PENDAHULUAN
Akan tetapi, dalam bidang pendidikan hal tersebut sepertinya tidak bisa berjalan
sesuai seperti seharusnya. Kebijakan-kebijakan yang ada pada saat ini terkesan dan
bahkan memang semuanya berasal dan disusun langsung oleh Dinas pendidikan tanpa
memperhatikan partisipasi dari masyarakat. Pendidikan yang seharusnya berpusat di
masyarakat, untuk saat ini pendidikan masih di pegang secara penuh oleh pihak Dinas
pendidikan atau pemerintah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Pendidikan
Menurut para pakar ahli definisi kebijakan adalah sebagai berikut:
1. Unitet Nations (1975)
Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak,
suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktifitas-aktifitas tertentu
(Wahab, 1990)
2. James E. Anderson (1978)
Kebijakan adalah prilaku dari sejumlah aktor ( pejabat, kelompok, instansi
pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu kegiatan tertentu (Wahab, 1990).
Dari teori kedua pakar diatas dapat kita analisa, bahwasannya kebijakan adalah
sebuah keputasan yang dibuat oleh seseorang sebagai suatu pedoman atau dasar
untuk melakukan tindakan atau aktifitas tertentu. Dalam hal ini pemerintah
tentunya yang paling berperan penuh dalam menentukan sebuah kebijakan yang
nantinya dilaksanakan dan diikuti oleh semua pelaku kebijakan.
Pengertian Kebijakan pendidikan adalah proses suatu penilaian terhadap
sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan situasional yang sudah dirumuskan
secara strategis oleh lembaga pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi
pendidikan dan di operasikan dalam sebuah lembaga pendidikan sebagi
perencanaan umum dalam rangka untuk mengambil keputusan agar tujuan
pendidikan yang di inginkan bisa tercapai.
Hal diatas dapat kita cermati secara seksama bahwasannya kebijakan
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah lembaga
pendidikan untuk memberikan acuan atau dasar terhadap seluruh elemen yang
berhubungan dengan pendidikan, tentunya dalam mengambil kebijakan juga
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan pelaku pendidikan.
2.2 Proses Perumusan Kebijakan Pendidikan
Istilah kebijakan pendidikan banyak dikonotasikan dengan istilah perencanaan
pendidikan (educational planning), rencana induk tentang pendidikan (master plan of
education), pengaturan pendidikan (educational regulation), kebijakan tentang
pendidikan (policy of education), serta istilah lain yang mirip dengan istilah tersebut.
Suatu kebijakan dapat diambil dan diputuskan biasanya dilatar belakangi oleh adanya
masalah. Masalah biasanya muncul ketika ada deskripansi antara dunia cita-cita (das
sollen) dengan dunia nyata (das sein). Sedangkan kebijakan pendidikan dilakukan
2
dalam rangka mengurangi kesenjangan kesenjangan (descripansi) atau mendekatkan
antara dunia cita-cita dengan dunia nyata tersebut.
2.3 Masalah yang melatar belakangi Proses Perumusan Kebijakan Pendidikan
Suatu kebijakan dapat diambil dan diputuskan biasanya dilatar belakangi oleh
adanya masalah. Masalah biasanya muncul ketika ada deskripansi antara dunia cita-cita
(das sollen) dengan dunia nyata (das sein). Sedangkan kebijakan pendidikan dilakukan
dalam rangka mengurangi kesenjangan kesenjangan (descripansi) atau mendekatkan
antara dunia cita-cita dengan dunia nyata tersebut.
Masalah yang dihadapi bangsa indonesia ini mencakup lima pokok masalah,
yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan,
2. Masalah daya tampung pendidikan,
3. Masalah relevansi pendidikan,
4. Masalah kualitas pendidikan, dan
5. Masalah efesiensi dan efektifitas pendidikan
2.4 Perumusan Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan berproses melalui tahapan-tahapan perumusan kebijakan
pendidikan, legitimasi pendidikan, komunikasi dan sosialisasi kebijakan pendidikan,
implementasi kebijakan pendidikan, mengupayakan partisipasi masyarakat dalam
kebijakan pendidikan dan evaluasi kebijakan pendidikan. Pembahasan dalam
perumusan kebijakan pendidikan meliputi; lingkungan kebijakan pendidikan, aktor-
aktor perumusan kebijakan pendidikan, masalah dan agenda kebijaksanaan pendidikan,
formulasi kebijakan pendidikan dan problema-problemanya.
2.5 Lingkungan dan Aktor Kebijakan Pendidikan
Yang dimaksud dengan lingkungan kebijakan pendidikan menurut Anderson
adalah “segala hal yang berada diluar kebijakan tetapi mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan pendidikan, pengaruh tersebut bisa besar, kecil, langsung, tidak langsung,
laten, dan jelas”.
Yang termasuk lingkungan kebijakan pendidikan dirumuskan secara berbeda-
beda oleh para ahli ilmu kebijakan pendidikan. Supandi (1988) menyebut lingkungan
kebijakan meliputi; kondisi sumber alam, iklim, topografi, demografi, budaya politik,
struktur sosial, dan kondisi ekonomik. Sementara yang dianggap paling berpengaruh
terhadap kebijakan tersebut adalah budaya politik.
Orang-orang yang terlibat dalam perumusan kebijakan pendidikan negara
disebut sebagai aktor perumusan kebijakan pendidikan. Sebutan lain dari aktor ini
adalah: partisipan, peserta perumusan kebijakan pendidikan. Oleh karena itu kebijakan
3
pendidikan mempunyai tingkatan-tingkatan (nasional, umum, khusus dan teknis), maka
para aktor perumusan kebijakan disetiap tingkatan-tingkatan tersebut berbeda. Aktor
tersebut yakni: Legislatif, Eksekutif, Administrator, Partai politik, Interest Group,
Organisasi Massa, Peruruan Tinggi, dan Tokoh Perorangan.
4
Implementasi akhirnya dipahami sebagai pengaturan aktifitas yang mengarah pada
penempatan program kedalam suatu dampak”.
Tiga aktifitas utama dalam implementasi kebijakan pendidikan ialah interpretasi,
organisasi, dan aplikasi. Yang dimaksud dengan interpretasi adalah aktifitas
menerjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan
dijalankan. Organisasi adalah unit atau wadah yang dipergunakan untuk menempatkan
program. Sementara aplikasi adalah konsekuensi yang berupa pemenuhan perlengkapan
serta biaya yang dibutuhkan
Supandi (1988) memberikan batasan implementasi kebijakan (implementasi
kebijakan pendidikan) sebagai suatu proses menjalankan, menyelenggarakan atau
mengupayakan agar altenatif-alternatif yang telah diputuskan didalam praktik. Berarti,
rumusan-rumusan kebijakan yang umumnya abstrak tersebut, baru nyata dan kongkrit
setelah diimplementasikan secara nyata. Meskipun demikian, Islami (1991) memandang
lain mengenai implementasi kebijakan ini. Ia menyatakan bahwa ada kebijakan-
kebijakan yang telah dirumuskan tersebut secara otomatis terimplementasikan dengan
sendirinya.
“Meskipun banyak pula rumusan-rumusan kebijakan yang implementasinya harus
diupayakan; atau tidak secara otomatis terimplementasikan. Kebijakan-kebijakan yang
terlaksana dengan sendirinya lazim dikenal dengan self-executing, sedangkan
kebijakan-kebijakan yang tidak secara otomatis terlaksana dengan sendirinya lazim
dikenal dengan non self-executing” (Dalam Imron, 1996:66).
Berhasil tidaknya implementasi kebijakan pendidikan menurut Ali Imron
ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut adalah :
a. Kompleksitas kebijakan-kebijakan yang telah dibuat. Semakin kompleks suatu
kebijakan yang dibuat, semakin rumit dan sulit untuk diimplementasikannya.
b. Bila rumusan masalah kebijakan dan alternatif pemecahan masalah kebijakan yang
diajukan dalam rumusan tidak jelas.
c. Faktor sumber-sumber potensial yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan.
d. Keahlian pelaksana kebijakan.
e. Dukungan dari khalayak sasaran terhadap kebijakan yang diimplementasikan.
f. Faktor-faktor efektifitas dan efisiensi birokrasi.
Oleh sebab itu analisis faktor yang dapat menentukan keberhasilan dalam
implementasi kebijakan pendidikan sangat perlu untuk dijadikan pertimbangan utama
oleh para penentu dan pelaksana kebijakan dilapangan.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA
http://iptekindonesiaef.blogspot.com/2013/11/perumusan-kebijakan-
pendidikan.html?m=1
7
LAPORAN HASIL OBSERVASI
8
C. Info Sekolah
Adapun data sekolah ini adalah :
1. Nama Madrasah : MIS Al-Wasthiyah
2. Nomor Statistik Madrasah : 111232150112
3. Akreditasi Madrasah : A
4. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Raya Pangulah Kp. Gandoang Desa
Pangulah Selatan Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat
5. NPWP : 00.329.122.6.433.000
6. Nama Kepala : Neneng Sopiah, S.Pd.I
7. Nomor Telp. Hp : 081318954114
8. Nama Yayasan : Yayasan Al-Wasthiyah
9. Alamat Yayasan : Kp. Gandoang RT 02/08 Desa Pangulah Selatan Kec. Kotabaru
Kab.Karawang
10. Telp. Yayasan : 0264-313419
11. No. Akte Pendirian Yayasan : C.007.HT.01.02 TH 2006
12. Kepemilikan Tanah : Pribadi
a. Status Tanah
b. Luas tanah 520 m2
13. Status Bangunan : Milik Sendiri
14. Luas Bangunan : Bangunan I = 98 m2
Bangunan II = Lantai 1 = 167,7 m2
Lantai 2 = 167,7 m2
Visi Sekolah
Terwujudnya manusia yang berilmu, beriman, bertaqwa, berkualitas dan kompetitif.
Misi Sekolah
1. Menumbuh kembangkan sikap dan amaliah keagamaan Islam
2. Menumbuhkan dan meningkatkan minat baca dan tulis
3. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang kreatif, inovatif dan berkualitas
4. Meningkatkan pencapaian rata-rata nilai Ujian Nasional (UN)
5. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam beribadah
9
D. Data Pengajar dan Staf MI AL-WASTHIYAH
Kepala Yayasan : 1 Orang
Kepala Sekolah : 1 Orang
Guru Kelas/Wali Kelas : 15 Orang
Penjaga Sekolah : 1 Orang
E. Analisis
Berdasarkan hasil observasi, input dari MI AL-WASTHIYAH ini telah menerapkan
manajemen sekolah dengan baik, meskipun sekolah ini adalah sekolah swasta tetapi
kualitas dan kuantitas para guru, serta staff lainnya sudah sesuai standar pendidikan
nasional yang di tentukan pemerintah sehingga bejalan efektif dan efisien.
Proses pembelajaran di sekolah ini sangat baik, dengan lingkungan masyarakat yang
baik sehingga menjadikan peserta didik disekolah ini berakhlakul karimah dan terawasi
pergaulannya. Sarana dan prasarana di sekolah ini juga bisa dikatakan lengkap, karena
sudah adanya LEB computer, perpustakaan, ruangan P3K dan rungan kelas yang nyaman
dan bersih. Lulusan atau output dari MI Al-Wasthiyah mayoritas berakhlakul karimah
dan cerdas, biasanya lulusan sekolah ini minimal sudah hafal juz 30.
L P jumlah
I 3 43 39 82
II 2 37 25 62
III 2 29 26 55
IV 2 41 29 70
10
V 2 26 29 55
VI 2 24 29 53
11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
13