Anda di halaman 1dari 9

SOSIALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Miranda Beggy
NIM: 22290624745
Mahasiswi MPI Pascasarjana UIN SUSKA RIAU

Abstract:
Government service to the public has always been identified with the various forms of
policy issued by policymakers. One of the policies that exists is education policy. In
educational policy studies, the use of the term socialization should have a clear place. The
method used by researchers is the method of studying libraries by referring to several
sources and summarizing them into one paper. Socialization of educational policy is a
mechanism of delivery of policy information to the public, carried out with printed and
electronic media, which is an organization that regulates behavior to create a new system
of values. There are three stages of socialization in education: pre-preparation, second,
and third. These stages involve support from administrative staff, understanding of topics,
guidance through workshops or technical meetings, provision of social media,
distribution of posters, dissemination of brochures, circulation of content on websites,
making topics reference, and presenting topics as a tool for evaluating subject
performance. Communication is a tool of socialization, and its function can be achieved
when a policy has a variety of ideas or decisions that can be applied. Policy analysis
involves providing alternatives or ideas for all parties involved to discuss these ideas.
Keywords: Socialization, Politics, Education

Abstrak:
Pelayanan pemerintah kepada masyarakat selalu diidentikan dengan berbagai bentuk
kebijakan yang dikeluarkan oleh para perumus kebijakan. Salah satu kebijakan yang ada
yaitu kebijakan pendidikan. Dalam kajian kebijakan pendidikan, penggunaan istilah
sosialisasi harus memiliki tempat yang jelas. Metode yang digunakan peneliti adalah
metode studi pustaka dengan merujuk kepada beberapa sumber dan merangkumnya
menjadi satu makalah. Hasil penelitian yaitu Sosialisasi kebijakan pendidikan adalah
mekanisme penyampaian informasi kebijakan kepada publik, dilakukan dengan media
cetak dan elektronik, yang bersifat organisasi yang mengatur perilaku untuk menciptakan
tata nilai baru. Ada tiga tahap sosialisasi dalam pendidikan: pre-siapan, kedua, dan ketiga.
Tahap-tahap ini melibatkan dukungan dari staf administrasi, pemahaman tentang topik,
bimbingan melalui lokakarya atau pertemuan teknis, menyediakan media sosial,
mendistribusikan poster, menyebarkan brosur, mengedarkan konten di situs web,
membuat topik menjadi referensi, dan menyajikan topik sebagai alat untuk mengevaluasi
kinerja subjek. Komunikasi adalah alat sosialisasi, dan fungsinya dapat dicapai ketika
suatu kebijakan memiliki berbagai ide atau keputusan yang dapat diterapkan. Analisis
kebijakan melibatkan menyediakan alternatif atau ide untuk semua pihak yang terlibat
untuk mendiskusikan ide-ide ini.
Kata kunci: Sosialisasi, Kebijakan, Pendidikan
PENDAHULUAN
Pelayanan pemerintah kepada masyarakat selalu diidentikan dengan berbagai
bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh para perumus kebijakan. Manifestasi dari
berbagai bentuk kebijakan tersebut yang selanjutnya akan dirasakan secara langsung
ataupun tidak langsung oleh masyarakat. kebijakan pada hakekatnya merupakan suatu
bentuk aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan dengan tujuan
untuk mengatur sesuatu agar dapat sesuai dengan yang dicita-citakan bersama.
Salah satu kebijakan yang ada yaitu kebijakan pendidikan. Kebijakan pendidikan
sekarang sangat penting untuk etika anak didik. Kebijakan pendidikan mencakup
sekumpulan aturan dan peraturan pendidikan yang dibuat berdasarkan masalah
masyarakat dan dimulai dengan perumusan, penetapan, implementasi, dan evaluasi.
Kebijakan pendidikan ini biasanya terdiri dari undang-undang pendidikan, intruksi,
peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, peraturan menteri, dan peraturan lainnya
yang berkaitan dengan pendidikan.
Dalam kajian kebijakan pendidikan, penggunaan istilah sosialisasi harus memiliki
tempat yang jelas. Ini didasarkan pada pemahaman bahwa pengertian dan konsep
sosialisasi didasarkan pada tempat ini. Dengan demikian, penelitian yang akan mengkaji
masalah sosialisasi kebijakan dapat dilakukan dengan benar karena telah memiliki
pemahaman yang jelas tentang posisi sosialisasi dengan kaitannya dengan kedudukan
tersebut.
Dan menurut Dian Herdina (2019) sosialisasi merupakan proses yang dilakukan
setelah suatu kebijakan dibuat dan dilakukan sebelum kebijakan memasuki tahap
implementasi. Maka sosialisasi bukan sebuah rangkaian dari tiga tahap proses kebijakan
yaitu: formulasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Hal ini
menjadi landasan pemahaman sebelum mengetahui lebih lanjut mengenai sosialisasi
kebijakan pendidikan.

METODE
Dalam membuat makalah ini penulis menggunakan metode Studi Pustaka. Menurut
Darmalaksana tahapan pertama yang harus dilaksanakan adalah menghimpun sumber
kepustakaan, baik primer maupun sekunder. Lalu dilanjutkan dengan pengolohan data
dan pengutipan referensi untuk ditampilkan sebagai temuan penelitian, diabstraksikan
untuk mendapatkan informasi yang utuh dan diinterpretasikan hingga menghasilkan
pengetahuan untuk penarikan kesimpulan.(Darmalaksana, 2020)
Menurut Mirshad ada empat langkah kegiatan kepustakaan:
1. Mencatat semua temuan mengenai pembahasan yang didapatkan dari sumber-sumber
atau masalah penelitian tersebut.
2. Memasukan segala temuan, baik teori atau temuan baru
3. Menganalisis segala temuan daru bacaan atau menghubungkan masing-masing
wacana yang dibahas di dalamnya
4. Mengkritisi, memberikan gagasan kritis dalam hasil penilitian sebelumnya dengan
menghadirkan temuan baru dalam pemikiran yang berbeda terhadap masalah
penelitian.
Sedangkan langkah-langkah dalam penelitian kepustakaan menurut Purwoko adalah
sebagai berikut:(Sari & Asmendri, 2018)
1. Pemilihan topik
2. Eksplorasi informasi
3. Menentukan fokus penelitian
4. Pengumpulan sumber data
5. Persiapan penyajian data
6. Penyusunan laporan
Dari beberapa pemaparan diatas tahapan yang bisa diambil peneliti adalah langkah
penilitian menurut Mirsyad.

PENGERTIAN SOSIALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


Sosialisasi adalah salah satu proses terpenting Disadari atau tidak, kita telah
menjalaninya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kegiatan yang mengajarkan seseorang
bagaimana menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat, organisasi, atau tempat kerja
mereka juga disebut sosialisasi. Pada dasarnya, sosialisasi ini harus dilakukan secara
bersamaan di dalam organisasi dengan sumber dukungan, tujuan, dan prioritas yang jelas.
Begitu pula, penerapan kebijakan pendidikan Islam menjadi sangat penting secara moral
untuk melindungi setiap bangsa, terutama populasi Islam di Indonesia.
Kebijakan pendidikan Islam mencakup sejumlah peraturan dan perintah yang
berkaitan dengan pendidikan Islam. Masalah latar belakang masyarakat terkait dengan
desain, determinasi, implementasi, dan evaluasi adalah bagian dari kebijakan ini.
Undang-undang pendidikan, pedoman, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, dan
keputusan Menteri Agama biasanya merupakan cara kebijakan pendidikan Islam ini
diterapkan.(Ridwan, 2023)
Dan yang seperti peneliti paparkan di pendahuluan kedudukan sosialiasi berada
setelah suatu kebijakan dibuat dan dilakukan sebelum kebijakan memasuki tahap
implementasi. Berada diluar tiga tahap proses formulasi kebijakan menurut Jones (2014)
dan Winarno (2008) yaitu formulasi kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi
kebijakan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa sosialisasi tidak termasuk dalam
prioritas kebijakan yang tidak dapat dilakukan tanpanya.(Herdiana, 2019)
Sosialisasi kebijakan pendidikan menjadi sebuah mekanisme penyampaian
informasi kebijakan pendidikan kepada publik. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan
berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan kebijakan merupakan aturan
tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat, yang
mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat
dan menyelesaikan satu persoalan atau suatu masalah dalam bidang pendidikan.(Zidna &
Adima, 2021)
Konsep umum tentang sosialisasi juga dapat didefinisikan sebagai proses di mana
kita belajar tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak melalui interaksi dengan
orang lain; kesemuanya ini sangat penting untuk menghasilkan partisipasi sosial yang
efektif. Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup kita. Konsep diri
Charles H. Cooley mengacu pada konsep diri yang dikembangkan seseorang melalui
interaksi dengan orang lain. Konsep ini dikenal sebagai look-glass self. Cooley
menjelaskan konsep ini melalui tiga tahap: pertama, memahami pikiran orang lain
tentang diri sendiri; kedua, memahami pemikiran orang lain mengenai tindakan mereka;
dan ketiga, memahami apa yang dirasakan diri sendiri sebagai pemikiran lain tentang hal
itu.

TAHAPAN SOSIALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM


Menurut Mead (2018), terdapat beberapa fase sosialisasi pendidikan yang harus
diperhatikan saat mensosialisasikan kebijakan pendidikan Islam kepada audiens. Fase
pertama adalah persiapan, fase kedua adalah tahap meniru, dan fase ketiga adalah fase
siap bertindak. Mulai dari fase sosialisasi politik publik, tingkat keberhasilan sosialisasi
politik dapat diukur dengan menggunakan metrik kinerja, yang mencakup hal-hal berikut:
1. Preparetory Stage (Tahap Persiapan)
Pada tahap ini, setiap orang yang terlibat mempersiapkan diri sebagai warga
masyarakat dengan membuat kebijakan yang akan didefinisikan dan dipahami.
Mereka juga dapat membawa nilai-nilai mereka sebagai panduan dalam berpolitik,
sehingga proses adopsi produk politik dapat berjalan lancar karena sesuai dengan
prinsip dan kebiasaan di lingkungannya.
2. Play Stage (Tahap Meniru)
Pada titik ini, kesadaran akan kebijakan baru mulai muncul. Masyarakat menjadi
sadar akan tindakan pemimpin dan harapan dari kebijakan yang akan diterapkan, atau
mereka menjadi mampu bersimpati dengan kebijakan yang akan diterapkan dan
dibentuk. Sesuai harapan, kesadaran masyarakat akan mulai berkembang dengan
lebih baik.
3. Game Stage (Tahap Siap Bertindak)
Kemampuannya untuk menempatkan dirinya di tempat di mana pertumbuhan
diharapkan memungkinkannya melakukan aktivitas bersama dengan sempurna.
Semua orang senang saat ini, memberi tahu rekan mereka, dan secara bertahap mulai
memahami aturan yang digunakan. Selain itu, warga akan memahami aturan tertentu
yang berlaku di lingkungan mereka.(Ridwan, 2023)

STRATEGI SOSIALISASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


Strategi untuk menyebarkan kebijakan pendidikan melalui media untuk menyebarkan
kebijakan pendidikan Islam. Ada berbagai cara sosialisasi bergantung pada lingkungan
dan unit kerja.
1. Mendapat support dari administrasi tempat Misalnya, menteri pendidikan dan
kebudayaan mensosialisasikan peraturan atau pedoman tentang pendidikan dasar
sejak pertengahan 2018, seluruh pimpinan sudah semangat untuk
mengimplementasikan kebijakan ini, mulai dari menteri hingga manajemen.
2. Pemahaman kepada otoritas dan karyawan tentang kebijakan tersebut,
menjelaskannya dan menjelaskan pentingnya kebijakan pendidikan di lingkungan
yang disosialisasikan promosi Efisiensi, efektivitas, peningkatan citra dan tanggung
jawab.
3. Mengedukasi operator dan staf melalui workshop atau technical meeting
4. Menyediakan media sosial seperti poster, brosur, flyer, dan lainnya. kemudian
menyebarluaskan informasi tentang media di institusi
5. Membuat himbuan berbentuk poster atau baliho dan memasangnya di tempat
pengumuman dan menawarkan brosur di titik titik pusat pelayanan terkait praktik
yang telah ditentukan
6. Menampilkan kebijakan di situs web lembaga pembuat kebijakan
7. Membuat kebijakan menjadi satu kesatuan referensi
8. Menerapkan kebijakan sebagai tolak ukur kepemimpinan ketika mengevaluasi kinerja
bawahan langsung.(Ridwan, 2023)

HUBUNGAN NYA DENGAN KOMUNIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


Komunikasi adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan sosialisasi. Menurut
Wilbur Schrarmm, komunikasi adalah suatu proses berbagi. Schrarmm menjelaskan,
"Komunikasi berasal dari kata latin communis, yang berarti umum atau bersama."
Sebenarnya, ketika kita berkomunikasi, kita sedang berusaha membangun ikatan dengan
seseorang. Dengan kata lain, kami berusaha untuk berbagi informasi, ide, atau sikap.
Dari penjelasan Schrarmm, dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif
adalah komunikasi yang menghasilkan kesamaan dan pemahaman antara sumber dan
penerima. Komunikasi akan benar-benar efektif jika audiens menerima pesan,
pemahaman, dan lain-lain dengan cara yang sama seperti yang diinginkan penyampai.
Namun, pendidikan menunjukkan bidang, dan kebijakan adalah set aturan. Oleh karena
itu, kebijakan pendidikan adalah set peraturan yang mengatur pendidikan. Jadi,
komunikasi kebijakan pendidikan adalah proses bertukar informasi, pendapat, atau
perspektif tentang peraturan pendidikan.(Rusdiana, 2014)
Fungsi komunikasi ini dapat dilaksanakan jika kebijakan telah menghasilkan
berbagai ide atau usulan kebijakan yang benar-benar dapat dilaksanakan. Dalam konteks
ini, tugas para analis kebijakan adalah menyampaikan alternatif atau ide-ide kebijakan
kepada semua pihak yang terlibat untuk mendapatkan umpan balik tentang keabsahan
ide-ide tersebut. Pihak-pihak ini adalah mereka yang secara potensial dapat meneriman
atau menolak setiap ide kebijakan yang diusulkan berdasarkan pendapat mereka sendiri.
(Madjid, 2018)

MODEL KOMUNIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


Model komunikasi dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: (Madjid, 2018)
1. Satu Arah (Komunikasi Aksi)
Model komunikasi satu arah ini biasanya berjalan dari atas ke bawah. Model
komunikasi kebijakan seperti ini disebut top down. Komunikasi yang dilakukan
dilakukan oleh satu pihak. Pembuat kebijakan bertindak sebagai komunikatornya,
sementara pelaksana dan khalayak menjadi komunikannya. Pembuat kebijakan
dianggap sebagai sumber pesan, sementara pelaksana dan khalayak sebagian besar
dianggap sebagai penerimanya.
2. Model Komunikasi Dua Arah (Komunikasi Interaksi)
Model ini memiliki aliran dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Ada kebutuhan
yang sama antara perumus kebijakan yang berkapasitas sebagai sumber pesan dan
pelaksana kebijakan yang berkapasitas sebagai penerima pesan. Ada juga kebutuhan
yang sama antara pelaksana kebijakan sebagai sumber pesan dan khalayak sebagai
penerima pesan. Komunikasi dua arah juga dapat berupa komunikasi konsulatif, di
mana sumber dan penerima pesan memberikan kontribusi yang seimbang.
3. Model Komunikasi Multiarah (Komunikasi Transaksi)
Dalam model komunikasi ini, pesan mengalir dari satu sumber ke sumber lain dan
dari sumber ke penerima. Oleh karena itu, elemen-elemen komunikasi, baik yang
bertindak sebagai pemberi pesan maupun yang bertindak sebagai penerima pesan,
masing-masing berkontribusi secara seimbang pada proses komunikasi.

KESIMPULAN
Sosialisasi kebijakan pendidikan menjadi sebuah mekanisme penyampaian
informasi kebijakan pendidikan kepada publik. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan
berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan kebijakan merupakan aturan
tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat, yang
mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat
dan menyelesaikan satu persoalan atau suatu masalah dalam bidang pendidikan.
Terdapat beberapa fase sosialisasi pendidikan yang harus diperhatikan saat
mensosialisasikan kebijakan pendidikan Islam kepada audiens. Fase pertama adalah
persiapan, fase kedua adalah tahap meniru, dan fase ketiga adalah fase siap bertindak.
Dengan beberapa strategi nya yaitu mendapat support dari administrasi tempat,
pemahaman kepada otoritas dan karyawan tentang kebijakan tersebut, mengedukasi
operator dan staf melalui workshop atau technical meeting, menyediakan media sosial
seperti poster, brosur, flyer, dan lainnya, membuat himbuan berbentuk poster atau baliho
dan memasangnya di tempat pengumuman dan menawarkan brosur di titik titik pusat
pelayanan terkait praktik yang telah ditentukan, menampilkan kebijakan di situs web
lembaga pembuat kebijakan, membuat kebijakan menjadi satu kesatuan referensi,
menerapkan kebijakan sebagai tolak ukur kepemimpinan ketika mengevaluasi kinerja
bawahan langsung.
Komunikasi adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan sosialisasi. Fungsi
komunikasi ini dapat dilaksanakan jika kebijakan telah menghasilkan berbagai ide atau
usulan kebijakan yang benar-benar dapat dilaksanakan. Dalam konteks ini, tugas para
analis kebijakan adalah menyampaikan alternatif atau ide-ide kebijakan kepada semua
pihak yang terlibat untuk mendapatkan umpan balik tentang keabsahan ide-ide tersebut.
Model komunikasi sendiri ada tiga macam: model satu arah, model dua arah dan model
multiarah.
REFERENSI
Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi
Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1–6.
Herdiana, D. (2019). Sosialisasi Kebijakan Publik : Pengertian dan Konsep Dasar.
November.
Madjid, D. A. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan.
Ridwan, A. (2023). SOSIALIASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM. 2, 1966–1974.
Rusdiana. (2014). KEBIJAKAN PENDIDIKAN. Pusat penelitian dan penerbitan UIN
Sunan Gunung Djati.
Sari, M., & Asmendri. (2018). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam
Penelitian Pendidikan IPA. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam
Penelitian Pendidikan IPA, 2(1), 15.
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/naturalscience/article/view/1555/1159
Zidna, M., & Adima, F. (2021). Sosialisasi Kebijakan Pendidikan. 2(2), 42–53.

Anda mungkin juga menyukai