Anda di halaman 1dari 8

Konsep Dasar Kebijakan

Pendidikan

MENURUT Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam perkembangannya, pelaksanaan pendidikan mengalami perubahan di berbagai sisi karena

adanya perbaikan dari berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan, terutama kebijakan

strategis seputar pendidikan. Kebijakan sendiri menunjukan adanya serangkaian alternatif dan

dipilih berdasarkan prinsip, landasan, batasan dan kebutuhan tertentu.    

  

Pengertian Kebijakan Pendidikan

Konsep kebijakan pendidikan adalah konsep yang sering didengar, dikaji dan didiskusikan

banyak kalangan. Menurut Abd. Halim Soebahar (2013) kebijakan menunjukan adanya

serangkaian alternatif dan dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, sedangkan kebijaksanaan


berkenaan dengan suatu keputusan yang cenderung memperbolehkan sesuatu yang sebenarnya

dilarang, atau sebaliknya, karena alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan,

keadaan darurat, dan sebagainya.[1]

Dari pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang

mendalam terhadap berbagai alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif

terbaik.

Menurut Munadi (2011) kebijakan pendidikan adalah keputusan yang diambil bersama antara

pemerintah dan aktor di luar pemerintah yang mempertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhinya untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan pada pendidikan yang meliputi

anggaran pendidikan, kurikulum, rekrutmen tenaga pendidikan, pengembangan

keprofesionalisan staf, tanah dan bangunan, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan lain yang

bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan.[2]  

Kebijakan pendidikan menurut Devine (2007) dalam Munadi (2011: 19) memiliki empat dimensi

pokok: (1) dimensi normatif, teridiri atas nilai, standar, dan filsafat. Dimensi ini memaksa

masyakakat untuk melakukan peningkatan dan perubahan melalui kebijakan pendidikan yang

ada. Dalam pelaksanaannya, dimensi ini memerlukan dukungan dari dimensi stuktur; (2) dimensi

struktural, dimensi ini berkaitan dengan ukuran pemerintah (desentralisasi, sentralisasi, federal,

atau bentuk lain), dukungan kebijakan bidang pendidikan; (3) dimensi konstituentif, terdiri atas

individu, kelompok kepentingan, dan penerima yang menggunakan kekuatan untuk

memmengaruhi proses pembuatan kebijakan; (4) dimensi teknis, menggabungkan

pengembangan, praktik, implemnetasi dan penilaian dari pembuatan kebijakan pendidikan.[3]

Batasan Kebijakan Pendidikan


Dari definisi kebijakan pendidikan yang diungkapkan oleh Munadi (2011) di atas dapat dipahami

bahwa batasan kebijakan pendidikan mencakup anggaran pendidikan, kurikulum, rekrutmen

tenaga pendidikan, pengembangan keprofesionalisan staf, tanah dan bangunan, pengelolaan

sumber daya, dan kebijakan lain yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan

pendidikan.  

Dari sini dapat dipahami bahwa kebijakan memiliki batasan-batasan tertentu sesuai dengan

kebutuhan tertentu seperti anggaran, kurikulum, dan sebagainya. Katakanlah, jika sebuah negara

terjadi perubahan tertentu, maka tentu hal tersebut disertai dengan adanya kebijakan pendidikan

tertentu. 

Dalam perspektif lain, batasan kebijakan pendidikan tentu saja mesti berpijak pada batasan

tertentu, misalnya, (1) sesuai dengan falsafah bangsa dan negara, (2) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, (3) sesuai dengan kebutuhan zaman dan perkembangan

pendidikan, serta (4) tetap memperhatikan aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya yang sedang berkembang.     

Latar Belakang Perlunya Kebijakan Pendidikan

Penyusunan agenda kebijakan pendidikan seyogyanya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan

esensi kebijakan pendidikan juga keterlibatan berbagai stakeholder. Sebuah kebijakan tidak

boleh mengaburkan tingkat urgensi, esensi dan keterlibatan stakeholder tersebut. Baik dari unsur

pemerintah dan tenaga pendidikan, guru dan orangtua siswa, bahkan para pakar atau ahli dan

sebagainya.
Umumnya kebijakan pendidikan muncul karena adanya kebutuhan mendesakdan strategis yang

mesti dijadikan sandaran atau pijakan dalam menjalankan hal tertentu yang berkaitan dengan

pendidikan. Biasanya, masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas

oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicarikan

pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif

atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan seuatu masalah untuk masuk

dalam agenda kebijakan dalam tahap perumusan kebijakan, masing-masing alternatif bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang sudah daimbil untuk memecahkan masalah.

Diantara latar belakang perlunya kebijakan pendidikan adalah sebagai berikut:

Pertama, perintah Undang-undang Dasar 1945 dan atau Undang-undang. Misalnya mengenai

fungsi dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah dalam pendidikan. Dalam pasal 10 UU

No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan pemerintah dan

pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi

penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pasal 50 pada Undang-undang yang sama dijelaskan: (1) pengelolaan sistem pendidikan

nasional merupakan tanggungjawab menteri. (2) pemerintah menentukan kebijakan nasional dan

standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. (3) pemerintah atau

pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

(4) pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan,

pengembangan tenaga pendidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaran pendidikan lintas

daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah. (5) pemerintah kabupaten
atau kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidikan yang

berbasis keunggulan lokal.

Kedua, prinsip dan sifat pendidikan yang adil dan merata. Dalam pasal 4 UU No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan

dengan memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Seperti (1) pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajuan bangsa.

Atau seperti yang dijelaskan pada pasal 10 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara

tanpa diskriminasi.

Ketiga, perubahan politik, ekonomi, peta pendudukan dan pergeseran ideologi. Kebijakan

pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh perubahan politik, ekonomi, peta pendudukan

dan  dinamika global.

Sekadar contoh, pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) tidak kita temukan pembahasan secara detail tentang alokasi dana

pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Karena adanya dinamika

politik yang memberi efek terhadap pendidikan, maka terjadilah kebijakan baru dalam

pendidikan.
Hal ini bisa dibaca pada Pasal 49 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) poin (1) yang menjelaskan bahwa dana pendidikan selain gaji

pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan

dan belanja negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatan

dan belanja daerah (APBD).   

Termasuk juga soal kewajiban belajar pada batas usia tertentu, di samping standar tenaga

pendidik dalam level pendidikan tertentu. Semua itu muncul karena adanya kebutuhan yang

meniscayakan adanya kebijakan tertentu seperti itu. 

Kesimpulan

Kebijakan pendidikan adalah keputusan yang diambil bersama antara pemerintah dan aktor di

luar pemerintah yang mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk

dilaksanakan atau tidak dilaksanakan pada pendidikan yang meliputi anggaran pendidikan,

kurikulum, rekrutmen tenaga pendidikan, pengembangan keprofesionalisan staf, tanah dan

bangunan, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan lain yang bersentuhan langsung maupun

tidak langsung dengan pendidikan.

Dari sini dapat dipahami bahwa kebijakan memiliki batasan-batasan tertentu sesuai dengan

kebutuhan tertentu seperti anggaran, kurikulum, dan sebagainya. Katakanlah, jika sebuah negara

terjadi perubahan tertentu dalam bidang pendidikan, maka tentu disertai dengan adanya

kebijakan pendidikan tertentu. 


Penyusunan agenda kebijakan pendidikan seyogyanya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan

esensi kebijakan pendidikan juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh

mengaburkan tingkat urgensi, esensi dan keterlibatan stakeholder. Baik dari unsur pemerintah

dan tenaga pendidikan, guru dan orangtua siswa, bahkan para pakar atau ahli dan sebagainya.

Diantara latar belakang perlunya kebijakan pendidikan adalah sebagai berikut: Pertama, perintah

Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang. Kedua, prinsip dan sifat pendidikan yang adil

dan merata. Ketiga, perubahan politik, ekonomi, peta penduduk dan dinamika global.  

Mudah-mudahan pembahasan ini bisa menjadi pemantik pembaca dalam memperdalam

pembahasan tentang Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan dari berbagai dimensinya.  

Daftar Pustaka

Buku

Soebahar, Abd. Halim. Maret 2013. Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai

UU Sisdiknas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hermino, Agustinus. 2013. Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 

Peraturan Perundang-undangan

1.      Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen IV.

2.      Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

3.      Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Online  

1.      http://zanksantri.blogspot.co.id/2013/12/konsep-kebijakan-pendidikan_4158.html
2.      https://jinaui.wordpress.com/2011/05/05/konsep-dasar-kebijaksanaan-pendidikan/

3.      http://www.herachaqy.com/2013/10/tugas-kuliah-konsep-dasar-kebijakan.html

Oleh: Syamsudin Kadir—Direktur Eksekutif Penerbit Mitra Pemuda. Penulis


buku “Membangun Pendidikan dan Bangsa yang Beradab”.  

[1] Abd. Halim Soebahar,  Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonansi Guru Sampai UU Sisdiknas,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) hlm. 11.
[2] Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama), hlm. 137. 
[3] Ibid. hlm 137.

Anda mungkin juga menyukai