Dosen pengampu:
DR. ZAINAL BERLIAN, D.B.A.
Oleh:
MAHASISWA/ MAHASISWI PAI-JS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
KOMPETENSI SUPERVISOR
Oleh :
M. Ali Sodikin
Sumini
: 1581183
: 1581192
PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan Islam, eksistensi dan kinerja
supervisor adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Pelaku supervisor pada lembaga
pendidikan Islam yaitu pengawas dan kepala madratsah. Kinerja
supervisor selama ini jarang sekali menjadi kajian, padahal
sangat
berpengaruh
terhadap
maju
mundurnya
lembaga
oleh
pejabat
pengawasan
yang
pelaksanaan
melaksanakan
penilaian
berwenang
pendidikan
dan
untuk
di
pembinaan
melakukan
sekolah
dari
segi
dengan
tekhnis
dasarnya
tugas
pengawas
adalah
melakukan
unsur-unsurnya,
kurikulum,
sistem
seperti
pembelajaran
guru,
dan
sarana
prasarana,
penilaian.
Untuk
menjalankan
tugas
tersebut
diperlukan
wawasan
dan
PEMBAHASAN
A. Kompetensi atau Keterampilan Supervisor
Pendidikan
memegang
peranan
utama
dalam
upaya
Sebelum
Supervisor
maka
menurut bentuk kata, yakni super yang berarti atas atau lebih dan
secara
berkelanjutan
dan
mengarahkan
pertumbuhan,
dan
tujuan
melakukan supervisi disebut dengan supervisor. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan Maryono (2011) yang mengartikan supervisor adalah orang yang
melaksanakan pekerjaan supervisi.
Menurut Undang Undang RI No. 20 Tahun
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Seorang supervisor pendidikan memiliki kelebihan
dalam banyak hal, seperti penglihatan, pandangan, pendidikan, pengalaman,
kedudukan / pangkat / jabatan posisi dan sebagainya.
Dari pengertian supervisor dan pendidikan diatas, kita mencoba mengurai definisi
supervisor pendidikan dengan merujuk pada Keputusan Keputusan Mendikbud
RI Nomor 020/U/1998
yang menyatakan
bahwa
seorang
supervisor
pendidikan atau pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung
jawab
dan
wewenang
secara penuh
dengan
hal
tersebut,
menurut
yang
ada
pada
diri
kerendahan
hati,
keramah-tamahan, ketekunan, sifat humor, dan kesabaran, hal ini karena supervisi
menyangkut hubungan antara orang-orang.
Selain hal tersebut, seorang supervisor yang baik sejatinya juga harus
memiliki kompetensi yang tinggi dibidangnya. Adapun kompetensi-kompetensi
tersebut berdasarakanPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah meliputi; kompetensi kepribadian,
kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, serta kompetensi
sosial. Namun demikian, ironisnya menurut Asf dan Mustofa pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh para pengawas sekolah dewasa ini lebih cenderung
melakukan inspeksi bukan supervise 4. Mereka berusaha melakukan dan mencaricari kesalahan pegawai dan guru, kemudian memarahinya dan mencatat di buku
laporannya.
Selain itu, ada juga tipe pengawas yang jika berkunjung ke sekolah
hanya masuk ke ruang kepala sekolah tanpa pernah bertemu dengan guru guna
melakukan pembinaan. Semua ini terjadi karena rekrutmen
pengawas
sekolah tidak didasarkan pada kompetisi kualifikasi maupun kompetensi yang ber
sandar pada kualitas dan profesionalitas. Namun lebih pada faktor politik,
pertimbangan umur, dan karena akan pensiun.
hampir
disemua kabupaten/kota tidak sesuai dan tidak mengikuti ketentuan dan peraturan
yang telah ditetapkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan baik darisegi
kualifikasi maupun kompetensi5. Pengangkatan
jelaslah bahwa
laporan
American
ManagemenAssociation,
mayoritas
kegemilangan dari 200 orang manajer yang ikut serta dalam survai menyetujui
bahwa keterampilan tunggal yang sangat penting dari seorang eksekutif ialah
kemampuanya bergaul baik. Dalam hubungan ini ada tiga keahlian yang
dibutuhkan manajer atau kepala sekolah:
1. Memahami perilaku masa lampau. Pertama sekali, manajer harus memahami
mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Apa motif
seseorang? Apa hasil pola-pola perilaku yang merupakan karakteristik
individu atau kelompok? Dalam berbagai penerbitan popular dan ilmiah
ditemukan
beratus
klasifikasi
yang berbeda-beda
mengenai
pola
mengembangkan
keterampilan
dalam
mengarahkan,
mengubah
dan
kualitas
pengajaran
dan menambah
wawasan
kualitas
pengajaran
dan menambah
wawasan
meningkatkan
kualitas
pengajaran dan
menambah
wawasan
prioritas
utama.
Kriteria prioritas
utama
harus
lebih
Termasuk juga memiliki visi yang jauh kedepan, misi yang jelas, program
kerja yang real, strategi, dan terus menjaga nilai competitive advantage
sebuah organisasi.
2. Keterampilan Komunikasi, yaitu keterampilan berinteraksi secara baik
dengan banyak orang. Disebut juga keterampilan kemanusiaan. Kepada
bawahan bersifat mengayomi, persuasif, dan bersahabat. Kepada rekan
kerja saling menghormati. Kepada customer dan atasan bersifat melayani.
Manajer berkomunikasi dengan baik kepada semua orang, menshare
visinya, dan membuat semua orang menjadi tim sukses visi tersebut.
3. Keterampilan Teknis, merupakan bekal agar lebih matang pada bidang
yang ditangani. Umumnya diperlukan untuk manajer tingkat rendah.
Misalnya menggunakan program komputer, membuat code program, dsb.
Tentu saja ada keunggulan tersendiri dibanding manajer yang hanya
mengerti konsep, akan tercipta efektifitas dan efisiensi yang ideal.
4. Keterampilan Manajemen Waktu. Seorang manajer digaji besar, setiap
menit begitu berharga untuk perusahaan. Dia harus bisa mengalokasi
waktu agar mendapat hasil yang optimal. Akan teruji dalam penyusunan
waktu yang digunakan dalam melakukan sebuah project. Termasuk juga
keterampilan untuk membuat skala prioritas.
5. Keterampilan membuat keputusan, termasuk juga kemampuan untuk
mengidentifikasi masalah, memandangnya secara keseluruhan dan
komprehensif (helicopter view), dan menentukan solusi terbaik untuk
memecahkannya. Keputusan yang baik adalah yang tidak terburu2, namun
adakalanya keputusan diperlukan dalam waktu yang singkat. Seiring
dengan waktu dan pengalaman, manajer akan terbiasa menghadapi kondisi
seperti ini.
6. Keterampilan Kepemimpinan. Program kerja, eksekusi, dan evaluasi
diperlukan komitmen, ketegasan, dan keberanian. Karenanya manajer
hal-hal
yang
tidak
perlu.
Manajer
yang
kuat
akan
supervisior
dapat
dilihat
dari
tugas
yang
tuntas penguasaannya.
Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk
mencapai tujuan pengajarannya, dengan disertai bantuan
kesepakatan-
Memperluas
Pengalaman.Yakni,
memberi
pengalaman-
supervisor
dapat
dilihat
dari
tugas
yang
dalam
Kepmen
PAN
Nomor
118/1996
yang
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
A. Supervisi
Supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu
berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan
dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi
dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini
dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan.
Supervisi adalah kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang
tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.12 Kegiatan tersebut berupa
dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuanpembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran,
metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis
terhadap fase seluruh proses pengajaran.
Sehingga tujuan supervisi adalah memberikan bantuan dan layanan untuk
meningkatkan kualitas guru mengjar di kelas yang gilirannya dapat meningkatkan
kualitas belajar sisiwa. Bukan saja memperbaiki kemampuan belajar tetapi juga
untuk mengembangkan potensi dan kualitas guru.
Dan sasaran supervisi adalah perbaikan dan pengembangan kinerja guru
yang langsung menangani peserta didik. Melalui perbaikan dan pengembangan
kinerja guru, diharapkan proses pengajaran dapat berkembang, pada akhirnya
berdampak pada efektivitas proses pembelajaran.
Supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan
dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan
akademik.
12 Bafadal Ibrahim. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman KanakKanak, Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 23
Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspekaspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
(supporting) terlaksananya pembelajaran.13
Sementara supervisi
akademik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
Koordinasi
Konsultan
Pemimpin kelompok
Evaluator
Supervise pendidikan memiliki tiga domain yaitu :
1. Memperbaiki pengajaran
2. Pengembangan kurikulum
3. Pengembangan staf. 15
Beberapa model supervise pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Model Konvesional (Tradisional)
Model ini tidak lain merupakan reflikse kondisi masyarakat pada suatu
saat. Perilaku supervise adalah mengadakan inspeksi untuk mencari serta
menemukan masalah. Kadang-kadang model ini bersifat mengurui.
2. Model Ilmiah
15 Surya, Subroto. 2007. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Bina
Aksara. Hal. 54
sekolah.
Evaluasi
mengetahui
sejauhmana
kesuksesan
yang dapat dipakai antara lain; orientasi bagi guru-guru baru, kunjungan
kelas, individual converence, dan intervisitation.18
2). Bila ditinjau dari cara menghadapi guru, terdiri dari :
A. Teknik langsung
1) menyelenggarakan rapat guru
2) kunjungan kelas
3) menyelenggarakan workshop
4) mengadakan converence
B. Teknik tidak langsung
1) melalui quesioner
2) melalui buku presensi guru
3) melalui jurnal mengajar
4) melalui buku piket guru
5) melalui bulletin board
3). Bila ditinjau dari banyaknya guru dan cara menghadapi guru, terdiri dari :
1) Teknik kelompok
Yaitu teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik itu antara lain :
(1) pertemuan orientasi bagi guru baru
(2) rapat guru
(3) studi kelompok antar guru
(4) diskusi
(5) tukar-menukar pendapat (sharing of experience)
(6) lokakarya (workshop)
(7) diskusi panel
(8) seminar
(9) pelajaran contoh (demonstration teaching)
(10) bulletin supervisi
(11) mengikuti diklat
(12) membaca langsung
(13) symposium.
18 Burhanuddin. 2004. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 41
19 Piet A Sahertian. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.
Hal. 132
dilakukan
melalui
kegiatan
kunjungan
kelas
untuk
mengamati
proses
guru
dapat
memperbaiki
kekurangan
yang
ada
sekaligus
mencari,
dan
22 A. Sitohang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 56
C. Pengawas
Pengawasan pendidikan adalah kedudukan yang strategis dan penting
dalam peningkatan mutu proses belajar mengajar. Dengan demikian para
supervisor pendidikan (dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas) harus
memiliki kemampuan profesional yang handal dalam pelaksanaan supervisi
pembelajaran (instructional supervision), 24
Kemampuan profesional pengawas diperlukan untuk meningkatkan
kualitas pembinaan guru di sekolah. Masalah peningkatan kualitas pembinaan
guru di sekolah pada hakekatnya berkaitan dengan peranan superevisor dalam
memberikan bantuan dan pelayanan profesional bagi guru-guru agar mereka lebih
mampu melaksanakan tugas pokoknya. Kualitas kinerja supervisor sekolah perlu
dilandasi dengan peningkatan kemampuan supervisi para pengawas dalam
melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab.
Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
yang bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, baik dalam bentuk supervisi
akademik maupun supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan profesional guru, dengan ditopang oleh sejumlah kompetensi yang
harus dikuasainya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Pengawas Sekolah, mencakup :
(1) Kompetensi kepribadian.
(2) Kompetensi supervisi manajerial.
(3) Kompetensi supervisi akademik.
(4) Kompetensi evaluasi, pendidikan.
(5) Kompetensi penelitian pengembangan.
(6) Kompetensi sosial.
Pengawas sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan penjaminan
mutu dan memberdayakan kepala sekolah dan guru yang menjadi binaannya.
24 Ary H. Gunawan. 2006. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta:
Rineka Cipta. 49
dinyatakan
melaksanakan
fungsi supervisi
manajerial,
pengawas
menerapkan
atau
kebutuhan
atau
kelemahan-kelemahan
yang
sama
dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu supervisi
dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi
mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material
yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif.
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas dalam
pembelajaran dikenal dengan nama supervisi pembelajaran . Secara konseptual,
supervisi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran demi pencapaian
tujuan pembelajaran
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulkan, antara lain :
1. Supervisi adalah kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju pada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
2.
Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan
memimpin keseluruhan proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah.
3.
6.
Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang
bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, baik dalam bentuk supervisi
akademik maupun supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan profesional guru
DAFTAR PUSTAKA
Maryono. 2011. Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Nawawi, Hadari. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung
Subari. 2009. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Subroto, Suryo. 2007. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.
Jakarta: Bina Aksara.
E. Mulyasa. 2010. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Piet A Sahertian. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Jakarta:
Rineka Cipta.
Ibrahim Bafadal. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman KanakKanak, Jakarta: Bumi Aksara.
M. Ngalim Purwanto. 2008. Administrasi dan supervise Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Latar Belakang
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam
inheren dengan konotasi istilah tarbiyah, talim, dan tadib yang harus dipahami
secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya
dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus
menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Pendidikan dalam kehidupan ini memiliki peran penting untuk kemajuan
individu-individu baru yang dimana nantinya akan membentuk manusia yang
menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan adalah lembaga yang bertanggung
jawab menetapkan cita-cita, tujuan, sistem, isi, dan organisasi pendidikan yang
terjadi dalam keluarga, masyarakat dan sekolah Peningkatan mutu pendidikan
merupakan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan aspek-aspek lain.
Oleh sebab itulah, pemerintah selalu mengusahakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia ini dengan segala cara. Salah satunya dengan
melakukan upaya supervise terhadap guru. Hal ini semata-mata dilakukan untuk
meningkatkan kualifikasi guru yang didasarkan atas kesiapan guru itu sendiri agar
dapat berperan dalam menjalankan tugas secara optimal dan professional.
Guru sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di
kelas. Dikarenakan tuntutan yang tinggi untuk menjadi seorang guru, maka
sebelum terjun langsung menjadi seorang guru nantinya, para calon gurupun
diharapkan mempunyai bekal yang cukup sehingga dapat menjadi seorang guru
yang profesional dan dapat diandalkan paling tidak itulah yang menjadi titik tekan
makah
dengan
judul
Supervisi
Pendidikan
Lingkup,
Proses
Dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari bahasa Inggris Supervision yang terdiri atas dua
kata, yaitu super dan vision.Kata super berarti atas atau lebih, sedangkan vision
berarti melihat atau meninjau.Jika digabungkan mengandung pengertian melihat
dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan.
M. Ngalim Purwanto merumuskan supervisi sebagai suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Rumusan
dari
M.
Ngalim
Purwanto
lebih
menekankan
pada
pengembangan kemampuan personal dari para guru dan pegawai lainnya untuk
lebih meningkatkan kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan mengadakan aktivitasaktivias pembinaan, dengan adanya pembinaan kemampuan guru dan personil
sekolah lainya diharapkan memiliki kompetensi yang baik dan kegiatan sekolah
akan berjalan dengan baik.
Kemudian Dalam buku Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan
Piet A. Sahertian, mengatakan bahwa supervisi adalah usaha memberi layanan
kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha
memperbaiki pengajaran. kegiatan supervisi ditunjukan untuk perbaikan
pengajaran
melalui
peningkatan
kemampuan
professional
guru
dalam
kemampuan
tugasnya.Sehingga
dapat
professional
guru
menarik
sebuah
dalam
melaksanakan
kesimpulan
bahwa
supervisi yang bersifat langsung atau supervisi mikro yang sekarang dikenal
dengan supervisi klinis.
Supervisi makro adalah supervisi pengajaran, yang merupakan rangkaian
kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisikondisi, baik personil maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi
belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Harahap
merinci ruang lingkup supervisi pendidikan sebagai berikut:
a. Supervisi dalam administrasi personalia untuk melihat apakah ada kartu
pegawai, soal kenaikan pangkat, soal pembagian tugas dan lain-lain.
b. Supervisi dalam pemeliharaan gedung dan alat-alat seperti kursi, meja,
ruang belajar, papan tulis dan lain-lain.
c. Supervisi dalam penyelenggaraan perpustakaan, yaitu soal kondisi buku,
pelayanan, ketertiban, dan lain-lain.
d. Supervisi dalam administrasi keuangan, seperti ingin melihat apakah
pengeluaran sesuai dengan aturan, ketepatan pembayaran gaji atau honor
lainnya kepada pegawai dan guru.
e. Supervisi dalam pengelolaan kafetaria, yaitu soal kebersihan tempat dan
makanan, serta soal ketertiban siswa yang jangan sampai menjadi tempat
bermain, bolos dan merokok.
f. Supervisi dalam kegiatan ko kurikuler, apakah sampai mengganggu
kegiatan belajar siswa, kesehatan, dan keamanan.
Supervisi klinis adalah supervisi yang pelaksanaannya dapat disamakan
dengan "praktek guru pembina OSIS atau BK", yaitu hubungan antara supervise
dan supervisor ibarat hubungan antara guru dengan siswa baik dalam kegiatan
ataupun konseling.
dari
supervisor
itu
bercorak
demokratis
bukan
bertanggung jawab secara kolektif terhadap hasil didikan yaitu mutu lulusan
dan proses pembelajaran murid sebagai produk keluaran.
Oleh karena itu efektifitas sebuah supervis paling tidak harus mencakup
hal hal sebagai berikut :
a. Koordinasi
Koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbedabeda pada keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai
tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak membosankan.
Koordinasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan,
instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling
mengisi, saling membantu dan saling melengkapiPenggunaan istilah koordinasi
sering tertukar dengan istilah kerja sama (cooperation).
Padahal, koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam
koordinasi juga terkandung singkronisaasi. Sementara kerja sama merupakan
suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian kerjasama dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan dalam
koordinasi pasti ada upaya untuk menciptakan kerjasama.Maka diperlukan
koordinasi yang bersifat menyeluruh baik internal maupun eksternal. Lebih jelas
dapat dilihat dalam uraian berikut :
a). Koordinasi Intern terbagi menjadi tiga sebagai berikut :
Sejalan dalam penerapan kurikulum, hendaknya guru mampu membaca pokokpokok bahasan, konsep, dan tema-tema yang dirumuskan dalam kurikulum
tersebut.Kemudian tugas guru ialah merancangkan berbagai indikator berupa
pengalaman belajar dan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
Untuk mencapai peningkatan proses pembelajaran, guru merancangkan sejumlah
pengalaman belajar. Melalui perolehan pengalaman belajar peserta didik
memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya
melalui sebuah kegiatan belajar berupa kegiatan mengamati, mendengarkan,
menanggapi,
kegiatan
berbicara,
kegiatan
menerima,
dan
kegiatan
Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa memberitahu
guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b.
Pembicaraan Individual
Demonstrasi Mengajar
Proses belajar mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki
kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan
manfaatnya. Tujuannya member contoh bagaimana cara melaksanakan proses
belajar mengajar yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan,
metode, dan media pembelajaran.
e.
Perpustakaan Professional
Ciri professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus menerus
dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya
merupakan kelompok reading people dan menjadi bagian dari masyarakat
belajar yang menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidup.
BAB III
PENUTUP
Supervisi bukan merupakan suatu aktivitas yang bernuansa mencari
kesalahan
guru
maupun
staf
administrasi
sekolah
lainnya,
melainkan
Waallahualam bissawab.
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, 2006, Model-model Pelatihan Bagi Pengawas Sekolah, Jakarta
Sahertian dan Frans Mataheru, 1981, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional
Suharsimi Arikunto, 2004,Dasar-dasar Supervisi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Irzu,Pengertian Supervisi Pendidikan Islam, http : // id.shvoong.com /
socialsciences / education / 2133595 pengertian-supervisi-pendidikan-islam
Kunandar, 2008, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Rochiati Wiriaatmadja, 2010, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
dalam peningkatan
mutu
pendidikan,
menggunakan
kepekaan
untuk
supervisor
membina
peningkatan
mutu
akademik
yang
berhubungandengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek
akademis, bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada
kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu
memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini
bertujuan
untuk
memberikan pelayanan
kepada
kepala
sekolah
dalam
tersebut
dan
tercapai.
Kurikulum
pengembangan
tersebut
intelektualitas
berisi
manusia.
standar-standar
Untuk
itu,
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Supervisi
Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya
kualitas layanan belajar. Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para
guru,
kemampuan
supevisor
membantu
guru-guru
tercermin
pada
prinsip
tersebut
dapat
meningkat
kinerja
guru
dalam
jabatan
agar
tidak
menghambat
kreativitas
bawahannya.
2) Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi,
keluarga, dan sebagainya.
3) Supervisi hendaklah tidak menutup kemungkinan terhadap
perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahannya dengan
dalih apapun. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan
hasil, mendesak dan memperkuda bawahan.
4) Supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat
berkembang dan ingin maju dari bawahannyadengan dalih
apapun.
5) Supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat
otoriter.
6) Supervisi tidak boleh menuntut prestasi diluar kemampuan
bawahannya .
7) Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri
terhadap kritik dan saran dari bawahannya.28
Sutisna yang dikutip Saiful Sagala dalam bukunya yang berjudul
Administrasi Pendidikan Kontemporer menyatakan bahwa prinsip supervisi
adalah :
a. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, ia adalah
pelayan yang bersifat kerjasama.
b. Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi.
c. Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan
anggota
staf
sekolah,
dan
hendaknya
membantu
dalam
kerjasama
untuk
supervisi
menggunakan
metode-metode
yang
dapat
B. Tipe-tipe Supervisi
30 Ibid.
31 Ibid.
32 Ibid, hlm. 238
Regulasi
pendidikan
mengemukakan
bahwa
pemerintah
dalam
pendidikan
meliputi
manajemen
kurikulum
pembelajaran;
KESIMPULAN
38 Supardi, Supervisi. www.supardi.blog.co.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2016
DAFTAR PUSTAKA
mutu
pendidikan,
menggunakan
kepekaan
untuk
memahaminya.
Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan
dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis,
bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja
dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu
memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini
bertujuan
untuk
memberikan pelayanan
kepada
kepala
sekolah
dalam
40 Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (yogyakarta:ArRuzz Media, 2011), Hlm.13
C. Ciri-ciri Supervisi
Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang
baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas
mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan
dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik. Kecakapannya dalam
menggunakan proses kelompok sangat vital, dan dia harus cakap memimpin
kelompok menurut prinsip-prinsip demokratis, memiliki kecakapan dan keteguhan
hati untuk mengambil tindakan cepat terhadap kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuatnya untuk segera diperbaiki. Dengan singkat, disamping harus memiliki
ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi administrasi dengan sebaikbaiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik seorang supervisor
harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat seperti berikut:
1. Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di
bawah pengawasannya.
2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa,
dan
memiliki
kecakapan
praktis
tentang
teknik-teknik
Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama
antara guru dan supervisor.
secara
terintegrasi,
sasaran
supervisi
hanya
beberapa
Dalam
supervisi yang
membantu
guru
menghadapi
masalah/kesulitan
mengajar
selama
untuk
mengaktualisasikannya
inisiatif
yang
dipikirkannya
untuk
langkah-langkah
mendengarkan,
pendekatan
kolaboratif yaitu
memecahkan
masalah
dan
menyajikan,
negosiasi. Dan
disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu
meliputi : presenting (menyajikan), problem solving
dan negotiating (negosiasi).
pemecahan masalah),
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin Harahap, 1985, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, 1988, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara
Maryono.
2011. Dasar-Dasar
&
Teknik
Menjadi
Supervisor
BAB I
PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Latar Beakang
Pendidikan merupakan suatu sistem kerja yang saling terkait antara
komponen yang satu dengan lainnya. Upaya untuk melaksanakan pencapaiannya
yakni mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki. Hal tersebut harus di ikuti
dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan serta teruji kebenarannya. Dalam
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting
dalam pembangunan pendidikan. Dalam pengelolaan dan penataan manajemen
pendidikan, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana melakukan pembaharuan
organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efisiensi dan efektifitas, serta
otonomi pengelolaan pendidikan. Dalam pengelolaan tersebut yang secara
langsung maupun tidak langsung dilakukan oleh seseorang yang saling tergabung
didalam lingkungan organisasi tersebut, terkadang disini banyak yang tidak
menyadari akan tugas dan fungsinya. Dalam kondisi atau keadaan seperti ini
tentunya dibutuhkan suatu perubahan agar dapat mewujudkan tujuan yang
diinginkan. Dalam melakukan proses perubahan sikap dari manusia tersebut yang
secara langsung dipengaruhi oleh manusia lain itu sebenarnya memerlukan suatu
pengkajian yang cermat dalam pengajar dan pendidikan yang secara langsung
terkait erat dengan kondisi lingkungan sekaligus pengaruh dari figur kepala
sekolah yang menjadi atasannya.
Di dalam mencapai suatu tujuan tentunya dibutuhkan pula suatu
pengawasan yang tujuannya yaitu untuk mencapai suatu ketercapaiaan target
melalui evaluasi kinerja bersama. Orang yang bagian pengawasan ini berada
dalam tingkatan tertinggi dan memilki keahlian khusus yang di tunjuk secara
langsung untuk datang ke sekolah. sebutan untuk orang pengawas tersebut yaitu
supervisor yang berasal dari Dinas Pendidikan setempat, yang fungsinya yaitu
untuk mengawasi dan menilai sekolah tersebut seperti apa, baik kondisi guru, staf
ataupun yang lainnya, yang biasanya didampingi oleh kepala sekolah. dengan
adanya pengawasan seperti ini dapat digunakan sebagai evaluasi diri sekolah
untuk dapat melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang telah terjadi atau yang
ada di sekolah.
Supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada
pengkajian peningkatan situasi belajar mengajar, memberdayakan guru dan
mempertinggi kualitas mengajar. Supervisi pendidikan ini menaungi pengawasan
semuanya baik dari segi supervisi akademik, supervisi administrasi ataupun
supervisi lembaga. Supervisi di era sekarang ini sangat dibutuhkan keberadaannya
karena merupakan jaminan mutu (QA), sebagai pendorong mutu untuk sekolah,
sebagai transparasi bagi siswa dan orang tua atau masyarakat, dapat mendorong
terjadinya proses perbaikan mutu internal secara berkelanjutan, serta menjadi
akuntabilitas pendidikan kepada masyarakat. Dan ketika supervisor sudah terjun
ke lapangan untuk mengawasi dan mengamati kemudian diberikan feedback. Ini
merupakan bentuk tindak lanjut yang diberikan oleh supervisor kepada orang atau
pihak yang disupervisi. Disini diharapkan setelah adanya feedback pihak yang
disupervisi dapat berubah untuk mengembangkan kemampuannya lebih baik dan
lebih sempurna kembali.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian Supervisi pendidikan?
2. Bagaimana Ruang lingkup supervisi pendidikan ?
3. Bagaimana proses supervisi pendidikan ?
4. Bagaimana efektivitas supervisi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
pribadi.
6. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan kesanggupan para guru dan
karyawan sehingga menjadi kekuatan sekolah.
7. Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan para guru, karyawan dan
hubungan baik diantara mereka.
8. Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan bertahap tapi penuh ketekunan.
9. Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
10. Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan kesanggupan dan sikap-sikap
orang yang disupervisi, bahkan juga prasangkaprasangka mereka.
11. Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
47 Musthofa, Pendidikan Transformatif ( Yogyakarta, Teras, 2010 ) hal. 45
membentuk
kemampuan-kemampuan.53
Seorang supervisor dapat berperan sebagai :
1. Koordinasi
2. Konsultan
3. Pemimpin kelompok
4. Evaluator
E. Kegiatan Supervisi di Sekolah
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi
akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar
tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri. Supervisi
akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalahmasalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang
langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa
52 Nurdin Diding, Administrasi Pendidikan Supervisi Pendidikan (
53 Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung,
CV. Mandar Maju, 1992)
Jenis
Pelayanan/
Pembinaan
Kunjungan
Kelas
kelas
Teknik
Pelaksanaan
Tujuan
oleh cara
guru
1.
Keuntungan
Hambatan/
Kelemahan
Dapat
Guru merasa
mengetahui
canggung &
Penilik/Pengawas/K
melaksanaka
epala sekolah
n PBM
dapat
dikembangkan
bebas.
2.
Dapat
mengetahui
kelemahan
untuk perbaikan
3.
Dapat
memberikan
koreksi/perbaik
an
2.
Pertemuan
Penilik/Kepala
Pribadi
Sekolah
bertatap khusus
muka
3.
Rapat Staf
Bantuan
dengan
sesuai
kebutuhan
Berdialog
langsung
Agak
lebih menentukan
terarah
waktu
seorang guru
Kepala
Bantuan
Sekolah/Penilik
umum
kepada
berhadapan
dengan
sulit
seluruh menentukan
para guru
sulit
cukup
4.
Kunjungan
Antar Kelas
kelas
secara umum
1.
Mengetahui
Menggangg
melaksanakan
sekolah
dan
KBM
pengelolaan
pengelolaan
kelas
kelas.
2.
lain
Hal-hal
yang baik dapat
dijadikan
contoh
3.
kelas
KBM
Hal-hal
yang
kurang
baik
dapat
ditinggalkan
didiskusikan.
H. Kunjungan di Sekolah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para supervisor dalam
rangka berkunjung ke suatu sekolah untuk melaksanakan supervis termasuk
kelebihan dan kekurangannya, diantaranya adalah :
Pengawas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dapat
memberikan bimbingan actual dianggap kurang demokratis
Dengan Pemberitahuan
Sekolah atau lembaga mengetahui maksud dan tujuan kunjungan ke
Sekolah/Guru, sekolah dapat menunjukkan hasil usahanya kepada seorang
supervisor.
Atas Undangan
Sekolah ingin diketahui keberhasilannya dapat melayani kebutuhan
khusus/setempat
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Menurut N.A. Ametembun dkk Supervisi Pendidikan adalah pembinaan
yang berupa bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan Situasi pada umumnya
dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khusunya. Para ahli dalam
bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa supervisi
pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian
peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh ( Gregorio,
1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003).
Dilihat dari pengertian supervisi pendidikan yaitu supervisor sebagai pengawas di
sekolah harus dapat memberikan feedback berupa saran-saran dan solusi yang
mendukung untuk perubahan dan perbaikan situasi yanga da disekolah. Pengawas
pendidikan dapat dibantu oleh kepala sekolah untuk melakukan kunjungan kelas
ataupun ketika melakukan penilaian. Supervisor disini tidak boleh bersifat
menghakimi, disini supervisor menjadi patner untuk bersama-sama mebantu para
tenaga pendidikan maupun non kependidikan untuk menyelesaikan segala
masalah dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
1. Saran
Untuk supervisor-supervisor yang telah ditunjuk seharusnya melaksanakan
tugasnya dengan baik dan sesuai dengan prosedur tidak ada unsur subyektifitas,
atau unsur kesengajaan untuk menutup-nutupi kesalahan yang ada disekolah.
semuanya harus sesuai dengan kondisi dan situasi dari lingkungan sekolah
berdasarkan penilaian atau pengawasan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon
Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam
Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM
University Press.
Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Rembangy,
Musthofa.
Yogyakarta: Teras
2010.
Pendidikan
Transformatif.
EVALUASI PENDIDIKAN
Oleh :
Eddy Susanto NIM. 1581181
Aprianti Hastusti NIM. 1581192
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah
pembangunan
suatu
pilar
utama
bangsa.
dan
Pemerintah
pertama
selalu
dalam
berupaya
Indonesia
yaitu
untuk
mencerdaskan
yaitu menempati posisi yang ke-38 dengan skor 360. Pada tahun
2006, Indonesia tidak lagi terdaftar dalam tabel peringkat PISA
dunia.
Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk skor
Matematika dalam survei Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2012. Dari total 65 negara dan wilayah
yang masuk survei PISA, Indonesia menduduki ranking ke-64
atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari Peru.
Survei PISA diikuti oleh negara-negara yang tergabung
dalam
The
Organisation
for
Economic
Co-operation
and
dan
Humas
Kemdikbud
Ibnu
Hamad
mengakui
pembelajaran Matematika di Indonesia tidak sesuai dengan soalsoal PISA. Akibatnya, Indonesia tertinggal terus dalam survei
PISA. Dalam PISA 2009, misalnya, posisi Indonesia juga jeblok
yaitu di ranking 57 dari 63 negara.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, proses penilaiannya
adalah tingkat internasional dan nasional. Maka pihak yang
berkewajiban untuk menanganinya adalah tingkat nasional. Maka
hendaknya pemerintah Indonesia lewat kementrian pendidikan
perlu
mengadakan
evaluasi
yang
mendalam
dan
rencana
strategi
yang
andal
untuk
memperbaiki
kualitas
penulis
merumuskan
masalahnya
dalam
bentuk
pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka penulis
merumuskan tujuan penulisan ini adalah untuk:
a Mendefinisikan Evaluasi Pendidikan secara tepat.
b Mengetahui dengan pasti apakah evaluasi pendidikan
itu penting bagi proses penyelenggaraan pendidikan.
c Mendeskripsikan tujuan-tujuan evaluasi pendidikan.
d Mengetahui pemeran utama dalam pelaksanaan
evaluasi pendidikan.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi tambahan bagi yang membutuhkannya dan bagi
mahasiswa/i
dari
jurusan
pendidikan
terlebih
dalam
hal
pendidikan
bagi
para
mahasiswa/i
yang
merasa
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN PRINSIP EVALUASI
1. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi telah banyak dikemukan oleh para
ahli, antara lain didefinisikan oleh Ralp Tyler (1950) yang
menyatakan bahwa evaluasi ialah proses menentukan sampai
sejauh mana tujuan pendidikan dapat diapai. Evaluasi diartikan
sebagai
menyediakan
informasi
untuk
pemuat
keputusan
yang
mewakili
12
organisasi
tentang
evaluasi,
umum
orang
hanya
mengidentikkan
kegiatan
didalamnya.
Pengukuran,
penilaian
dan
evaluasi
belajar
harus
dibedakan,
antara
penilaian,
evaluasi
dan
seorang
evaluator
menilai
tentang
proses
menurut
Endang
Purwanti
(2008:
4)
pendapat
ahli
beberapa
ahli
tersebut
dapat
pengambilan
keputusan
tentang
siswa
baik
yang
dan
nilai
wordpress. com.2008).
kuantitatif
(http://akhmadsudrajat.
objek
adalah
suatu
kegiatan
membandingkan
hasil
bahwa
penilaian
adalah
suatu
kegiatan
dalam
bahasa
Inggris
dikenal
dengan
sama,
bedanya
dalam
evaluasi
berakhir
dengan
Penilaian
Dilakukan sebagai
Evaluas
Kegiatan yang
kali sebelum
lebih kompleks,
melakukan proses
hasil pengukuran
dimana mencakup
selanjutnya
(pengumpulan
pengukuran,
informasi) sebelum
penilaian dan
pengambilan
tertentu
keputusan atas
suatu hasil
penilaian
Berinteraksi
diukur.
dikumpulkn untuk
pengambilan
diolah
keputusan
terhadap suatu
obyek.
3. Prinsip Evaluasi
Evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila
dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip
dasar, yaitu :
1) Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal
dengan istilah prinsip komprehensif (comprehensive). Dengan
prinsip komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil
belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi
tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh. Harus
senantiasa diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh
dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong,
melainkan harus dilaksanakan secara menyeluruh. Dengan kata
lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek
yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai mahluki
hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi hasil
belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berpikir
(cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan
lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek
keterampilan (psychomotor domain ) yang melekat pada diri
masing-masing individu peserta didik.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh
menyeluruh
akan
diperoleh
bahan-bahan
keterangan
dan
Dengan
prinsip
kesinambungan
hasil
belajar
yang
dilaksanakan
secara
teratur,
hasil
belajar
yang
dilaksanakan
secara
dalam
menentukan
langkah-langkah
atau
obyektivitas
(obyektivity) mengandung
makna,
menodai
kemurnian
pekerjaan
evaluasi
itu
sendiri.
(http://nurulazmi45.blogspot.co.id/2015/05/konsep-dasarevaluasi.html)
B. TUJUAN, FUNGSI DAN MAKNA EVALUASI
Tujuan evaluasi
o Menilai ketercapaian tujuan
o Mengukur
macam-macam
aspek
belajar
yang
siswa
berpariasi
telah ketahui
mengetahui
apkah
peserta
didik
telah
umpan
balik
bagi
seorang
guru
alat
untuk
mengetahui
perkembangan
belajar siswa
o Sebagai materi utama laporan hasil beljar kepada
orang tu
Makna evaluasi
Evaluasi hasil beljar siswa bermakna bagi semua komponen
dalm proses pembelajaran yaitu:
1)
2)
3)
b)
Keadaan siwa
b)
c)
4)
5)
(http://seramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/02/konsepdasar-evaluasi.html)
C. SASARAN, TATA CARA/ TEKNIK DAN KOMPONEN EVALUASI
1. Sasaran Evaluasi
Subjek atau pelaku evaluasi pendidikan adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi dalam pendidikan.bila sarana
(objek)
evaluasinya
prestasi
belajar,maka
yang
menjadi
Segi input
2)
Segi transpormasi
3)
Segi output
2)
3)
Dari
segi
tranformasi,maka
objek
evaluasi
pendidikan
meliputi:
1)
2)
3)
4)
(http://seramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/02/konsepdasar-evaluasi.html)
2. Tata cara/Teknik Evaluasi dan Komponen Evaluasi
Teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu:
1. Teknik non tes, terdiri dari: skala, kuesioner, daftar
cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
2. Teknik tes; Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur
siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:
tes diagnostik, formatif, sumatif.
Dalam proses evaluasi tentunya ada hal-hal yang hendak
diketahui dalam hasil evaluasi tersebut, dalam hal ini meliputi
evaluasi ranah kognitif, evaluasi ranah psikomotorik dan evaluasi
ranah afektif.
Ranah kognitif
meliputi:
pengetahuan,
pemahaman,
dikelompokkan
dalam
tiga
kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, dan koordinasi neuromuscular.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi meliputi:
perencanaan, pengumpulan data, persifikasi data, pengolahan
data, penafsiran data.
3. Analisis Butir-Butir Instrumen Evaluasi
1 Menilai tes yang dibuat sendiri, meliputi: meneliti secara
jujur soal-soal yang sudah disusun, mengadakan analisis
soal,
mengadakan
checking
validitas,
mengadakan
checking reabilitas.
2 Analisis butir-butir soal, meliputi: taraf kesukaran, daya
pembeda, pola jawaban soal.
4. Interpretasi Nilai Evaluasi
A. Merencanakan Evaluasi
Setelah menetapkan
tujuan
pengajaran,
maka
harus
dengan
bahan
pengajaran
terakhir
yang
dipelajari.
Nilai akhir ditentukan dengan cara menjumlahkan rata-rata nilai
tes formatif (bulanan) ditambah dengan nilai tes sumatif
kemudian dibagi dua atau:
(Mf + S) : 2
Mf: rata-rata tes formatif
S: nilai sumatif
Nilai akhir ini digunakan untuk mengisi rapor, nilai kenaikan
kelas, atau ijazah. Bila nilai dari post test ikut digunakan, maka
perhitungannya sebagai berikut:
( Mp Mf ) : 2 8
2
Mp: rata-rata post test
Mf: rata-rata tes formatif
S: tes sumatif
Rumus untuk menilai pengamalan:
( Mf S ) : 2 P
2
ialah
kesiapan
siswa
dalam
hal
pengetahuan
dan
Secara
keseluruhan
ada
empat
hal
yang
harus
Angka
IKIP
Huru
Keteranga
100
80-100
10
8,0-1,00
f
8,1-10 A
n
Baik sekali
66-79
6,6-7,9
6,6-
Baik
56-65
5,6-6,5
8,0
Cukup
40-55
4,0-5,5
5,6-
Kurang
30-39
3,0-3,9
6,5
Gagal
4,15,5
0,-4,0
Evaluasi, kode C6
: 24% : 12 item
: 26% : 13 item
: 26% : 13 item
Aspek materi:
1 Bentuk dan fungsi
: 20% : 10 item
2 Tugas operasional
: 20% : 10 item
3 Peranan dari
: 20% : 10 item
4 Hubungan kerja
: 20% : 10 item
5 Pengaruh. terhadap.
: 20% : 10 item
Tingkat kesukaran
Mudah (m) : 20% : 10 item
Sedang
Sukar (k)
(s)
: 60% : 30 item
: 20% : 10 item
Tipe tes:
Salah benar ..: 40%
: 20 item
100 xO
2n(O 1)
item dengan
salah. Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh
yang ditest (27% dari N)
WH
: Bilangan tetap
Item sedang
item tersebut.
Item sukar : jika 84% yang dites tidak dapat menjawab item
tersebut.
Tabel 4: Rumus untuk mencari (W L + WH) nilai pada tiga tingkat
kesukaran
Persentase
yang
yang
menjawab
0,160 0,213
0,240
0,256
50
84
0,500 0,667
0,750
0,800
1,260
1,344
dengan salah
16
3
n
n
0,840 1,120
n
n
n
n
jumlah yang dites pada kelompok rendah (27%N) atau
n=
=>n=0,27 x 30 = 8
=>WL;WH
Tingkat kesukarannya:
Tipe Test Salah-Benar: O = Option = 2
Item mudah, tingkat kesukarannya:
WL+WH = 0,160n = (0,16) (8)
= 1,280
= 4,000
= 6,720
= 8,960
W
O 1
Nama
1
B
2
S
3
B
4
S
5
B
6
S
Tabel untuk WH
No
Nama
1
B
2
S
3
B
4
S
5
B
6
S
Nama
Kognitif
Nilai
Psikomot
or
* Format Nilai
Afektif
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
a Pengertian evaluasi menurut para ahli berbedabeda. Namun dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
proses aksi yang sistematis dan berkesinambung untuk
memperoleh data tentang tujuan yang sudah dicapai,
untuk disajikan sebagai laporan untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan alternatif yang
tepat
dalam
menentukan
kebijakan
bagi
proses
siswa
beserta
penyebabnya;
Evaluasi
untuk
ditempatkan
sesuai
dengan
yang
belakang siswa.
d Manfaat Evaluasi
mengetahui
tepat,
yaitu:
tingkat
mengenal
bagi
latar
siswa
keberhasilan
untuk
dalam
membantu
guru
mengetahui
segala
yaitu;
berkesinambungan,
komprehensif
dan
obyektivitas.
Prosedur Pelaksanaan
Evaluasi,
lain
adalah
verifikasi
perencanaan,
data,
data.
2 Saran
Evaluasi sangat
pengumpulan
pengolahan
penting
antara
untuk
data,
dilakukan
data,
penafsiran
dalam
hal
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Bumi aksara. Jakarta
Djaali
&
Mulyono,
Pudji.2007. Pengukuran
dalam
Bidang
(Online).
Akhmad.
(2008). Penilaian
Hasil
Belajar
A. Latar Belakang.
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan
tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat
penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan
program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat
bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu
pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat
yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan lembaga pendidikan sekolah di samping
diatur oleh pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas
kepala sekolahnya. Menurut Pidarta (1990), kepala sekolah merupakan kunci
kesuksesan
sekolah
dalam
mengadakan
perubahan.
Sehingga
kegiatan
pendidikan,
pemimpin
pendidikan,
supervisor
pendidikan
dan
administrator pendidikan.
Adapun tugas kepala sekolah sebagai supervisor dapat disingkatkan
sebagai berikut:
1. Merancang, mengarahkan, dan mengkoordinir semua aktivitas, agar sekolah
berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan sekolah,
2. Membimbing para guru agar menunaikan tugasnya dengan penuh semangat dan
kegembiraan,
3. Membimbing para murid untuk belajar rajin, tertib dan giat,
4. Menjaga suasana baik dalam sekolah, antar guru, antar murid, antar pegawai,
antar kelas, sehingga tercapai suasana kekeluargaan,
5. Melaksanakan hubungan baik ke dalam dan keluar, dan
6. Menjaga adanya koordinasi antara seksi-seksi dalam organisasi sekolah dan
sebagainya.
Dalam istilah sehari-hari terdapat kata-kata supervisi, yang diartikan
dengan kepengawasan, dan juga inspeksi yang diartikan sebagai penilaian.
Keduanya tidak dapat dianggap identik. Inspeksi biasanya dianggap sebagai
dan
keterampilan,
mempertinggi
budi
pekerti,
memperkuat
seperti
perbaikan
gedung,
penambahan
ruang,
penambahan
anak-anak, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Kepala sekolah harus
bekerja sama dengan para guru yang dipimpinnya, dengan orangtua peserta didik
atau masyarakat, serta pihak pemerintah setempat.
B. Batasan Masalah.
A. Pengertian Motivasi.
B. Pengertian Supervisor.
C. Tanggung Jawab Supervisor.
D. Supervisor Sebagai Motivator.
E. Syarat syarat seorang Supervisor.
F. Pengertian Supervisor Sebagai Motivator.
G. Supervisor Sebagai Pemimpin Metanoiac.
C. Pengertian Motivasi.
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja
sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi akan berakibat pada kepuasan
kerja, Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang
dengan imbalan yang disediakan.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini
adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Motivasi : adalah hal yang seseorang
melakukan sesuatu dan atau tidak melakukan sesuatu, memperkuat suatu prilaku
atau menghambat suatu perilaku. Motivasi berasal dari DALAM, kita tidak dapat
memotivasi orang untuk melakukan pekerjaan baik, tapi dengan mengenal
mereka, kita dapat mengaktifkan motivasi mereka sendiri. Motivasi : untuk semua
orang, tua muda, pria dan wanita. Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur
(1987) dalam Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri dari:
Supervisor
seharusnya
memahami
peran,
posisi
dan
guna
merumuskan
permasalahan
yang
dihadapi,
didalamnya
adalah
perencanaan
penganggaran
perencanaan
ada
beberapa
faktor
yang
harus
atau
rencana
harus
dapat
diukur
tingkat
atau
diatasnya
lebih
ke
jangka
panjang.
siapa melakukan apa (who does what) sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan.
Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam
perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi.
Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap
jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan
uraian jabatan (Job Description).
3. Penggerakan Pelaksanaan`
Melakukan koordinasi dan pengarahan terhadap seluruh bagian atau
sektor yang terlibat dalam pencapaian target. Perencanaan dan
pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja
cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga
perlu dilakukan penyesuaian. Setiap SDM harus bekerja sesuai
dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masingmasing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi
yang telah ditetapkan.
4. Pengawasan/Pengendalian`
merupakan
proses
untuk
mengamati
secara
terus
menerus
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah
bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera
dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai
dengan situasi, kondisi dan perkembangan terbaru.
supervisor harus
melaksanakan
fungsi bimbingan
merangsang
untuk
melakukan
percobaan,
serta
membantu
di
atas,
sehingga
mampu
membangkitkan
motivasi
kepercayaan
yang
berhubungan dengannya.
3. Harus berjiwa optimis
diberikan
yang
oleh
berusaha
orang-orang
mencari
yang
yang
baik,
dengan
baik,
sehingga
dapat
kemampuan
yang
tinggi
dalam
mengerjakan
tugas-
Abilitas
seseorang
pengetahuan,sedangkan
skill
dapat
ditentukan
oleh
skill
dan
dapat
dipengaruhi
oleh
kecakapan.
dan
transformasional
Butchatsky
(1996)
menyebut
model
kepemimpinan
(breakthrough
2.
Inspirational
Motivation (motivasi
mengartikulasikan
pengharapan
inspirasi).
yang
jelas
Pemimpin
mampu
terhadap
prestasi
Intellectual
Stimulation (stimulasi
intelektual).
Pemimpin
mampu
yang
kuat
kemampuan/keahlian
dalam
industri
kepemimpinan,
dan
seperti
organisasi,
manajemen,
(6)
Dimilikinya
keorganisasian,
individu
yang
akan
menjalankan
kepemimpinan
metanoiac
Islam. Worldview Islam inilah yang akan menjadi arahan dan rujukan bagi
implementasi kepemimpinan metanoiac atas diri sendiri dan komunitas. Pada
ranah individu, ia akan memimpin pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah)
pribadi agar pemenuhan dan penyaluran hajatu al udhawiyah dan gharizah nya
senantiasa sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada sang Khaliq. Pada
ranah komunitas, baik berupa organisasi maupun masyarakat, individu pemimpin
akan melakukan pengerahan dan pemberdayaan segenap komponen komunitas
agar secara bersama-sama dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dimana
interaksi antar individunya berada dalam koridor ide, perasaan dan aturan yang
sama yang berasal dari al Kholiq. Interaksi ini mewujudkan filosofi TEAM,
yakni Together Everyone Achieve More.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta : Depdikbud,1996
.Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta :
Depdikbud, 1996.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya Jakarta: Depdikbud, 1998
Nana Sudjana. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar
Baru, 1998
Pengawas dan Kepengawasan. Jakarta: Binamitra Publishing, 2012
Supervisi
Pendidikan
Konsep
dan
Aplikasinya
bagi
Pengawas
Sekolah. Jakarta: Binamitra Publishing, 2012
Nuraedi. Metode
dan Teknik Supervisi
bagi Pengawas Satuan Pendidikan.
Jakarta ,2008
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya, 2003
NAMA : MULYATI
NIM
: 1581185
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang
sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia.
Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan
melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia
(SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan
mutu pendidikan. Mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang
baik, memenuhi syarat, dan
segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan. Komponenkomponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, serta biaya.
Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja
tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya, adapun salah satu cara untuk
mewujudkannya
adalah
dengan
pengembangan
profesionalisme.
Ini
membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting, dalam hal ini
adalah kepala sekolah, dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan
pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang
profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini,
pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena
sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia
pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia
miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga
profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga kependidikan profesional
tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan
tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan
wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan
pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih
bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi,
seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara
otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi inputoutput yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek,
1979, 1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah),
melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,
diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat
dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan seringkali
tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mutu pendidikan di sekolah?
2. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah?
3. Apa saja tugas dan peranan kepala sekolah?
4. Apa saja peranan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan?
5. Apa saja syarat kepemimpinan kepala sekolah?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mutu pendidikan di sekolah.
2. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah.
3. Untuk mengetahui tugas dan peranan kepala sekolah.
4. Untuk mengetahui peranan-peranan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat kepemimpinan kepala sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
Mutu Pendidikan di Sekolah
Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah
diukur dari mutu pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Dalam
konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output
pendidikan (Depdiknas, 2001: 5). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang
harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan
merupakan
berubahnya
mengintegrasikan
input
sesuatu
menjadi
sesuatu
yang
lain
sekolah
sehingga
mampu
menciptakan
dengan
situasi
misi yang jelas; iklim sekolah yang kondusif; penilaian diri terhadap kekuatan dan
kelemahan; komunikasi efektif baik internal maupun eksternal; serta keterlibatan
orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Berdasarkan konsep mutu pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input
pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input
pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi
tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan
(school resources are necessary but not sufficient condition to improve student
achievement).
Selama tahun 2002 dunia pendidikan nasional ditandai dengan berbagai
perubahan yang datang bertubi-tubi, serempak, dan dengan frekuensi yang sangat
tinggi. Belum tuntas sosialisasi perubahan yang satu, datang perubahan yang lain.
Beberapa inovasi yang mendominasi panggung pendidikan selama tahun 2002
antara lain adalah Pendidikan Berbasis Luas (PBL/BBE) dengan life skills-nya,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/CBC), Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS/SBM), Ujian Akhir Nasional (UAN) pengganti EBTANAS, pembentukan
dewan sekolah dan dewan pendidikan kabupaten/kota. Setiap pembaruan tersebut
memiliki kisah dan problematikanya sendiri.
Fenomena yang menarik adalah perubahan itu umumnya memiliki sifat yang
sama, yakni menggunakan kata berbasis (based). Bila diamati lebih jauh,
perubahan yang berbasis itu umumnya dari atas ke bawah; dari pusat ke daerah;
dari pengelolaan di tingkat atas menuju sekolah; dari pemerintah ke masyarakat;
dari sesuatu yang sifatnya nasional menuju yang lokal. Istilah-istilah lain yang
populer dan memiliki nuansa yang sama dengan berbasis adalah pemberdayaan
(empowerment), akar rumput (grass-root), dari bawah ke atas (bottom up), dan
sejenisnya.
Simak saja label-label perubahan yang dewasa ini berseliweran dalam dunia
pendidikan nasional (kadang-kadang dipahami secara beragam): manajemen
berbasis sekolah (school based management), peningkatan mutu berbasis sekolah
(school based quality improvement), kurikulum berbasis kompetensi (competence
based curriculum), pengajaran/pelatihan berbasis kompetensi (competence based
teaching/training), pendidikan berbasis luas (broad based education), pendidikan
berbasis masyarakat (community based education), evaluasi berbasis kelas
(classroom based evaluation), evaluasi berbasis siswa (student based evaluation)
dikenal juga dengan evaluasi portofolio, manajemen pendidikan berbasis lokal
(local based educational management), pembiayaan pendidikan berbasis
masyarakat (community based educational financing), belajar berbasis internet
(internet based learning), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan entah
apa lagi.
Supriadi (2002: 17) mengatakan: orang yang mendalami teori difusi inovasi
akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apapun,
termasuk dalam pendidikan, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan
benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan. Sejak awal, berbagai kondisi
perlu diperhitungkan, mulai substansi inovasi itu sendiri sampai kondisi-kondisi
lokal tempat inovasi itu akan diimplementasikan. Intinya, suatu perubahan yang
mendasar, melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu
memerlukan waktu. Suatu inovasi mestinya jelas kriterianya, terukur dan realistik
dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya.
beberapa
definisi
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan
dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah atau pemimpin suatu
lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah seorang
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
(Wahjosumidjo, 2002: 83). Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan
fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di
sekolah. (Rahman, 2006: 106). Kepala sekolah adalah seorang guru yang
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada
suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana.
Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan
profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan meningkatkanya
prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional akan berfikir
sekolah
harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian
menyelesaikan persoalan dengan satu solusi. Serta harus dapat melihat setiap
tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
5. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam
lingkungan
sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang
dalam
menjalankan
peranannya
sebagai
manajer
seperti
yang
c.
antara
kepentingan sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah.
Sedangkan
secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru (pendidik),
tenaga
kependidikan dan peserta didik (siswa).
Peranan informasional meliputi:
a. Kepala sekolah sebagai monitor, artinya kepala sekolah harus selalu
mengadakan
pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan muncul informasiinformasi baru yang berpengaruh terhadap sekolah yang dipimpinnya;
b. Kepala sekolah sebagai disseminator, artinya kepala sekolah bertanggung
jawab
penuh untuk menyebarluaskan dan membagi-bagi informasi kepada para
guru (pendidik), tenaga kependidikan serta orang tua siswa;
c. Kepala sekolah sebagai spokesman, artinya kepala sekolah memiliki tugas
menyebarkan informasi kepada lingkungan di luar sekolah yang dianggap
perlu.
artinya
kepala
sekolah
selalu
berusaha
memperbaiki
penampilan
sekolah melalui berbagai macam ide dan gagasan pemikiran berupa programprogram yang baru serta melakukan survey untuk mempelajari berbagai
persoalan yang timbul di lingkungan sekolah;
b. Disturbance handler (orang yang memperhatikan gangguan), artinya kepala
sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan
memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil;
c. A Resource Allocater (orang yang menyediakan segala sumber), artinya
kepala
sekolah bertanggung jawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan
memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan harus
didelegasikan;
d. A negotiator roles, artinya kepala sekolah harus mampu mengadakan
pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memenuhi kebutuhan
sekolah.
Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan
ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan
pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional kependidikan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya, ada tiga jenis keterampilan
pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu keterampilan teknis (technical skill), keterampilan berkomunikasi (human
relations skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).
Menurut persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah
terutama dilandasi oleh kemampuannya dalam memimpin. Kunci bagi kelancaran
kerja kepala sekolah terletak pada stabilitas dan emosi, serta rasa percaya diri. Hal
ini merupakan landasan psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil,
memberikan keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku dan melaksanakan
tugas.
Dalam
konteks
ini,
kepala
sekolah
dituntut
untuk
menampilkan
kemampuannya membina kerja sama dengan seluruh personel dalam iklim kerja
terbuka yang bersifat kemitraan, serta meningkatkan partisipasi aktif dari orang
tua murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa mendapatkan dukungan penuh
dari setiap program kerjanya.
Keterlibatan kepala sekolah dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak
dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pembinaan terhadap para guru dan
upaya penyediaan sarana belajar yang diperlukan.
Kepala sekolah sebagai komunikator bertugas menjadi perantara untuk
meneruskan instruksi kepada guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah
kepada instansi kepada para guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah
kepada instansi vertikal maupun masyarakat. Pola komunikasi dari sekolah pada
umumnya bersifat kekeluargaan dengan memanfaatkan waktu senggang mereka.
Alur penyampaian informasi berlangsung dua arah, yaitu komunikasi top-down,
cenderung bersifat instruktif, sedangkan komunikasi bottom-up cenderung berisi
pernyataan atau permintaan akan rincian tugas secara teknis operasional. Media
komunikasi yang digunakan oleh kepala sekolah ialah: rapat dinas, surat edaran,
buku informasi keliling, papan data, pengumuman lisan serta pesan berantai yang
disampaikan secara lisan.
Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian
sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas
dapat disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar
(fitness to standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai
perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan
global (fitness to global environmental requirements). Adapun yang dimaksud
mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu aspek dalam pengelolaan
pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat
digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja
(performance), (2) feature, (3) kehandalan (reliability), (4) konfirmasi
(conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7)
estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang bersifat
subjektif.
Dalam pandangan masyarakat umum sering dijumpai bahwa mutu sekolah
atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung
dan jumlah ekstrakurikuler yang disediakan. Ada pula masyarakat yang
berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah
tersebut yang diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami
kualitas pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di
sekolah sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu
komponen yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga
membuahkan hasil.
Dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu, kepala sekolah harus
senantiasa memahami sekolah sebagai suatu sistem organisasi. Untuk itu, kepala
sekolah harus lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager.
Sebagai leader, maka kepala sekolah harus:
c.
terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan
sekolah (yang umumnya tak terbatas);
Memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat,
cekat, dan akurat);
d. Memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai
2.
berpikir,
cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena
itu, kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu
berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncatloncat), berpikir secara holistik (tidak parsial), berpikir multi-inter-lintas
disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada
komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen
lainnya); berpikir sebab-akibat (ingat ciptaan-Nya selalu berpasangpasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif
(kuantitatif +kualitatif), dan berpikir sinkretisme.
2. Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yang
ditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus
dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggung jawab, kewajiban, dan
hak), rencana (deskripsi produk yang akan dihasilkan), program (alokasi
iklim
kerja
(membuat
situasi
kehidupan
kerja
nikmat),
self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, and (r) use of oral
presentation.
1. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan dimensi-dimensi
tugas (apa), proses (bagaimana), lingkungan, dan keterampilan personal, yang
dapat diuraikan sebagai berikut: (a) dimensi tugas terdiri dari: pengembangan
kurikulum, manajemen personalia, manajemen kesiswaan, manajemen fasilitas,
pengelolaan keuangan, hubungan sekolah masyarakat, dsb; (b) dimensi proses,
meliputi
pengambilan
keputusan,
pengelolaan
kelembagaan,
pengelolaan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu, kepala sekolah
motivator.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin yaitu memiliki kecerdasan/intelegensi yang baik, percaya diri sendiri
dan membership, memiliki keahlian/keterampilan dalam bidangnya, cakap bergaul
dan ramah tamah, disiplin, suka menolong dan memberi petunjuk, memiliki
semangat pengabdian yang tinggi, serta sehat jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM
University Press.
Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Rembangy,
Musthofa.
Yogyakarta: Teras
2010.
Pendidikan
Transformatif.
Disusun oleh :
Muhammad Ghufron
(1581184)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Sekolah sebagai
birokrasi yang mana di dalamnya terdapat adanya pimpinan lembaga yaitu kepala
sekolah serta badan pembantu seperti wakil kepala sekolah, staf-staf dan para guru
yang kesemuanya itu menunjukkan adanya hirarki. Semuanya saling berhubungan
dan mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
Sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam menciptakan koordinasi yang
baik maka diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang dapat mempengaruhi orang lain di lingkungannya untuk mau bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah salah satu komponen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tugas Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Pemimpin adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di
lingkungannya pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan penuh
rasa tanggung jawab demi tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan.54
Adapun definisi kepala sekolah menurut Wahjosumidjo bahwa kepala
sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di
mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.55
54 Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Balai Aksara-Yudhistira,
1982), hlm. 5-6.
dengan cara memberikan saran atau masukan kepada guru, dan juga
memberikan arahan sekaligus bimbingan kepada guru atas motivasi yang
diberikannya dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Sebagaimana fungsi
motivasi tersebut yaitu untuk mengarahkan pada suatu sasaran atau tujuan
yang diinginkan.
b. Kepala sekolah sebagai manajer, ia harus mampu mengatur SDM yang ada
di hal-hal yang terkait dalam pencapaian tujuan seperti menyusun program
di sekolah, menyusun organisasi kepegawaian yang tepat, kemampuan
menggerakkan staf untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas, kemampuan
mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Kepala
sekolah sebagai manajer dalam menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara
mengatur program kerja dengan baik, sesuai dengan kemampuan guru dalam
melaksanakan beban kerja yang diberikan dan dapat menggerakkan guru
untuk giat melaksanakan tugasnya seperti, menyusun RPP (Rencana
Program Pembelajaran), menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Dalam hal
ini hasil yang ingin dicapai yaitu untuk mengaktifkan dan meningkatkan
kegiatan.
c. Kepala sekolah sebagai administrator, ia harus dapat mengelola administrasi
proses belajar mengajar dan bimbingan konseling, mengelola administrasi
kesiswaan, mengelola administrasi keuangan yang diwujudkan dalam
kelengkapan dan akuntabilitas tentang penggunaan dan laporan keuangan.
Serta mampu mengelola administrasi sarana dan prasarana, dan juga
mengelola administrasi persuratan. Dengan kemampuan kepala sekolah
dalam mengelola administrasi tersebut maka kebutuhan guru akan terpenuhi
sehingga guru akan termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melaksanakan program
supervisi pendidikan yang baik, serta memanfaatkan hasil supervisi
pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Dalam hal ini untuk memotivasi guru kepala sekolah harus mampu
melakukan penilaian kinerja terhadap guru dalam KBM (Kegiatan Belajar
dan fungsi kepala sekolah tentunya tidak sedikit salah satunya adalah sebagai
motivator yang diartikan sebagai pendorong atau penggerak yaitu bagaimana
kepala sekolah dapat mendorong atau menggerakkan bawahannya (tenaga
pendidik dan kependidikan) dalam pemenuhan atau pelaksanaan tugas-tugas di
sekolah secara baik dan benar. Tugas tersebut tentunya dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dan dikerjakan semaksimal mungkin dalam rangka mencapai suatu
keberhasilan bersama yaitu keberhasilan dalam melaksanakan visi dan misi
sekolah yang telah disepakati bersama.
Kepala sekolah harus mampu memotivasi atau mendorong bawahannya
(tenaga pendidik dan kependidikan) untuk senantiasa eksis terhadap pekerjaan
yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah harus mampu menciptakan
suasana
yang
dapat
merangsang
bawahannya
(tenaga
pendidikan
dan
suasana
kerja,
dalam
bekerja
tentunya
seseorang
membutuhkan suasana yang nyaman untuk dapat bekerja dengan baik. Nyaman
dalam artian suasana yang dapat mendukung terlaksananya suatu pekerjaan atau
tugas yang akan dilaksanakan. Lingkungan yang kondusif kiranya dapat
menumbuhkan motivasi seseorang dalam bekerja atau dalam melaksanakan
tugasnya. Karena dengan lingkungan yang kondusif seseorang dapat merasa
nyaman dan pada akhirnya terdorong atau tergerak untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaannya. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan
membangkitkan semangat kerja para tenaga kependidikan. Untuk itu, kepala
sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik atau harmonis
dengan bawahannya serta menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu nyaman,
aman dan menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar bawahan mau bekerja
dengan penuh semangat dan secara optimal.
Disiplin, dalam meningkatkan taraf kerja yang baik kiranya kepala sekolah
perlu menanamkan kedisiplinan kepada semua bawahan termasuk pada dirinya
sendiri. Dengan pemberian tauladan atau contoh berdisiplin yang baik pada
bawahan dapat memotivasi bawahan untuk selalu disiplin dalam bekerja salah
satunya dalam penyelesaian tugas. Melalui disiplin tersebut diharapkan dapat
tercapai tujuan secara efektif dan efesien, serta dapat meningkatkan produktivitas
sekolah.
Dorongan, untuk menggerakkan bawahan agar mau bekerja secara optimal
dan penuh dengan rasa semangat tentunya kepala sekolah harus terus memotivasi
bawahannya. Karena ada bawahan yang mau bekerja setelah dimotivasi. Setiap
orang pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan
perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, khususnya pada
pemberian motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan, kepala sekolah harus terus memperhatikan motivasi tenaga
kependidikan.
Penghargaan dan Hukuman. Penghargaan dapat berfungsi untuk
meningkatkan prestasi kerja para tenaga kependidikan. Melalui penghargaan ini
para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme
kerja secara positif dan produktif. Karena ada orang yang mau meningkatkan
kinerjanya untuk meraih suatu penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut bisa
berupa pujian, hadiah dan sebagainya yang diberikan atas dasar prestasi kerja
yang baik.
Menurut Sutomo dengan penghargaan, pegawai akan terangsang untuk
meningkatkan kegiatan yang positif dan produktif. 60 Penghargaan akan bermakna
apabila dikaitkan dengan prestasi pegawai secara terbuka sehingga setiap pegawai
memiliki peluang untuk meraihnya. Sedangkan Sunyoto menjelaskan penerapan
hukuman dimaksudkan untuk mengurangi dan menghilangkan kemungkinan
perilaku yang tidak diinginkan akan diulang kembali.61 Membangun prinsip
penghargaan dan hukuman meliputi memberikan penghargaan yang layak kepada
guru yang berprestasi, mengakui dan menghargai setiap prestasi yang dihasilkan
guru, memberi peringatan apabila guru tidak menyelesaikan tugas yang
diperintahkan dengan tepat waktu, memberi teguran kepada guru yang datang
terlambat atau tidak masuk kelas, memberi teguran apabila guru tidak masuk kerja
tanpa izin, hasil kerja guru yang dianggap baik diperlihatkan kepada guru-guru
lain sebagai acuan, memberikan kritik bila pekerjaan guru dianggap tidak baik,
dan memberikan hukuman yang tegas kepada guru yang melanggar aturan.
60 Sutomo, Manajemen Sekolah, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2011), hlm 97
61 Danang Sunyoto, Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku Organisasional,
(Yogyakarta: CAPS, 2013), hlm 7
kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang diri manusia, yang dapat
dikembangkannya sendiri atau dikembangkannya oleh sejumlah kekuatan luar
yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter,
yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara
positif atau secara negatif.64
Adapun menurut N. Manulang yang dikutip oleh Suhendra dan Murdiyah
Hayati dalam bukunya manajemen sumber daya manusia mendefinisikan motivasi
sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer memberikan inspirasi,
semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk
mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk
menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil
sebagaimana dikehendaki.65
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah
kekuatan atau dorongan yang timbul pada dalam diri seseorang sehingga orang
tersebut bertindak atau berbuat sesuatu tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan
tertentu pula dan motivasi ini juga dapat ditimbulkan oleh orang lain seperti
kepala sekolah yaitu dengan memberika semangat dan inspirasi yang bertujuan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain motivasi merupakan
sesuatu yang sangat pokok yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja. Inti
pemberian motivasi adalah menumbuhkan kesadaran diri pada karyawan bahwa
bekerja merupakan suatu kebutuhan.
Adapun peran kepala sekolah sebagai motivator di MTs Al Hikmah
berdasarkan pengamatan penulis, yaitu :
Pertama, Kepala sekolah menumbuhkan motivasi kerja guru dengan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yaitu dengan mengatur lingkungan
kerja fisik yang meliputi ukuran ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan,
penerangan yang cukup, menjaga kebersihan tempat kerja seperti memberi
64 J. Winardi, Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 6.
65 Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Lembaga
Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), hlm 91.
himbauan yang melibatkan partisipasi karyawan, guru dan siswa untuk selalu
menjaga lingkungan sekolah agar tetap rapi dan bersih sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat kondusif, serta tersedianya peralatan kerja. Dengan hal tersebut
diharapkan guru akan merasa nyaman ketika bekerja sehingga guru termotivasi
untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kedua, menumbuhkan suasana kerja yang baik dan harmonis. Kepala
sekolah melakukan pendekatan terhadap guru yaitu dengan menumbuhkan rasa
kebersamaan, kekompakaan, dan kerja sama yang baik terhadap guru dengan rasa
kekeluargaan. Kepala sekolah juga menumbuhkan sifat keterbukaan terhadap guru
yaitu dengan bersikap ramah tamah terhadap guru, diharapkan guru tidak merasa
takut karena menganggap kepala sekolah sebagai atasan dengan bawahan, akan
tetapi guru dapat menganggap kepala sekolah sebagai orang yang mempunyai
tujuan yang sama yang kemudian dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama
tersebut.
Ketiga, menanamkan kedisiplinan. Kepala sekolah memotivasi guru
dengan cara menegakkan kedisiplinan yaitu dengan membuat peraturan-peraturan
yang wajib dilaksanakan oleh guru. Karena terkadang motivasi itu timbul dari
sebuah paksaan atau peraturan yang mengikat. Dalam menanamkan kedisiplinan
kepada guru, kepala sekolah juga menjadikan dirinya sebagai tauladan bagi guru
yaitu dimulai dari mencontohkan hal kecil seperti disiplin pada waktu masuk ke
sekolah. Kepala sekolah selalu datang ke sekolah sebelum peserta didik hadir di
sekolah melakukan pendekatan kepada peserta didik dengan menyapa dan
bersalaman di depan halaman sekolah. Meskipun kepala sekolah mempunyai
kegiatan lain di luar sekolah, kepala sekolah selalu menyempatkan diri untuk
hadir ke sekolah sebelum peserta didik hadir.
Keempat, memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja
yang baik. Kepala sekolah memberikan sesuatu pada guru secara perorangan atau
kelompok yang mempunyai kinerja baik atau melakukan suatu keunggulan
dibidang tertentu. Penghargaan tersebut biasanya berupa sertifikat dan kadangkadang disertai dengan pemberian hadiah berupa uang.
melakukan
dorongan
secara
individual.
Kepala
sekolah
karakteristik pribadi individual guru dilihat dari latar belakang pendidikan, ijazah,
keahlian, pengalaman kerja yang diminati dan sikap serta kepribadiannya. Dalam
hal ini kepala sekolah menempatkan guru dalam posisi yang tepat, sehingga
mereka merasa senang, serta potensinya dapat dimanfaatkan dan pelaksanaan
pendidikan dapat dipertanggung jawabkan.
Kedua, menerima saran dan keritik. Kepala sekolah menerima saran
maupun kritik yang muncul dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai
lainnya. Dengan demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan
termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan
sekolah yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk pengambilan
keputusan.
Ketiga,
kepala
sekolah
mengadakan
program
kegiatan
untuk
Aksara-Yudhistira
B. Uno, Hamzah. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
J. Winardi. 2001. Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Karwati, Euis dan Juni Priansa, Donni. 2013. Kinerja Dan Profesionalisme
Kepala Sekolah. Bandung. Alfabeta
Mulyasa. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Kencana Prenada Media Group
Suhendra dan Hayati, Murdiyah. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta. Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional. Yogyakarta. CAPS
Sutomo. 2011. Manajemen Sekolah. Semarang. UPT MKK UNNES
Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada