Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU

DI MTS MISHBAHUL HUDA SIMANGGIS

Atin Solihatin, Nizar Pasca Ramdani, Rizal Nurfakhrozy


Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Keislaman
Universitas Islam Al-ihya Kuningan
Email : nizarramdani10@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran budaya sekolah
dalam peningkatan kinerja guru di MTS Mishbahul Huda.. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek
penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa budaya sekolah yaitu keteraturan perilaku, norma-norma
yang dianut, nilai-nilai dominan, filosofi, peraturan dan iklim sekolah memiliki
peran yang penting dalam peningkatan kinerja guru.
Kata kunci : Budaya, organisasi, dan kinerja guru
PENDAHULUAN
Sekolah sebagai satuan pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan
belajarmengajar merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan. Di era orde baru sekolah merupakan unit subordinan dalam
sebuah struktur organisasi besar dengan otonomi yang sangat terbatas. Jarak
hierarkhis antara sekolah dengan pembuat kebijakan sedemikian jauh sehingga
mekanisme pertanggungjawaban harus melalui mata rantai birokrasi yang
panjang. Hal ini bukan semata-mata kesalahan para praktisi pendidikan, bukan
pula kesalahan birokrat pemerintahan, apalagi kesalahan para ahli pendidikan,
namun bersumber dari sistem pendidikan nasional yang sentralistik.
Setiap organisasi mempunyai kepribadian sendiri yang membedakannya
dari organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta
merta terbentuk begitu suatu organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai
proses organisasi itu bertumbuh, berkembang, dan mapan. Pada setiap
perkembangan itu dapat dikatakan, bahwa organisasi akan menemukan jati dirinya
yang khas; dengan demikian, ia akan mempunyai kepribadian sendiri.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang
lainnya adalah budayanya. Hal tersebut penting untuk dipahami serta dikenali.
Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen
dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi,
kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata lain, diterapkan sesuai dengan budaya
yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang bersangkutan. Setiap orang yang
pada mulanya datang ke suatu organisasi atau perusahaan dengan budaya pribadi,
harus dengan segera mempelajari budaya organisasi bersangkutan untuk melihat
penyesuaianpenyesuaian apa yang perlu dan harus dilakukannya. Oleh sebab itu,
pengembangan budaya organisasi di sekolah sangat dibutuhkan.
KAJIAN TEORITIS
Pengertian Budaya
Istilah budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian dalam
bahasa Inggris menjadi culture (Sonhadji, 2003). Budaya sebagai hasil karya
manusia dibentuk untuk dapat membentuk aturan-aturan yang tertulis dan lama
kelamaan akan tidak akhirnya disebut norma dan etika. Norma dan etika
merupakan ukuran bagi anggota masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai
dengan kaidah-kaidah norma tersebut, dan norma yang semakin mendalam
meresap dalam diri masyarakat tidak tertulis lagi, sedang etika adalah yang
membungkus tingkah laku anggota masyarakat tersebut untuk bertindak sesuai
dengan kriteria norma, yang pada akhirnya proses pendalaman norma ini yang
disebut sebagai budaya.
Menurut Vijay Santhe sebagaimana dikutip oleh Ndraha (1997) budaya
adalah: “The set of important assumption (often unstated) that members of
community share in common”. Secara umum namun operasional, Schein (2002)
dari MIT dalam tulisannya tentang Organizational Culture & Leadership
mendefinisikan budaya sebagai: “A pattern of shared basic assumptions that the
group learned as it solved its problems of external adaptation and internal
integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to
be taught to new members as the correct way you perceive, think, and feel in
relation to those problems”.
Dari Sathe dan Edgar Schein, kita temukan kata kunci dari pengertian
budaya yaitu shared basic assumptions atau menganggap pasti terhadap sesuatu.
Ndraha mengemukakan bahwa asumsi meliputi beliefs (keyakinan) dan value
(nilai). Beliefs merupakan asumsi dasar tentang dunia dan bagaimana dunia
berjalan. Duverger sebagaimana dikutip oleh Anwar (2000) mengemukakan
bahwa belief (keyakinan) merupakan state of mind (lukisan fikiran) yang terlepas
dari ekspresi material yang diperoleh suatu komunitas.
Pengertian Organisasi
Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Organiasi hanya merupakan alat dan wadah saja (Hasibuan, 2003: 11).
Kalau dari segi wujudnya maka organisasi adalah kerja sama orang-orang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diingini. Dalam segi wujudnya ini
organisasi bersifat dinamis. Contoh: Seorang bapak mengajak anaknya
mengangkat sebuah meja ke pinggir jalan untuk tempat berjualan. Dari contoh ini
dapat dilihat adanya suatu organisasi. Walaupun bentuk organisasi ini masih
sederhana, tetapi terlihat adanya ciri-ciri organisasi, yang sekurang-kurangnya
harus ada untuk setiap organisasi manapun juga. Ciri-ciri tersebut adalah: 1. Ada
orang-orang, dalam arti lebih dari satu orang (bapak dan anak) 2. Ada kerja sama
(mengangkat sebuah meja) 3. Ada tujuan (untuk berjualan) Dalam bentuk
sederhana ini, organisasi belum memerlukan pengaturan yang rapi, tetapi dalam
contoh itu telah terlihat adanya orang yang mengarahkan (bapak) dan orang yang
diarahkan (anak). Kalau organisasi sudah besar yaitu orang-orang yang bekerja
sama telah banyak dan tujuan yang akan dicapai telah luas, maka timbullah
hubungan kerja yang ruwet atau kompleks antara sesama orang yang menunaikan
tugas dalam organisasi tersebut. Contoh organisasi yang sudah besar dan
kompleks adalah organisasi universitas, rumah sakit, partai politik, dan
sebagainya. Bilamana organisasi telah kompleks, maka diperlukan suatu
pengaturan yang rapi terhadap orang-orang yang bekerja sama dalam suatu wadah
tertentu. Dalam hal ini organisasi dapat dipandang sebagai suatu wadah atau
tempat orang bekerja sama melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Pengertian Budaya Organisasi
Pada umumnya budaya berada di bawah ambang sadar, karena budaya itu
melibatkan tentang bagaimana seseorang melihat, berpikir, bertindak, dan
merasakan serta bereaksi (Kreitner and Kinicki, 1992). Teori ini menyatakan,
budaya organisasi merupakan pola dasar asumsi untuk menciptakan, menemukan,
atau pengembangan kelompok dengan belajar untuk mengadaptasi dari luar serta
mengintegrasikannya ke dalam organisasi, apa yang akan dikerjakan secara baik
serta konsisten dan valid, dan juga sebagai acuan bagi karyawan baru untuk
mengoreksi sebagai penerimaan, pikiran, dan perasaannya di dalam hubungannya
dengan semua permasalahan secara rinci dan detail.
Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan
keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai
dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam. Namun menerima dan
memakai seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa
rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan
demikian, nilai pakaian seragam tertanam menjadi basic. Menurut Sathe dalam
Ndraha (1997) bahwa shared basic assumptions meliputi : (1) shared things; (2)
shared saying, (3) shared doing; dan (4) shared feelings.
Dengan memahami konsep dasar budaya secara umum di atas, selanjutnya
kita akan berusaha memahami budaya dalam konteks organisasi atau biasa disebut
budaya organisasi (organizational culture). Adapun pengertian organisasi di sini
lebih diarahkan dalam pengertian organisasi formal. Dalam arti, kerja sama yang
terjalin antar anggota memiliki unsur visi dan misi, sumber daya, dasar hukum
struktur, dan anatomi yang jelas dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Kinerja Guru
Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (bahasa Inggris)
yang berarti pekerjaan, perbuatan. Menurut Ruky dalam Supardi kata performance
memberikan tiga arti yaitu: (1). Prestasi seperti dalam konteks atau kalimat “high
performance car” atau mobil yang sangat cepat. (2). Pertunjukan, seperti dalam
konteks atau kalimat “ Folk dance performance” atau pertunjukan tari-tarian
rakyat. (3). Pelaksanaan tugas, seperti dalam konteks atau kalimat “in performing
his/her duties” atau dalam pelaksanaan kewajibannya.
Kinerja dalam arti di atas dimaksudkan sebagai prestasi kerja. Hasil kerja
seseorang dalam periode tertentu jika dibandingkan dengan sasaran, standar yang
telah ditentukan dan telah disepakati bersama. Bila diaplikasikan dalam lembaga
pendidikan kinerja mengandung makna hasil kerja, kemampuan atau prestasi,
dorongan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,
menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang
telah ditetapkan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu
organesasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan
waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan
etika yang telah ditetapkan. Sedang indikator kinerja guru dalam pelaksanaan
tugasnya terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, penilaian/evaluasi, hubungan
dengan siswa, program pengayaan dan program remedial.
Kinerja guru merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya
nyata, hasil kerja dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah, profesi yang
diembannya, serta moral yang dimilikinya. Suprihanto, dalam Supardi,
menjelaskan, bahwa Kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode
tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalnya standar
target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang pengaruh budaya organisasi terhadap
Kinerja Guru di MTS Mishbahul Huda. Moleong (2011:61) menuliskan bahwa
pendekatan kualitatif digunakan mengingat penelitian yang dilakukan
menghasilkan deskripsi dari orang dan perilaku yang diamati. Deskripsi yang
akan dipaparkan dalam penelitian ini berkaitan dengan budaya organisasi sekolah
yang ada di MTS Mishbahul Huda yang diwujudkan dalam keberaturan cara
bertindak di sekolah, norma yang dianut, nilai-nilai dominan yang ada di sekolah,
filosofi sekolah, tata tertib sekolah dan iklim sekolah. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisa data yang digunakan peneliti untuk
menafsirkan atau memberikan makna yang mempunyai arti terhadap data yang
akan dikumpulkan, dilakukan dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keteraturan perilaku di sekolah
dengan indikator kebiasaan khas Di MTS Mishbahul Huda, berperan dalam
peningkatan kinerja guru. Kebiasaan khas sekolah yang dibentuk melalui program
sekolah baik yang bersifat rutin, terprogram maupun dalam bentuk keteladanan,
berupa kegiatan, ritual dan tradisi dikelola secara maksimal untuk mendukung
terlaksananya keteraturan perilaku warga sekolah. Keteraturan perilaku dapat
diamati melalui budaya bersih, budaya religius dan budaya disiplin yang menjadi
perilaku khas guru di MTS Mishbahul Huda. Di sekolah tersebut mendukung
peningkatan kinerja guru. Hal itu terlihat dengan adanya perilaku guru yang
menunjukkan sikap rapi, teratur, disiplin, tanggungjawab dan religius. Tentu hal
ini berpengaruh dalam pengelolaan waktu pembelajaran yang semakin efektif
karena para guru hadir tepat waktu di sekolah serta pelaksanaan aktivitas sekolah
sesuai perencanaan. Perilaku ini mendukung adanya peningkatan kinerja guru.
Pembahasan
Berdasarkan informasi yang telah dikaji terdapat beberapa point yang
dapat dikaitkan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru di MTS
Mishbahul Huda, yaitu :Norma-norma sekolah, nilai-nilai dominan yang ada di
sekolah, filosofi sekolah, peraturan sekolah dan iklim sekolah
Hasil penelitian tentang norma-norma yang dianut sekolah, menunjukkan
bahwa norma-norma yang dianut sekolah berperan dalam peningkatan kinerja
guru. Norma yang dianut sekolah mengacu pada Standar Pelayanan di MTS
Mishbahul Huda yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang maksimal
kepada guru. Standar pelayanan tersebut berkaitan dengan standar kompetensi
guru seperti yang diamanatkan pada Permen no. 16 tahun 2007 terutama dalam
kompetensi kepribadian dan sosial seorang guru. Peningkatan kinerja guru
ditampakkan melalui perilaku mereka sesuai dengan ketentuan yang berlaku
seperti sikap mengajar yang tidak hanya memposisikan diri sebagai pengajar
tetapi juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai, dalam cara
berkomunikasi yang semakin membahasakan keramahan dan pendekatan pribadi,
serta dalam hal berpenampilan yang mencerminkan kualitas pelayanan.
Hasil penelitian tentang nilai-nilai dominan yang ada di sekolah dengan
indikator nilai-nilai inti sekolah, menunjukkan bahwa nilai-nilai inti memiliki
peran dalam peningkatan kinerja guru. Nilai-nilai inti menjadi prinsip yang
memandu seluruh tindakan dan perilaku warga sekolah. Nilai-nilai inti memberi
kontribusi yang penting bagi gerak langkah sekolah khususnya dalam
menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan kinerja para guru. Hal ini
didukung pula dengan kebijakan sekolah yang menganut nilai inti secara kuat,
mengaturnya dengan baik, memformulasikannya secara formal ke dalam berbagai
peraturan dan ketentuan sekolah dan membuat pengaruhnya dirasakan secara
meluas oleh pengguna jasa. Peningkatan kinerja guru dapat dilihat dari adanya
sikap kesediaan dalam mengembangkan kompetensi diri lewat peta
tanggungjawab, sikap loyal terhadap lembaga dan menjunjung tinggi etos kerja
Hasil penelitian tentang filosofi sekolah dengan indikator visi dan misi
sekolah, menunjukkan bahwa filosofi sekolah berperan dalam peningkatan kinerja
guru. Visi misi merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang menjadi tujuan
sekolah, berperan sebagai pemberi arahan dan motivasi anggota organisasi.
Program-program sekolah yang mengedepankan pendidikan karakter sebagai
basis kegiatan, menjadi ruang yang luas bagi keterlibatan dan perhatian para guru
dalam pembentukan peserta didik menjadi pribadi yang utuh, berbelarasa dan
berkarakter sesuai dengan visi misi sekolah. Dengan adanya filosofi sekolah yang
berupa program-program sekolah berbasis pendidikan karakter, kompetensi
kepribadian para guru MTS Mishbahul Huda semakin dikembangkan karena
mereka tidak hanya dituntut untuk memahami dan mengajarkannya kepada siswa
namun juga sampai pada keteladanan sikap yang ditunjukkan serta upaya bina diri
secara terus menerus.
Hasil penelitian tentang peraturan sekolah dengan indikator peraturan
sekolah, reward dan punishment, menunjukkan bahwa peraturan sekolah berperan
dalam peningkatan kinerja guru. Peraturan sekolah bagi karyawan yang mengacu
pada Peraturan di MTS Mishbahul Huda tentang Karyawan sangat efektif dalam
upaya peningkatan kinerja guru. Hal tersebut nampak dalam perilaku para guru di
MTS Mishbahul Huda yang menunjukkan ketertiban dalam peraturan khususnya
dalam disiplin kerja. Ini menunjukkan adanya budaya kerja yang baik yang
mendukung tanggungjawab dan kedisiplinan para guru dalam hal lainnya seperti
pelaksanaan pembelajaran, pengumpulan administrasi guru serta penilaian hasil
belajar siswa juga pendampingan siswa yang maksimal. Pemberian reward dan
punishment semakin memperjelas dan menguatkan berlakunya peraturan-
peraturan tersebut
Hasil penelitian tentang iklim sekolah dengan indikator lingkungan fisik
dan lingkungan sosial, menunjukkan bahwa iklim sekolah berperan dalam
peningkatan kinerja guru. Iklim sekolah memberi pengaruh, karakter, spirit, etos,
dan suasana batin sehingga memberi dampak terhadap perilaku warga sekolah.
Lingkungan fisik MTS Mishbahul Huda yang bersih, rapi, tertata serta
lingkungan sosial yang diwarnai semangat kekeluargaan, mendukung adanya
peningkatan kinerja guru. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang
berlangsung lancar karena para guru dapat memanfaatkan secara maksimal sarana
dan fasilitas yang disediakan untuk pembelajaran.
KESIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah budaya sekolah yang dapat dilihat
melalui keteraturan perilaku di sekolah, norma-norma yang dianut sekolah, nilai-
nilai dominan yang ada di sekolah, filosofi sekolah, peraturan sekolah dan iklim
sekolah, sangat berperan dalam peningkatan kinerja guru. Peningkatan kinerja
tersebut nampak dalam perilaku guru yang menunjukkan sikap sebagai pengajar
dimana para guru mengelola pembelajaran dan menggunakan media serta sumber
belajar secara maksimal, dan juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai
kepada siswa melalui keteladanan sikap, budaya kerja yang baik yang ditunjukkan
dengan sikap kedisiplinan kerja dan pendampingan siswa yang maksimal, cara
berkomunikasi yang membahasakan keramahan, penampilan yang mencerminkan
kualitas pelayanan, kesediaan mengembangkan kompetensi diri, loyal terhadap
lembaga, serta menjunjung tinggi etos kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Ansar dan Masaong. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Gorontalo:
Sentra Media.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Moleong, Lexi J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: Remaja Rosda Karya..
Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Managerial Kepala
Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu
Pendidikan.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat
Zamroni. 2011. Dinamika Peningkatan Mutu. Gavin Kalam Utama:
Yogyakarta.
Robbins SP, dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Buku 2, Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai