Pendidikan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
adanya perbaikan dari berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan, terutama kebijakan
Konsep kebijakan pendidikan adalah konsep yang sering didengar, dikaji dan didiskusikan
banyak kalangan. Menurut Abd. Halim Soebahar (2013) kebijakan menunjukan adanya
Dari pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang
mendalam terhadap berbagai alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif
terbaik.
Menurut Munadi (2011) kebijakan pendidikan adalah keputusan yang diambil bersama antara
mempengaruhinya untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan pada pendidikan yang meliputi
keprofesionalisan staf, tanah dan bangunan, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan lain yang
Kebijakan pendidikan menurut Devine (2007) dalam Munadi (2011: 19) memiliki empat dimensi
pokok: (1) dimensi normatif, teridiri atas nilai, standar, dan filsafat. Dimensi ini memaksa
masyakakat untuk melakukan peningkatan dan perubahan melalui kebijakan pendidikan yang
ada. Dalam pelaksanaannya, dimensi ini memerlukan dukungan dari dimensi stuktur; (2) dimensi
struktural, dimensi ini berkaitan dengan ukuran pemerintah (desentralisasi, sentralisasi, federal,
atau bentuk lain), dukungan kebijakan bidang pendidikan; (3) dimensi konstituentif, terdiri atas
sumber daya, dan kebijakan lain yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan
pendidikan.
Dari sini dapat dipahami bahwa kebijakan memiliki batasan-batasan tertentu sesuai dengan
kebutuhan tertentu seperti anggaran, kurikulum, dan sebagainya. Katakanlah, jika sebuah negara
terjadi perubahan tertentu, maka tentu hal tersebut disertai dengan adanya kebijakan pendidikan
tertentu.
Dalam perspektif lain, batasan kebijakan pendidikan tentu saja mesti berpijak pada batasan
tertentu, misalnya, (1) sesuai dengan falsafah bangsa dan negara, (2) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, (3) sesuai dengan kebutuhan zaman dan perkembangan
pendidikan, serta (4) tetap memperhatikan aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
Penyusunan agenda kebijakan pendidikan seyogyanya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan
boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi dan keterlibatan stakeholder tersebut. Baik dari unsur
pemerintah dan tenaga pendidikan, guru dan orangtua siswa, bahkan para pakar atau ahli dan
sebagainya.
Umumnya kebijakan pendidikan muncul karena adanya kebutuhan mendesakdan strategis yang
mesti dijadikan sandaran atau pijakan dalam menjalankan hal tertentu yang berkaitan dengan
pendidikan. Biasanya, masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicarikan
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif
atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan seuatu masalah untuk masuk
dalam agenda kebijakan dalam tahap perumusan kebijakan, masing-masing alternatif bersaing
untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang sudah daimbil untuk memecahkan masalah.
Pertama, perintah Undang-undang Dasar 1945 dan atau Undang-undang. Misalnya mengenai
fungsi dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah dalam pendidikan. Dalam pasal 10 UU
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan pemerintah dan
Dalam pasal 50 pada Undang-undang yang sama dijelaskan: (1) pengelolaan sistem pendidikan
nasional merupakan tanggungjawab menteri. (2) pemerintah menentukan kebijakan nasional dan
standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. (3) pemerintah atau
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. (5) pemerintah kabupaten
atau kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidikan yang
Kedua, prinsip dan sifat pendidikan yang adil dan merata. Dalam pasal 4 UU No. 20 Tahun 2003
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi
Atau seperti yang dijelaskan pada pasal 10 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi.
Ketiga, perubahan politik, ekonomi, peta pendudukan dan pergeseran ideologi. Kebijakan
pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh perubahan politik, ekonomi, peta pendudukan
dan dinamika global.
Sekadar contoh, pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) tidak kita temukan pembahasan secara detail tentang alokasi dana
pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Karena adanya dinamika
politik yang memberi efek terhadap pendidikan, maka terjadilah kebijakan baru dalam
pendidikan.
Hal ini bisa dibaca pada Pasal 49 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) poin (1) yang menjelaskan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatan
Termasuk juga soal kewajiban belajar pada batas usia tertentu, di samping standar tenaga
pendidik dalam level pendidikan tertentu. Semua itu muncul karena adanya kebutuhan yang
Kesimpulan
Kebijakan pendidikan adalah keputusan yang diambil bersama antara pemerintah dan aktor di
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan pada pendidikan yang meliputi anggaran pendidikan,
bangunan, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan lain yang bersentuhan langsung maupun
Dari sini dapat dipahami bahwa kebijakan memiliki batasan-batasan tertentu sesuai dengan
kebutuhan tertentu seperti anggaran, kurikulum, dan sebagainya. Katakanlah, jika sebuah negara
terjadi perubahan tertentu dalam bidang pendidikan, maka tentu disertai dengan adanya
mengaburkan tingkat urgensi, esensi dan keterlibatan stakeholder. Baik dari unsur pemerintah
dan tenaga pendidikan, guru dan orangtua siswa, bahkan para pakar atau ahli dan sebagainya.
Diantara latar belakang perlunya kebijakan pendidikan adalah sebagai berikut: Pertama, perintah
Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang. Kedua, prinsip dan sifat pendidikan yang adil
dan merata. Ketiga, perubahan politik, ekonomi, peta penduduk dan dinamika global.
Daftar Pustaka
Buku
Soebahar, Abd. Halim. Maret 2013. Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai
Hermino, Agustinus. 2013. Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Peraturan Perundang-undangan
Online
1. http://zanksantri.blogspot.co.id/2013/12/konsep-kebijakan-pendidikan_4158.html
2. https://jinaui.wordpress.com/2011/05/05/konsep-dasar-kebijaksanaan-pendidikan/
3. http://www.herachaqy.com/2013/10/tugas-kuliah-konsep-dasar-kebijakan.html
[1] Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU Sisdiknas,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) hlm. 11.
[2] Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama), hlm. 137.
[3] Ibid. hlm 137.