Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KEBIJAKAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kebijakan Pendidikan

DOSEN PENGAMPU :

Dr. H. Sulaeman Thaha, M.Ag.

DISUSUN OLEH :

NURUL IZATI
(NIM: 2101010012)
RAHMA
(NIM: 2101010017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2023
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Masalah..........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
A. Pengertian Konsep Kebijakan Pendidikan...............................................3
B. Batasan Kebijakan Pendidikan.................................................................4
C. Karakteristik Kebijakan Pendidikan........................................................5
D. Dasar dan Fungsi Kebijakan Pendidikan.................................................6
BAB III..................................................................................................................10
KESIMPULAN.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

BAB I

1
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu bidang yang penting dalam suatu negara.


Melalui pendidikan transfer knowledge dapat berlansung. Tidak hanya
sekedar pengetahuan, namun juga penanaman nilai, cita – cita dan budaya
suatu bangsa. Oleh karenanya pendidikan memegang peranan penting dalam
keberlangsungan suatu negara.
Dalam mengatur agar pendidikan disuatu negara dapat berlangsung
dengan baik dan mencapai tujuan pendidikan yang dicita – citakan berbagai
kebijakan dalam dunia pendidikan perlu diambil oleh pemerintah negara.
Kebijakan pendidikan dalam suatu negara tergantung dari sistem
politik yang dianut sehingga setiap negara mempunyai kebijakan – kebijakan
yang berbeda. Indonesia menganut sistem demokrasi berdasarkan undang –
undang. Kebijakan – kebijakan yang diputuskan juga harus berdasarkan
undang – undang.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian konsep kebijakan pendidikan?


2. Apa sajakah batasan kebijakan pendidikan?
3. Bagaimana karakteristik kebijakan pendidikan?
4. Apa dasar dan tujuan kebijakan pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian konsep kebijakan pendidikan.


2. Untuk mengetahui batasan kebijakan pendidikan.
3. Untuk mengetahui karakteristik kebijakan pendidikan.
4. Untuk mengetahui dasar dan tujuan kebijakan pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Kebijakan Pendidikan

Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri


– ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan gambaran mental
dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal – hal lain. Sedangkan di dalam Oxfort
Student’s Dictionary of English, concept is an idea; a basic prinsiple. Dari
uraian tersebut maka konsep dapat dipahami sebagai sebuah ide atau
gambaran umum tentang suatu hal.

Kebijakan (policy) secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Polis”
yang artinya kota.dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan
organisasi dan merupakan pola formal yang sama – sama diterima
pemerintah/lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya
(Mohan dalam Syafarudin, 2008:75)1.

Kebijakan pendidikan (Nugroho, 2008:36) diartikan sebagai kumpulan hukum


atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di
dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana tujuan tersebut.2

Menurut Fredrickson dan Hart kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah
pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan – hambatan tertentu
sambil mencari peluang – peluang untuk mencapai tujuan/mewujudkan sasaran
yang diinginkan (Tangkilisan, 2003:12).3

1
Syafaruddin, (2008). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Grasindo
2
Nugroho,Riant,2013. Metode Penelitian Kebijakan. Yogyakarta : Pustaka Belajar
3
Tangkilisa,HeselNogi. 2003, Analisis Kebijakan Publik. Ypgyakarta: Lukaman Offset
YPAPI

3
4

Menurut Woll kebijakan merupakan aktivitas pemerintah untuk memecahkan


masalah di masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat ( Tangkilisan, 2003:2).4

Carter V. Good (1959) memberikan pengertian kebijakan pendidikan


(edicational policy) dalam buku karya Ali Imron yang berjudul Kebijakan
Pendidikan di Indonesia yakni: “Suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem
nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor – faktor yang bersifat melembaga.
Pertimbangan tersebut merupakan perencanaan umum yang dijadikan sebagai
pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa
tercapai” (Dalam Imron, 1996:18).5

Dengan demikian kebijakan pendidikan dapat dipahami sebagai aturan – aturan


tertulis yang diputuskan oleh pemerintah yang berfungsi untuk mengatur dalam
bidang pendidikan atau berkaitan dengan pendidikan. Jadi konsep kebijakan
pendidikan adalah gambaran umum mengenai aturan – aturan tertulis yang
diputuskan oleh pemerintah untuk mengatur jalannya pendidikan agar tercapainya
tujuan pendidikan.

Contoh kebijakan adalah undang – undang, peraturan pemerintah, keppres,


kepmen, perda, keputusan bupati, dan keputusan direktur. Setiap kebijakan yang
dicontohkan bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan.

B. Batasan Kebijakan Pendidikan

Secara etimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy, dalam


bahasa Inggris. Kata policy sebenarnya dapat dijumpai dalam bahasa lain seperti
Latin, Yunani, dan Sanskrit. Polis dalam bahasa Yunani berarti negara kota. Pur

4
Tangkilisa,HeselNogi. 2003, Analisis Kebijakan Publik. Ypgyakarta: Lukaman Offset
YPAPI

5
Ali Imron. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Jakarta.
5

dalam bahasa Sanskrit berarti kota. Policie dalam bahasa Inggris berarti mengurus
masalah atau kepentingan umum, atau juga berarti administrasi pemerintah.

Secara terminologis, pengertian kebijaksanaan atau policy dikemukakan oleh


para ahli sebagai berikut:

1. Laswell (1970) mendefinisikan kebijakan sebagai suatu program


pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected
program of goals values and practices).6

2. Heclo dalam Jones (1977) memberikan batasan kebijakan sebagai cara


bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-
masalah.

3. Eulau dalam Jones mengartikan kebijakan sebagai keputusan yang tetap,


dicirikan oleh tindakan yang bersinambungan dan berulang-ulang pada
mereka yang membuat dan melaksanakan kebijaksanaan.

4. Amara Raksasa Taya dalam Tjokro Amidjoyo (1976) memberikan


batasan kebijakan sebagai suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan.

Ahli yang melihat dari sudut pelaksanaan adalah Lasswell, Heclo, dan
Budiardjo. Ali yang melihat dari sudut produk adalah Eulau dan Indrafachrudi.

6
Harold D Laswell, Abraham Kaplan 1970. Power and Society, New Haven: Yale University
Press
6

Sementara ahli yang memberikan pengertian kebijakan dari sudut seni


memerintah adalah Amara Raksasa Taya.7

Perbedaan antara kebijaksanaan dan kebijakan bahwa kebijaksanaan adalah


aturan-aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat
kepada siapa pun yang dimaksud untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut.
Sedangkan kebijakan atau wisdom adalah suatu ketentuan dari pimpinan yang
berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena adanya
alasan yang dapat diterima untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku.

C. Karakteristik Kebijakan Pendidikan

Guna meningkatkan Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang khusus,


yakni:

1. Memiliki tujuan pendidikan.


Kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan, namun lebih khusus,
bahwa ia harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas dan terarah untuk
memberikan kontribusi pada pendidikan.

2. Memenuhi aspek legal-formal.


Kebijakan pendidikan harus memenuhi syarat konstitusional sesuai
dengan hierarki konstitusi yang berlaku di sebuah wilayah hingga ia
dapat dinyatakan sah dan resmi berlaku di wilayah tersebut. Sehingga,
dapat dimunculkan suatu kebijakan pendidikan yang legitimat.

3. Memiliki konsep operasional


Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum,
tentunya harus mempunyai manfaat operasional agar dapat
diimplementasikan dan ini adalah sebuah keharusan untuk memperjelas
7
Harold D Laswell, Abraham Kaplan 1970. Power and Society, New Haven: Yale
University Press
7

pencapaian tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Apalagi kebutuhan


akan kebijakan pendidikan adalah fungsi pendukung pengambilan
keputusan.

4. Dibuat oleh yang berwenang


Kebijakan pendidikan itu harus dibuat oleh para ahli di bidangnya yang
memiliki kewenangan untuk itu, sehingga tak sampai menimbulkan
kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan. Para
administrator pendidikan, pengelola lembaga pendidikan dan para politisi
yang berkaitan langsung dengan pendidikan adalah unsur minimal
pembuat kebijakan pendidikan.

5. Dapat dievaluasi
Kebijakan pendidikan itu pun tentunya tak luput dari keadaan yang
sesungguhnya untuk ditindak lanjuti. Jika baik, maka dipertahankan atau
dikembangkan, sedangkan jika mengandung kesalahan, maka harus bisa
diperbaiki. Sehingga, kebijakan pendidikan memiliki karakter dapat
memungkinkan adanya evaluasi secara mudah dan efektif.

6. Memiliki sistematika
Kebijakan pendidikan tentunya merupakan sebuah sistem juga, oleh
karenanya harus memiliki sistematika yang jelas menyangkut seluruh
aspek yang ingin diatur olehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki
efektifitas, efisiensi dan sustainabilitas yang tinggi agar kebijakan
pendidikan itu tidak bersifat pragmatis, diskriminatif dan rapuh
strukturnya akibat serangkaian faktor yang hilang atau saling berbenturan
satu sama lainnya. Hal ini harus diperhatikan dengan cermat agar
pemberlakuannya kelak tidak menimbulkan kecacatan hukum secara
8

internal. Kemudian, secara eksternal pun kebijakan pendidikan harus


bersepadu dengan kebijakan lainnya; kebijakan politik; kebijakan
moneter; bahkan kebijakan pendidikan di atasnya atau disamping dan
dibawahnya, serta daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal.

D. Dasar dan Tujuan kebijakan Pendidikan

Komponen Kebijakan Pendidikan Charles O. Jones (1979) menyatakan ada 5


komponen kebijakan pendidikan yaitu; 1) Goal (Tujuan). Tujuan diartikan sebagai
hasil yang ingin didapatkan oleh individu maupun kelompok dalam rentang waktu
yang ditetapkan. Tujuan dirancang sebagai langkah awal dalam merencanakan
suatu kegiatan. Sebuah kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas
agar proses penerapanya terarah. Tujuan kebijakan pendidikan harus dibuat
rasional agar mudah diterima oleh berbagai pihak; 2) Plans (Rencana). Setelah
tujuan pendidikan dirancang maka selanjutnya adalah membuat perencanaan kerja
yang lebih spesifik agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana
kerja dibuat bertujuan untuk proses manejemen dan penerapan

kebijakan pedidikan agar proses pengeimplementasianya terarah dan jelas; 3)


Programme (Program). Setelah perencanaan kerja dibuat maka selanjutnya adalah
proses pengembangan program. Program merupakan aktivitas berupa proyek yang
nyata berdasarkan tujuan yang telah didesain sebelumnya. Program merupakan
upaya yang dilakukan agar tercapainya tujuan dengan cara melihat tingkat
keberhasilannya. Pembuatan kebijakan pendidikan diharapkan untuk dapat
mengembangkan beberapa alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan ketika
proses pengambilan keputusan; 4) Decision (Keputusan). Keputusan merupakan
sebagai bentuk tindakan dalam penentuan tujuan, pembuatan rencana program,
pelaksanaan program, dan proses evaluasi program. Pengambilan keputusan
dilakukan dengan mempertimbangkan hasil uji coba terhadap alternatif-alternatif
kebijakan pendidikan. Hasil keputusan kebijakan pendidikan harus bersifat
rasionalitas agar hasil tersebut dapat diterima oleh berbagai pihak; 5) Efects
9

(Dampak). Dampak merupakan pengaruh yang ditimbulkan setelah kebijakan di


laksanakan. Dampak ini dapat berupa sengaja maupun ketidaksengajaan baik
berupan dampak priimer maupun dampak sekunder. Dampak juga dapat berupa
dampak positif maupun dampak negatif.

Dilihat dari pemahaman tentang pandangan-pandangan dasar tujuan kebijakan


apabila dihubungkan dengan pendidikan dapat dikelompokan menjadi:

1. Dilihat dari sisi tingkatan masyarakat


Tujuan kebijakan disini dapat diamati dan ditelusuri dari hakikat
tujuan pendidikan yang universal. Hal tersebut merupakan analisis
pada fakta dan realita yang tersebar luas di masyarakat dikarenakan
pendidikan dalam arti umum mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Dilihat dari sisi tingkatan politisi


Tujuan kebijakan ini dapat diamati dan ditelusuri dari sumbangan
pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang
berbeda. Pendidikan yang telah menjadi suatu kebijakan publik
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif supaya tercipta
generasi masyarakat dalam aspek keseimbangan antara hak dan
kewajiban sehingga wawasan, sikap dan perilakunya semakin
demokratis.

3. Dilihat dari sisi tingkatan ekonomi


Tujuan kebijakan ini dapat dilihat dan ditelusuri dari kesadaran
pentingnya pendidikan sebagai onventasi jangka panjang yang
didasarkan pada beberapa alasan, yaitu :

Pendidikan adalah untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan


ekonomi.
10

1) Inventasi pendidikan memberikan nilai baik yang lebih tinggi daripada


inventasi fisik di bidang lain. Pendidikan mempunyai kedudukan yang
cukup signifikan terutama ketika seseorang telah menggali dan
mengaktualisasikan potensi diri dan mempunyai kompetensi yang cukup
sesuai dengan bidangnya.

Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya


memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari
hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan
yang baik.
11

BAB III
KESIMPULAN

1. Konsep kebijakan pendidikan adalah gambaran umum mengenai aturan –


aturan tertulis yang diputuskan oleh pemerintah untuk mengatur jalannya
pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan. Perbedaan antara
kebijaksanaan dan kebijakan bahwa kebijaksanaan adalah aturan-aturan
yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat kepada
siapa pun yang dimaksud untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut.
Sedangkan kebijakan atau wisdom adalah suatu ketentuan dari pimpinan
yang berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang
karena adanya alasan yang dapat diterima untuk tidak memberlakukan
aturan yang berlaku.
2. Guna meningkatkan Kebijakan pendidikan memiliki karakteristik yang
khusus, yakni memiliki tujuan pendidikan, memenuhi aspek legal-formal,
memiliki konsep operasional, dibuat oleh yang berwenang, dapat
dievaluasi, memiliki sistematika.
3. Tujuan kebijakan ini dapat dilihat dan ditelusuri dari kesadaran pentingnya
pendidikan sebagai onventasi jangka panjang yang didasarkan pada
beberapa alasan, yaitu pendidikan adalah untuk perkembangan ekonomi
dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi, inventasi pendidikan
memberikan nilai baik yang lebih tinggi daripada inventasi fisik di bidang
lain. Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya
manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan,
jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu
merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Fungsi kebijakan dalam
pendidikan adalah menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut
pemerintahan perlu ada dalam pendidikan, melembagakan mekanisme
akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru.
4. Prinsip – prinsip kebijakan pendidikan salah satunya adalah bahwa
pendidikan harus terbebas dari segala bentuk konflik yang akan
12

mengganggu kebijakan pendidikan itu sendiri sehingga tujuan dari


pendidikan tersebut tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Syafaruddin, (2008). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta:

Grasindo

Nugroho,Riant,2013. Metode Penelitian Kebijakan. Yogyakarta : Pustaka

Belajar

Tangkilisa,HeselNogi. 2003, Analisis Kebijakan Publik. Ypgyakarta: Lukaman

Offset YPAPI

Tangkilisa,HeselNogi. 2003, Analisis Kebijakan Publik. Ypgyakarta: Lukaman

Offset YPAPI

Ali Imron. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Jakarta.

Harold D Laswell, Abraham Kaplan 1970. Power and Society, New Haven: Yale

University Press

Harold D Laswell, Abraham Kaplan 1970. Power and Society, New Haven: Yale

University Press

Pongtularan, Aris. (2003). Student Central Learning : The Urgency ang

Possibilities. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Anda mungkin juga menyukai