Anda di halaman 1dari 16

JAWABAN UTS

MANAJEMEN PENDIDIKAN
Di susun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Manajemen pendidikan
Dosen Pengampu: Wahyu Nuning Budiarti, M.Pd.

Disusun oleh:
Naila Nurul Alfaeni (202421020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL-GHAZALI CILACAP
2023
A. Fenomana manajemen pendidikan
1. Pengertian manajemen pendidikan
manajemen Pendidikan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan
mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan memanfaatkan sumber
daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif, efisien, dan sesuai tujuan.
Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari
anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumberdaya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam fungsi manajemen
terdapat perencanaan, pengorganisaian, penggerakan, dan pengawasan.
Manajemen pendidikan merupakan rangkaian dari fungsi manajemen yang
dikaitkan dengan bidang pendidikan.
2. Fungsi manajemen pendidikan
Manajemen pendidikan merupakan sebuah konsep yang memuat gagasan-
gagasan manusi mengenai etika, budaya, dan keragaman, di dalam sistem
pendidikan yang saling berkesinambungan. Berikut fungsi dalam manajamen
pendidikna :
a. Perkiraan
Manajemen pendidikan melakukan penilaian sistematis pada kondisi masa
depan dengan mengumpulkan segala informasi yang berkaitan dengan kondisi
saat ini. Dengan sumber daya yang dimiliki, manajemen pendidikan dapat
membentuk gambaran filosofis akan masa depan sehingga dapat memberikan
manfaat dan kebaikan bagi masyarakat.
b. Pengorganisasian
Lembaga bidang pendidikan perlu menerapkan manajemen yang tepat untuk
mengelola sumber daya pendidikan yang ada guna mencapai hasil dan tujuan
secara tepat. Salah satunya membentuk organisasi yang memudahkan
beberapa urusan, seperti organisasi sekolah, atau staf pemeriksa.
manajemen pendidikan juga melakukan pekerjaan pengorganisasian lain
seperti membentuk jadwal, norma prestasi, kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakulikuler, termasuk juga mengelola bangunan, perabotan, perpustakaan,
laboratorium, dan fasilitas sekolah lainnya.
c. Kontrol
Fungsi ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengontrol elemen-
elemen penting yang mendukung lancarnya kegiatan pendidikan. Seperti
penyesuaian lingkungan fisik, modifikasi metode atau kemampuan,
memberikan motivasi pada anggota organisasi untuk mencapai tujuan dengan
optimal. Dengan kontrol ini, berbagai kekurangan yang ada dapat terlihat dan
bisa segera dilakukan perbaikan.
d. Kerja sama
Dalam hal ini, diperlukan semua elemen orang, materi dan ide-ide,
pengetahuan, hingga prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
manajemen pendidikan, lembaga pendidikan harus membangun kerjasama
antara anggota dan pihak terkait dengan baik, serta melakukan alokasi tugas
dan pembagian kerja yang efektif dan efisien.
e. Evaluasi
Fungsi ini dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu proyek.
Langkah-langkah yang baik diperlukan untuk sejauh mana perkembangan
yang telah di dapat, serta bagaimana hasil yang didapatkan apakah sudah
sesuai target atau justru gagal.
f. Pencatatan dan pelaporan
termasuk elemen penting dalam manajemen pendidikan karena berkaitan
dengan tanggung jawab kepada orang tua wali, otoritas yang lebih tinggi
seperti pemerintah, dan masyarakat secara luas.
g. Pengawasan
Fungsi pengawasan ini meliputi beberapa tugas seperti mengeksekusi,
mengarahkan, menjelaskan, memimpin, membimbing, dan membantu. Fungsi
pengawasan juga membantu memutuskan dan meningkatkan sistem
pengajaran yang lebih baik.
3. Ruang lingkup, peranan dan kajian jurnal
Kehadiran bidang manajemen pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah perkembangannyadi Negara barat dan perkembangan pendidikan
Indonesia. Bidang studi ini sudah dikenal luas dan menjadi topik penting
dalam pengelolaan lembaga pendidikan Indonesia, tetapi perkembangannya
masih berusia relatif sangat muda. Hal ini berkaitan dengan, perkembangan
pendidikan Indonesia terjadi secara signifikan pada tahun 1970-an ketika
pemerintahan Orde Baru memperluas ruang lingkup bidang pendidikan.
Namun, kondisi ini berdampak sedikit pada praktik kepemimpinan kepala
sekolah (Sumintono, Hidayat, Patras, Sriyanto, & Izzati, 2019). Merujuk
pada Supriadi (2018), pada penghujung tahun 1980-an praksis pendidikan di
Indonesia belum mengenal istilah teknis manajemen pendidikan. Pada saat
itu, yang dikenal luas adalah istilah administrasi pendidikan. Hal tersebut
kemungkinan besar disebabkan perkembangan administrasi pendidikan di
Amerika Serikat. Bush (1999) memaparkan bahwa di tahun 1950-an dan
1960-an berbagai program dalam administrasi pendidikan telah berkembang
dengan kuat di Amerika Serikat. Sehingga, istilahadministrasi pendidikan boleh
terbawa dan digunakan sesuai dengan kebutuhan pada bidang pendidikan
Indonesia.
Kajian dari jurnal sejerah dan konsep manajemen pendidikan yang ditulis oleh
Nasib Tua Lumban Gaol adalah Perkembangan bidang manajemen pendidikan
berawal di Amerika Serikatpada abad kesembilan belas dan selanjutnya
menyebar ke berbagai Negara. Di Indonesia, bidang tersebut mulai dikenal
pada penghujung abad kesembilan belas dan berkembang secara pesat pada tahun
2000-an setelah diberlakukannya desentralisasi pendidikan. Konsep
manajemen pendidikan dapat dipahami dari empat aspek utama, yaitu:
a. sebuah bidang ilmu terapan dari manajemen yang
dikontekstualisasikan pada bidang pendidikan
b. berkaitan dengan pengelolaan berbagai sumber daya pendidikan
c. praktik manajemen pendidikan yang harus efisien dan efektif;
d. manajemen pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
B. Manajemen Organisasian Pendidikan
Secara etimologi “organisasi” berasal dari kata “to organize” yaitu dari kata
“to organ” = “Organon” (bahasa Anglosaxon Greek). “Organon” adalah suatu alat
yang digunakan untuk mencpai suatu tujuan. To organize mempunyai arti menyusun
bagianbagian yang terpisah-pisah menjadi suatu kesatuan, sehingga dapa di
pergunakan untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut para ahli, kata organisasi dikemukakan sebagai berikut: 1.
G. R. Terry (Chatab, 2009) mengemukakan “Organization is the determining and
arranging of varius activities decened necessary for attainment of goals” (organisasi
adalah suatu ke-lompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usaha-nya
demi tercapainya suatu tujuan). 2. James D Money (Sondang,2002) mengemukakan
“Organization is the form of every human assosiation, for the attainment of a common
purpose”.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah wadah
serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal dan
dalam rangkaian hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
1. Pengertitan manajemen organisasi pendidikan
Manajemen dan organisasi memiliki hubungan yang sangat erat. Organisasi
yang baik untuk mencapai tujuanya perlu manajemen yang baik begitupun
sebaliknya untuk mendapatakan manajemen yang terbaik diperlukan sebuah
organisasi yang memiliki orang-orang yang terampil, kreatif serta mampu bekerja
secara tim untuk mewujudkan cita-cita yang ingin dicapai oleh organisasi. Oleh
karena itu, organisasi dan manajemen harus dilakukan dengan kerjasama yang
baik, pemanfaatan sumber-sumber dan waktu yang ada dapat dilakukan secara
tepat dan lebih terordinir sesuai dengan proses kegiatan yang ditetapkan maka
untuk mencapai tujuan akan dapat hasil yang lebih efsien dan efektif serta lebih
maksimal. Karena keduanya jika dilakukan sesuai dengan tugasnya maka
hubungan timbal balik itu akan saling menguntungkan untuk keduanya.
Menurut Sulistyorini, manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau
rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok
manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar lebih efektif dan efisien.
Dalam sebuah organisasi pendidikan, kelompok orang yang disebut manajemen
sering kita kenal dengan sebutan rector, dekan, kepala sekolah, dan lain
sebagainya. Kemudian tujuan dari manajemen untuk organisasi pendidikan adalah
mengevaluasi organisasi pendidikan dalam pemenuhan keperluan para peserta
didik dan penerima manfaat lain. Jika tujuan ini tercapai, organisasi pendidikan
mampu memberikan layanan dan produk edukasi yang diharapkan oleh para pihak
pemilik kepentingan.
2. Komponen, fungsi, tujuan dan manfaat manajemen organisasi pendidikan
Jenis-jenis organisasi pendidikan secara umum terbagi menjadi dua yaitu:
Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi.
Keberadaan struktur organisasi yang menjadi pembeda utama antara organisasi
formal dan informal. Sebagai struktur organisasi formal dimaksudkan untuk
menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab memperlihatkan
hubungan tertentu antara personil-personil organisasi.
Organisasi Informal Keberadaan organisasi dapat dilihat dari 3 karakteristik
yaitu norma perilaku, tekanan untuk adaptasi dan kepemimpinan informal.
Menurut Ara Hidayat dan Imam Machali norma prilaku adalah standar prilaku
yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok, dalam
sebuah kesepakatan bersama tidak tertulis di antara orang-orang dalam organisasi
tertentu.
Dibawah ini adalah manfaat manajemen organisasi pendidkan:
a. )Bermanfaat sebagai alat atau proses evaluasi yang mampu
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas
b. Mengawasi proses belajar mengajar secara optimal dan berkelanjutan.
c. Meningkatkan tanggung jawab sosial lewat penyediaan pendidikan
berkualitas tinggi yang berkeadilan dan inklusif untuk seluruh peserta
didik.

Tujuan manajemen organisasi pendidikan:

a. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif,


Efektif, Menyenangkan
b. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
c. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan
d. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien
e. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau
konsultan manajemen pendidikan)
f. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu
disebabkan oleh manajemennya;
g. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan
akuntabel
h. Meningkatnya citra positif pendidikan.
C. Manajemen siswa
Manajemen siswa bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kualitas dan
prestasi pada madrasah. Peserta didik dikelola dengan baik dan benar supaya dapat di
ukur keberhasilannya siswa pada lembaga pendidikan.Manajemen siswa merupakan
usaha pengaturan terhadap siswa mulai dari siswa tersebut masuk sekolah sampai
dengan lulus sekolah, adapun kegiatan dari manajemen siswa adalah perencanaan,
pembinaan, evaluasi dan mutasi.
1. Pengertian manajemn siswa
Manajemen siswa merupakan penggabungan dari kata manajemen dan siswa
Manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri atas tindakan-tindakan berupa
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang
dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya. Sedangkan siswa adalah sebagai suatu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam proses pendidikan, sehingga
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Adapun
fungsi manajemen peserta didik menurut Suwardi dan Daryanto (2017: 99) adalah
sebagai wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik
yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi,
kebutuhan dan segi potensi siswa lainnya.
2. Ruang lingkup, tujuan manfaat manajemen siswa dan kajian jurnal
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan (Badrudin, 2013:2-4). Siswa adalah orang yang memiliki potensi
dasar yang pernah dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun
spikis, baik pendidikan itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan
masyarakat dimana anak tersebut berada. Jadi manajemen peserta didik menurut
Jaja Jahari (2013:17) dapat diartikan sebagai layanan yang memusatkan perhatian
pada pengaturan, pengawasan, dan layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai matang mendapatkan proses
pendidikan di sekolah.
Tujuan manajemen siswa adalah mengatur kegiatan-kegiatan siswa agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan
(sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut sekolah dapat
berjalan; lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Fungsi manajemen peserta didik (Suwardi dan Daryanto, 2017:99) adalah
sebagai wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik
yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi,
kebutuhan, dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Manajemen siswa terdapat sub aspek penting setelah siswa masuk dalam
lingkungan pendidikan terutama dalam sekolah. Prosoes pembinaan, disiplin
sisaw, yaitu proses pembinaan pada peserta didik agar mereka dapat melakukan
proses pendidikan secara maksimal. Pendikan memang jalur utama yang harus
ditempuh untuk ikut dalam perkembangan zaman. Pendidikan merupakan sarana
untuk membekali generasi baru dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dibituhkan untuk dapat bertahan dalam kelompok masyarakat (Gathut dan Desi,
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, Vol. 4 No. 4 April 2014).
Pembinaan sisswa adalah membina siswa sehingga berkembang
kemampuannya secara maksimal sesuai dengan tujuan sekolah. Pembinaan
peserta didik dilakukan sehingga anak mendapat bermacam-macam pengalaman
belajar untuk bekal kehidupannya di masa depan. Oleh sebab itu, sangat penting
bagi sekolah untuk membina mereka agar mereka mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat belajar mereka sehingga diharapkan dapat menciptakan
suatu keadaan dimana peserta didik dapat lebih tertib dan lebih mementingkan
tugas-tugas belajarnya.
D. Manajemen kurikulum
kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang
saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum
tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk
sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya
saling kerja sama di antara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel
kurikulum tidak berfungsi dengan baik, maka sistem kurikulum akan berjalan kurang
baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan
kurikulum, sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya.
Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan
manajemen adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan
prosesproses tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang
mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk
mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.
1. Pengertian manajemen kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir
yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum
berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi
kuno. Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang
berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari dari garis start sampai dengan finish untuk memperoleh medali atau
penghargaan (Zainal Arifin, 2011: 2).
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu,
otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam
visi dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang
telah ditetapkan.
2. Manfaat, tujuan, ruang lingkup, kajian manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup
manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan kurikulum lebih
mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum
nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan
kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di
mana sekolah itu berada.
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
manajemen kurikulum, yaitu:
a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum
merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen
kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam
manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan
demokrasi, yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab untuk mencapai tujuan kurikulum
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum, perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai
pihak yang terlibat.
d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbngkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan
kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurukulum tersebut sehingga
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
relative singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan
visi, misi, dan tujuan kurikulum

Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan kebijaksanaan


pemerintah maupun departemen pendidikan, seperti USPN No. 20 tahun 2003,
kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program, kebijaksanaan
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, keputusan dan peraturan pemerintah yang
berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/ jenis sekolah yang
bersangkutan. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum
agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif,
efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman
belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen
kurikulum di antaranya sebagai berikut :

a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,


pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
b. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai
peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu
melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas
dalam mencapai tujuan kurikulum.
c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola
secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional,
efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun
aktivitas siswa dalam belajar.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara
desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan
demikian, ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat
dihindarkan. Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya
dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan
kurikulum.
E. Manajemen personalia
1. Pengertian manajemen personalia
Manajemen personalia atau manajemen sumber daya manusia dapat diartikan
sebagai seni dalam merekrut, mengembangkan dan memelihara kompetensi
tenaga kerja untuk mencapai tujuan-tujuan suatu organisasi melalui cara yang
efektif dan efisien (Mahapatro, 2010: 3-4).
Manajemen sumber daya manusia merupakan proses pengadaan, pelatihan,
penilaian, dan pemberian upah bagi para karyawan, dan pengurusan terhadap
hubungan kerja, kesehatan dan keamanan, serta hal-hal yang terkait keadilan bagi
para pegawai/karyawan (Dessler, 2008: 2).
Manajemen sumber daya manusia adalah proses pengelolaan dan
pengkondisian pegawai/manusia agar dapat secara optimal diberdayakan untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui cara-cara yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Manfaat, tujuan, ruang lingkup, kajian manajemen personalia
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan
kontribusi produktif dari tenaga kerja atau karyawan terhadap organisasi dengan
cara yang etis, ramah, dan bertanggungjawab (Wether & Davis dalam Hariandja,
2005: 3). Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk menjamin bahwa
organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pemberdayaan
manusia yang ada secara efektif dan efisien. Manajemen tenaga kependidikan atau
manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga
kependidiakan secaara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal,
namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi
personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan,
mengkaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu
anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan
karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Manajemen personalia dalam hal ini dapat dikatakan sebuah upaya untuk
mengelola sumberdaya manusia, dalam hal ini guru yang ada di sekolah sesuai
dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Dapat dikatakan, bahwa kepala
sekolah dalam posisinya sebagai seorang manager juga harus mampu membagi
tugas dan fungsi personil secara efektif dan efisien.
Kriteria manajemen personalia yang tercapai dan apa yang menjadi tujuannya,
harus memenuhi syarat-syarat yang menentukan sebagai suatu ciri yang patut ada
dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas kepegawaian. Syarat tersebut antara lain:
a. Manajemen kepegawaian harus harus dilandasi suatu manajemen modern
yang mengandung kebijaksanaan yang sempurna ( Integrated Politicy).
b. Pembinaan pegawai ke arah produktivitas kerja yang dapat menimbulkan
efektivitas dan evisiensi yang dibutuhkan.
c. Pembinaan disiplin dan etos kerja kearah pencapaiaan prestasi kerja yang
sebaik-baiknya dengan memberikan pendidikan dan latihan kerja.
d. Adanya penempatan dan pemanfaatan tenaga.
e. Mengambil tindakan disiplin terhadap pegawai.
f. Peningkatan kesejahteraan unutk masing-masing pegawai mendapatkan
kebutuhan yang layak.
g. merpelihara dan terciptanya hubungan yang baik antara bawahan dan
atasan.

Ruang lingkup manajemen personalia adalah

a. Perencanaan sumber daya manusia


b. Seleksi dan perekrutan
c. Penugasan atau penempatan
d. Pemberian upah
e. Pelatihan dan pengembangan
f. Pemberhentian.
Daftar pustaka

Badrudin, (2013). Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta.

Badrudin, (2014). Manajemen Peserta Didik, Jakarta Barat: Indeks.

Eka Prihatin. (2014). Manajemen Peserta Didik, Bandung: Alfabeta.

Gathut Oktriwan Sumarsono dan Desi Nurhikmahyanti. Jurnal Inspirasi Manajemen


Pendidikan. Pelaksanaan Manajemen Peserta Didik Sebagai Pem bentukan Karakter Siswa Di
SMA Negeri 1 Pilangkenceng Kabupaten Madiun, Vol. 4 No. 4, April 2014.

. Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya; 2011.

Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. IV; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya: 2010.

Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II; Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada: 2009.
Schdmidt, Norman, G.R, H.G. Effectiveness of Problem Based Learning Curricula: Theory,
Practice and Paper Darts, Medical Education 2000

Ulfatin Nurul, Triwiyono Teguh, MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG


PENDIDIKAN, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016)

Bangun Wilson, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( jakarta: PT Gelora Aksara, 2012)

Manullang Marihot, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: Gajah Mada University press,


2006)

Anda mungkin juga menyukai