sistem sosial sekolah merupakan organisasi yang dinamis dan
berkomunikasi secara aktif. Sebagai satu system social di dalamnya melibatkan dua
orang atau lebih yang saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan. Beberapa hal
menarik dalam membicarakan sekolah sebagai system social adalah dimensi-dimensi
yang terdapat didalamnya, semangat serta konflik yang terjadi di dalam organisasi itu
sendiri. Konsep dasar tentang sistem sosial berasal (devired) dari Parson (1951),
kemudian pelaksanaan teori sistem sosial yang berkaitan dengan administrasi
pendidikan digambarkan oleh Getzel, Guba, Lipham dan Compbell (1968) melalui
suatu model perilaku sistem sosial (Gambar4.l)
Berdasarkan model sistem sosial tersebut memberikan petunjuk bahwa dalam
suatu organisasi sebagai satu sistem sosial, di dalamnya terdapat beberapa dimensi:
a. sederetan unsur yang terdiri dari institusi, peran dan harapan- harapan, yang secara
bersama-sama membentuk dimensi normatif dtau sosiologis;
b. sederetan unsur yang mencakup individu, kepribadian, dan keperluan watak (need
dispositions), yang secara bersama- sama melahirkan dimensi kepribadian atau
psikologis.
c. perilaku sosial sebagai hasil interaksi antara faktor institusi dengan unsur-unsur di
dalamnya dengan faktor individu beserta unsur-unsurnya.
Gambar 4.1. Satu model perilaku sistem sosial
Sekolah sebagai satu institusi didalamnya terdapat sekumpulan orang-orang
yang masing-masing mempunyai tujuan, mereka terhimpun dalam satu susunan yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab. Sekolah sebagai satu institusi mempunyai
peran dan tujuan/ harapan. Dan dalam mencapai tujun itu berlaku norma, aturan atau
ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan kerjasama antar orang yang satu
dengan orang yang lain.
Faktor manusia dilingkungan sekolah terdiri dari kelompok guru, tenaga
administrasi atau staf, dan kelompok siswa. Masing-masing kelompok memilki
pribadi yang berbeda-beda. Mereka memiliki watak, kepentingan, sikap, bahkan juga
memiliki kehawatiran yang tidak sama. Akibat perbedaan pribadinya akan
menyebabkan interaksi yang unik dari masing-masing orang dengan lingkungannya.
Tetapi seperti halnya institusi yang memilki harapan, orang-orang tersebut
juga menghendaki agar keinginan dan harapannya dapat terpenuhi oleh organisasi
melalui prilaku mereka yang ditampilkan kedalam organisasi.
Dengan demikian, ada keterkaitan antara faktor institusi yang bersifat
normatif dengan faktor manusia atau individu yang psikologis. Keterkaitan antara
keduanya seimbang. Artinya harapan atau keinginan sekolah sebagai satu institusi
terpenuhi, demikian pula harapan para orang-orang dilingkungan sekolah tersebut
juga dapat diwujudkan. Sehingga lahirlah keseimbangan antar kepentingan institusi
serta kepentingan sumber daya manusia didalamnya.
Model diatas juga menunjukkan bahwa interaksi antara dimensi normatif
dengan dimensi psikologis akan melahirkan prilaku sosial. Dengan demikian, prilaku
sosial suatu sekolah tidak lain adalah hasil dari pada tercapainya keseimbangan antara
dimensi normatif dengan dimensi psikologis.
Prilaku sosial suatu sekolah dapat diwujudkan kedalam hasil-hasil yang
dicapai yang dirasakan tidak bertentangan dengan keinginan dan harapan masyarakat
sebagai lingkungan dimana sekolah itu berada.
Sekolah merupakan lembaga dimana didalamnya bergabung berbagai macam
orang yang saling berkomunikasi untuk mencapai tujuan, ada kelompok gur, staf dan
kelompok siswa. Masing-masing individu mempunyai latar belakang motivasi,
tujuan, watak serta kepribadian yang berbeda. Sehingga tidak mustahil pada suatu
saat terjadi perbenturan antara keinginan-keinginan di antara para individu, sehingga
lahirlah konflik.
4.1.3. Sekolah Sebagai Sistem Terbuka
Disamping sekolah sebagai sistem sosial yang didalamnya ditandai dengan
adanya berbagai dimensi dan konfilk, sekolah juga merupakan system terbuka.
Sekolah dikatakan system terbuka sebab di dalamnya berkumpul manusia yang saling
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian sekolah terbuka untuk
memperoleh input dan selanjutnya mentransformasikan sebagai produksi.
Sifat terbuka mengandung dua hal:
1. Melakukan berbagai perubahan secara internal dengan maksud untuk
menyesuaikan dengan lingkungannnya.
2. Sistem terbuka ini tidak hanya bagi lingkungannya melainkan juga bagi dirinya
sendiri.
Oleh sebab itu, sekolah sebagai sistem terbuka dalam arti menyesuaikan dengan
lingkungannnya dengan cara melakukan perubahan-perubahan susunan dan proses
dari bagian-bagian yang ada dalam sekolah itu sendiri. Sekolah selalu mengingatkan
adanya keseimbangan dan kestabilan antara bagian-bagian yang ada dalam sekolah
dan diluar sekolah. Keseimbangan tersebut dicapai melalui adaptasi terhadap
perubahan-perubahan lingkungan yang penuh arti.
Berbeda dengan konsep organisasi sebagai sistem tertutup. Mereka lebih bersifat
internal, banyak mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan struktur dan variabel-
variabel seperti hierarki, wewenang, tanggung jawab, pengawasan, pembagian tugas,
serta berbagai aturan.
Dengan demikian perbedaan hirarki organisasi sebagai sistem terbuka lebih
menekankan faktor sumber daya manusia dan bagaimana manusia-manusia tersebut
berperilaku. Dan perilaku-perilaku tersebut erat kaitannya dengan faktor lingkungan.
Sedangkan organisasi sebagai sistem tertutup, lebih menekankan faktor institusi
yang didalamnya terdapat berbagai variabel. Organisasi sebagai sistem terbuka
bersifat dinamis, sedangkan organisasi sebagai sistem tertutup bersifat pasif.
4.1.4 Informalitas dalam Kehidupan Sekolah
Kecuali sekolah sebagai organisasi formal/birokrasi, sebagai sistem sosial dan
terbuka, faktor lain yang menarik untuk dikemukakan adalah informalitas dalam
kehidupan sekolah. Gur-guru, tenaga administrasi, para siswa dalam pergaulan
mereka satu dengan lainnya membangun suatu hubungan pribadi. Mereka saling
berusaha menerima norma-norma tingkah laku tertentu serta pola-pola berfikir yang
bisa dilakukan. Mereka berkumpul dalam kelompok-kelompok informasi tetapi tetap
dalam kerangka formal sekolah.
Hubungan informal diantara mereka karena unsur-unsur persamaan tertentu
keyakinan-keyakinan tertentu dari pada indivdu bisa menyebabkan para individu
merasa sebagai bagian tak terpisahkan dari kelompok informal tersebut. Demikian
pula sikap-sikap, norma serta tingkah laku para individu memungkinkan mereka
untuk bekerja sama.
Apabila diperhatikan kelompok-kelompok informal tersebut sebenarnya
mempunyai peranan tertentu dalam kerangka organisasi formal, sebab dengan adanya
kerjasama atau kaolmpok-kelompok informal dirasakan memberikan efek suatu
perasaan aman, perasaan persatuan, perasaan saling membantu, perasaan puas dan
sebagainya.
Bahkan hal-hal yang formal atau masalah yang timbul akibat prilaku formal
dalam suatu organisasi, adakalanya dapat dipecahkan melalui peranan kelompok
informal. Dengan demikian, kelompok informal dapat membantu kehidupan sosial
suatu organisasi.
Sebagai gambaran singkat dapat dilihat beberapa perbedaan pokok antara
struktur formal dengan kelompok struktur informal dalam suatu organisasi sebagai
berikut.
Formal
1. Organisasi ditandai dengan peran-peran yang berstruktur, peraturan dan
pengawasan;
2. Struktur formal membuat keputusan dengan penuh tanggung jawab;
3. Organisasi formal memiliki garis komunikasi yang dirumuskan dengan baik;
4. Dalam organisasi formal ada sangat positif atau negatif, memberikan gaji atau
promosi.
Informal
1. Kelompok ditandai dengan adanya interaksi individual yang bersifat pribadi;
2. Kelompok informal mengatur keadaan yang ada dan kualitas keterlibatan
keputusan;
3. Organisasi informal memiliki garis komunikasi yang lebih bersifat desas-desus
walaupun desas-desus tersebut bisa juga efektif.
Didalam lingkungan sekolah informalitas merupakan hal yang penting
sehingga seorang kepala sekolah harus mampu memahami perbedaan diantara
struktur formal dan informal. Oleh sebab itu, tanggung jawab yang besar dari kepala
sekolah adalah menciptakan satu satu kondisi sehingga informalitas dan organisasi
formal dapat bersaing secara sehat, serta saling mendukung.
Sebagaimana dikatakan oleh Halpin dan Croft, 1963, individu atau seseorang
mempunyai kepribadian, demikian pula sebuah organisasi seperti sekolah juga
memiliki kepribadian atau memilki suasana. Suasana sekolah digambarkan sebagai
berikut:
a. Suasana terbuka (the open climate)
1. Melukiskan suasana sekolah yang penuh semangatt kerja (energetic);