NPM : 1911030310
Kelas/semester : F/2
2
Syamsudin Kadir, “Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan”,07 September
2017,http://kumpulanidependidikan.blogspot.com/2017/09/konsep-dasar-kebijakan-pendidikan.html diakses
pada 27 Mei pukul 21.03 WIB
3
Makalah Kelompok,”Perumusan kebijakan pendidikan”, 22 Oktober
2017,http://septia45edison.blogspot.com/2017/10/perumusan-kebijakan-pendidikan.html diakses pada 22
Mei Pukul 20.20 WIB
merupakan alokasi daripada nilai-nilai, pengalokasian dari pada nilai-nilai tersebut
bersifat paksaan atau dengan kewenangan, dan pengalokasian yang bersifat paksaan
tersebut mengikat masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Sistem politik merupakan
sebagai seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari seluruh tingkah laku sosial dan
nilai-nilai tersebut dialokasikan secara otoritatif kepada masyarakat.
Sistem politik pendidikan mengarah kepada alokasi nilai-nilai pendidikan yang
mengikat stakeholders sehingga menimbulkan interaksi dalam kebijakan pendidikan.
Politik pendidikan sebagai education policy, misalnya yang berkait dengan ideologi dan
paradigma pendidikan nasional dan global. Sistem politik pendidikan tercermin pada
kebijakan dalam bidang pendidikan seperti sekolah gratis, peran pendidikan publik dalam
membangun demokrasi, pendidikan dan lapangan kerja dengan kebijakan link and match,
dan reformasi pendidikan berbasis standar. Politik pendidikan yang prospektif dan
menjanjikan kemajuan masa depan bangsa sehingga cita-cita untuk menjadi bangsa besar
yang berperadaban dapat terwujud.4
Politik pendidikan adalah segala usaha, kebijakan dan siasat yang berkaitan dengan
masalah pendidikan. Dalam, perkembangan selanjutnya politik pendidikan adalah
penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan oleh penguasa pendidikan tertinggi
untuk mengarahkan pemikian dan menentukan tindakan dengan perangkat pendidikan
dalam berbagai kesamaan dan keanekaragaman beserta tujuan dan program untuk
merealisasikannya. Dengan demikian politik pendidikan adalah segala kebijakan
pemerintah suatu negara dalam bidang pendidikan yang berupa peraturan perundangan
atau lainnya untuk menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya tujuan negara.
Politik dan pendidikan berada dalam satu sistem yang saling berhubungan dekat. Dari
kiprahnya, para pendidik selalu memelihara politik karena proses pendidikan yang
memberikan sumber nilai dan memberikan kontribusi terhadap politik. Pendidik memberi
kontribusi signifikan terhadap politik, terutama stabilasi dan transformasi sistem politik
(Thomson, 1976:1). Peran politisi dalam perencanaan dan pengembangan tampak
berkembang karena para bidang legislatif bertanggung jawab mengembangkan sikap
politis, biasanya melalui undang-undang, hukum, pembuatan anggaran, aturan, dan
peraturan (Catanese, 1984:58).5
5. Kebijakan pendidikan terkait UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
sebuah upaya pemerintah dalam hal meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru.
Mengapa kebijakan tersebut sangat penting, dan bagaimana relevansinya dalam
peningkatan mutu pendidikan saat ini, Jelaskan!
Jawab:
Mengacu pada UU, Visi dan Misi, serta PP di atas, kebijakan telah menggariskan
bahwa setiap pendidik harus mempunyai kualifikasi akademik, sertifikat pendidik dan
kompetensi sesuai dengan bidangnya. Untuk mencapai tujuan yang telah digariskan
tersebut perlu implementasi kebijakan nyata di lapangan melalui program peningkatan
kualifikasi akademik, setifikasi pendidik, dengan demikian akan dapat mewujudkan
4
Imam Gunawan, Sistem Politik Pendidikan, 23 Mei 2010, http://masimamgun.blogspot.com/2010/05/sistem-
politik-pendidikan.html diakses pada 22 Mei 2020 Pukul 20.21 WIB
5
Tt,Politik Pendiidkan, 2 Desember 2017,https://yusrintosepu.wixsite.com/lsptigairegvsulawesi/single-
post/2017/12/02/POLITIK-DAN-PENDIDIKAN
kompetensi guru yang profesional melalui pendidikan pada jenjang minimal S-1 atau D-
IV sesuai kebijakan tersebut.
Keberadaan UU 14 Tahun 2005, merupakan pelengkap lebih yuridis formal upaya
pemerintah untuk meningkatkan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan dosen
meskipun di sisi lain ada kecenderungan tumpang tindih dalam konteks maupun konten.
Sebagai tindak lanjut dari UU 14 tahun 2005, Pemerintah telah mengeluarkan tiga PP,
yaitu PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, PP Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen,
dan PP Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan
Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor. Sebelumnya Pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan Nasional untuk menjaga kevakuman hukum sebelum PP
tersebut keluar, telah mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional RI
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sesuai dengan bidangnya harus dimiliki oleh
guru sebagai bukti formal dan salah satu syarat untuk mengikuti sertifikasi pendidik yang
menunjukkan bahwa guru tersebut mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya.6
6
Sofjan Arifin,” Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Dalam Peningkatan Kualifikasi Akademik
Guru”,( Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 11, Nomor 1, Maret 2010), hlm.37
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, memiliki indikator
esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
6. Di Indonesia ada kebijakan tentang Sertifikasi Guru. Jelaskan apa itu kebijakan sertifikasi
guru; dan mengapa kebijakan ini sangat penting?
Jawab:
Dalam undang-undang republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dan dosen. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi merupakan prosedur untuk
menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk
mengajar.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi
professional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam
upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin
memperoleh pengakuan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.
Sertifikasi guru sangat penting sekali yaitu untuk pemberdayaan guru menuju guru
yang professional. Pemberdayaan guru dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan
martabat guru dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang
dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Sertifikasi guru sebagai proses
pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis,
serta tegaknya kebenaran dan keadilan dikalangan guru dan tenaga kependidikan.
Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru
7
Ibid, hlm.40
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.8
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan desentralisasi pendidikan; serta mengapa
kebijakan desentralisasi pendidikan ini sangat penting dalam era otonomi daerah; dan
mengapa pendidikan perlu didesentralisasikan?
Jawab:
Otonomi Pendidikan berarti suatu pemberian kewenangan, mandat, kepercayaan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, dan atau dari pemerintah daerah kepada satuan pendidikan, baik dari
sisi dana, personalia, sarana dan prasarana serta manajemen dan kurikulum pendidikan.9
Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang pemerintahan
merupakan kebalikan dari sentralisasi, di mana sebagian kewenangan pemerintah pusat
dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Desentralisasi tidak hanya berarti
pelimpahan wewenang dari pernerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi
juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk
privatisasi. Desentralisasi adalah sehagai pengakuan atau penyerahan wewenang oleh
badan-badan umurn yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan
pertimbangan kepentingan sendiri mengambil lceputusan pengaturan pernerintahan, serta
struktur wewenang yang terjadi dari hal itu. Otonomi pendidikan menurut Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah terungkap pada Hak-
Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang tua, Masyarakat dan Pemerintah. Pada bagian
ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal 8 disebutkan bahwa “Masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, penga wasan, dan evaluasi program
pendidikan; pasal 9 Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan”.10
Dengan diterapkannya otonomi daerah sekiranya dapat memberikan kemudahan
dalam pendidikan terutama dalam hal pembiayaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pola
pikir pemerintah yang hendak memaksimalkan pendidikan untuk bangsa telah mengalami
transisi untuk memajukan bangsa melalui pendidikan. Lahirnya Undang-Undang
Otonomi daerah yaitu Undang-Undang No.22 dan No.25 1999, kemudian disempurnakan
dengan Undang-Undang No.32 dan 33 Tahun 2004 tentang pemerintah Daerah yang
diikuti dengan peraturan perundang-undangan, mempunyai dampak yang besar bagi
sistem manajemen pembiyaan pendidikan di Indonesia. Sumber anggaran pendidikan di
Indonesia semakin menjadi kompleks, sistem pengalokasiannya juga dari berbagai jalur,
bahkan sampai pada rincian pengelolaan, penggunaan dan pertanggung jawabannya.
8
Ayuri,”Pentingnya Sertifikasi Guru”,16 Juli
2011,https://ayu3nawang.wordpress.com/2011/07/16/pentingnya-sertifikasi-guru/ di akses pada 31 Mei 2020
Pukul 10.11 WIB
9
Sri Winarsih,” Sistem Pembiayaan Pendidikan Dan Otonomi Daerah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
”,(JURNAL INSANIA Vol. 8, 16 No.2, Mei – Agustus 2013), hlm.269
10
Emmi Kholilah Harahap,“Manajemen Otonomi Pendidikan Di Indonesia”,(Jurnal RI‟AYAH, Vol. 01, No. 02 Juli-
Desember 2016), hlm.141
Maka dengan hal ini sangatlah penting dengan diberlakukannya desentralisasi pendidikan
agar semua jenjang pendidikan disuatu daerah bisa berkembang sepenuhnya dengan
memajukan sumber daya yang ada didaerahnya.11
Apabila pendidikan tidak disentralisasikan berarti tidak mengikuti aturan pemerintah
setelah orde baru, perlunya didesentralisasikan karena semua aspek yang menyangkut
dengan daerah itu semua yang mengatur daerah bukan pusat lagi. Baik dari segi keungan,
kekuasaan, kebijakan dan opsi lainnya sepenuhnya di kendalikan pemerintah daerah.
Desentralisasi di bidang pendidikan juga tidak berhenti pada tingkat kabupaten/kota,
tetapi justru sampai pada lembaga pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan. Jadi layak sekali apabila pendidikan didesentalisasikan.
8. Jelaskan apa itu kebijakan pendidikan tentang Komite Sekolah; dan mengapa kebijakan
ini sangat penting terhadap peningkatan mutu di sebuah sekolah?
Jawab:
Terbentuknya kebijakan komite sekolah sebagai perangkat yang ikut serta dan
bertanggung jawab terhadap kepentingan setiap sekolah. Tanggung jawab yang dimaksud
adalah untuk membantu sekolah mencari jalan keluar terhadap apa saja yang dihadapi
sekolah (Siaahan, 2000: 75). Keputusan menteri pendidikan nasional No. 044/U/2002
tanggal 2 April 2002 tentang pembentukan komite sekolah, menjelaskan bahwa acuan
pembentukan
Komite Sekolah adalah Merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan pendidikan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah (Siaahan, 2000: 75). Komite sekolah
adalah sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk menentukan visi, misi dan tujuan
dari sekolah, menetapkan dan memantau anggaran operasional tahunan, menggunakan,
mengelola dan mengevaluasi, dan menentukan serta mengkaji kebijakan dan praktik
untuk mendukung prestasi peserta didik.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 44 tahun 2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah dirumuskan sebagai berikut:
Dewan pendidikan adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
kabupaten dan kota dewan pendidikan berperan sebagai: 1) Pemberi pertimbangan
(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, 2)
Pendukung (supporting agency) baik berupa finansial, pemikiran maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan. 3) Pengonrol (controlling agency) dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, 4) Mediator
antara pemerinta dan DPR dengan masyarakat. Komite sekolah adalah badan mandiri
yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik
pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
11
Sri Winarsih,Loc.Cit, hlm.270
Peran komite sekolah hampir sama dengan dewan pendidikan, namun ruang
lingkupnya lebih sempit di satuan pendidikan (Idris, 2014: 161- 162).12
Komite Sekolah sangat penting dalam meningkatkan mutu di sekolah karena Komite
Sekolah merupakan mitra sekolah dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan.
Sebagai mitra sekolah, komite sekolah harus menjadi badan yang otonom agar memiliki
posisi yang sejajar dengan sekolah. Di dalam UU No. 25 tahun 2000 tentang program
pembangunan nasional (Propenas) 2000-2004 dan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah disebutkan
bahwa Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri
dan otonom serta menganut asas kebersamaan dan tidak mempunyai hubungan hierarkis
dengan Dinas Pendidikan maupun lembaga-lembaga lainnya di suatu kabupaten/kota.
Pantjastuti (2008:80- 81) mengungkapkan bahwa komite sekolah dan sekolah memiliki
kemandirian masing-masing tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama
sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah.
Maka dengan hal ini komite sekolah sangat penting dalam meningkatkan mutu di
sekolah secara kolektif dan berkesinambungan dalam upaya memajukan sekolah dan
lingkungan sekitanya.
12
Syamsudin, “Peran Komite Sekolah Terhadap Penerapan Kurikulum”,( JURNAL IDAARAH, VOL. 2, NO. 1, JUNI
2018), hlm.87-90
13
Ali Mustadi, dkk.,”Peran Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Sekolah Dasar”,(
Cakrawala Pendidikan, Oktober 2016, Th. XXXV, No. 3), hlm.313-315