Anda di halaman 1dari 16

Konsep Manajemen Pendidikan

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Dengan Dosen Pembimbing Winarti, M. Pd. Si.

Disusun oleh:

1. Edwin Iswiyanto 13690023


2. Trigonggo 13690026
3. Rizka Triana 15690003
4. Umu Saadah 1569000

Program Studi Pendidikan Fisika


Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan dan


peningkatan Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) dalam suatu negara.
Pendidikan menjadi suatu sistem yang seluruh komponen-komponennya
yang meliputi kepala sekolah,ketua komite, pendidik, staf tata usaha,
peserta didik, dan lain sebagainya saling terkait seperti mata rantai yang
tak dapat dipisahkan satu sama lain. Seluruh komponen tersebut
memerlukan adanya penataan agar dapat berjalan dan bekerja sesuai
dengan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai
suatu instansi pendidikan.

Penataan untuk pengembangan dan peningkatan tersebut dapat


tercapai dengan adanya manajemen disuatu instansi pendidikan.
Manajemen itu sendiri merupakan kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata (Tery & Rue, 2009: 1).

Oleh karena itu, manajemen sangat diperlukan dalam pendidikan


untuk meningkatkan mutu dalam suatu instansi pendidikan demi
menghasilkan lulusan yang diharapkan dan mampu berkontribusi dalam
kemajuan suatu negara kelak di masa yang akan datang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan


Manajemen pendidikan merupakan gabungan dari dua kata yang
mempunyai satu makna, yaitu manajemen dan pendidikan. Secara
sederhana, manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen
yang dipraktikkan dalam dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-ciri
khas yang ada dalam pendidikan. Manajemen pendidikan pada dasarnya
adalah alat-alat yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
Manajemen pendidikan merupakan rangkaian proses yang terdiri dapri
proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
yang dikaitkan dengan dunia pendidikan.
Bush1 memberikan pengertian manajemen pendidikan sebagai
berikut, Educational management is a field of study and practice
concerned with the operation of educational organizations.
Beberapa pengertian tersebut menyiratkan bahwa manajemen
pendidikn sebagai seluruh proses kegiatan bersama dalam bidang
pendidikan dengan mendayagunakan semua sumber daya yang ada
dikelola untuk mencapai tujuan pendidikan. Sumber daya dalam konteks
manajemen pendidikan berupa man (manusia = guru, siswa, karyawan),
money (uang = biaya), materials (bahan/alat-alat pembelajaran), methods
(teknik/cara), machines (mesin = fasilitas), market (pasar) , dan minutes
(waktu) yang biasa disebut 7M.
B. Tujuan dan Manfaat manajemen Pendidikan
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain sebagai berikut,
1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1
Tony Bush dan Coleman M., Leadership and Strategic Management in Education, (London: Paul
Chapman Publishing Ltd., 2000), hlm.4
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensin dirinya
untuk memiliki kekuatan sprititual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Terpenuhinya salah satu dari empat kompetensi tenaga pendidik (
tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga
kependidikan sebagai manajer).
4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Terbekaalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan
tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manjer
atau konsultan manajemen pendidikan).
6. Teratasinya masalah mutu pendidikan.

C. Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Dalam membicarakan ruang lingkup manajemen pendidikan ini


akan dilihat dari empat sudut pandang, yaitu sudut wilayah kerja, obyek
garapan, fungsi atau urutan kegiatan dan pelaksana:

1. Ruang lingkup menurut wilayah kerja


Sistem pendidikan di Indonesia adalah sistem sentralisasi.
Kebijaksanaan pendidikan dilakukan oleh pemerintah pusat yang
berkedudukan di Jakarta sebagai ibukota negara. Menteri pendidikan
dan kebudayaan merupakan pejabat yang memikul tanggung jawab
kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan di seluruh negara. Sebagai
pembantu pelaksana kebijaksanaan tersebut adalah pejabat-pejabat
yang tersebar di seluruh provinsi, seterusnya di kabupaten, kecamatan,
serta unit-unit kerja.
Berdasarkan atas tinjauan wilayah kerja seperti disinggung di atas,
maka ruang lingkup manajemen pendidikan dipisahkan menjadi:2
a) Manajemen pendidikan seluruh negara, yaitu manajemen
pendidikan untuk urusan nasional. Yang ditangani dalam

2
Arikunto Suharsim, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), hlm. 5
lingkup ini bukan hanya pelaksanaan pendidkan di sekolah saja
tetapi juga pendidikan di luar sekolah, pendidikan pemuda,
penyelenggaraan latihan, penelitian, pengembangan masalah-
masalah pendidikan serta meliuti pula kebudayaan, dan
kesenian.
b) Manajemen pendidikan satu provinsi, yaitu manajemen
pendidikan yang meliputi wilayah kerja satu provinsi yang
pelaksanannya dibantu lebih lanjut oleh petugas manajemen
pendidikan di kabupaten dan kecamatan.
c) Manajemen pendidikan satu kabupaten/kota, yaitu manajemen
pendidikan yang meliputi wilayah kerja satu kabupaten/kota,
meliputi semua urusan pendidikan memuat jenjang dan jenis.
d) Manajemen pendidikan satu unit kerja, pendidikan dalam
manajemen unit ini lebih dititik beratkan pada satu unit kerja
yang langsung menangani pekerjaan mendidik misalnya,
sekolah, pusat latihan, pusat pendidikan, dan kursus-kursus.
Dengan demikian maka ciri dari unit ini adalah adanya (1)
pemberi pelajaran, (2) bahan yang diajarkan, ditambah dengan
sarana penunjangnya.
e) Manajemen kelas, sebagai suatu kesatuan kegiatan terkecil
dalam usaha pendidikan yang justru merupakan dapur inti
dari seluruh jenis manajemen pendidikan. Dalam manajemen
kelas inilah kemudian terdapat istilah pengelolaan kelas baik
yang bersifat instruksional maupun manajerial.
2. Ruang lingkup menurut obyek garapan
Maksudnya adalah, semua jenis kegiatan manajemen yang
secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan
mendidik. Sebagai titik pusat pandangan adalah kegiatan mendidik
sekolah. Namun, karena kegiatan di sekolah tidak dapat dipisahkan
dari jalur-jalur lingkungan formal dan non formal, maka tentu saja
juga dibahas lingkup sistem pendidikan sampai ke tingkat pusat.
Ditunjau dari objek garapan, manajemen pendidikan,
dengan titik tolak pada kegiatan dapur inti yaitu kegiatan belajar
mengajar di kelas, maka sekurang-kurangnya ada delapan objek:
a) Manajemen siswa
b) Manajemen personil sekolah
c) Manajemen kurikulum
d) Manajemen sarana atau material
e) Manajemen tatalaksana pendidikan atau ketatausahaan
sekolah
f) Manajemen pembiayaan atau manajemen anggaran
g) Manajemen lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi
pendidikan
h) Manajemen hubungan masyarakat atau komunikasi
pendidikan.

Apabila memahami arti manajemen pendidikan yakni adanya


usaha bersama mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka usaha
tersebut terjadi pada satu organisasi.3

3. Menurut fungsi atau tujuan kegiatan


Dari definisi manajemen, terdapat istilah rangkaian
kegiatan yang dilakukan pertama sampai kepada hal yang
dilakukan terakhir. Orang lain sering menyebut urutan kegiatan ini
sebagai fungsi administrasi. Adapun fungsi manajemen atau
pengelolahan ini adalah (1) merencanakan, (2) mengorganisasikan,
(3) mengarahkan, (4) mengkoordinasikan, (5)
mengkomunikasikan, (6) mengawasi atau mengevaluasi. Kata-kata
tersebut dapat disingkat menjadi, regarah kormus. Henry Fayol
menyebutkan fungsi manajemen ini atas tujuh jenis kegiatan yaitu,
planning, organizing, directing, coordinating, reporting,

3
Ibid, hlm. 6
budgeting, dan staffing, yang oleh Ngalim purwanto disingkat
dengan POSDCORB (Ngalim Purwanto, 1981, 3).4
Unsur-unsur kegiatan tersebut saling terkait satu sama lain.
Kaitan tersebut bersifat bolak-balik. Jadi misalnya kita berpikir
tentang perencanaan, tentu telah berpikir pula bagaimana nanti
bentuk organisasinya, siapa yang menangani tugas (staffing),
bagaimana pengarahannya dan sebagainya. Mc. Farland
menggambarkan saling hubungan langkah-langkah yang olehnya
disebutkan merupakan tiga fungsi pokok manajemen yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan
pengontrolan (controlling) ini sebagai berikut :

PLANNNING ORGANIZING CONTROLING

4. Menurut pelaksana
Banyak orang mengira bahwa yang bertanggung jawab
melaksanakan manajemen pendidikan hanyalah kepala sekolah dan
staf tata usaha. Manajemen adalah suatu kegiatan yang sifatnya
melayani. Dalam kegiatan belajar mengajar, manajemen berfungsi
untuk melancarkan jalannya proses tersebut, atau membantu
terlaksananya kegiatan mencapai tujuan agar diperoleh hasil secara
efektif dan efisien.
Dalam lingkungan kelas, guru adalah administrator. Guru
harus melaksanakan kegiatan manajemen. Di lingkungan sekolah,
kepala sekolah adalah administrator. Dengan pengertian bahwa
manajemen adalah pengelolaan, manajemen, maka kepala sekolah
bertindak sebagai manajer di sekolah yang dipimpinnya.

4
Ibid, hlm. 6-7
Selain para administrator di sekolah, masih ada lagi pelaksana
manajemen pendidian yaitu orang-orang yang bekerja di kantor-
kantor pendidikan dan pusat latihan atau kursus. Pelaksana
manajemen dipusat-pusat latihan atau kursus mempunyai peranan
dan tugas seperti pelaksana di sekolah. Tetapi pelaksanaan
manajemen di kantor-kantor pendidikan merupakan pelayanan
tidak langsung terhadap kegiatan belajar mengajar. Kegiatannya
adalah mengurus kurikulum terhadap kegiatan belajar-mengajar.
Kegiatannya adalah mengurus kurikulum, sarana, personil, siswa,
biaya, dan lain-lain kegiatan yang bersifat memperlancar pekerjaan
guru dan siswa yang terlibat langsung dalam kegiatan mendidik5.

D. Fungsi Manajemen Pendidikan


1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah langka awal merumuskan strategi dengan


mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi untuk
meramalkan kesuksesan di masa mendatang. Pada dasarnya dipahami
sebagai gerbang untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, ancaman
dan peluang yang dapat berpengaruh terhadap tujuan yang ditetapkan 6.

Sedangkan menurut beberapa ahli, yakni sebagai berikut:

a. Rivai dan Murni (2009) menjelaskan bahwa perencanaan adalah


suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah antisipatif
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi seingga kegiatan
tersebut mencacpai tujuan yang ditetapkan7.
b. Usman (2006) menjelaskan bahwa perencanaan pada hakikatnya
adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah keputusan

5
Ibid, hlm. 7-8
6
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 30
7
Ibid, hlm. 33
atas sejumlah alternatif mengenai sasaran dan cara-cara yang akan
dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan
yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil
pelaksanaannya secara sistematis dan berkesinambungan8.

Sedangkan pengertian perencanaan pendidikan (dikutip dari


Encyclopedia of American Education) merupakan proses formal untuk
membuat keputusan mengenai masa depan karyawan sekolah,
departemen, dan sekolah itu sendiri. Dalam suatu organisasi
pendidikan diperlukan perencanaan strategis (jangka panjang) dan
operasional (jangka pendek).

Perencanaan strategis merupakan perencanaan yang memerlukan


identifikasi tujuan pendidikan yang mengarah pada lingkungan
organisasi internal dan eksternal sekolah. Sedangkan perencanaan
operasional merupakan perencanaan untuk menentukan cara-cara
khusus untuk menerapkan tujuan jangka panjang9.

Untuk memulai suatu proses perencanaan pendidikan , Banghart &


Trull (1973) yang dikutip Usman (2008) mengusulkan tahapan-
tahapan antara lain: pendahuluan, mengidentifikasi permasalahan
pendidikan, analisis area masalah perenanaan, penyusunan konsep dan
rencana, mengevaluasi rencana, menentuan rencana, penerapan
rencana dan rencana umpan balik. Perencanaan merupakan suatu
siklus sehingga rencana dapat dievaluasi sejak awal persiapan sampai
pelaksanaan dan penyelsaian perencanaan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Organisasi diartikan sebagai komponen yang disatukan dalam


suatu struktur dan sistem kerja yang terus bergerak seirama dalam
sasaran tujuan yang ingin dicapai.

8
Ibid, hlm. 32
9
Ibid, hlm. 43
Menurut Handoko (Usman, 2008) membagi pengertian
pengorganisasian atas empat hal10, yaitu:

Pengorganisasian ialah penentuan sumber daya dan kegiatan yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang
akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan.
Penugasan tanggung jawab tertentu.
Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-
individu untuk melaksanakan tugasnya.

Dalam pengorganisasian terdapat dua hal pokok yang harus


diperhatikan dan dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

Struktur Organisasi

Robbins dalam Fattah (2006) menyatakan struktur


organisasi menetapkan bagaimana tugas pekerjaan dibagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal11.

Wewenang dan Tanggung Jawab

Wewenang (otoritas) mengacu pada hak-hak yang inheren


(tertanam) dalam posisi manajerial untuk memberi perintah dan
mengharapkan perintah itu dipatuhi. Lebih lanjut Robbins dalam
Fattah menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kewajiban
seseorang dalam melakukan fungsinya12.

3. Pengarahan (Directing)

Pengarahan merupakan usaha menjaga agar apa yang telah


direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi
Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan,
petunjuk serta pertimbangan dan bimbingan terhadap petugas yang

10
Ibid, hlm. 48
11
Ibid, hlm. 49
12
Ibid, hlm. 49
terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan dengan lancar13.

Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan melaksanakan


orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau
kelompok, memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus baik
lisan maupun tulisan secara langsung atau tidak langsung14.

4. Pengkoordinasian (Coordinating)

Menurut Stoner (1996), pengkoordinasian merupakan fungsi


manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghuhbungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan
sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam mencapai tujuan
organisasi (Usman, 2008)15.

5. Pengkomunikasian (Communicating)

Dalam suatu manajemen, komunikasi merupakan suatu usaha yang


dilakukan oleh pemimpin lembaga untuk menyebarluaskan informasi
yang terjadi di dalam maupun hal-hal di luar lembaga yang berkaitan
dengan kelancaran tugas mencapai tujuan bersama (Arikunto &
Yuliana, 2008:13)16.

Kegiatan organisasi atau lembaga khususnya pendidikan tentunya


tidak terlepas dari komunikasi. Oleh sebab itu, suatu manajemen
pendidikan akan berhasil apabila terjadi suatu proses komunikasi yang
baik sesuai dengan harapan sehingga terjadi pemahaman tentang
informasi atau segala sesuatu akan menjadi pokok dari pembahasan
untuk mengarah pada kesepakatan

6. Pengawasan
13
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 25
14
Ibid, hlm. 25
15
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 59
16
Ibid, hlm. 57
Evaluasi adalah proses pengawasan dan pengendalian performa
sekolah untuk memastikan jalannya penyelenggaraan kegiatan di
sekolah telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam
kaitannya dengan manajemen pendidikan, evaluasi bertujuan: (1)
untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir periode kerja, apa
yang telah tercapai, apa yang belum tercapai, dan apa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus, (2) untuk menjamin cara kerja yang
efektif dan efisien yang membawa organisasi kepada penggunaan
sumber daya pendidikan secara efisiensi ekonomis, dan (3) untuk
memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyeimbangan dilihat
dari aspek tertentu misalnya program tahunan, dan kemajuan belajar
(Fatah, 2006).

Ada dua jenis monitoring dan evaluasi di sekolah, yaitu internal


dan eksternal. Monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Misalnya kepala
sekolah, guru, siswa, guru BK, dan lain-lain. Sedangkan monitoring
dan evaluasi eksternal merupakan monmitoring dan evaluasi yang
dilakukan oleh pihak eksternal sekolah, misalnya dinas pendidikan,
pengawasa, dan perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya.

E. Manajemen Pendidikan Dalam Sistem Pendidikan Nsional

Manajemen pengelolaan pendidikan nasional diatur dalam UU


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan
oleh Presiden pada tanggal 8 Juli 2003.

UUSPN Nomor 10 Tahun 2003 didasarkan pada prinsip


demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana tuntutan
reformasi. Prinsip-prinsip tersebut menjadi dasar bagi kandungan, proses,
dan manjemen sistem pendidikan17.

17
UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan UUSPN Nomor 2 Tahun 1989.
Pembaruan manajemen pengelolaan sistem pendidikan nasional
dilakukan untuk memperbaiki visi, misi, dan strategi pembangunan
pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah sebagai berikut,

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Adapun misi pendidikan nasional adalah sebagai berikut,

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang


bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak
usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar nasional dan global.
5. Membedayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut,pendidikan


nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik.

Strategi manajemen pengelolaan pembangunan pendidikan


nasionaln UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 meliputi :

1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia


2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
3. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis
4. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan
5. Peningkatan keprofesinalan pendidik dan tenaga kependidikan
6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik
7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan
berkeadilan
8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata
9. Pelaksanaan wajib belajar
10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan
11. Pemberdayaan peran masyarakat
12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat
13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Dengan strategi tersebut, diharapkan visi, misi, dan tujuan


pendidikan nasional dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan
berbagai pihak secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pembahasamn akhir dari materi yang diterangkan mengenai


manajemenn pendidikan, dapat diambil kesimpulan yakni sebagai berikut:

1. Manajemen pendidikan merupakan gabungan dari dua kata yang


mempunyai satu makna, yaitu manajemen dan pendidikan. Secara
sederhana, manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai manajemen
yang dipraktikkan dalam dunia pendidikan dengan spesifikasi dan ciri-
ciri khas yang ada dalam pendidikan. Serta memiliki 6 tujuan yang
dapat bermanfaat bagi sistem pendidikan
2. Ruang lingkup manajemen pendidikan terbagi dalam beberapa macam,
yakni: ruang lingkup menurut wilayah kerja, ruang lingkup menurut
objek garapan, ruang lingkup menurut fungsi dan tujuan kegiatan, dan
ruang lingkup menurut jenis pelaksananya.
3. Manajemen pendidikan memiliki fungsi yang penting bagi sisitem
pendidikan, yaitu 1) perencanaan, (2) pengorganisasian, (3)
pengarahan, (4) pengkoordinasian, (5) pengkomunikasian, (6)
pengawasan
4. Dalam sistem pendidikan indonesia, manajemen pendidikan nasional
diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang disahkan oleh Presiden pada tanggal 8 Juli 2003.
DAFTAR PUSTAKA

Amtu, Onisimus. 2013. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah.


Bandung: Alfabeta.

Bush, Tony dan M, Coleman. 2000. Leadership and Strategic


Management in Education. London: Paul Chapman Publishing Ltd,

Suharsim, Arikunto. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya


Media.

Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.

UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan UUSPN Nomor 2 Tahun 1989.

Anda mungkin juga menyukai