Anda di halaman 1dari 175

BAHAN PERKULIAHAN

SUPERVISI DAN EVALUASI PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS pada mata kuliah


Evaluasi dan Supervisi Pendidikan Islam
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu:
DR. ZAINAL BERLIAN, D.B.A.

Oleh:
MAHASISWA/ MAHASISWI PAI-JS

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016-2017

KOMPETENSI SUPERVISOR
Oleh :
M. Ali Sodikin
Sumini

: 1581183
: 1581192

PENDAHULUAN
Dalam proses pendidikan Islam, eksistensi dan kinerja
supervisor adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Pelaku supervisor pada lembaga
pendidikan Islam yaitu pengawas dan kepala madratsah. Kinerja
supervisor selama ini jarang sekali menjadi kajian, padahal
sangat

berpengaruh

terhadap

maju

mundurnya

lembaga

pendidikan Islam. Pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil


(PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab secara
penuh

oleh

pejabat

pengawasan

yang

pelaksanaan

melaksanakan

penilaian

berwenang

pendidikan

dan

untuk

di

pembinaan

melakukan

sekolah
dari

segi

dengan
tekhnis

pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah,


pendidikan dasar dan menengah (SK MENPAN No.118/1996).
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut di atas jelas
bahwa pengawas pendidikan

mempunyai posisi yang amat

strategis. Jabatan pengawas adalah jabatan fungsional, artinya


kegiatan pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang fungsi
jabatannya sebagai pengawas yang berkaitan dengan bidang
pendidikan.
Pada

dasarnya

tugas

pengawas

adalah

melakukan

supervisi terhadap pelaksanaan program pembelajaran dengan


segala

unsur-unsurnya,

kurikulum,

sistem

seperti

pembelajaran

guru,
dan

sarana

prasarana,

penilaian.

Untuk

menjalankan

tugas

tersebut

diperlukan

wawasan

dan

kemampuan profesional. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan


membahas masalah kompetensi atau ketrampilan supervisor dan
tugas sebagai supervisi pendidikan.

PEMBAHASAN
A. Kompetensi atau Keterampilan Supervisor
Pendidikan

memegang

peranan

utama

dalam

upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan pada


Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara
dengan kualitas SDM yang cukup memprihatinkan. Kondisi ini
merefleksikan betapa pendidikan di tanah air dewasa ini
menghadapi berbagai persoalan yang cukup kompleks, baik dari
sisi sarana prasarana, pendidik, maupun tenaga kependidikan.
Pengawas sekolah atau supervisor selaku salah satu elemen
tenaga kependidikan, menjadi ujung tombak demi terciptanya
mutu pendidikan yang mumpuni. Secara ideal tugas seorang
pengawas sekolah sangat

Sebelum

baik dan mulia.

membahas tentang Ketrampilan

Supervisor

maka

sebaiknya kita fahami kembali makna supervisor. Secara etimologis,


istilah supervisi diambil dari perkataan bahasa Inggris Supervision artinya
pengawas dibidang pendidikan. Ditinjau dari sisi morfologisnya, supervisi dapat
dijelaskan

menurut bentuk kata, yakni super yang berarti atas atau lebih dan

visi yang berarti lihat, tilik, atau awasi.


Supervisi menurut Bregs dan Justman adalah usaha sistematis untuk
mendorong

secara

berkelanjutan

dan

mengarahkan

pertumbuhan,

dan

pengembangan para guru agar berbuat lebih efektif dalam pencapaian

tujuan

pendidikan1. Selanjutnya menurut Nana Sudjana2 memandang supervisi sebagai


bantuan profesional atau bantuan keahlian dari seorang supervisor kepada
seseorang atau kelompok orang

yang disupervisi. Sementara itu, orang yang

melakukan supervisi disebut dengan supervisor. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan Maryono (2011) yang mengartikan supervisor adalah orang yang
melaksanakan pekerjaan supervisi.
Menurut Undang Undang RI No. 20 Tahun

2003 menyebutkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Seorang supervisor pendidikan memiliki kelebihan
dalam banyak hal, seperti penglihatan, pandangan, pendidikan, pengalaman,
kedudukan / pangkat / jabatan posisi dan sebagainya.
Dari pengertian supervisor dan pendidikan diatas, kita mencoba mengurai definisi
supervisor pendidikan dengan merujuk pada Keputusan Keputusan Mendikbud
RI Nomor 020/U/1998

yang menyatakan

bahwa

seorang

supervisor

pendidikan atau pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggung

jawab

dan

wewenang

secara penuh

oleh pejabat yang

berwewenang untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan


pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah.
Pengawas sekolah bertugas melaksanakan pengawasan akademik dan
manajerial disekolah yang ditunjuk melalui pemantauan, penilaian, dan pembinan
serta laporan dan tindak lanjut. Dan itu hanya akan terwujud jika sebuah satuan
pendidikan berada dibawah pembinaan seorang supervisor yang baik. Berkenaan
1 Asf, J dan Mustofa, Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi , 2013. hal.17.
2 Sudjana, Administrasi Pendidikan Kontemporer.Bandung, Alfabeta, 2012,
hal.129.

dengan hal tersebut, Purwanto3 mengatakan seorang supervisor yang baik


hendaknya juga memiliki ciri-ciri pribadi sebagai seorang guru yang baik,
memiliki kecerdasan yang tinggi, memiliki pandangan yang luas dan kepribadian
yang menyenangkan, serta kecakapan melaksanakan human relation yang baik.
Senada

dengan

hal

tersebut,

menurut

Purwanto dinyatakan: Kualitas penting

yang

seorang supervisor hendaknya memiliki intuisi yang

Thomkins dan Backley dalam


harus
baik,

ada

pada

diri

kerendahan

hati,

keramah-tamahan, ketekunan, sifat humor, dan kesabaran, hal ini karena supervisi
menyangkut hubungan antara orang-orang.
Selain hal tersebut, seorang supervisor yang baik sejatinya juga harus
memiliki kompetensi yang tinggi dibidangnya. Adapun kompetensi-kompetensi
tersebut berdasarakanPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah meliputi; kompetensi kepribadian,
kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan, serta kompetensi
sosial. Namun demikian, ironisnya menurut Asf dan Mustofa pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh para pengawas sekolah dewasa ini lebih cenderung
melakukan inspeksi bukan supervise 4. Mereka berusaha melakukan dan mencaricari kesalahan pegawai dan guru, kemudian memarahinya dan mencatat di buku
laporannya.
Selain itu, ada juga tipe pengawas yang jika berkunjung ke sekolah
hanya masuk ke ruang kepala sekolah tanpa pernah bertemu dengan guru guna
melakukan pembinaan. Semua ini terjadi karena rekrutmen

pengawas

sekolah tidak didasarkan pada kompetisi kualifikasi maupun kompetensi yang ber
sandar pada kualitas dan profesionalitas. Namun lebih pada faktor politik,
pertimbangan umur, dan karena akan pensiun.

3 Purwanto, Supervisi Pendidikan; Terobosan Baru Dalam Peningkatan Kinerja


Pengawas Sekolah dan Guru. Jogyakarta, Ar-Ruzz Media,2012, hal.84.

44 Op Cit, Asf, J dan Mustofa,hal.17.

Sudjana mengatakan bahwa pengangkatan pengawas sekolah

hampir

disemua kabupaten/kota tidak sesuai dan tidak mengikuti ketentuan dan peraturan
yang telah ditetapkan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan baik darisegi
kualifikasi maupun kompetensi5. Pengangkatan

pengawas sekolah selama ini

sangat tergantung kepada bupati/walikota sebagai penguasa tunggal di daerahnya.


Nana Sudjana menambahkan

bahwa secara umum kompetensi diartikan

sebagai seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan,


kecakapan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang sehingga ia mampu
menampilkan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor tertentu sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya secara optimal. Dari uraian diatas

jelaslah bahwa

kompetensi bisa dirumuskan kedalam tiga aspek, yakni:


1. Kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi
dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam
menjalankan tugas.
2. Ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama
itu dimanifestasikan dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerja.
3. Hasil dari unjuk kerja tersebut harus memenuhi suatu kriteria standar
kualitas tertentu.
Seorang manajer atau supervisor atau kepala sekolah harus lebih menguasai
keterampilan manusiawi dibandingkan keterampilan technical dan keterampilan
konseptual. Hal ini sudah dikumandangkan oleh John D. Rockifeller seorang
pengusaha terkenal di Amerika Serikat seperti yang dikutip oleh Nurtain
menyatakan: saya akan bayar lebih mahal bagi yang berkemampuan lebih besar
berurusan dengan orang dari pada yang berkemampuan lain di bawah sinar
matahari ini 6.
Syaiful Sagala menulis dalam buku supervisi pembelajaran ada enam
dimensi kompetensi supervisor pada permendiknas no 12 tahun 2007 yakni
dimensi kepribadian, dimensi supervisi manajerial, dimensi supervisi akademik,
5 Op.Cit, Sudjana, hal 129.
6 Nurtain, Supervisi Pendidikan, Teori dan Praktik , Departemen
Pendidikan, Jakarta, 1989, hal. 118.

dimensi evaluasi pendidikan, dimensi penelitian dan pengembangan dan dimensi


sosial7.
Menurut

laporan

American

ManagemenAssociation,

mayoritas

kegemilangan dari 200 orang manajer yang ikut serta dalam survai menyetujui
bahwa keterampilan tunggal yang sangat penting dari seorang eksekutif ialah
kemampuanya bergaul baik. Dalam hubungan ini ada tiga keahlian yang
dibutuhkan manajer atau kepala sekolah:
1. Memahami perilaku masa lampau. Pertama sekali, manajer harus memahami
mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Apa motif
seseorang? Apa hasil pola-pola perilaku yang merupakan karakteristik
individu atau kelompok? Dalam berbagai penerbitan popular dan ilmiah
ditemukan

beratus

klasifikasi

yang berbeda-beda

mengenai

pola

perilaku orang dalam berkomunikasi dengan orang lain.Pada umumnya pola


perilaku orang itu terikat dengan pengalaman masa lampaunya. Oleh karena
itu memahami perilaku masa lampau adalah usaha pertama yang harus
dipelajari oleh manajer
2. Meramalkan perilaku masa depan. Meskipun memahami masa lampau
adalah penting buat manajer., akan tetapi hal itu tidaklah cukup. Jika kita seda
ngmengadakan supervisi terhadap orang lain yang sangat essensial dipahami
tidakhanya mengapa mereka berbuat/ bertindak kemarin, tetapi yang lebih
penting lagi ialah mampu meramalkan apa yang akan dikerjakan hari ini,
besok, minggu depan dan bulan depan dalam situasi lingkungan yang sama
dan berubah-ubah. Karena itu keahlian kedua yang diperlukan manajer ialah
meramalkan

perilaku masa depan.

3. Pengarahan, pengubahan dan Pengendalian perilaku. Bila kita menginginkan


keberhasilan dalam peranan kita sebagai manajer atau kepala sekolah, kita
perlu berbuat

lebih dari hanya memahami perilaku. Kita harus

7 Syaiful Sagala, supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan ,


Bandung, Alfabeta, 2010, hal.160.

mengembangkan

keterampilan

dalam

mengarahkan,

mengubah

dan

mengontrol perilaku. Semuanya ini merupakan tanggung jawab manajer.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadikan tenaga supervisor
sebagai orang kunci adalah :
a. Supervisor dipersyaratkan memiliki pendidikan sesuai dengan kualifikasi
yangditetapkan. Dengan kualifikasi tersebut dimaksudkan agar ia
mempunyaikeberanian bertindak pada orang yang dipimpinnya.
b. Supervisor perlu dimasukkan dalam tim ahli berbagai perencanaan
perubahandan pembaharuan pengajaran. Hal dimaksudkan agar supervisor
mendapat bahan informasi dari tangan perancang pertama. Dengan
demikian ia tidak ketinggalan dari kepala sekolah dan guru yang
disupervisinya dan terikat pada langkah-langkah pengajaran baru.
c. Supervisor sudah waktunya diberikan kebebasan untuk memprakarsai satu
atau dua eksperimen pengajaran yang professional tanpa takut mendapat
sanksi administrative. Dalam hal ini pihak atasanya tidak Cuma bersimpati
atas prakarsa itu tetapi mereka juga melangkah kearah yang sama.
Eksperimen itu harus dirancang secara matang dengan tujuan agar dapat
meningkatkan

kualitas

pengajaran

dan menambah

wawasan

pengetahuan yang lebih pada murid-murid yang dikenai oleh eksperimen


d. Supervisor sudah waktunya diberikan kebebasan untuk memprakarsai satu
atau dua eksperimen pengajaran yang professional tanpa takut mendapat
sanksi administrative. Dalam hal ini pihak atasanya tidak Cuma bersimpati
atas prakarsa itu tetapi mereka juga melangkah kearah yang sama.
Eksperimen itu harus dirancang secara matang dengan tujuan agar dapat
meningkatkan

kualitas

pengajaran

dan menambah

wawasan

pengetahuan yang lebih pada murid-muridyang dikenai oleh eksperimen


e. Supervisor sudah waktunya diberikan kebebasan untuk memprakarsai satu
atau dua eksperimen pengajaran yang professional tanpa takut mendapat
sanksi administrative. Dalam hal ini pihak atasanya tidak Cuma bersimpati
atas prakarsa itu tetapi mereka juga melangkah kearah yang sama.
Eksperimen itu harusdirancang secara matang dengan tujuan agar dapat

meningkatkan

kualitas

pengajaran dan

menambah

wawasan

pengetahuan yang lebih pada murid-muridyang dikenai oleh eksperimen.


f. Setiap kantor untuk supervisor perlu dilengkapi dengan satu set buku teks
dan publikasi mutakhir lain yang berkaitan dengan bidang tugas masingmasing supervisor agar mereka tetap memiliki pengetahuan yang segar
dalam bidangnya.Pengadaan sarana ini dimaksudkan agar mereka mampu
membantu guru yangmengalami kesulitan dalam bidang tersebut.
g. Setiap kantor untuk supervisor perlu dilengkapi dengan sarana transportasi
yang memadai. Kendaraan ini semata-mata digunakan untuk mengadakan
kunjungan ke sekolah, konferensi dinas, peninjauan antar propinsi dan
sejenisnya. Dengan tersedianya sarana ini tidak ada alasan lagi bagi
supervisor untuk hanya tetapdiam di kantornya. Dia harus membuat daftar
perjalanan rutin tiap minggu dankunjungan secara tiba-tiba sekali sebulan
h. Supervisor harus dapat mengkoordinasikan semua kegiatan yang
bersangkut-pautdengan urusan sekolah terutama pada kegiatan belajar
mengajar di sekolahnyadengan lebih memperhatikan mana yang akan
diberikan

prioritas

utama.

Kriteria prioritas

utama

harus

lebih

menekankan pada kebutuhan yang banyak dari padakebutuhan perorangan.


Menurut Sudawan Danim dan Khairil menulis bahwa kompetensi supervisor
dapat dikelompokkan dalam tiga komponen yaitu8 :
1. Kompetensi profesional
2. Kompetensi personal
3. Kompetensi sosial
Ketiga komponen tersebut di atas difahami dapat mencakup keseluruhan
standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisor pendidikan.
Berikut adalah beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang supervisor
diantaranya:
1. Keterampilan Konseptual, yaitu membuat konsep, ide, dan gagasan demi
kemajuan organisasi. Gagasan atau ide tersebut dijabarkan menjadi
rencana kegiatan yang disebut proses perencanaan / rencana kerja.
8 Sudarwan Danim, profesi kependidikan, Bandung, Alfabeta, 2011,
hal. 126.

Termasuk juga memiliki visi yang jauh kedepan, misi yang jelas, program
kerja yang real, strategi, dan terus menjaga nilai competitive advantage
sebuah organisasi.
2. Keterampilan Komunikasi, yaitu keterampilan berinteraksi secara baik
dengan banyak orang. Disebut juga keterampilan kemanusiaan. Kepada
bawahan bersifat mengayomi, persuasif, dan bersahabat. Kepada rekan
kerja saling menghormati. Kepada customer dan atasan bersifat melayani.
Manajer berkomunikasi dengan baik kepada semua orang, menshare
visinya, dan membuat semua orang menjadi tim sukses visi tersebut.
3. Keterampilan Teknis, merupakan bekal agar lebih matang pada bidang
yang ditangani. Umumnya diperlukan untuk manajer tingkat rendah.
Misalnya menggunakan program komputer, membuat code program, dsb.
Tentu saja ada keunggulan tersendiri dibanding manajer yang hanya
mengerti konsep, akan tercipta efektifitas dan efisiensi yang ideal.
4. Keterampilan Manajemen Waktu. Seorang manajer digaji besar, setiap
menit begitu berharga untuk perusahaan. Dia harus bisa mengalokasi
waktu agar mendapat hasil yang optimal. Akan teruji dalam penyusunan
waktu yang digunakan dalam melakukan sebuah project. Termasuk juga
keterampilan untuk membuat skala prioritas.
5. Keterampilan membuat keputusan, termasuk juga kemampuan untuk
mengidentifikasi masalah, memandangnya secara keseluruhan dan
komprehensif (helicopter view), dan menentukan solusi terbaik untuk
memecahkannya. Keputusan yang baik adalah yang tidak terburu2, namun
adakalanya keputusan diperlukan dalam waktu yang singkat. Seiring
dengan waktu dan pengalaman, manajer akan terbiasa menghadapi kondisi
seperti ini.
6. Keterampilan Kepemimpinan. Program kerja, eksekusi, dan evaluasi
diperlukan komitmen, ketegasan, dan keberanian. Karenanya manajer

betul-betul harus menjadi pemimpin, dan tidak terlalu terpengaruh


terhadap

hal-hal

yang

tidak

perlu.

Manajer

yang

kuat

akan

menciptkan trust kepada lingkungannya, dan menumbuhkan teamwork


yang solid9.
Adapun faktor pendukung keberhasilan supervisor dikarenakan komitmen
dan kesadaran guru, transparansi (keterbukaan), akuntabilitas (tanggung jawab)
kerja, dukungan masyarakat dan kerjasama 10.
B. Tugas dan Fungsi sebagai supervisi pendidikan
1. Tugas supervisi
Seorang

supervisior

dapat

dilihat

dari

tugas

yang

dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi


sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan
pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau
bertugas memberi support (supporting), membantu (assisting)
dan mengikut sertakan (sharing).
Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas
akademik, yakni mencakup hal-hal berikut11:
1. Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan
bekerja lebih keras serta bersemangat dalam mengajar.
2. Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian
rupa sehingga berlaku prinsip belajar tuntas, yaitu guru
harus berupaya agar murid benar-benar menguasai apa
yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan
9 www.asik belajar, Diakses 8 Oktober 2016, pukul 16.00 WIB.
10 http://digilib.upi.edu/digital-upi,xml.diakses 11 Oktober 2016, pukul
14.00 WIB.
11 www. asik belajar.com, diakses 11 Oktober 2016 , pukul 14.05 WIB.

pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid Belum


3.

tuntas penguasaannya.
Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk
mencapai tujuan pengajarannya, dengan disertai bantuan

(support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.


4. Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan
sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari target output
yang harus mereka capai sehubungan dengan keberhasilan
pengajaran.
5. Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian
(assessment) terhdap keberhasilan (efektifitas) mengajar
guru, khususnya dalam kaitannya dengan kesepakatan
yang dibuat pada butir (4) di atas.
6. Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka
pelaksanaan butir-butir di atas, menyusun dokumentasi
dan laporan bagi setiap kegiatan, serta mengembangkan
7.

sistem pengelolaan data hasil pengawasan.


Melakukan koordinasi serta membuat

kesepakatan-

kesepakatan yang diperlukan dengan kepala sekolah,


khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan
dan pengendalian efektifitas pengajaran serta hal yang
berkenaan dengan akreditas sekolah yang bersangkutan.
2. Fungsi Supervisi.
Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran.
Berikut ini berbagai pendapat para tentang fungsi supervisi, di
antaranya adalah:
a. Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara
program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada
perbaikan.

b. Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi


bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacammacam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki.
c. W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi
utama dari supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki
faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar.
d. Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah
memperbaiki situasi belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinyu sesuai
dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami
perubahan. Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi
dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Suatu penemuan baru
mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru
dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak
bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu
sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-guru,
menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi,
menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.
Fungsi supervisi menurut Baharudin Harahap (1983 : 6)
adalah sebagai berikut .
1. Supervisi dapat menemukan kegiatan yang sudah sesuai
dengan tujuan.
2. Supervisi dapat menemukan kegiatan yang belum sesuai
dengan tujuan.
3. Supervisi dapat memberikan keterangan tentangb apa yang
perlu dibenahi terlebih dahulu.
4. Melalui supervisi dapat diketahui petugas (guru, kepala
sekolah) yang harus ditatar.

5. Melalui supervisi dapat diketahui petugas (guru, kepala


sekolah) yang harus diganti.
6. Melalui supervisi dapat diketahui buku yang tidak sesuai
dengan tujuan pengajaran.
7. Melalui supervisi dapat diketahui kelemahan kurikulum
8. Melalui supervisi mutu belajar dan mengajar dapat
ditingkatkan.
9. Melalui supervisi suatu yang baik dapat dipertahankan.
Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh
swearingen, terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:
1. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah Koordinasi yang baik
diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk mengikuti
perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan
usaha-usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya:
a. Usaha tiap guru.
b. Usaha-usaha sekolah.
c. Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah.Yakni, melatih dan
memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan
dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
3.

Memperluas

Pengalaman.Yakni,

memberi

pengalaman-

pengalaman baru kepada anggota-anggota staff sekolah,


sehingga selalu anggota staff makin hari makin bertambah
pengalaman dalam hal mengajarnya.
4. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif.Yakni, kemampuan
untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak,
orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
5. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu.
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah
misalnya, memiliki bahan-bahan pengajaran, buku-buku
pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan muridmuridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.

6. Menganalisa Situasi Belajar Situasi belajar merupakan situasi


dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi guru
dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk
mencapai tujuan pendidikan.
7. Memberi Pengetahuan dan Keterampilan pada Setiap Anggota
Staf.
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru
agar mereka memperkembangkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam belajar.
8. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan.
Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu,
maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan
dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri
sendiri.
.

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Supervisor pendidikan atau pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil


yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang

berwewenang untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan


pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan menengah.
Kompetensi supervisor pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan,
keahlian dan keterampilan seseorang yang menjalankan tugas dan fungsi
kepengawasan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dari berbagai aspek
kehidupan diberbagai lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Kompetensi supervisor pendidikan meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi supervisi Manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan serta kompetensi
sosial.
Seorang

supervisor

dapat

dilihat

dari

tugas

yang

dikerjakannya, suatu tugas yang dilaksanakannya memberi


status dan fungsi pada seseorang. Dalam fungsinya nampak
perananya dan dari peranannya terdapat tugas-tugas yang harus
dilaksnakan oleh seorang supervisor pendidikan seperti yang
telah diuraikan sebelumnya.
Fungs supervior (pengawas) menjadi penting, sebagaimana
tertuang

dalam

Kepmen

PAN

Nomor

118/1996

yang

menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan


wewenag penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta
administratif pada satuan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Asf J dan Mustofa, Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi , Amissco, 2013.


Nurtain, Supervisi Pendidikan, Teori dan Praktik , Departemen
Pendidikan, Jakarta, 1989.
Purwanto Supervisi Pendidikan; Terobosan Baru Dalam Peningkatan Kinerja
Pengawas Sekolah dan Guru. Jogyakarta, Ar-Ruzz Media,2012.
Syaisul Sagala, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2012.
Sudjana, H.N, Administrasi Pendidikan Kontempore,Bandung, Alfabeta. 2012.
Sudarwan Danim, profesi kependidikan, Bandung, Alfabeta,
2011.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 TentangSistem
Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengawas Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 1998 Tentang Standar
Pengawas Sekolah
www.asik belajar, Diakses 8 Oktober 2016, pukul 16.00 WIB.
http://digilib.upi.edu/digital-upi,xml.diakses 11 Oktober 2016,
pukul 14.00 WIB.
www. asik belajar.com, diakses 11 Oktober 2016 , pukul 14.05
WIB.

PERAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS DALAM


PELAKSANAAN SUPERVISI DI SEKOLAH
Oleh:
BOBI SUGARA : 1581180
RUSDI
: 1581188
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi
pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan
kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan
meningkatkan kualitas hasil belajar.
Kegiatan supervisi pendidikan sangat diperlukan oleh guru, karena bagi
guru yang bekerja setiap hari di sekolah tidak ada pihak lain yang lebih dekat dan
mengetahui dari dalam segala kegiatannya, kecuali Kepala Sekolah. Guru
merupakan salah satu faktor penentu rendahnya mutu hasil pendidikan. Dalam
rangka pelaksanaan program supervisi pendidikan maka harus mencakup semua
komponen yang terkait dan mempengaruhi terhadap keberhasilan program
supervisi pendidikan. Keberhasilan tersebut dilihat dari komponen perencanaan,
implementasi dan dampak dari program supervisi pendidikan. Kepala Sekolah
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai supervisor secara
efektif, maka Kepala Sekolah memiliki kompetensi yaitu kemanusiaan,
manajerial, dan. teknis.
Dalam menjalankan amanah tanggung jawabnya, seorang Kepala Sekolah
tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu diperlukan adanya
pengawas yang mengontrol dan meluruskan kembali kesalahan dan kekliruan
tersebut. Sehingga dengan demikian akan tercipta suasana pembelajaran yang
kondusif. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat terwujud.

PEMBAHASAN
A. Supervisi
Supervisi berasal dari kata super dan vision yang masing-masing kata itu
berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi adalah penglihatan
dari atas. Pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi
dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi dari pada yang dilihat. Hal ini
dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh atasan kepada bawahan.
Supervisi adalah kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang
tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.12 Kegiatan tersebut berupa
dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuanpembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran,
metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis
terhadap fase seluruh proses pengajaran.
Sehingga tujuan supervisi adalah memberikan bantuan dan layanan untuk
meningkatkan kualitas guru mengjar di kelas yang gilirannya dapat meningkatkan
kualitas belajar sisiwa. Bukan saja memperbaiki kemampuan belajar tetapi juga
untuk mengembangkan potensi dan kualitas guru.
Dan sasaran supervisi adalah perbaikan dan pengembangan kinerja guru
yang langsung menangani peserta didik. Melalui perbaikan dan pengembangan
kinerja guru, diharapkan proses pengajaran dapat berkembang, pada akhirnya
berdampak pada efektivitas proses pembelajaran.
Supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
lainnya guna meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan
dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan
akademik.
12 Bafadal Ibrahim. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman KanakKanak, Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 23

Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspekaspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
(supporting) terlaksananya pembelajaran.13
Sementara supervisi

akademik

menitikberatkan pada pengamatan

supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam


maupun di luar kelas.
Seorang supervisor yang baik memiliki lima kemampuan dasar yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan


Keterampilan dalam proses kelompok
Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan
Keterampilan dan mengatur personalia sekolah
Keterampilan dalam evaluasi.
Ada delapan kompetisi yang harus dimiliki supervisor :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Supervise adalah pengebang manusia.


Supervise adalah pengebang kurikulum
Supervise adalah Spealis pengajaran.
Supervise adalah Pekerja hubungan manusia.
Supervise adalah pengebang Staf.
Supervise adalah Administrator.
Supervise adalah Pemimpin perubahan staf.
Supervise adalah penilai.14

Setidaknya kompetensi supervisi adalah mencakup :


1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.

13 Arikunto Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 67


14 Saiful Sagala. 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta. Hal. 134

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan


pendekatan dan tehnik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademis terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Fungsi utama supervise pendidikan ditunjukan pada kebaikan dan
peningkatan kualitas pengajaran. Fungsi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengoordinir semua usaha sekolah


Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Memperluas pengalaman guru-guru
Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
Memberikan penilaian dan fasilitas secara terus menerus
Menganalisis situasi belajar mengajar
Melengkapi staf dengan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
Memadukan dan menyelaraskan tujuan pendidikan dan membentuk
kemampuan-kemampuan.
Seorang supervisor dapat berperan sebagai :

1.
2.
3.
4.

Koordinasi
Konsultan
Pemimpin kelompok
Evaluator
Supervise pendidikan memiliki tiga domain yaitu :

1. Memperbaiki pengajaran
2. Pengembangan kurikulum
3. Pengembangan staf. 15
Beberapa model supervise pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Model Konvesional (Tradisional)
Model ini tidak lain merupakan reflikse kondisi masyarakat pada suatu
saat. Perilaku supervise adalah mengadakan inspeksi untuk mencari serta
menemukan masalah. Kadang-kadang model ini bersifat mengurui.
2. Model Ilmiah
15 Surya, Subroto. 2007. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Bina
Aksara. Hal. 54

Model ini mempunyai ciri-ciri : terencana, kontinyu, sistematis,


procedural, objektif dan menggunakan instrument.
3. Model Klinis
Supervise model klinis adalah supervise yang difokuskan pada
peningkatan mengajar melalui siklus sistematis, baik dalam perencanaan
maupun pengamatan serta analisi yang intensif dan cermat pada
penampilan mengajar yang nyata,serta bertujuan mengadakan perubahan
dengan cara rasional.16
Dalam konsep supervisi pengajaran tercakup dua konsep yang berbeda,
walaupun pada pelaksanaannya saling terkait, yaitu supervisi kelas dan supervisi
klinis. Supervisi kelas dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kelas dan menyusun alternatif
pemecahannya.
Supervisi klinis merupakan layanan profesional dari kepala sekolah dan
pengawas karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan
supervisi kelas. Supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan pengajaran
ditentukan oleh supervisor, sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-up, yaitu
kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami
guru.
Supervisi terbagi dua, yaitu supervise manajerial dan supervise akademik.
Supervisi manajerial adalah pemantaun dan pembinaan terhadap pengelolaan dan
administrasi sekolah (dilakukan oleh Pengawas terhadap Kepala Sekolah).
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk membantu guru
mengembangkan kemampuannya dalam mengelola PBM agar mampu mencapai
tujuan pembelajaran. (dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap guru). Metode
supervisi managerial adalah :
a. Monitoring dan Evaluasi
16 M. Ngalim Purwanto. 2008. Administrasi dan supervise Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya. Hal. 178

Memonitoring pelaksana Rencana Pengembangan Sekolah (RPK),


pengawas harus melengkapi diri dengan daftar isian yang memuat
indikator

sekolah.

Evaluasi

mengetahui

sejauhmana

kesuksesan

pelaksanaan penyelenggaraan sekolah.


b. Focused Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Keterbukaan pihak sekolah dengan komite sekolah, pengawas sebagai
fasilitator.
c. Metode Delphi
Sekolah memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realism
sesuai dengan kondisi sekolah, peserta didik, potensi sekolah.
d. Workshop
Bersifat kelompok, melibatkan beberapa sekolah, perwakilan komite lewat
KKPS, K3S.17
Adapun metode supervisi akademik adalah dengan; monitoring dan
evaluasi, memonitoring pelaksanaan PBM mulai dari program, pelaksanaan dan
evaluasi.
Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan
supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada
supervesee. Berikut adalah teknik-teknik supervisi pendidikan ditinjau dari
banyaknya guru dan cara menghadapi guru. Bila ditinjau dari banyaknya guru,
terdiri dari :
a) Teknik kelompok
Adalah teknik supervisi yang dipakai oleh supervisor manakala terdapat
banyak guru yang mempunyai masalah yang sama. Teknik-teknik yang
dapat dipakai antara lain; rapat guru-guru, workshop, seminar, konseling
kelompok.
b) Teknik perorangan
Adalah teknik yang dipergunakan apabila sesorang guru memiliki masalah
khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik-teknik
17 E. Mulyasa. 2010. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal. 80

yang dapat dipakai antara lain; orientasi bagi guru-guru baru, kunjungan
kelas, individual converence, dan intervisitation.18
2). Bila ditinjau dari cara menghadapi guru, terdiri dari :
A. Teknik langsung
1) menyelenggarakan rapat guru
2) kunjungan kelas
3) menyelenggarakan workshop
4) mengadakan converence
B. Teknik tidak langsung
1) melalui quesioner
2) melalui buku presensi guru
3) melalui jurnal mengajar
4) melalui buku piket guru
5) melalui bulletin board
3). Bila ditinjau dari banyaknya guru dan cara menghadapi guru, terdiri dari :
1) Teknik kelompok
Yaitu teknik yang digunakan bersama-sama oleh supervisor dengan
sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik-teknik itu antara lain :
(1) pertemuan orientasi bagi guru baru
(2) rapat guru
(3) studi kelompok antar guru
(4) diskusi
(5) tukar-menukar pendapat (sharing of experience)
(6) lokakarya (workshop)
(7) diskusi panel
(8) seminar
(9) pelajaran contoh (demonstration teaching)
(10) bulletin supervisi
(11) mengikuti diklat
(12) membaca langsung
(13) symposium.
18 Burhanuddin. 2004. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 41

2) Teknik individual/ perorangan


(1) kunjungan kelas (classroom visitation)
(2) kunjungan tanpa pemberitahuan sebelumnya
(3) kunjungan dengan pemberitahuan sebelumnya
(4) kunjungan atas undangan
(5) observasi kelas (classroom observation)
(6) percakapan pribadi (individual conference)
(7) percakapan pribadi setelah kunjungan kelas
(8) percakapan pribadi melalui percakapan sehari-hari
(9) saling mengunjungi kelas
(10) menilai diri sendiri (self evaluation)19
B. Kepala Sekolah
Kinerja sekolah tergantung dengan profesionalisme kepala sekolah, karena
kepala sekolah adalah pemegang otoritas tertinggi di sekolah, sehingga kebijakan
dan perilakuknya akan menentukan ketercapaian tujuan akhir sekolah. Kepala
sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan memimpin
keseluruhan proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah, dengan
ditopang sejumlah kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang kepala sekolah
sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Kepala
Sekolah, mencakup :
(1) Kompetensi kepribadian.
(2) Kompetensi manajerial.
(3) Kompetensi kewirausahaan.
(4) Kompetensi supervise.
(5) Kompetensi sosial. 20

19 Piet A Sahertian. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.
Hal. 132

Sebagai leader dan manejer pendidikan di sekolah, kepala sekolah


bertanggung jawab secara keseluruhan atas maju-mundurnya proses pendidikan di
sekolah yang dipimpinnya.
Seorang Kepala Sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai
edukator, manajer, administrator, dan supervisor (EMAS). Seiring dengan laju
perkembangan jaman, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berperan sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator
(EMASLIM). Maka peran kepala sekolah antara lain adalah :
1). Peran kepala sekolah sebagai edukator
Dalam menjalankan perannya, kepala sekolah perlu memiliki strategi
dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Strategi
tersebut antara lain; menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi masukan
kepada warga sekolah, memberikan dorongan positif kepada tenaga kependidikan,
mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
2). Peran kepala sekolah sebagai manajer
Dalam rangka melakukan perannya sebagai manajer, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui
kerjasama, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan dalam peningkatan
profesi, dan mendorong partisipasi seluruh tenaga kependidikan dalam program
sekolah.
3). Peran kepala sekolah sebagai administrator
Peran dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai administrator secara
spesifik adalah dalam hal pengelolaan kurikulum, administrasi peserta didik,
administrasi sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, dan administrasi
keuangan.
4). Peran kepala sekolah sebagai supervisor
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran,
secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat
20 Subari. 2009. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal. 13

dilakukan

melalui

kegiatan

kunjungan

kelas

untuk

mengamati

proses

pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan


metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru
dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang
bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu
sehingga

guru

dapat

memperbaiki

kekurangan

yang

ada

sekaligus

mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.21


Usaha-usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku peran dan
fungsinya sebagai supervisor adalah :
Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam
menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan
keberhasilan proses belajar mengajar.
Bersama guru-guru berusaha mengembangkan,

mencari,

dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntuan


kurikulum yang sedang berlaku.
Membina kerjasama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan
pegawai sekolah lainnya.
Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai
sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,
menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka mengikuti
penataran-penataran, seminar sesuai bidangnya masing-masing.
Membina hubungan kerjasama antara sekolah dengan BP3 dan instansiinstansi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.22
5). Peran kepala sekolah sebagai leader
21 Maryono. 2011. Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media. Hal. 97

22 A. Sitohang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 56

Peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu


memberikan petujuk dan pengawasan guna meningkatkan kemampuan tenaga
kependidian, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan wewenang.
6). Peran kepala sekolah sebagai innovator
Inovasi penting dalam setiap kegiatan. Kepala sekolah harus memiliki
inovasiinovasi yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.
7). Peran kepala sekolah sebagai motivator
Peran kepala sekolah sebagai motivator dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif, dan penyediaan sarana pembelajaran yang memadai.
Empat tipe supervise kepala sekolah dilihat dari pelaksanaannya, yaitu:
Supervisi yang bersifat korektif
Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk mencari-cari
kesalahan orang yang disupervisi (guru-guru).
Supervisi yang bersifat preventif
Kegiatan supervisi ini lebih menekankan usaha untuk melindungi guruguru dari berbuat salah. Guru-guru selalu diingatkan untuk tidak
melakukan kesalahan dengan memberikan mereka batasan-batasan,
larangan-larangan atau sejumlah pedoman dalam bertindak.
Supervisi yang bersifat konstruktif
Tipe supervisi jenis ini ialah supervisi yang berorientasi ke masa depan,
menolong guru-guru untuk selalu melihat ke depan, belajar dari
pengalaman, melihat hal-hal yang baru, dan secara antusias mengusahakan
perkembangan.
Supervisi yang bersifat kreatif
Kegiatan supervisi ini, lebih menekankan pada usaha menumbuh
kembangkan daya kreatifitas guru, dimana peran kepala sekolah hanyalah
sebatas mendorong dan membimbing.23
23 Saiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung:
Alfabeta. Hal. 20

C. Pengawas
Pengawasan pendidikan adalah kedudukan yang strategis dan penting
dalam peningkatan mutu proses belajar mengajar. Dengan demikian para
supervisor pendidikan (dalam hal ini kepala sekolah dan pengawas) harus
memiliki kemampuan profesional yang handal dalam pelaksanaan supervisi
pembelajaran (instructional supervision), 24
Kemampuan profesional pengawas diperlukan untuk meningkatkan
kualitas pembinaan guru di sekolah. Masalah peningkatan kualitas pembinaan
guru di sekolah pada hakekatnya berkaitan dengan peranan superevisor dalam
memberikan bantuan dan pelayanan profesional bagi guru-guru agar mereka lebih
mampu melaksanakan tugas pokoknya. Kualitas kinerja supervisor sekolah perlu
dilandasi dengan peningkatan kemampuan supervisi para pengawas dalam
melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab.
Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
yang bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, baik dalam bentuk supervisi
akademik maupun supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan profesional guru, dengan ditopang oleh sejumlah kompetensi yang
harus dikuasainya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Pengawas Sekolah, mencakup :
(1) Kompetensi kepribadian.
(2) Kompetensi supervisi manajerial.
(3) Kompetensi supervisi akademik.
(4) Kompetensi evaluasi, pendidikan.
(5) Kompetensi penelitian pengembangan.
(6) Kompetensi sosial.
Pengawas sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan penjaminan
mutu dan memberdayakan kepala sekolah dan guru yang menjadi binaannya.
24 Ary H. Gunawan. 2006. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), Jakarta:
Rineka Cipta. 49

Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah

dinyatakan

bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek


pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi,
Pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia
(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya.
Dalam

melaksanakan

fungsi supervisi

manajerial,

pengawas

sekolah/madrasah berperan sebagai :


Kolaborator dan negosiator dalam proses
perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah.
Asesor dalam mengidentifikasi
kelemahan dan menganalisis potensi sekolah.
Pusat informasi pengembangan mutu sekolah.
Evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.25
Dalam pelaksanaan

supervisi manajerial, pengawas dapat

menerapkan

teknik supervisi individual dan kelompok.


Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang
diberikan kepada kepala sekolah atau personil lainnya yang mempunyai
masalah khusus dan bersifat perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu
cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.
Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah

atau

kebutuhan

atau

kelemahan-kelemahan

yang

sama

dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.


Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Supervisi pembelajaran itu
sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola pembelajaran,
melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Jadi, fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya
sekedar kontrol atau melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai
25 Hadari, Nawawi. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. Hal. 73

dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu supervisi
dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi
mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material
yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif.
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas dalam
pembelajaran dikenal dengan nama supervisi pembelajaran . Secara konseptual,
supervisi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran demi pencapaian
tujuan pembelajaran

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulkan, antara lain :
1. Supervisi adalah kegiatan bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju pada
perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
2.

Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk mengelola dan
memimpin keseluruhan proses dan substansi manajemen pendidikan di sekolah.

3.

Beberapa model supervise pendidikan adalah; model konvesional (tradisional),


model ilmiah, model klinis.

4. Metode supervisi managerial adalah : Monitoring dan Evaluasi, Focused Group


Discussion (Diskusi Kelompok), Metode Delphi, Workshop.
5.

Peran Kepala Sekolah adalah sebagai edukator, manajer, administrator, dan


supervisor (EMAS). Seiring dengan laju perkembangan jaman, kepala sekolah
sedikitnya harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator,
supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM).

6.

Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang
bertugas melakukan penilaian dan pembinaan, baik dalam bentuk supervisi
akademik maupun supervisi manajerial, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan profesional guru

DAFTAR PUSTAKA
Maryono. 2011. Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Nawawi, Hadari. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung
Subari. 2009. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Subroto, Suryo. 2007. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.
Jakarta: Bina Aksara.
E. Mulyasa. 2010. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Piet A Sahertian. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Jakarta:
Rineka Cipta.
Ibrahim Bafadal. 2006. Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman KanakKanak, Jakarta: Bumi Aksara.
M. Ngalim Purwanto. 2008. Administrasi dan supervise Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto. 2007. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: Rineka Cipta.


Sagala Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Alfabeta.
Sagala Syaiful. 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta.
Burhanuddin. 2004. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Ary H. Gunawan. 2006. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro),
Jakarta: Rineka Cipta.
A. Sitohang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Pradnya
Paramita.

SUPERVISI PENDIDIKAN LINGKUP, PROSES DAN EFEKTIVITAS


MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
SEBUAH TELAAH
Oleh :
1. Rika Mudrika
2. Ahyar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam

inheren dengan konotasi istilah tarbiyah, talim, dan tadib yang harus dipahami
secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya

dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus
menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.
Pendidikan dalam kehidupan ini memiliki peran penting untuk kemajuan
individu-individu baru yang dimana nantinya akan membentuk manusia yang
menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan adalah lembaga yang bertanggung
jawab menetapkan cita-cita, tujuan, sistem, isi, dan organisasi pendidikan yang
terjadi dalam keluarga, masyarakat dan sekolah Peningkatan mutu pendidikan
merupakan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan aspek-aspek lain.
Oleh sebab itulah, pemerintah selalu mengusahakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia ini dengan segala cara. Salah satunya dengan
melakukan upaya supervise terhadap guru. Hal ini semata-mata dilakukan untuk
meningkatkan kualifikasi guru yang didasarkan atas kesiapan guru itu sendiri agar
dapat berperan dalam menjalankan tugas secara optimal dan professional.
Guru sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di
kelas. Dikarenakan tuntutan yang tinggi untuk menjadi seorang guru, maka
sebelum terjun langsung menjadi seorang guru nantinya, para calon gurupun
diharapkan mempunyai bekal yang cukup sehingga dapat menjadi seorang guru
yang profesional dan dapat diandalkan paling tidak itulah yang menjadi titik tekan
makah

dengan

judul

Supervisi

Pendidikan

Lingkup,

EfektivitasManajemen Berbasis Sekolah ; Sebuah Telaah.


1.2. Rumusan Masalah

Proses

Dan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat


merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian Supervisi pendidikan?
2. Bagaimana Ruang lingkup supervisi pendidikan ?
3. Bagaimana proses supervisi pendidikan ?
4. Bagaimana efektivitas supervisi pendidikan?
1.3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis dapat menentukan
tujuan pembahasan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Supervisi pendidikan ?
2. Untuk mengetahui Ruang lingkup supervisi pendidikan ?
3. Untuk mengetahui proses supervisi pendidikan ?
4. Untuk mengetahui efektivitas supervisi pendidikan ?
1.4. Batasan Masalah
Berdasarkan tujuan pembahasan masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
menentukan batasan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Supervisi pendidikan ?
2. Ruang Lingkup supervisi pendidikan ?

3. Proses supervisi pendidikan ?


4. Efektivitas supervisi pendidikan ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari bahasa Inggris Supervision yang terdiri atas dua
kata, yaitu super dan vision.Kata super berarti atas atau lebih, sedangkan vision
berarti melihat atau meninjau.Jika digabungkan mengandung pengertian melihat
dengan sangat teliti pekerjaan secara keseluruhan.
M. Ngalim Purwanto merumuskan supervisi sebagai suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Rumusan

dari

M.

Ngalim

Purwanto

lebih

menekankan

pada

pengembangan kemampuan personal dari para guru dan pegawai lainnya untuk
lebih meningkatkan kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan mengadakan aktivitasaktivias pembinaan, dengan adanya pembinaan kemampuan guru dan personil
sekolah lainya diharapkan memiliki kompetensi yang baik dan kegiatan sekolah
akan berjalan dengan baik.
Kemudian Dalam buku Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan
Piet A. Sahertian, mengatakan bahwa supervisi adalah usaha memberi layanan
kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha
memperbaiki pengajaran. kegiatan supervisi ditunjukan untuk perbaikan
pengajaran

melalui

peningkatan

kemampuan

professional

guru

dalam

melaksanakan tugasnya. Sehingga dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa


supervisi/pengawasan merupakan suatu aktifitas untuk memperbaiki dan
meningkatkan professional guru sehingga mereka dapat mengatasi masalah
sendiri.Dengan demikian perlu adanya pembinaan yang berupa bimbingan atau
tuntunan oleh kepala sekolah terhadap para guru dan personalia sekolah kearah
peningkatan mutu belajar mengajar.
Dari rumusan di atas pada dasarnnya mempunyai kesamaan secara umum,
bahwa kegiatan supervisi ditunjukan untuk perbaikan pengajaran melalui
peningkatan

kemampuan

tugasnya.Sehingga

dapat

professional

guru

menarik

sebuah

dalam

melaksanakan

kesimpulan

bahwa

supervisi/pengawasan merupakan suatu aktifitas untuk memperbaiki dan


meningkatkan professional guru sehingga mereka dapat mengatasi masalah

sendiri.Dengan demikian perlu adanya pembinaan yang berupa bimbingan atau


tuntunan oleh kepala sekolah terhadap para guru dan personalia sekolah kearah
peningkatan mutu belajar mengajar.
1.2. Ruang lingkup Supervisi
Administrasi pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan supervisi
pendidikan.Rifai mengatakan, bahwa di mana ada administrasi harus ada
supervisi, dan jika ada supervisi tentu ada suatu yang dilaksanakan, ada
administrasi tertentu. Dengan demikian, kedudukan supervisi pendidikan sama
pentingnya dengan administrasi pendidikan. Supervisi merupakan salah satu fase
atau tahap dari administrasi.Thomas H Briggs dalam Rifai menegaskan, bahwa
supervisi merupakan bagian atau aspek dari administrasi.Khususnya yang
mengenai usaha peningkatan guru sampai kepada taraf penampilan tertentu.
Sarwoto menjelaskan bahwa secara teoritis yang menjadi objek supervisi ada dua
aspek, yaitu:
a. Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral
kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan,
kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerja sama, watak
b. Aspek kegiatannya, seperti cara bekerja (cara mengajar), metoda
pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
Ruang lingkup supervisi pendidikan terdiri atas dua bagian.Pertama,
supervisi tidak langsung atau supervisi makro atau supervisi pengajaran.Kedua

supervisi yang bersifat langsung atau supervisi mikro yang sekarang dikenal
dengan supervisi klinis.
Supervisi makro adalah supervisi pengajaran, yang merupakan rangkaian
kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisikondisi, baik personil maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi
belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Harahap
merinci ruang lingkup supervisi pendidikan sebagai berikut:
a. Supervisi dalam administrasi personalia untuk melihat apakah ada kartu
pegawai, soal kenaikan pangkat, soal pembagian tugas dan lain-lain.
b. Supervisi dalam pemeliharaan gedung dan alat-alat seperti kursi, meja,
ruang belajar, papan tulis dan lain-lain.
c. Supervisi dalam penyelenggaraan perpustakaan, yaitu soal kondisi buku,
pelayanan, ketertiban, dan lain-lain.
d. Supervisi dalam administrasi keuangan, seperti ingin melihat apakah
pengeluaran sesuai dengan aturan, ketepatan pembayaran gaji atau honor
lainnya kepada pegawai dan guru.
e. Supervisi dalam pengelolaan kafetaria, yaitu soal kebersihan tempat dan
makanan, serta soal ketertiban siswa yang jangan sampai menjadi tempat
bermain, bolos dan merokok.
f. Supervisi dalam kegiatan ko kurikuler, apakah sampai mengganggu
kegiatan belajar siswa, kesehatan, dan keamanan.
Supervisi klinis adalah supervisi yang pelaksanaannya dapat disamakan
dengan "praktek guru pembina OSIS atau BK", yaitu hubungan antara supervise
dan supervisor ibarat hubungan antara guru dengan siswa baik dalam kegiatan
ataupun konseling.

Supervisi klinis memiliki karakteristik sebagai berikut:


a. Supervisi diberikan berupa bantuan, sehingga inisiatif tetap berada di
tangan tenaga pendidikan.
b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala
sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.
c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
supervisor.
d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan
interpretasi guru.
e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dimana
supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru
daripada memberi saran dan pengarahan.
f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yakni pertemuan awal,
pengamatan dan umpan balik
g. Adanya penguatan dan umpanbalik dari kepala sekolah sebagai supervisor
terhadap perubahan prilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.
h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu
keadaan memecahkan suatu masalah.
Sasaran supervisi klinis ini adalah perbaikan pengajaran bukan perbaikan
kepribadian guru. Untuk itu supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai
keterampilan pada guru yang meliputi antara lain: keterampilan mengamati dan
memahami proses pengajaran secara analisis, keterampilan menganalisis
pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan
tepat, keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan
dan keterampilan dalam mengajar.
2.3. Proses supervisi Pendidikan

Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran,


sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi
dan efektivitas pembelajaran.Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah
adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di
sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah
serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu
(assisting), dan mengikut sertakan (shearing).Selain itu peranan seorang
supervisor adalah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru
merasa aman dan bebas dalam mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka
dengan penuh tanggung jawab.Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila
kepemimpinan

dari

supervisor

itu

bercorak

demokratis

bukan

otokraris.Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan


daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan interaksi bersifat mematikan.
2.4. Efektivitas Supervisi Pendidikan
Supervisi merupakan serangkain kegiatan yang dilakukam guna meningkatkan
kualitas mutu.Apakah itu produksi maupun mutu outpu. Dalam hal ini berkenaan
dengan dunia pendidikan tentu saja titik tekan pada guru sebagai komponen yang

bertanggung jawab secara kolektif terhadap hasil didikan yaitu mutu lulusan
dan proses pembelajaran murid sebagai produk keluaran.
Oleh karena itu efektifitas sebuah supervis paling tidak harus mencakup
hal hal sebagai berikut :
a. Koordinasi
Koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbedabeda pada keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai
tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak membosankan.
Koordinasi juga dapat diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan,
instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling
mengisi, saling membantu dan saling melengkapiPenggunaan istilah koordinasi
sering tertukar dengan istilah kerja sama (cooperation).
Padahal, koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam
koordinasi juga terkandung singkronisaasi. Sementara kerja sama merupakan
suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian kerjasama dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan dalam
koordinasi pasti ada upaya untuk menciptakan kerjasama.Maka diperlukan
koordinasi yang bersifat menyeluruh baik internal maupun eksternal. Lebih jelas
dapat dilihat dalam uraian berikut :
a). Koordinasi Intern terbagi menjadi tiga sebagai berikut :

1) Koordinasikan vertikal atau structural, yaitu antara yang mengkoordinasikan


dengan yang dikoordinasikan secara struktural terdapat hubungan hierarkis atau
pengarahan yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan
kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Hal ini dapat juga
dikatakan koordinasi yang bersifat garis komando (line of command).
2)Kordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang
mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan setingkat eselonnya. Menurut tugas
dan fungsinya keduanya mempunyai kaitan satu sama lain sehingga perlu
dilakukan koordinasi. Koordinasi horisontal terbagi :
(a) Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan
tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit
yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
(b)Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang
fungsinya berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang
selevel.
3) Koordinasi diagonal, yaitu koordinasi fungsional, yang mengkoordinasikan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi eselonnya dibandingkan yang
dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada satu garis
komando (line of command)
b). Koordinasi Ekstern

Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional.Dalam koordinasi ekstern


yang bersifat fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.
Siagian (1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :
1)Koordinasi menjadi atasan dengan bawaan, yang disebut koordinasi vertikal.
2)Koordinasi diantara sesama pejabat yang setingkat dalam suatu instansi, disebut
koordinasi horizontal.
3)Koordinasi fungsional, koordinasi antarinstansi, tiap-tiap instansi mempunyai
tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu.
Dari uraian tersebut, dapat terlihat bahwa efektifitas sebuah supervise
terletak pada koordinasi sebagi dasar awalkarena supervisi secara etimologi
berasal dari kata superdan visi yang mengandung arti melihat dan meninjau
dari atas dan menilai yang dilakukan oleh pihak terhadap aktivitas, kreativitas, dan
kenerja bawahan.
Istilah yang hampir sama dengan supervisi, yaitu pengawasan.
Pengawasan adalah kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan
dilakukan sesuai dengan ketentuan.Pemeriksaan maksudnya untuk melihat
bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan.Inspeksi itu
digunakan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan atau kesalahan yang perlu
diperbaiki dalam suatu pekerjaan.
Sebagai telaah kajian efektifitas supervise pendidikan, penulis akan
melihat dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), supervisi ditekankan pada

pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kinerja tenaga kependidikan di


sekolah dalam melaksanakan tugas.
Secara umum supervisi pendidikan diarahkan pada pembinaan guru dan
staf sekolah.Kepala sekolah/ pengawas berkewajiban untuk memberikan segala
bantuan dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan terhadap berbagai aspek dalam
KBM sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai secara optimal. Lebih lanjut,
Good Carter dalam Sahertian (2000 : 17) menyatakan bahwa supervisi merupakan
suatu usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode serta evaluasi
pengajaran.Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles dalam Sahertian (2000 : 18)
bahwa supervisi ialah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar
mengajar yang lebih baik.
Sebagai sebuah upaya telaah efektifitas supervise, maka perlu kiranya kita
memahami tujuan, fungsi dan teknik dari supervise sebagai berikut :
1. Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan ialah memberikan layanan dan bantuan
kepada guru-guru untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan
guru di kelas. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Peter F. Olivia dalam
Sahertian (2000 : 19) bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah :
a. Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah

Sejalan dalam penerapan kurikulum, hendaknya guru mampu membaca pokokpokok bahasan, konsep, dan tema-tema yang dirumuskan dalam kurikulum
tersebut.Kemudian tugas guru ialah merancangkan berbagai indikator berupa
pengalaman belajar dan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
b. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
Untuk mencapai peningkatan proses pembelajaran, guru merancangkan sejumlah
pengalaman belajar. Melalui perolehan pengalaman belajar peserta didik
memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lainnya
melalui sebuah kegiatan belajar berupa kegiatan mengamati, mendengarkan,
menanggapi,

kegiatan

berbicara,

kegiatan

menerima,

dan

kegiatan

merasakan.Sejumlah pegalaman belajar tersebut dapat bersifat sahih (valid),


lengkap (komprehensif), beragam (variasi), dan pengalaman yang bersifat relevan.
c. Mengembangkan seluruh staf di sekolah
Latar belakang supervisi yang utama adalah bahwa guru-guru perlu bertumbuh
dalam jabatannya, maka setiap guru harus berusaha untuk mengembangkan
dirinya. Baik pada usaha yang dilakukan berupa kebijakan yang daimbil oleh
pimpinan maupun usaha yang datang dari guru itu sendiri untuk meningkatkan
kualitas profesi mengajarnya.
2. Fungsi Supervisi Pendidikan

Fungsi Supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan


kualitas pengajaran. Swearingen dalam Sahertian (2000 : 21) menganalisis secara
lebih luas dengan mengemukakan 8 fungsi supervise sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas pengalaman guru-guru.
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e. Memberi fasilitas dan penilian yang terus-menerus.
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar.
g.Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada setiap anggota staf.
h.Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuantujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
3. Tekhnik Supervisi
a.

Kunjungan dan Observasi Kelas

Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi


tentang peroses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut
kelebihan, maupun kekurangan dan kelemahannya. Kepala sekolah mengamati
langsung guru saat melaksanakan tugas, mengajar, penggunaan alat, metode,
teknik mengajar, secara keseluruhan dengan berbagai factor yang mempengaruhi.

Ada tiga pola yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu tanpa memberitahu
guru, memberi tahu lebih dahulu, dan kunjungan atas undangan guru.
b.

Pembicaraan Individual

Merupakan alat supervise yang penting karena dalam kesempatan tersebut


supervisor dapat bekerja secara individu dengan guru dalam memecahkan masalah
pribadi yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
c.

Diskusi Kelompok / Pertemuan Kelompok

Merupakan kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam situasi tatap muka


dan interaksi lisan untuk bertukar info atau berusaha mencapai suatu keputusan
tentang masalah bersama.Kegiatan diskusi kelompok dapat dikembangkan mlalui
rapat sekolah untuk membahas bersama-sama masalah pendidikan dan pengajaran
di sekolah itu.
d.

Demonstrasi Mengajar

Proses belajar mengajar yang yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki
kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah dan
manfaatnya. Tujuannya member contoh bagaimana cara melaksanakan proses
belajar mengajar yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekatan,
metode, dan media pembelajaran.
e.

Perpustakaan Professional

Ciri professional tercermin dalam kemauan untuk belajar secara terus menerus
dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya. Guru hendaknya
merupakan kelompok reading people dan menjadi bagian dari masyarakat
belajar yang menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidup.

BAB III
PENUTUP
Supervisi bukan merupakan suatu aktivitas yang bernuansa mencari
kesalahan

guru

maupun

staf

administrasi

sekolah

lainnya,

melainkan

membimbing, mengarahkan dan memberi pertunjuk teknis dalam rangka


meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan tugas utamanya. Hal tersebut
disebabkan
Supervisi secara etimologi berasal dari kata superdan visi yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas dan menilai yang dilakukan oleh
pihak terhadap aktivitas, kreativitas, dan kenerja bawahan. Dengan ruang lingkup,
proses yang ditata dengan mengedepankan ranah kemanusiaan.Dimana tugas guru
adalah memanusiakan manusia dalam terminology yang lebih tegas.

Waallahualam bissawab.

DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, 2006, Model-model Pelatihan Bagi Pengawas Sekolah, Jakarta
Sahertian dan Frans Mataheru, 1981, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional
Suharsimi Arikunto, 2004,Dasar-dasar Supervisi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Irzu,Pengertian Supervisi Pendidikan Islam, http : // id.shvoong.com /
socialsciences / education / 2133595 pengertian-supervisi-pendidikan-islam
Kunandar, 2008, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Rochiati Wiriaatmadja, 2010, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

PRINSIP DASAR SUPERVISI DAN


TIPE SUPERVISI PENDIDIKAN
Disusun oleh :
Yurizal Fanhari
NIM : 1581193
Faisal Fuadi
NIM : 1581182
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan
untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa
yang tertuangdalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut
salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam
supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan
tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan
pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru
berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. Untuk menjalankan supervisi
diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan

dalam peningkatan

mutu

pendidikan,

menggunakan

kepekaan

untuk

memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa,


sebab yang diamatinya bukanmasalah kongkrit yang tampak, melainkan
memerlukan kepekaan mata batin.
Seorang

supervisor

membina

peningkatan

mutu

akademik

yang

berhubungandengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek
akademis, bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada
kinerja dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu
memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini
bertujuan

untuk

memberikan pelayanan

kepada

kepala

sekolah

dalam

mengembangkan mutu kelembagaan pendidikandan memfasilitasi kepala sekolah


agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secaraefektif dan efisien.
Agar proses pendidikan berlangsung dengan baik diperlukan sumber daya
manusia yang handal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik. Perencanaan
atau kurikulum pendidikan yang sesuai juga sangat mempengaruhi agar tujuan
pendidikan
pembelajaran

tersebut
dan

tercapai.

Kurikulum

pengembangan

tersebut

intelektualitas

berisi
manusia.

standar-standar
Untuk

itu,

berkembangnya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan, dengan hasil output


yang bagus, kinerja guru yang profesional, serta prestasi sekolah yang
membanggakan tentu tidak terlepas dari peran seorang supervisor. Supervisor
adalah orang yang bertugas mengawasi setiap pelaksanaan program pendidikan di
suatu lembaga pendidikan. Supervisor mengadakan pengawasan dan bertanggung
jawab tentang keefektifan program tersebut. Supervisor meneliti ada atau tidaknya
kondisi-kondisi yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Pastinya dalam mengadakan supervisi pendidikan harus berpegang pada prinsipprinsip serta tipe-tipe supervisi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah prinsip dasar supervisi?
2. Apa sajakah tipe supervisi penddikan?

PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Supervisi
Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya
kualitas layanan belajar. Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para
guru,

kemampuan

supevisor

membantu

guru-guru

tercermin

pada

kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi


perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu hasil belajarnya.
Pelaksanaan supervisor, apakah yang melaksanakan adalah pengawas
sekolah, penilik, atau kepala sekolah seharusnya berlandaskan kepada
prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan
adalah:
1. Ilmiah, artinya kegiatan supervisi yang dikembangkan dan dilaksanakan
harus sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan
masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.
2. Kooperatif, program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar
kerjasama antar supervisor dengan orang yang disupervisi. Dalam hal ini
supervisor hendaknya dapat bekerjasama dengan guru, peserta didik, dan
masyarakat sekolah yang berkepentingan dalam meningkatkan kualitas
belajar mengajar.

3. Konstruktif dan kreatif, membina para guru untuk selalu mengambil


inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.
4. Realistik, pelakasanaan supervisi pendidikan harus memperhitungkan dan
memperhatikan segala sesuatu yang benar-benar ada di dalam situasi dan
kondisi yang obyektif.
5. Progresif, setiap kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari ukuran dan
perhatian. Artinya apakah yang dilakukan oleh guru dapat melahirkan
pembelajaran yang maju atau semakin lancaranya kegiatan belajar
mengajar.
6. Inovatif, program supervisi pendidikan selalu melakukan perubahan
dengan penemuan-penemuan baru dalam rangka perbaikan dalam rangka
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.26
Dari

prinsip

tersebut

dapat

meningkat

kinerja

guru

dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan


supervisi dilingkungan pendidikan ialah bagimana cara mengubah pola pikir
yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif.
Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana guru-guru merasa
aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang sendiri.
Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif.
Pelakasanaan supervisi pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan
prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Dengan cara memahami dan menguasai
dengan seksama tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidikan
profesional yang harus melaksanakan kegiatan pengajaran dan pendidikan.
Jika sikap supervisor memaksakan kehendak, menakut-nakuti, perilaku
negatif lainnya, maka akan menutup kreativitas bagi guru. Jika sikap
supervisor hanya seperti itu, maka ia belum mengetahui tugas pokok fungsi
sebagai seorang seorang supervisor.

26 Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung:


Alfabeta, 1998), hlm. 198-199

Sedangkan prinsip-prinsip supervisi menurut Ary H. Gunawan dalam


bukunya yang berjudul Administrasi Sekolah yaitu :
1. Prinsip Fundamental atau dasar (Foundamental or Basic Principle)
Setiap pemikiran, dikap dan tindakan seorang supervisor harus
berlandaskan sesuatu yang kokoh. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
adalah falsafah dan dasar negara, sehingga bagi supervisor pendidikan
Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam pengamalan
sila-sila pancasila secara murni dan konsekuen.
2. Prinsip Praktis
Sesuai prinsip fundamental sebagai pedoman seorang supervisor
pendidikan Indonesia, maka pelaksanaan sehari-hari mereka berpedoman
pada prinsip positif dan prinsip negatif.
a. Prinsip positif
Merupakan pedoman yang harus dilakukan seorang supervisor agar
berhasil dalam pembinaannya.
1) Supervisi harus konstruktif dan kreatif
Supervisi harus mampu membangun pendidikan dan pengajaran
ke arah yang lebih baik dengan mengembangkan aktivitas, daya
kreasi dan inisiatif orang-orang yang disupervisinya.
2) Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional,
bukan berdasarkan hubungan pribadi.
3) Supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah dan tawakal.
4) Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat dan
kesanggupan untuk mencapai kemajuan.
5) Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan
serta hubungan baik yang dinamik.
6) Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada
(Das Sein) menuju sesuatu yang dicita-citakan (Das Sollen).
7) Supervisi harus jujur, obyektif dan siap mengevaluasi diri sendiri
demi kemajuan.27
b. Prinsip negatif
Merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh seorang
supervisor dalam pelaksanaan supervisi.
27 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro) (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), hlm. 196-198

1) Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada


orang-orang yang disupervisi. Berikan argumentasi yang rasional
tentang tindakan-tindakan serta instruksi-instruksinya. Jangan
menonjolkan

jabatan

agar

tidak

menghambat

kreativitas

bawahannya.
2) Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi,
keluarga, dan sebagainya.
3) Supervisi hendaklah tidak menutup kemungkinan terhadap
perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahannya dengan
dalih apapun. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan
hasil, mendesak dan memperkuda bawahan.
4) Supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat
berkembang dan ingin maju dari bawahannyadengan dalih
apapun.
5) Supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat
otoriter.
6) Supervisi tidak boleh menuntut prestasi diluar kemampuan
bawahannya .
7) Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri
terhadap kritik dan saran dari bawahannya.28
Sutisna yang dikutip Saiful Sagala dalam bukunya yang berjudul
Administrasi Pendidikan Kontemporer menyatakan bahwa prinsip supervisi
adalah :
a. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan, ia adalah
pelayan yang bersifat kerjasama.
b. Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi.
c. Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi

kebutuhan

perseorangan dari personil sekolah.


d. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan saranasarana pendidikan, dan hendaknya menerangkan implikasi-implikasi dari
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran itu.
28 Ibid

e. Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari


semua

anggota

staf

sekolah,

dan

hendaknya

membantu

dalam

pengembangan sekolah-masyarakat yang baik.


f. Tanggung jawab dalam pengembangan program supervisi berada pada
kepala sekolah bagi sekolahnya dan pada pengawas bagi sekolah-sekolah
yang berada di wilayahnya.
g. Harus ada dana yang memadai bagi program kegiatan supervisi dalam
anggaran tahunan.
h. Efektivitas program supervisi hendaknya membantu menjelaskan dan
menerapkan dalam praktek penemuan penelitian pendidikan yang
mutakhir.29
Sedangkan menurut Sergeovanni dan Starratt prinsip yang mengatur
pelaksanaan supervisi yakni :
a. Administrasi biasanya berkenaan dengan pemberian fasilitas material dan
pelaksanaannya.
b. Supervisi pendidikan biasanya berkenaan dengan perbaikan pembelajaran.
c. Secara fungsional administrasi dan supervisi tidak terpisahkan satu sama
lain, keduanya dalam sistem pendidikan saling berkoordinasi, saling
melengkapi, saling berhubungan, dan mempertemukan fungsi-fungsinya
dalam operasional pendidikan.
d. Supervisi yang baik didasarkan pada filsafat, demokrasi, dan ilmu
pengetahuan.
e. Supervisi yang baik akan mengembangkan metode dan sikap ilmiah sejauh
hal itu dapat diaplikasikan kedalam proses sosial pendidikan yang dinamis,
menggunakan ilmu pengetahuan dalam proses belajar dan pembelajaran.
f. Supervisi yang baik akan mengembangkan proses pemecahan masalah
yang dinamis dalam mempelajari, memperbaiki, dan mengevaluasi proses
dan produknya.
g. Supervisi yang baik adalah yang kreatif, tidak preskriptif, dilaksanakan
dengan tertib, direncanakan secara kooperatif, dan dilakukan dalam
rangkaian aktivitas.
29 Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2009),
hlm. 236-237.

h. Supervisi yang baik dilakukan secara profesional, dan melakukan


penilaian berdasarkan hasil yang terjamin.30
Sedangkan prinsip-prinsip yang mengatur tutuan supervisi menurut
Sergeovanni dan Starrat adalah :
a. Tujuan akhir supervisi adalah pertumbuhan murid dan akhirnya perbaikan
masyarakat.
b. Tujuan umum supervisi pendidikan adalah mensuplay kepemimpinan
dalam menjamin kelanjutan dan kekonstanan adaptasi ulang dalam
program pendidikan melalui suatu tahun periode.
c. Tujuan jangka menengah supervisi adalah

kerjasama

untuk

mengembangkan suasana yang menyenangkan bagi pembelajaran. Artinya


pelaksanaan

supervisi

menggunakan

metode-metode

yang

dapat

meningkatkan kualitas pengajaran dan juga kualitas belajar murid.31


Sedangkan menurut John Lovell dan Robert Alfonso yang dikutip
Saiful Sagala dalam bukunya yang berjudul Administrasi Pendidikan
Kontemporer menyatakan bahwa supervisi itu pada prinsipnya adalah suatu
sistem yang perilaku pengajaran yang berinteraksi dengan konseling sekolah,
Pengajaran, administrasi, dan sistem perilaku siswa dengan ciri kesederhanaan
dan kesahajaan. Jika dicermati prinsip-prinsip supervisi pendidikan dan
pengajaran tersebut memberi makna bahwa supervisi dilaksanakan secara
demokratis yang berarti menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu maupun kelompok dalam aktivitas pembelajaran.32

B. Tipe-tipe Supervisi
30 Ibid.
31 Ibid.
32 Ibid, hlm. 238

Regulasi

pendidikan

mengemukakan

bahwa

pemerintah

dalam

menjalankan supervisi pada tingkatan satuan pendidikan mempunyai dua objek


sasaran, yaitu secara personal dan institusional. Secara personal, hal itu terlihat
pada model supervisi yang menyebutkan bahwa pengawas bertugas
membimbing dan melatih profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan
lainnya di satuan pendidikan binaannya. Sedangkan secara institusional
menyebutkan bahwa pengawas bertugas meningkatkan kualitas 8 standar
nasional pendidikan pada satuan pendidikan.
Sehubungan dengan hal itu, menurut supardi ada lima tipe supervisi,
yaitu:
1. Tipe Inspeksi
Tipe ini merupakan tipe supervisi yang mewajibkan supervisor
turun melihat langsung hal-hal yang dikerjakan targer supervisi. Kegiatan
supervisi yang menggunkan tipe ini, apabila target supervisi melakukan
dalam aktifitas kerjanya, supervisor dapat menginformasikannya secara
langsung kepada target supervisi agar langsung menyadari kesalahannya
dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.33
Ketika supervisor menjalankan tipe ini, maka yang harus diperhatikan
adalah:
a. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi maupun
keluarga.
b. Supervisi hendaknya tidak kemungkinan terhadap perkembangan dan
hasrat untuk maju bagi bawahannya. Supervisi tidak boleh terlalu cepat
mengharapkan hasil, mendesak.
c. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan
bawahannya.
d. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik
dan saran dari bawaannya.34
33Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan.hlm. 79

2. Tipe Laisses Faire


Tipe ini target supervisi diberikan kebebasan dalam menjalankan
aktifitasnya. Sebab yang dutamakan dalam supervisi model ini adalah hasil
akhir sehingga supervisor tidak begitu intens daslam memfokuskan proses
kerja yang dilaksanakan target supervisi. Selain itu apabila kita
menggunakan tipe inii, supervisor tidak boleh memaksakan kemauannya
(otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi.
Supervisor juga diharuskan memberikan argumentasi atau alasan yang
rasional tentang tindakan-tindakan serta instruksinya. Hendaknya tidak
menonjolkan jabatan atau kekuasaannya agar tidak menghambat
kreativitas bawahannya.35
3. Tipe Coersive
Tipe coersive (paksaan) supervisor dalam melaksanakan tugasnya
turut campur dalam mengembangkan pendidiknya. Tipe supervisi seperti
ini diperuntukan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan yang masih
lemah daslam memahami tugas dan tanggung jawabnya. Tipe seperti ini
terpaksa dilakukan karena pendapat A. Sitohang yang menyatakan
bahwa pengembangan sumber daya manusia masih sangat dibutuhkan.
Karena ternyata dari hasil penelitian menunjukan masih banyak
kekurangan dan kelemahan yang masih harus diperbaiki, terutama dalam
bidang pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang sesuai dengan
target organisasi. Dalam hal ini adalah seperti lembaga pendidikan Islam. 36
Dengan adanya tipe ini, diharapkan problem seperti ini akan cepat teratasi.
34 Op.Cit, Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro)
(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 197-198
35 Ibid, hlm.196
36 A. Sitohang, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007),
hlm. 206

4. Tipe Training and Guidance


Tipe training and guidance (pelatihan dan pendampingan)
merupakan tipe supervisi yang menekankan keefektifan target supervisi.
Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan berbasis kepada pengembangan
minat dan bakat target supervisi. Tipe training and guidance ini cocok
digunakan apabila target supervisi masih belum berpengalaman dalam
melaksanakan tugas keprofesian pendidikan. Namun, tipe ini dapat
diterapkan kepada target supervisi yang telah berpengalaman.
Agar tipe training and guidance ini dapat dijalankan secara efektif,
maka supervisor hendaknya juga menyiapkan berbagai macam sikap yang
bersinergi dengan tugasnya. Teori Kiyosaki, maka beberapa sikap yang
dibutuhkan supervisor tersebut antara lain:
a. Supervisor hendaknya bersikap positif terhadap segala macam persepsi
baik yang positif maupun negatif kepada dirinya.
b. Supervisor dituntut untuk dapat memimpin organisasi profesi pengawas
untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan dan
pemantauan baik secara institusional (satuan pendidikan) maupun
personal (pendidikan dan tenaga kependidikan).
c. Supervisor hendaknya memiliki sikap yang superl dalam berkomunikasi
kepada segenap stakeholders pendidikan. Sikap yang aktif, efektif dan
menyenangkan dalam berkomunikasi akan memperlancar tugas
supervisi. Sehinggak pencapaian target akan terealisasi dengan tepat.
d. Supervisor harus bersikap berani terhadap usaha intimidasi atau tekanan
dari pihak lain dalam menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan.
e. Supervisor dituntut bertanggung jawab atas hasil supervisi terhadap
satuan pendidikan yang dibinanya. Pertanggungjawaban atas hasil kerja
merupakan indikasi bahwa supervisor melakukan pembinaan dan
pengawasan dengan baik kepada satuan pendidikan yang dibinanya.37
5. Tipe Demokratis
Keterlibatan target supervisi sangat diandalkan dalam tipe supervisi
demokratis. Hal utama yang ingin dituju adalah adanya kerjasama
37 Roben T. Kiyosi; Sharon L. Lechter, For People Who Like Helping People Delapan Nilai
Tersembunyi dari Bisnis Pemasangan Jaringan Selain Memperoleh Uang (Jakarta: Gramedia,
2002), hlm. 14

pembinaan antara supervisor dan target supervisor dan target supervisor.


Langkah ini dilakukan agar target supervisi ikut merasakan sendiri
terhadap program supervisi yang dijalankan kepadanya. Untuk itu,
supervisor tidak boleh boleh bersifat otoriter dalam menjalankan kegiatan
supervisi.38
Keseluruhan tipe supervisi demokratis ini difokuskan ke dalam
satuan

pendidikan

meliputi

manajemen

kurikulum

pembelajaran;

kesiswaan; sarana prasarana; ketenagaan; keuangan; hubungan sekolah


dengan masyarakat dan layanan khusus.39

KESIMPULAN
38 Supardi, Supervisi. www.supardi.blog.co.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2016

39 Depdiknas, Metode dan Teknik Supervisi (Jakarta: Depdiknas, 2008), hlm. 8

Supervisor mengadakan pengawasan dan bertanggung jawab tentang


keefektifan program tersebut. Supervisor meneliti ada atau tidaknya kondisikondisi yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Pastinya
dalam mengadakan supervisi pendidikan harus berpegang pada prinsip-prinsip
serta tipe-tipe supervisi.
Pelaksanaan supervisor, apakah yang melaksanakan adalah pengawas
sekolah, penilik, atau kepala sekolah seharusnya berlandaskan kepada prinsipprinsip supervisi. Prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan adalah ilmiah,
kooperatif, konstruktif dan kreatif, realistik, progresif dan inovatif. Sedangkan
tipe-tipe supervisi yaitu tipe Inspeksi, tipe Laisses Faire, tipe Coersive, tipe
Training and Guidance dan tipe Demokratis.

DAFTAR PUSTAKA

Ary H. Gunawan. 2011. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro.


Jakarta: Rineka Cipta.
A. Sitohang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidika.
Depdiknas. 2008.Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Depdiknas.
Roben. Kiyosi. Sharon L. Lechter. 2002. For People Who Like Helping People
Delapan Nilai Tersembunyi dari Bisnis Pemasangan Jaringan Selain
Memperoleh Uang. Jakarta: Gramedia.
Sagala, Saiful. 1998. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sagala, Saiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta.
Supardi, Supervisi. www.supardi.blog.co.id diakses pada tanggal 20 Juli 2010

SUPERVISI DAN EVALUASI PENDIDIKAN


(Jenis dan ciri supervisi, teknik supervisi, pendekatan supervisi)
Oleh:

1. Robi Awaludin (NIM : 1581187)


2. Zainus Soib (NIM : 1581194)
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan persoalan vital bagi setiap segi kemajuan dan
perkembangan manusia pada khususnya dan bangsa pada umumnya. Kemajuan
dalam segi pendidikan maka akan menentukan kualitas sumber daya manusia dan
perkembangan bangsa ke arah lebih baik dan maju. Peningkatan kualitas
pendidikan tidaklah mudah melainkan membutuhkan waktu yang panjang dan
keterlibatan berbagai komponen dan elemen.
Dalam perkembangannya, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan
untuk memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa
yang tertuang dalam peraturan menteri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut
salah satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dalam
supervisi. Seorang supervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan
tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memerlukan
pelayanan supervisi. Pentingnya bantuan supervisi pendidikan terhadap guru
berakar mendalam dalam kehidupan masyuarakat.40 Untuk menjalankan supervisi
diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan
dalam peningkatan

mutu

pendidikan,

menggunakan

kepekaan

untuk

memahaminya.
Seorang supervisor membina peningkatan mutu akademik yang berhubungan
dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik berupa aspek akademis,
bukan masalah fisik material semata. Ketika supervisi dihadapkan pada kinerja
dan pengawasan mutu pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu
memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Hal ini
bertujuan

untuk

memberikan pelayanan

kepada

kepala

sekolah

dalam

40 Maryono, Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan, (yogyakarta:ArRuzz Media, 2011), Hlm.13

mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan dan memfasilitasi kepala sekolah


agar dapat melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenis dan ciri supervisi, teknik
supervisi, pendekatan supervisi.
B. Pengertian Supervisi
Dilihat dari sudut etimologi supervisi berasal dari kata super dan vision
yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. 41 Jadi supervisi
pendidikan dapat diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam
hubungannya dengan masalah supervisi dapat diartikan dengan menilik,
mengontrol, atau mengawasi.
Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajarmengajar yang lebih baik.42 Orang yang melakukan supervisi disebut dengan
supervisor.
Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian
bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin
guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru,
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan evaluasi
pengajaran.
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan
ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Supervisi dapat kita artikan
sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi
diartikan pula pembinaan guru.
41 Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta:
Bumi Aksara,1994), hlm.1
42 Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Jakarta: Bina
Aksara,1988), hlm.134

C. Ciri-ciri Supervisi
Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi sebagai guru yang
baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas
mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan
dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik. Kecakapannya dalam
menggunakan proses kelompok sangat vital, dan dia harus cakap memimpin
kelompok menurut prinsip-prinsip demokratis, memiliki kecakapan dan keteguhan
hati untuk mengambil tindakan cepat terhadap kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuatnya untuk segera diperbaiki. Dengan singkat, disamping harus memiliki
ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi administrasi dengan sebaikbaiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik seorang supervisor
harus memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat seperti berikut:
1. Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di
bawah pengawasannya.
2. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah
digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3. Berwibawa,

dan

memiliki

kecakapan

praktis

tentang

teknik-teknik

kepengawasan, terutama human relation.


4. Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati.
5. Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang
telah digariskan/ disusun.
D. Jenis Supervisi
1. Sepervisi umum dan supervisi pengajaran
Yang dimaksud dengan supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung
berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap
kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor
pendidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran adalah kegiatankegiatan pengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi baik personel

maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang


lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
2. Supervisi Klinis
Supervise klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan
supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari
sebab-sebab atau kelemahan dalam proses belajar mengajar dan kemudian
diusahakan secara langsung pula bagaimana cara memperbaiki kelemahan
tersebut.
Menurut Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada perbaikan siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap
penampilan mengajar yang sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan
modifikasi rasional.
Didalam supervisi klinis cara memperbaiki dilakukan dengan cara setelah
supervisor mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar,
dengan mengadakan diskusi balikan antara supervisor dengan guru yang
bersangkutan.
Agar lebih jelas tentang bagaimana pelaksanaan supervisi klinis, La Sulo
mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis sebagai berikut:
a. Bimbingan supervisor kepada guru atau calon guru bersifat bantuan, bukan
perintah atau instruksi.
b.

Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon
guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama
antara guru dan supervisor.

c. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan


mengajar

secara

terintegrasi,

sasaran

supervisi

hanya

beberapa

keterampilan tertentu saja.


d. Instrument supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
e. Balikan diberikan dengan segera secara obyektif (sesuai dengan hasil dari
observasi).

f. Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang


telah direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi balikan guru
diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
g. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah
atau mengarahkan.
h. Sepervisi berlangsung dengan suasana inti dan terbuka.
i. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi,
dan diskusi atau pertemuan balikan.
j. Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan
dan perbaikan keterampilan mengajar dipihak lain juga digunakan dalam
konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan.
E. Tehnik-tehnik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi Pendidikan adalah alat yang digunakan oleh supervisor
untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhirnya dapat melakukan
perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

Dalam

pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan


memahami serta melaksanakan teknik teknik dalam supervisi.
Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber
daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik supervisi, umumnya teknik
supervisi dapat dibedakan dalam dua macam teknik, teknik yang bersifat
individual, yaitu teknik yang dilakasanakan untuk seorang guru secara individual.
Dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang diakukan untuk melayani
lebih dari satu orang.43
Adapun teknik teknik Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik

supervisi yang

dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama sama oleh supervisor


dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik Supervisi yang bersifat
kelompok antara lain :
43 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Roneka
Cipta, 2000) hal 27

a. Pertemuan orientasi bagi guru baru.


Pertemuan orientasi adalah pertemuan antar supervisor dengan supervise
(Terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervise memasuki suasana
kerja yang baru.
b. Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran, dan upaya atau cara
meningkatkan profesi guru.
c. Studi kelompok antar guru
Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti MIPA,
Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh supervisor agar kegiatan
dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal hal yang tidak ada kaitannya
dengan materi. Topik yang akan dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan
disepakati terlebih dahulu.
d. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan
tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai keterampilan pada diri para guru dalam mengatasi
berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu
dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut.
e. Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah
pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja
secara kelompok.
f. Tukar menukar pengalaman

Tukar menukar pengalaman Sharing of Experince suatu teknik perjumpaan


dimana guru menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar
terhadap topik-topik yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima
tanggapan dan saling belajar satu dengan yang lain.
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik Individual Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala (2010 : 216)
adalah teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi
pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. Teknik teknik
individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain :
a. Teknik Kunjungan kelas
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang dilakukan
supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan
untuk

membantu

guru

menghadapi

masalah/kesulitan

mengajar

selama

melaksanakan kegiatan pembelajaran.


b. Teknik Observasi Kelas
Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar. Supervisor
mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data tentang segala sesuatu
yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisor
melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi.
c. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan Dialog yang dilakukan oleh guru dan
supervisornya, yang membahas tentang keluhan keluhan atau kekurangan yang
dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di mana di sini supervisor dapat
memberikan jalan keluarnya. Dalam percakapan ini supervisor berusaha
menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya.
d. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang maju dengan
menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi sekolah sekolah yang
ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat kiat yang telah
diambil sampai sekolah tersebut maju.
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.

Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek aspek belajar


mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru,
supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek aspek proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang efektif. supervisor harus
mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai sumber materi yang digunakan guru
untuk mengajar.
f. Menilai diri sendiri
Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang mana ini dapat
memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan supervisor tersebut,yang
akhirnya akan memberikan nilai positif bagi kegiatan belajar mengajar yang baik.
Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu
pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya.
F. Pendekatan Supervisi
Menurut Piet A. Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
dalam supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan
pendekatan kolaboratif, ketiga pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori
psikologi belajar, berikut ini penjelasan ketiga pendekatan tersebut.44
1. Pendekatan Direktif (langsung).
Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan
berasal dari rileks, atau respons terhadap rangsangan/stimulus. Maka dari itu guru
yang mempunyai kekurangan perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi
dengan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Adapun yang
dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah
yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, dengan tujuan
agar guru yang mengalami problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa
bereaksi
Adapun langkah-langkah pendekatan direktif yaitu : menjelaskan,
menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolok ukur, dan
menguatkan. Dan disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku
44 Piet A. Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2000. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 44-45.

supervisiyaitu: demonstrating (menunjukkan),directing (mengarahkan), standizin


g (mempersiapkan) dan reinforcing (memperkuat).
Dengan demikian, Supervisor menjadi central yang menentukan perbaikan
pada guru, supervisor harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam memperbaiki cara
mengajar guru, sehingga guru tidak merasa di dikte dalan mengembangkan
kemampuannya dan kreativitasnya.
2. Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung).
Pendekatan ini lahir dari pemahaman psikologi humanistik, yang sangat
menghargai orang yang akan dibantu, dengan mendengar permasalahan. Dengan
demikian pendekatan non-direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan
yang bersifat tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan, tapi terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan guru. Supervisor memberikan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang dialami, oleh karena itu kepribadian guru
yang dibina begitu dihormati. Selain itu menurut Sri Banun Muslim, bahwa guru
harus mampu memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor disini adalah
mendorong/membangkitkan kesadaran sendiri dan pengalaman-pengalaman guru
diklasifikasikan. Pendekatan ini dilebih tepat digunakan terhadap guru yang
proesional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan nondirektif ini guru menjadi central yang menentukan perbaikan pada dirinya sendiri.
Supervisor hanya membantu, mendorong guru agar mampu mengembangkan
kemampuannya dan kreativitasnya.
Adapun langkah-langkah pendekatan non-direktif yaitu : mendengarkan,
memberikan penguatan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah. Dan
disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu
meliputi: listening (mendengarkan), clarifying (mengklarifikasi), encouraging
(mendorong), presenting (menyajikan), problem solving (memecahkan masalah),
negotiating (negosiasi), demonstrating (menunjukkan), directing (mengarahkan),
standadizing (menyiapkan) dan reinforcing(memperkuat).
3. Pendekatan Kolaboratif.

Pendekatan kolaboratif ini lahir dari psikologi kognitif, yang beranggapan


bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dan lingkungan pada
gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan
demikian pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara
pendekatan direktif dan non-direktif. Pada pendekatan ini Supervisor dan guru
bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi, pendekatan
kolaboratif ini mengunakan kumunikasi dua arah, dari atas ke bawah dan dari
bawah ke atas. Pendekatan ini dilebih tepat digunakan terhadap guru tukang kritik
atau terlalu sibuk. Tugas supervisor adalah meminta penjelasan kepada guru
apabila ada hal-hal yang diungkapkannya kurang dipahami, kemudian mendorong
guru

untuk

mengaktualisasikannya

inisiatif

yang

dipikirkannya

untuk

memecahkan masalah yang dihadapinya atau meningkatkan pengajarannya.


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan kolaboratif ini,
yang menjadi central adalah supervisor dan guru. Keduanya saling mengisi untuk
menentukan perbaikan dan pengembangan kemampuan dan kreativitas guru.
Adapun
menjelaskan,

langkah-langkah
mendengarkan,

pendekatan

kolaboratif yaitu

memecahkan

masalah

dan

menyajikan,
negosiasi. Dan

disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu
meliputi : presenting (menyajikan), problem solving
dan negotiating (negosiasi).

pemecahan masalah),

DAFTAR PUSTAKA
Baharudin Harahap, 1985, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, 1988, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara
Maryono.

2011. Dasar-Dasar

&

Teknik

Menjadi

Supervisor

Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media


Mukhtar dan Iskandar, 2009, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta:
Gaung Persada Press.
Nawawi, Hadari. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung
Piet A. Sahertian, 2000, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan,
Jakarta:Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. (2003). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Rifai, Moh. 1982. Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars
Subari. 1994. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara

PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DI SEKOLAH


DISUSUN OLEH
SUIB RIZAL
NIM : 1581191

BAB I
PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Latar Beakang
Pendidikan merupakan suatu sistem kerja yang saling terkait antara
komponen yang satu dengan lainnya. Upaya untuk melaksanakan pencapaiannya
yakni mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki. Hal tersebut harus di ikuti
dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan serta teruji kebenarannya. Dalam
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting
dalam pembangunan pendidikan. Dalam pengelolaan dan penataan manajemen
pendidikan, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana melakukan pembaharuan
organisasi dan manajemen pendidikan dalam rangka efisiensi dan efektifitas, serta
otonomi pengelolaan pendidikan. Dalam pengelolaan tersebut yang secara
langsung maupun tidak langsung dilakukan oleh seseorang yang saling tergabung
didalam lingkungan organisasi tersebut, terkadang disini banyak yang tidak
menyadari akan tugas dan fungsinya. Dalam kondisi atau keadaan seperti ini
tentunya dibutuhkan suatu perubahan agar dapat mewujudkan tujuan yang
diinginkan. Dalam melakukan proses perubahan sikap dari manusia tersebut yang
secara langsung dipengaruhi oleh manusia lain itu sebenarnya memerlukan suatu
pengkajian yang cermat dalam pengajar dan pendidikan yang secara langsung
terkait erat dengan kondisi lingkungan sekaligus pengaruh dari figur kepala
sekolah yang menjadi atasannya.
Di dalam mencapai suatu tujuan tentunya dibutuhkan pula suatu
pengawasan yang tujuannya yaitu untuk mencapai suatu ketercapaiaan target
melalui evaluasi kinerja bersama. Orang yang bagian pengawasan ini berada
dalam tingkatan tertinggi dan memilki keahlian khusus yang di tunjuk secara
langsung untuk datang ke sekolah. sebutan untuk orang pengawas tersebut yaitu
supervisor yang berasal dari Dinas Pendidikan setempat, yang fungsinya yaitu
untuk mengawasi dan menilai sekolah tersebut seperti apa, baik kondisi guru, staf
ataupun yang lainnya, yang biasanya didampingi oleh kepala sekolah. dengan
adanya pengawasan seperti ini dapat digunakan sebagai evaluasi diri sekolah

untuk dapat melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang telah terjadi atau yang
ada di sekolah.
Supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada
pengkajian peningkatan situasi belajar mengajar, memberdayakan guru dan
mempertinggi kualitas mengajar. Supervisi pendidikan ini menaungi pengawasan
semuanya baik dari segi supervisi akademik, supervisi administrasi ataupun
supervisi lembaga. Supervisi di era sekarang ini sangat dibutuhkan keberadaannya
karena merupakan jaminan mutu (QA), sebagai pendorong mutu untuk sekolah,
sebagai transparasi bagi siswa dan orang tua atau masyarakat, dapat mendorong
terjadinya proses perbaikan mutu internal secara berkelanjutan, serta menjadi
akuntabilitas pendidikan kepada masyarakat. Dan ketika supervisor sudah terjun
ke lapangan untuk mengawasi dan mengamati kemudian diberikan feedback. Ini
merupakan bentuk tindak lanjut yang diberikan oleh supervisor kepada orang atau
pihak yang disupervisi. Disini diharapkan setelah adanya feedback pihak yang
disupervisi dapat berubah untuk mengembangkan kemampuannya lebih baik dan
lebih sempurna kembali.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian Supervisi pendidikan?
2. Bagaimana Ruang lingkup supervisi pendidikan ?
3. Bagaimana proses supervisi pendidikan ?
4. Bagaimana efektivitas supervisi pendidikan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan


Menurut N.A. Ametembun dkk Supervisi Pendidikan adalah pembinaan
yang berupa bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan Situasi pada umumnya
dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khusunya. Secara etimologis,
supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh
Ametembun: Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris Supervision
artinya pengawasan. Pengertian supervisi secara etimologis menyebutkan bahwa
dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super +
vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. 45 Makna yang terkandung
dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau
posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau
mengawasi orang-orang yang disupervisi.
Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan
bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri
pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan
oleh ( Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg
Miller, 2003). Rifai (1992: 20) merumuskan istilah supervisi merupakan
pengawasan profesional, sebab hal ini disamping bersifat lebih spesifik juga
melakukan pengamatan terhadap pengawasan akademik yang mendasarkan pada
kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen
biasa yang bersifat human, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional
yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.46
Dari beberapa pengertian diatas dapat di indikasikan bahwa supervisi
pendidikan adalah sebuah tugas profesional yang dilaksanakan oleh seorang ahli
yang telah di tunjuk dari lembaga tertinggi, yang berfungsi untuk mengawasi dan
menilai kinerja berdasarkan kaidah-kaidah perngawasan yang ada. Dari kegiatan
45 S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta, Administrasi dan Supervisi, (Yogyakarta,
1993)hal.1
46 Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung,
CV. Mandar Maju, 1992)

supervisi ini diharapkan dapat mengembangkan dan dapat memperbaiki kualitas


untuk pihak-pihak yang bermasalah didalam aktifitasnya.
B. Prinsip Supervisi di Sekolah
Prinsip Negatif yang harus dihindari:
1. Supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
2. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan.
3. Supervisi tidak boleh lepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran.
4. Supervisi hendaknya tidak hanya menilai hal-hal yang nampak
terlihat.
5. Supervisi tidak mencari kelemahan/kekurangan/kesalahan.
6. Supervisi jangan terlalu berharap cepat mengharapkan hasil atau
perubahan
Prinsip-Prinsip Positif:
1. Supervisi bersifat konstruktif dan kreatif
2. Supervisi didasarkan kepada sumber-sumber kolektif dari kelompok
tidak hanya dari supervisor sendiri.47
Sebelum supervisor melaksanakan kegiatan supervise, maka seorang
supervisor harus melaksanakan langkah-langkah yang baik, sehigga pelaksanaan
supervis akan berjalan dengan predikat yang bagus dan menghasilkan kualitas
yang maksimal. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Mempergunakan sumber-sumber dan usaha-usaha dari kelompok.


Bekerja di dalam dan bersama-sama dengan kelompoknya.
Membina guru-guru dan siswa menjadi orang-orang yang terdidik.
Bekerja dengan (within) dan bersama-sama dengan.
Kelompok rekannya, membina diri sendiri dan rekannya untuk bekerja
dengan baik. Supervisi dilandasi oleh hubungan profesional bukan hubungan

pribadi.
6. Supervisi hendaklah dapat mengembangkan kesanggupan para guru dan
karyawan sehingga menjadi kekuatan sekolah.
7. Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan para guru, karyawan dan
hubungan baik diantara mereka.
8. Supervisi hendaklah progresif, dilaksanakan bertahap tapi penuh ketekunan.
9. Supervisi hendaklah dimulai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
10. Supervisi hendaklah selalu memperhitungkan kesanggupan dan sikap-sikap
orang yang disupervisi, bahkan juga prasangkaprasangka mereka.
11. Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
47 Musthofa, Pendidikan Transformatif ( Yogyakarta, Teras, 2010 ) hal. 45

12. Supervisi hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri.48


C. Program Supervisi di Sekolah
Pelaksanaan supervisi di sekolah yang dilakukan oleh seorang supervisor
kepada seorang guru dapat dilakukan dengan agenda bisa juga dengan cara tidak
member tahu terlebih dahulu, oleh karena seorang guru semampu mungkin untuk
menyiapkan program-program yang tersusun dan tertata dengan baik, adapun
program tersebut adalah:
1. Kemampuan menyusun perencanaan mengajar (satpel)
2. Kemampuan dalam melaksanakan KBM dengan baik
3. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar
4. Kemampuan untuk memberi umpan balik secara teratur dan terus menerus
5. Kemampuan membuat dan menggunakan alat bantu mengajar secara
sederhana
6. Kemampuan dalam memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber
belajar
7. Kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan
dalam belajar
8. Kemampuan mengatur waktu dan menggunakannya secara efektif dan efisien
untuk menyelesaikan programprogram belajar murid
9. Kemampuan memberikan pelajaran dengan memperhatikan perbedaan
individual diantara para siswa.
10. Kemampuan mengelola KBM ko dan ekstra kurikuler serta kegiatan lainnya
yang berkaitan dg belajar siswa.49
D. Gaya Kepemimpinan Supervisor
`Dalam suatu institusi terutama di sekolah setiap kegiatan apapun yang
dilakukan perlu dievaluasi dan diawasi oleh seseorang Supervisor, untuk itu bagi
yang disupervisi pasti akan menemukan tipe atau gaya seorang supervisor,
diantaranya adalah :
1. Supervisor yang Otokratis: seorang supervisor yang menentukan sendiri
segala sesuatunya untuk dan harus dilaksanakan oleh warga sekolah melalui
proses pengawasan yang seksama.
48 Manullang, Dasar-dasar Manajemen (Yogyakarta, UGM University Press,
2005)hal.36
49 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan (Jakarta, Bumi AKsara, 1999)
hal. 79

2. Supervisor yang Demokratis: seorang supervisor yang menyadari fungsinya


untuk membina warga sekolah melalui proses pengambilan keputusan
bersama melalui musyawarah dengan warga sekolah dalam mencapai tujuan
pendidikan.
3. Supervisor yang Laissez faire: seorang supervisor yang memberikan
kebebasan dan keleluasaan kepada orang-orang yang disupervisi untuk
melakukan apa yang dianggapnya baik. Ditandai dengan sikapnya yang
apatis, masabodoh, acuh tak acuh dan mempercayakan segala sesuatunya
kepada warga sekolah untuk melakukannya.
4. Supervisor yang Psedo-demokratis: seorang supervisor yang melakukan
proses dengan cara demokratis tetapi pada kenyataannya ditentukan segala
sesuatunya oleh sendiri. Sehingga hasil musyawarah diabaikan atau tidak
berarti apa-apa pada warga sekolah.50
Seorang supervisor yang baik memiliki lima kemampuan dasar yaitu :
a.) Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan
b.) Keterampilan dalam proses kelompok
c.) Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan
d.) Keterampilan dan mengatur personalia sekolah
e.) Keterampilan dalam evaluasi.51
Ada delapan kompetisi yang harus dimiliki supervisor :
1. Supervise adalah pengebang manusia.
2. Supervise adalah pengebang kurikulum
3. Supervise adalah Spealis pengajaran.
4. Supervise adalah Pekerja hubungan manusia.
5. Supervise adalah pengebang Staf.
6. Supervise adalah Administrator.
50Enco Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 1995) hal. 74
51 Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan 2007

7. Supervise adalah Pemimpin perubahan staf.


8. Supervise adalah penilai.52
Fungsi utama supervise pendidikan ditunjukan pada kebaikan dan
peningkatan kualitas pengajaran. Fungsi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengoordinir semua usaha sekolah


Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Memperluas pengalaman guru-guru
Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
Memberikan penilaian dan fasilitas secara terus menerus
Menganalisis situasi belajar mengajar
Melengkapi staf dengan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
Memadukan dan menyelaraskan tujuan pendidikan dan

membentuk

kemampuan-kemampuan.53
Seorang supervisor dapat berperan sebagai :
1. Koordinasi
2. Konsultan
3. Pemimpin kelompok
4. Evaluator
E. Kegiatan Supervisi di Sekolah
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi
akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar
tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri. Supervisi
akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor tentang masalahmasalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis, diantaranya hal-hal yang
langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa
52 Nurdin Diding, Administrasi Pendidikan Supervisi Pendidikan (
53 Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung,
CV. Mandar Maju, 1992)

sedang dalam proses mempelajari sesuatu. Sedangkan supervisi administrasi


menitik beratkan pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang
berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran dan
administrasi lembaga sendiri diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan
objek pengamatan supervisor tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah
dan berperan dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara
keseluruhan. Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama
ini menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan
sasaran yang sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian,
perlengkapan serta sistem informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris
merupakan sesuatu yang terabaikan. Supervisi kelembagaan menebarkan objek
pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di lingkungan sekolah,
artinya lebih bertumpu pada citra dan kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi
bahwa sekolah yang memiliki popularitas akan menjadi lembaga pendidikan yang
secara otomatis dapat menarik perhatian masyarakat yang pada gilirannya akan
menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah dimaksud.
Di dalam supervisi ada beberapa model supervisi yang dapat dilakukan
ketika supervisor melaksanakannya :
1. Model Konvesional (Tradisional)
Model ini tidak lain merupakan reflikse kondisi masyarakat pada suatu
saat. Perilaku supervise adalah mengadakan inspeksi untuk mencari serta
menemukan masalah. Kadang-kadang model ini bersifat mengurui.
2. Model Ilmiah
Model ini mempunyai ciri-ciri : terencana, kontinyu, sistematis,
procedural, objektif dan menggunakan instrument.
3. Model Klinis
Supervisi model klinis adalah supervise yang difokuskan pada peningkatan
mengajar melalui siklus sistematis, baik dalam perencanaan maupun pengamatan
serta analisi yang intensif dan cermat pada penampilan mengajar yang nyata,serta
bertujuan mengadakan perubahan dengan cara rasional.

Dalam konsep supervisi pengajaran tercakup dua konsep yang berbeda,


walaupun pada pelaksanaannya saling terkait, yaitu supervisi kelas dan supervisi
klinis. Supervisi kelas dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kelas dan menyusun alternatif
pemecahannya. Supervisi klinis merupakan layanan profesional dari kepala
sekolah dan pengawas karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam
pelaksanaan supervisi kelas. Supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan
pengajaran ditentukan oleh supervisor, sedangkan supervisi klinis bersifat bottomup, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang
dialami guru.
F. Teknik Supervisi di Sekolah
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok
1. Pertemuan orientasi bagi guru baru
2. Rapat guru
3. Studi kelompok antar guru
4. Diskusi
5. Teknik tukar pengalaman (Sharing)
Teknik Individu dalam Supervisi
1. Teknik kunjungan kelas
2. Teknik observasi kelas
3. Percakapan pribadi
4. Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
5. Penyeleksian berbagai sumber materi untuk mengajar
6. Menilai diri sendiri
G. Cara Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Disekolah
Secara singkat gambaran tentang berbagai cara pelaksanaan pembinaan
dan pelayanan profesional kepada guru adalah sebagai berikut:
No
.
1.

Jenis
Pelayanan/
Pembinaan
Kunjungan

Observasi PBM di Mengertahui

Kelas

kelas

Teknik
Pelaksanaan

Tujuan

oleh cara

guru

1.

Keuntungan

Hambatan/
Kelemahan

Dapat

Guru merasa

mengetahui

canggung &

Penilik/Pengawas/K

melaksanaka

kelebihan yang kurang

epala sekolah

n PBM

dapat
dikembangkan

bebas.

2.

Dapat
mengetahui
kelemahan
untuk perbaikan

3.

Dapat
memberikan
koreksi/perbaik
an

2.

Pertemuan

Penilik/Kepala

Pribadi

Sekolah

bertatap khusus

muka
3.

Rapat Staf

Bantuan

dengan

sesuai

kebutuhan
Berdialog
langsung

Agak

lebih menentukan

terarah

waktu

seorang guru
Kepala

Bantuan

Bantuan diberikan Agak

Sekolah/Penilik

umum

kepada

berhadapan

dengan

sulit

seluruh menentukan

guru dalam satu dan

para guru

sulit

cukup

kali pertemuan dan menyita


pertukaran pikiran waktu

4.

Kunjungan

Guru dari salah satu Mengetahui

Antar Kelas

kelas

secara umum
1.
Mengetahui

mengunjungi cara guru lain

Menggangg

guru lain dalam u

kelas lain dalam satu dalam KBM

melaksanakan

sekolah

dan

KBM

pengelolaan

pengelolaan

kelas

kelas.
2.

lain

dan kelas sendiri

Hal-hal
yang baik dapat
dijadikan
contoh

3.

kelas

KBM

Hal-hal
yang

kurang

baik

dapat

ditinggalkan

didiskusikan.

H. Kunjungan di Sekolah
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para supervisor dalam
rangka berkunjung ke suatu sekolah untuk melaksanakan supervis termasuk
kelebihan dan kekurangannya, diantaranya adalah :
Pengawas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dapat
memberikan bimbingan actual dianggap kurang demokratis
Dengan Pemberitahuan
Sekolah atau lembaga mengetahui maksud dan tujuan kunjungan ke
Sekolah/Guru, sekolah dapat menunjukkan hasil usahanya kepada seorang
supervisor.
Atas Undangan
Sekolah ingin diketahui keberhasilannya dapat melayani kebutuhan
khusus/setempat

BAB III
PENUTUP
1.

Kesimpulan
Menurut N.A. Ametembun dkk Supervisi Pendidikan adalah pembinaan

yang berupa bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan Situasi pada umumnya
dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khusunya. Para ahli dalam
bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa supervisi
pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian
peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh ( Gregorio,
1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003).
Dilihat dari pengertian supervisi pendidikan yaitu supervisor sebagai pengawas di
sekolah harus dapat memberikan feedback berupa saran-saran dan solusi yang
mendukung untuk perubahan dan perbaikan situasi yanga da disekolah. Pengawas
pendidikan dapat dibantu oleh kepala sekolah untuk melakukan kunjungan kelas
ataupun ketika melakukan penilaian. Supervisor disini tidak boleh bersifat
menghakimi, disini supervisor menjadi patner untuk bersama-sama mebantu para
tenaga pendidikan maupun non kependidikan untuk menyelesaikan segala
masalah dan kesulitan-kesulitan yang dialami.
1. Saran
Untuk supervisor-supervisor yang telah ditunjuk seharusnya melaksanakan
tugasnya dengan baik dan sesuai dengan prosedur tidak ada unsur subyektifitas,
atau unsur kesengajaan untuk menutup-nutupi kesalahan yang ada disekolah.
semuanya harus sesuai dengan kondisi dan situasi dari lingkungan sekolah
berdasarkan penilaian atau pengawasan yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon
Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam
Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM
University Press.
Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Rembangy,

Musthofa.

Yogyakarta: Teras

2010.

Pendidikan

Transformatif.

EVALUASI PENDIDIKAN
Oleh :
Eddy Susanto NIM. 1581181
Aprianti Hastusti NIM. 1581192
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah
pembangunan

suatu

pilar

utama

bangsa.

dan

Pemerintah

pertama
selalu

dalam

berupaya

semaksimal mungkin untuk mengembangkan pendidikan untuk


mencapai kecerdasan bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan
kemerdekaan bangsa

Indonesia

yaitu

untuk

mencerdaskan

kehidupan bangsa, seperti yang termaktub dalam UUD 1945;


artinya semua warga negara harus mampu mengenal, menulis
dan membaca alfabet dan lambang bilangan melalui pendidikan
formal yang berkualitas,
Namun kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan
Indonesia tidak baik, mempunyai daya saing yang sangat
rendah dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Menurut laporan Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2000-2012; untuk mata pelajaran
Matematika, Indonesia menduduki posisi 39 dengan skor 367
pada tahun 2000. Pada tahun 2003 Indonesia maju satu langkah;

yaitu menempati posisi yang ke-38 dengan skor 360. Pada tahun
2006, Indonesia tidak lagi terdaftar dalam tabel peringkat PISA
dunia.
Indonesia berada di peringkat dua terbawah untuk skor
Matematika dalam survei Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2012. Dari total 65 negara dan wilayah
yang masuk survei PISA, Indonesia menduduki ranking ke-64
atau hanya lebih tinggi satu peringkat dari Peru.
Survei PISA diikuti oleh negara-negara yang tergabung
dalam

The

Organisation

for

Economic

Co-operation

and

Development (OECD). PISA menguji kemampuan siswa di tiga


bidang yaitu Matematika, membaca, dan Sains. Untuk PISA 2012,
diikuti oleh lebih dari 510.000 siswa usia 15 tahun di 65 negara
dan wilayah. Di bidang membaca, Indonesia berada di ranking 60
atau setingkat di bawah Malaysia yang berada di ranking 59.
Sedangkan untuk bidang Sains, Indonesia juga berada di
urutan 64. Namun, dalam survei PISA terungkap siswa paling
bahagia berada di Indonesia, Albania, dan Peru. Kepala Pusat
Informasi

dan

Humas

Kemdikbud

Ibnu

Hamad

mengakui

pembelajaran Matematika di Indonesia tidak sesuai dengan soalsoal PISA. Akibatnya, Indonesia tertinggal terus dalam survei
PISA. Dalam PISA 2009, misalnya, posisi Indonesia juga jeblok
yaitu di ranking 57 dari 63 negara.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, proses penilaiannya
adalah tingkat internasional dan nasional. Maka pihak yang
berkewajiban untuk menanganinya adalah tingkat nasional. Maka
hendaknya pemerintah Indonesia lewat kementrian pendidikan
perlu

mengadakan

evaluasi

yang

mendalam

dan

berkesinambungan di bidang pendidikan. Tujuan evaluasi ini


adalah untuk memperoleh data yang memadai untuk dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk menemukan penyebab
menurunnya kualitas pendidikan dan kemudian merancang

rencana

strategi

yang

andal

untuk

memperbaiki

kualitas

pendidikan agar dapat memiliki daya saing yang tinggi dalam


persaingan internasional dalam segala bidang.
B. Perumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang seperti yang dipaparkan di atas
maka

penulis

merumuskan

masalahnya

dalam

bentuk

pertanyaan seperti berikut ini.


a
b
c
d

Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Pendidikan?


Apakah pendidikan membutuhkan evaluasi?
Apa tujuan evaluasi pendidikan?
Siapakah yang berperan utama dalam evaluasi

pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas maka penulis
merumuskan tujuan penulisan ini adalah untuk:
a Mendefinisikan Evaluasi Pendidikan secara tepat.
b Mengetahui dengan pasti apakah evaluasi pendidikan
itu penting bagi proses penyelenggaraan pendidikan.
c Mendeskripsikan tujuan-tujuan evaluasi pendidikan.
d Mengetahui pemeran utama dalam pelaksanaan
evaluasi pendidikan.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi tambahan bagi yang membutuhkannya dan bagi
mahasiswa/i

dari

jurusan

pendidikan

terlebih

dalam

hal

mendeskripsikan evaluasi program pendidikan. Secara khusus


penulis mengharapkan agar tulisan ini dapat menjadi suatu
deskripsi untuk dapat dipakai dalam menjelaskan evaluasi
program

pendidikan

bagi

para

mahasiswa/i

yang

merasa

mengalamai kesulitan dalam menulis makalah dan tugas akhir


kuliah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN, KONSEP DASAR DAN PRINSIP EVALUASI
1. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi telah banyak dikemukan oleh para
ahli, antara lain didefinisikan oleh Ralp Tyler (1950) yang
menyatakan bahwa evaluasi ialah proses menentukan sampai
sejauh mana tujuan pendidikan dapat diapai. Evaluasi diartikan
sebagai

menyediakan

informasi

untuk

pemuat

keputusan

(Cronbach, 1963: Stufflebeam,1971 dan Alkin,1969). Sementara


itu Provus (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan

apa yang ada dengan suatu standar tertentu yakni untuk


mengetahui apakah terdapat selisih atau tidak.
Akhir-akhir ini telah dicapai sejumlah konsensus antara
rvaluator tentang arti evaluasi, antara lain yaitu penilaian atas
manfaat atau kegunaan (Scriven, 1967: Glas, 1969: Stuffebeam,
1974). Komite untuk standar evaluasi yang terdiri dari 17
anggota

yang

mewakili

12

organisasi

tentang

evaluasi,

mendefinisikan evaluasi sebagai penelitian yang sistematik atau


yang teratur tentang

manfaat atau kegunaan beberapa objek

(Joint Committee, 1981).


2. Konsep Dasar Evaluasi
Secara

umum

orang

hanya

mengidentikkan

kegiatan

evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah


termasuk

didalamnya.

Pengukuran,

penilaian

dan

evaluasi

merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga


kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses

belajar

mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam


pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. Untuk
lebih memahami makna dari evaluasi pendidikanada tiga konsep
yang

harus

dibedakan,

antara

penilaian,

evaluasi

dan

pengukuran. Secara lebih rinci ketiga konsep tersebut akan


dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengukuran
Sebelum

seorang

evaluator

menilai

tentang

proses

sebuah pendidikan, maka langkah awal yang dilakukan adalah


melakukan sebuah pengukuran. Dalam penilaian pendidikan,
evaluator harus mengatahui standar penilain yang telah telah
ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan dasar, sehingga dari
situ evaluator mampu melakukan pengukuran sesuai dengan apa
yang seharusnya diakur dalam bidang pendidikan. Umumnya

sebuah pengukuran, akan dapat dilakukan dengan baik apabila


evaluator mengetahui dengan pasti objek apa yang akan diukur,
dengan begitu evaluator dapat menentukan instrument yang
digunakan dalam pengukuran.
Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari
performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al.1996).
Menurt Ign. Masidjo (1995: 14) pengukuran sifat suatu
objek adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek
melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh
benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.
Menurut Cangelosi (1991) pengukuran adalah proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Pengertian yang
lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh Wiersma &
Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numeric pada
fakta-fakta dari objek yang hendak diukur menurut criteria atau
satuan-satuan tertentu. Jadi pengukuran bisa diartikan sebagai
proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta
satuan tertentu (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan

menurut

Endang

Purwanti

(2008:

4)

pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang


dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala
atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan
selalu berupa angka.
Dari

pendapat

ahli

beberapa

ahli

tersebut

dapat

disimulkan bahwa pengukuran adalah suatu kegiatan yang


dilakukan untuk menentukan fakta kantitatif yang disesuaikan

dengan criteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan


diukur.
b. Penilaian
Penilaian dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Assessment yang berarti menilai sesuatu. Menilai itu sendiri
bararti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu
pada ukuran tertentu seperti menilai baik atau buruk, sehat atau
sakit, pandai atau bodoh, tinggi atau rendah, dan sebagainya
(Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins
(1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar
siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano
(2001) sebagai The process of Collecting data which shows the
development of learning.
Menurut Endang Purwanti (2008: 3) Secara umum,
asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk
dasar

pengambilan

keputusan

tentang

siswa

baik

yang

menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim


sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Akhmad
sudrajat (2008) Penilaian atau asesmen adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik
apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam
kata-kata)

dan

nilai

wordpress. com.2008).

kuantitatif

(http://akhmadsudrajat.

Sedangkan Menurut Ign. Masidjo (1995: 18) penilaian sifat


suatu

objek

adalah

suatu

kegiatan

membandingkan

hasil

pengukuran sifat suatu objek dengan suatu acuan yang relevan


sedemikian rupa sehingga diperoleh kuantitas suatu objek yang
bersifat kualitatif.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat
disipulkan

bahwa

penilaian

adalah

suatu

kegiatan

membandingkan atau menerapkan hasil pengukuran untuk


memberikan nilai terhadap objek penilaian.
c. Evaluasi
Evaluasi

dalam

bahasa

Inggris

dikenal

dengan

istila Evaluation. Gronlund (1985) berpendapat evaluaasi adalah


suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan, sampai sejauh mana tujuan proram telah tercapai.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrightstone, dkk
(1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah
penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah
tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum
(Djaali & Pudji Muljono, 2007).
Sedangkan Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa
evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan
kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka
hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah proses menilai sesuat berdasarkan criteria tertentu, yang
selanjunya diikuti dengan pengambilan sebuah keputusan atas
objek yang dievaluasi.
Dari pengertian diatas istilah evaluasi dan penilaian
hamper

sama,

bedanya

dalam

evaluasi

berakhir

dengan

pengambilan keputusan sedangkan penilaian hanya sebatas

memberikan nilai saja. Berdasarkan pengertian antara istilah


pengukuran, penilaian dan evaluasi yang dikemukakan diatas,
maka jelaslah sudah bahwa pengukuran, penilaian dan evaluasi
merupakan tiga konsep yang berbeda. Namun demikian, dalam
prakteknya dalam dunia pendidikan, ketiga konsep tersebut
sering dipraktikkan dalam satu rangkaian kegiatan.
Beberapa perbedaan pengukuran, penilaian dan evaluasi
N0
Pengukuran
1 Dilakukan pertama

Penilaian
Dilakukan sebagai

Evaluas
Kegiatan yang

kali sebelum

tindak lanjut dari

lebih kompleks,

melakukan proses

hasil pengukuran

dimana mencakup

selanjutnya

(pengumpulan

pengukuran,

informasi) sebelum

penilaian dan

Hasil berupa angka

membuat keputusan membandingkan


Hasil berupa kriteria Hasil berupa
dengan parameter

pengambilan

tertentu

keputusan atas
suatu hasil

Berinteraksi langsung Berinteraksi dengan

penilaian
Berinteraksi

dengan obyek yang

informasi yang telah dengan proses

diukur.

dikumpulkn untuk

pengambilan

diolah

keputusan
terhadap suatu
obyek.

3. Prinsip Evaluasi
Evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila
dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip
dasar, yaitu :

1) Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal
dengan istilah prinsip komprehensif (comprehensive). Dengan
prinsip komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil
belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi
tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh. Harus
senantiasa diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh
dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong,
melainkan harus dilaksanakan secara menyeluruh. Dengan kata
lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek
yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai mahluki
hidup dan bukan benda mati. Dalam hubungan ini, evaluasi hasil
belajar disamping dapat mengungkap aspek proses berpikir
(cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan
lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affective domain) dan aspek
keterampilan (psychomotor domain ) yang melekat pada diri
masing-masing individu peserta didik.
Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh
menyeluruh

akan

diperoleh

bahan-bahan

keterangan

dan

informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan


subyek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2) Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan juga dikenal dengan istilah prinsip
kontinuitas (continuity).

Dengan

prinsip

kesinambungan

dimaksudkan di sini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik


adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur
dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Dengan
evaluasi

hasil

belajar

yang

dilaksanakan

secara

teratur,

terencana dan terjadwal itu maka dimungkinkan bagi evaluator

untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran


mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sejak dari
awal mengikuti program pendidikan sampai pada saat-saat
mereka mengakhiri program pendidikan yang merekatempuh itu.
Evaluasi

hasil

belajar

yang

dilaksanakan

secara

berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator


(guru,dosen dan lain-lain) dapat memperoleh kepastian dan
kemantapan

dalam

menentukan

langkah-langkah

atau

merumuskan kebikjaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil


untuk masa-masa selanjutnya.
3) Prinsip Obyektivitas
Prinsip

obyektivitas

(obyektivity) mengandung

makna,

bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi


yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya
subyektif. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi
hasil belajar, seorang harus senantiasa berpikir dan bertindak
wajar, menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh
kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif. Prinsip ketiga
ini sangat penting, sebab apabila dalam melakukan evaluasi
unsur-unsur subyektif menyelinap masuk ke dalamnya, akan
dapat

menodai

kemurnian

pekerjaan

evaluasi

itu

sendiri.

(http://nurulazmi45.blogspot.co.id/2015/05/konsep-dasarevaluasi.html)
B. TUJUAN, FUNGSI DAN MAKNA EVALUASI
Tujuan evaluasi
o Menilai ketercapaian tujuan
o Mengukur

macam-macam

aspek

belajar

yang

o Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang

siswa

berpariasi
telah ketahui

o Memotipasi belajar siswa.


o Menyidiakan impormasi untuk tujuan bimbingan dan
konseling
o Menjadiakan hasil evaluasi sebagai dasar perubahaan
kurikulum
Fungsi evaluasi
Evaluasi dalam bidang pendidikan mempunyai beberapa
fungsi sebagai berikut:
o Untuk

mengetahui

apkah

peserta

didik

telah

menguasai pengetahuan,nilai-nilai dan keterampilan


yang telah diberikan oleh guru
o Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajar
o Untuk mengetahui tngkat ketercapaian sisiwa dalam
kegiantan belajar
o Sebagaisarana

umpan

balik

bagi

seorang

guru

,bersumber dari siswa


o Sebagai

alat

untuk

mengetahui

perkembangan

belajar siswa
o Sebagai materi utama laporan hasil beljar kepada
orang tu
Makna evaluasi
Evaluasi hasil beljar siswa bermakna bagi semua komponen
dalm proses pembelajaran yaitu:
1)

2)

3)

Makna bagi siswa


a)

Hasil evaluasi tidak memuaskan

b)

Hasil evaluasi memuaskan

Makna bagi guru


a)

Keadaan siwa

b)

Keadaan materi beljar

c)

Keadaan metode pembeljaran

Makna bagi pembimbing atau penyuluh

4)

Makna bagi sekolah

5)

Makna bagi orang tua

(http://seramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/02/konsepdasar-evaluasi.html)
C. SASARAN, TATA CARA/ TEKNIK DAN KOMPONEN EVALUASI
1. Sasaran Evaluasi
Subjek atau pelaku evaluasi pendidikan adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi dalam pendidikan.bila sarana
(objek)

evaluasinya

prestasi

belajar,maka

yang

menjadi

subjek evaluasi adalah guru, objek atau sasaran (pendidikan)


adalah segalal sesuatu yang bertalian dengan kegiatan
(proses) penddikan,yang dijadikan titik pusat perhatian atau
pengamatan.untuk mengetahui objek dari evaluasi dapat
disoroti 3 segi yaitu:
1)

Segi input

2)

Segi transpormasi

3)

Segi output

Dari segi input ,maka objek evaluasi pendidikan evaluasi


meliputi 3 aspek,yaitu:
1)

Aspek kemampuan,menggunakan tes kemampuan

2)

Aspek kepribadian,menggunakan tes kepribadian

3)

Aspek sikap,menggunakan tes sikap

Dari

segi

tranformasi,maka

objek

evaluasi

pendidikan

meliputi:
1)

Kurikulum atuau materi pelajaran

2)

Metode mengajar dan teknik penil;aian

3)

Sarana atau media pendidikan

4)

Guru dan unsure-unsur personal lainnya.

Dari segi output,maka objek evaluasi pendidikan adalah


tngkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih
olh masing-masing peserta didik.

(http://seramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/02/konsepdasar-evaluasi.html)
2. Tata cara/Teknik Evaluasi dan Komponen Evaluasi
Teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu:
1. Teknik non tes, terdiri dari: skala, kuesioner, daftar
cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
2. Teknik tes; Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur
siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:
tes diagnostik, formatif, sumatif.
Dalam proses evaluasi tentunya ada hal-hal yang hendak
diketahui dalam hasil evaluasi tersebut, dalam hal ini meliputi
evaluasi ranah kognitif, evaluasi ranah psikomotorik dan evaluasi
ranah afektif.
Ranah kognitif

meliputi:

pengetahuan,

pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, penilaian.


Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu:
menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
Ranah psikomotor dapat

dikelompokkan

dalam

tiga

kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, dan koordinasi neuromuscular.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi meliputi:
perencanaan, pengumpulan data, persifikasi data, pengolahan
data, penafsiran data.
3. Analisis Butir-Butir Instrumen Evaluasi
1 Menilai tes yang dibuat sendiri, meliputi: meneliti secara
jujur soal-soal yang sudah disusun, mengadakan analisis
soal,

mengadakan

checking

validitas,

mengadakan

checking reabilitas.
2 Analisis butir-butir soal, meliputi: taraf kesukaran, daya
pembeda, pola jawaban soal.
4. Interpretasi Nilai Evaluasi

A. Merencanakan Evaluasi
Setelah menetapkan

tujuan

pengajaran,

maka

harus

segera memikirkan bagaimana cara mengetahui apakah tujuan


tercapai atau belum, berapa persen tercapainya. Ini berarti
memikirkan cara mengevaluasi atau cara mengetes. Yaitu cara
mengukur kemampuan murid setelah proses belajar mengajar
selesai.
Hal-hal yang harus menjadi titik perhatian ialah:

Cara dan alat evaluasi itu ditentukan oleh isi TIK


Luasnya tujuan (bahan) yang akan dievaluasi

Beberapa jenis tes:

Pretest: tes sebelum mulai mengajar


Post test: tes setelah mengajar
Tes formatif: kira-kira berisi empat lesson plan. Tes ini
digunakan untuk angka rapor dan dikenal juga dengan

tes akhir bulan


Tes sumatif: untuk mengukur penguasaan bahan
pengajaran sejak awal kurikulum yang bersangkutan
sampai

dengan

bahan

pengajaran

terakhir

yang

dipelajari.
Nilai akhir ditentukan dengan cara menjumlahkan rata-rata nilai
tes formatif (bulanan) ditambah dengan nilai tes sumatif
kemudian dibagi dua atau:
(Mf + S) : 2
Mf: rata-rata tes formatif
S: nilai sumatif
Nilai akhir ini digunakan untuk mengisi rapor, nilai kenaikan
kelas, atau ijazah. Bila nilai dari post test ikut digunakan, maka
perhitungannya sebagai berikut:
( Mp Mf ) : 2 8
2
Mp: rata-rata post test
Mf: rata-rata tes formatif
S: tes sumatif
Rumus untuk menilai pengamalan:

( Mf S ) : 2 P
2

Mf: rata-rata formatif


S: sumatif
P: nilaia pengamalan
B. Entering behavior
Sebelum memulai pengajaran guru harus mengetahui
siapa yang diajarnya. Terutama tentang kesiapan siswa itu
mempelajari bahan pelajaran yang akan diajarkan pada jam
tertentu sebagaimana tergambar di dalam isi tujuan intruksional
khusus (TIK). Entering behavior adalah gambaran tentang
kesiapan siswa tersebut. Kesiapan yang paling penting diketahui
guru

ialah

kesiapan

siswa

dalam

hal

pengetahuan

dan

keterampilan dihubungkan dengan tujuan pengajaran; karena


entering behavior mampu menjelaskan kapan pengajaran harus
dimulai.

Secara

keseluruhan

ada

empat

hal

yang

harus

diperhitungkan dalam menentukan entering behavior siswa,


yaitu: masalah kesiapan, hal kematangan, perbedaan individu
siswa.
C. Skala Penilaian
Skala penilaia mencakup:
a. Skala bebas; Nilai tertinggi tergantung bentuk dan banyak
soal, misalnya; 20, 25, 50 atau angka lainnya
b. Skala 1 10
c. Skala 1- 100
d. Skala huruf yang sudah lazim: A, B, C, D, dan E (ada juga
yang sampai G)
Cara untuk mengambil rata-rata dari huruf yaitu dengan
mentransfer huruf tersebut menjadi nilai angka dahulu. Berikut
contoh berdasarkan buku Petunjuk Kegiatan Akademis IKIP
Yogyakarta:
Angka

Angka

IKIP

Huru

Keteranga

100
80-100

10
8,0-1,00

f
8,1-10 A

n
Baik sekali

66-79

6,6-7,9

6,6-

Baik

56-65

5,6-6,5

8,0

Cukup

40-55

4,0-5,5

5,6-

Kurang

30-39

3,0-3,9

6,5

Gagal

4,15,5
0,-4,0

A Penulisan soal bidang kognitif diperinci menjadi:


a Pengetahuan atau pengingatan, kode C1
b Pemahaman, kode C2
c Aplikasi atau penerapan, kode C3
d Analisis, kode C4
e Sintesis, kode C5
f

Evaluasi, kode C6

B Menyusun dan menyiapkan table spesifikasi


Aspek proses mental:
1 Pengetahuan istilah dasar

: 24% : 12 item

2 Pengertian konsep & prinsip : 24% : 12 item


3 Penerapan prinsip
4 Interpretasi data

: 26% : 13 item
: 26% : 13 item

Aspek materi:
1 Bentuk dan fungsi

: 20% : 10 item

2 Tugas operasional

: 20% : 10 item

3 Peranan dari

: 20% : 10 item

4 Hubungan kerja

: 20% : 10 item

5 Pengaruh. terhadap.

: 20% : 10 item

Tingkat kesukaran
Mudah (m) : 20% : 10 item
Sedang
Sukar (k)

(s)

: 60% : 30 item

: 20% : 10 item

Tipe tes:
Salah benar ..: 40%

: 20 item

Piliahan jamak.: 60% : 30 item

Perhitungan tingkat kesukaran berdasarkan atas rumus indeks


kesukaran:
(W L W H )
Difficulty Index =
WL

100 xO
2n(O 1)

: kelompok rendah yang membuat kesalahan, menjawab

item dengan
salah. Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh
yang ditest (27% dari N)
WH

: Kelompok tinggi yang membuat kesalahan, menjawab

item dengan salah.


Keseluruhan kelompok tinggi=27% dari seluruh yang
ditest (27% dari N)
100

: Bilangan tetap

: 27% dari yang dites (27% dari N)

: Jumlah individu yang ditest

: Banyak pilihan pada tiap item (Option)

Untuk menentukan tiga tingkat kesukaran item digunakan


ketentuan:
Item mudah
item tersebut.

: jika 16% yang dites tidak dapat menjawab

Item sedang

: jika 50% yang ditest tidak dapat menjawab

item tersebut.
Item sukar : jika 84% yang dites tidak dapat menjawab item
tersebut.
Tabel 4: Rumus untuk mencari (W L + WH) nilai pada tiga tingkat
kesukaran
Persentase
yang

yang

menjawab

dites Jumlah pilihan (option) tiap


item item
2

0,160 0,213

0,240

0,256

50

84

0,500 0,667

0,750

0,800

1,260

1,344

dengan salah
16

3
n
n

0,840 1,120

n
n
n
n
jumlah yang dites pada kelompok rendah (27%N) atau

n=

jumlah yang dites pada kelompok tinggi (27%N)


Misalnya kita melakukan tes kepada 30 orang siswa, dengan
menerapkan 50 item tes yang terdiri dari 20 item Salah-Benar,
dan 30 item Pilihan Jamak. Maka:
N=30

=>n=0,27 x 30 = 8

=>WL;WH

Tingkat kesukarannya:
Tipe Test Salah-Benar: O = Option = 2
Item mudah, tingkat kesukarannya:
WL+WH = 0,160n = (0,16) (8)

= 1,280

Item sedang, tingkat kesukarannya:


WL+WH = 0,500n = (0,50) (8)

= 4,000

Item Sukar, tingkat kesukarannya:


WL+WH = 0,840n = (084) (8)

= 6,720

Jadi, item-item yang dikatakan mudah, jika kesukarannya


1,280 atau kurang. Item-item sedang, jika tingkat kesukarannya

antara 1.300 sampai 6.700. Dan item-item sukar, jika tingkat


kesukarannya 6.720 atau lebih.
Tipe Test Pilihan Jamak: O = Option = 3
Item mudah, tingkat kesukarannya:
WL+WH = 0,213n = (0,213n) (8) = 1,704
Item sedang, tingkat kesukarannya:
WL+WH = 0,667n = (0, 66) (8) = 5,336
Item Sukar, tingkat kesukarannya:
WL+WH = 1,120n = (1,12) (8)

= 8,960

Jadi, item-item yang dikatakan mudah, jika kesukarannya


1,704 atau kurang. Item-item sedang, jika tingkat kesukarannya
antara 1,710 sampai 8.900. Dan item-item sukar, jika tingkat
kesukarannya 8,960 atau lebih.
C Rumus penilaian obyektif tes
S R

W
O 1

S = angka (score) yang diperoleh dari penebakan


R = jumlah item yang dijawab benar (right)
W = jumlah item yang dijawab salah (wrong)
O = banyak pilihan (Option)
1 = angka tetap
D Contoh-contoh format yang dibutuhkan dalam evaluasi
* Format Analisis Tingkat Kesukaran Soal
(Sumber: Bahan kuliah Akta IV UNIBBA)
Tabel untuk WL
No

Nama

1
B

2
S

3
B

4
S

5
B

6
S

Tabel untuk WH
No

Nama

1
B

2
S

3
B

4
S

5
B

6
S

* Format Nilai Akhir Madrasah Aliyah


No

Nama

Kognitif

Nilai
Psikomot
or

* Format Nilai

Afektif

BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
a Pengertian evaluasi menurut para ahli berbedabeda. Namun dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
proses aksi yang sistematis dan berkesinambung untuk
memperoleh data tentang tujuan yang sudah dicapai,
untuk disajikan sebagai laporan untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan alternatif yang
tepat

dalam

menentukan

kebijakan

bagi

proses

aktivitas selanjutnya untuk mencapai tujuan yang lebih


efektif dan efisien.
b Berdasarkan pada tujuannya, evaluasi terdiri atas
evaluasi diagnostik; bertujuan mencari kelemahankelemahan

siswa

beserta

penyebabnya;

Evaluasi

selektif, memilih peserta bagi suatu tugas tertentu;


evaluasi penempatan untuk mengetahui kemampuan
evaluan

untuk

ditempatkan

sesuai

dengan

kemampuannya; Evaluasi formatif untuk memperbaiki


dan meningkatkan proses belajar mengajar; evaluasi
sumatif untuk menentukan outcome dari program
pembelajaran.
c Tujuan Evaluasi program pendidikan adalah:
(1) Mendeskripsikan tingkat kemampuan belajar
siswa;
(2) Mengetahui tingkat keberhasilan PBM;
(3) Menentukan tindak lanjut hasil penelitian;
(4)
Memberikan
akuntabilitas/pertanggungjawaban;
(5) Memberikan umpan balik kepada guru;
(6) Menentukan angka kemajuan masing-masing
siswa;
(7) Menempatkan siswa dalam situasi belajar
mengajar

yang

belakang siswa.
d Manfaat Evaluasi
mengetahui

tepat,
yaitu:

tingkat

mengenal
bagi

latar

siswa

keberhasilan

untuk
dalam

mengerjakan soal. Bagi guru untuk mengetahui


segala seluk-beluk tentang siswa. Bagi sekolah
untuk

membantu

guru

mengetahui

segala

masalah yang terjadi di sekolah.


e Prinsip-Prinsip
Evaluasi

yaitu;

berkesinambungan,

komprehensif

dan

obyektivitas.
Prosedur Pelaksanaan

Evaluasi,

lain

adalah
verifikasi

perencanaan,
data,

data.
2 Saran
Evaluasi sangat

pengumpulan

pengolahan

penting

antara

untuk

data,

dilakukan

data,

penafsiran

dalam

hal

pendidikan, evaluasi pendidikan adalah bagian penting dari


seluruh aktivitas pendidikan yang harus dilaksanakan untuk
mengetahui tingkat ketercapaiannya kegiatan pendidikan selama

jangka waktu tertentu. Dalam hal ini untuk mengetahui prestasi


yang dicapai oleh guru dalam mengajar kemudian mencari cara
yang lebih baik untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih
baik. Di samping juga untuk mengetahui prestasi yang diraih
oleh siswa dalam belajar.
Oleh karena itu diharapkan agar semua pembaca baik oleh
mahasiswa, calon guru dan bahkan para guru yang membaca
makalah ini dapat menjadikannya sebagai salah satu wahana
dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik pendidikan
fomal, non formal dan informal untuk meraih prestasi pendidikan
yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Bumi aksara. Jakarta
Djaali

&

Mulyono,

Pudji.2007. Pengukuran

dalam

Bidang

Pendidikan. Jakarta: Grasindo


Khusnuridlo.2010. Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi
Pendidikan

(Online).

(http://www.khusnuridlo.com/2010/11/prinsip-prinsipevaluasi-program.html, diakses 28 oktober 2016.

Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.


Yogjakarta: Kanisius.
Purwanti, Endang. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Direktoral
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sudijono, Anas. (2001). Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:
Kencana Prenada Media Group.
Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sudrajat,

Akhmad.

(2008). Penilaian

Hasil

Belajar

Siswa. http://www.Ahkmadsudrajat. Com (Di akses tanggal


28 oktober 2016)
https://binham.wordpress.com/2011/12/28/konsep-dasarpenilaian-dan-evaluasi-pendidikan/
http://nurulazmi45.blogspot.co.id/2015/05/konsep-dasarevaluasi.html, 28 oktober 2016
http://seramoe-printstation.blogspot.co.id/2013/02/konsep-dasarevaluasi.html, 28 oktober 2016

MOTIVASI SUPERVISOR DAN SUPERVISOR


SEBAGAI PEMIMPIN METANOIAC
Disusun Oleh : Siti Rohimah
NIM : 1581189
MOTIVASI SUPERVISOR DAN
SUPERVISOR SEBAGAI PEMIMPIN METONOIAC.

A. Latar Belakang.
Di antara pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan
tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat
penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan
program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat
bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu
pemimpin pendidikan. Hal ini karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat
yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan lembaga pendidikan sekolah di samping
diatur oleh pemerintah, sesungguhnya sebagian besar ditentukan oleh aktivitas
kepala sekolahnya. Menurut Pidarta (1990), kepala sekolah merupakan kunci
kesuksesan

sekolah

dalam

mengadakan

perubahan.

Sehingga

kegiatan

meningkatkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran di sekolah


sebagian besar terletak pada diri kepala sekolah itu sendiri. Pidarta (1997)
menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai
manajer

pendidikan,

pemimpin

pendidikan,

supervisor

pendidikan

dan

administrator pendidikan.
Adapun tugas kepala sekolah sebagai supervisor dapat disingkatkan
sebagai berikut:
1. Merancang, mengarahkan, dan mengkoordinir semua aktivitas, agar sekolah
berjalan dengan baik menuju tercapainya tujuan sekolah,
2. Membimbing para guru agar menunaikan tugasnya dengan penuh semangat dan
kegembiraan,
3. Membimbing para murid untuk belajar rajin, tertib dan giat,
4. Menjaga suasana baik dalam sekolah, antar guru, antar murid, antar pegawai,
antar kelas, sehingga tercapai suasana kekeluargaan,
5. Melaksanakan hubungan baik ke dalam dan keluar, dan
6. Menjaga adanya koordinasi antara seksi-seksi dalam organisasi sekolah dan
sebagainya.
Dalam istilah sehari-hari terdapat kata-kata supervisi, yang diartikan
dengan kepengawasan, dan juga inspeksi yang diartikan sebagai penilaian.
Keduanya tidak dapat dianggap identik. Inspeksi biasanya dianggap sebagai

kegiatan-kegiatan mengontrol atau memeriksa apakah semua pekerjaan dilakukan


sebagaimana mestinya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diberikan.
Sedankan supervsi adalah mengawasi untuk mengumpulkan berbagai data, dan
kemudian data-data itu dipergunakan sebagai bahan pengolahan untuk
menemukan masalah-masalah, dan kesulitan-kesulitan yang dapat dipakai sebagai
dasar untuk mencari jalan ke arah perbaikan dan peningkatan. Sebagai supervisor
dalam pendidikan (misalnya kepala sekolah) mempunyai tanggung jawab yang
lebih berat daripada supervisor di bidang lain (misalnya: direktur, pengawas
teknik, kepala bagian, dan sebagainya). Seorang kepala sekolah dalam
pengetahuan teknis dan ijazah banyak guru-guru yang setaraf, bahkan mungkin
ada yang melebihi kepala. Guru-guru pada umumnya sudah mempunyai
pengalaman dan keahlian profesional, dan dalam sosial ekonomi banyak guruguru yang setaraf, bahkan mungkin lebih dari kepala. Karena itulah bagi seorang
kepala sekolah lebih berat dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin.
Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan
tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan
dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila dan
bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, meningkatkan
kecerdasan

dan

keterampilan,

mempertinggi

budi

pekerti,

memperkuat

kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Kepala


sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara
teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lungkungan sekolah
dengan kondisi situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya
merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah terhadap
perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung
jawab kepala sekolah. Namun demikian, dalam usaha memajukan sekolah dan
menanggulangi kesulitan yang dialamai sekolah baik yang berupa atau bersifat
material

seperti

perbaikan

gedung,

penambahan

ruang,

penambahan

perlengkapan, dan sebagainya maupun yang bersangkutan dalam pendidikan

anak-anak, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Kepala sekolah harus
bekerja sama dengan para guru yang dipimpinnya, dengan orangtua peserta didik
atau masyarakat, serta pihak pemerintah setempat.
B. Batasan Masalah.
A. Pengertian Motivasi.
B. Pengertian Supervisor.
C. Tanggung Jawab Supervisor.
D. Supervisor Sebagai Motivator.
E. Syarat syarat seorang Supervisor.
F. Pengertian Supervisor Sebagai Motivator.
G. Supervisor Sebagai Pemimpin Metanoiac.
C. Pengertian Motivasi.
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahannya, agar mau bekerja
sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi akan berakibat pada kepuasan
kerja, Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang
dengan imbalan yang disediakan.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini
adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Motivasi : adalah hal yang seseorang
melakukan sesuatu dan atau tidak melakukan sesuatu, memperkuat suatu prilaku
atau menghambat suatu perilaku. Motivasi berasal dari DALAM, kita tidak dapat
memotivasi orang untuk melakukan pekerjaan baik, tapi dengan mengenal
mereka, kita dapat mengaktifkan motivasi mereka sendiri. Motivasi : untuk semua
orang, tua muda, pria dan wanita. Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur
(1987) dalam Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri dari:

1. Motif atas kebutuhan dari pekerjaan (Motive).


2. Pengharapan atas lingkungan kerja (Expectation).
3. Kebutuhan atas imbalan (Insentive). Hal ini juga sesuai dengan yang di
kemukakan Atkinson (William G Scott, 1962: 83), memandang bahwa
motivasi adalah merupakan hasil penjumlahan dari fungsi-fungsi motive,
harapan dan insentif.
D. Pengertian Supervisor.
Supervisor adalah orang yang berhubungan langsung dengan manajer.
Namun dalam konteks tanggung jawab, supervisor mempunyai tugas yang tidak
kalah berat. Dalam banyak kasus, supervisor memiliki tugas yang strategis karena
langsung terjun di lapangan melaksanakan semua rencana dari manajer.
Supervisor memiliki bawahan yang dalam struktur organisasi disebut karyawan
non manajerial atau staf. Dalam beberapa industri ada pula supervisor yang tidak
mempunyai staf.
Hal ini menyebabkan supervisor mempunyai kedudukan istimewa di dalam
perusahaan. Bersama dengan para staf, supervisor menentukan selesai tidaknya
pekerjaan (proyek) yang menjadi rencana strategis perusahaan. Ia mengetahui
betul seluk-beluk pekerjaan yang harus selesai sesuai jadwal beserta dinamika
yang ada di lapangan. Dalam hal ini supervisor harus menangani dua hal langsung
: tugas-tugas dari manajernya sekaligus mengelola anak buahnya supaya tetap
dalam kondisi prima bekerja dan menjaga keutuhan tim.
Dengan posisi di antara manajer dan staf, seorang supervisor harus mampu
berperan optimal. Ibarat jembatan, ia harus mampu menjembatani kepentingan
manajemen dan kepentingan staf sebagai pelaksana tugas di lapangan.
Selain diibaratkan sebagai jembatan, supervisor juga bisa diilustrasikan
semacam burger. Roti paling atas adalah pihak manajemen perusahaan, sedangkan
roti paling bawah adalah para staf. Antara dua roti ini berisi aneka isi yang
merupakan inti dari burger. Isi tersebut antara lain daging, sayuran, bumbu, saus,
dan sejenisnya. Jika aneka isi tersebut dikeluarkan, tak ayal lagi benda tersebut
hanyalah sepotong roti.

Ilustrasi ini menjelaskan betapa pentingnya posisi supervisor dalam sebuah


perusahaan. Apabila isi dari perusahaan yang tak lain adalah supervisor
dikeluarkan, maka perusahaan tak ubahnya roti tanpa rasa. Namun seperti halnya
dengan burger, supervisor ini bisa berharga murah, sedang, atau mahal. Ada
burger seharga lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah dan dijajakan di pinggir
jalan. Namun ada lagi burger yang berharga hingga ratusan ribu dan hanya dijual
di tempat-tempat khusus seperti hotel bintang lima. Supervisor bernilai tinggi dan
berkinerja prima sehingga seperti burger yang dijual di hotel bintang lima apabila
ia paham dan piawai dalam mengimplementasikan peran dirinya sebagai
supervisor.
E. Tanggung Jawab Supervisor.
Seorang

Supervisor

seharusnya

memahami

peran,

posisi

dan

tanggungjawabnya. Ia mempunyai posisi operasional yang unik. Sebagai


ujung tombak yang memimpin pelaksanaan pekerjaan, disamping harus
menjalankan kepemimpinan dan manajemen secara profesional.
Peran utama supervisor ialah :
1. Menjalankan perintah/ kebijakan atasan.
2. Memberi informasi keatasan Tanggung jawab utama ialah mencapai
target QCDSME (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, Environtment),
yaitu Q-Kualitas, C-Biaya, D-Waktu, S-Keselamatan kerja, M-Semangat
motivasi tim, dan E-Lingkungan.
3. Profesional berarti punya KSA : K = Knowledge atau pengetahuan yang
mendukung pekerjaan S = Skill atau keterampilan teknis yang
mewujudkan sasaran A = Attributes atau sikap perilaku mental positif

Supervisor sebagai fungsi manajemen meliputi: Perencanaan (Planning),


Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan Pelaksanaan (Actuating)
dan Pengawasan/Pengendalian (Controlling).
P-O-A-C
1. Perencanaan.
Perencanaan seyogyanya melibatkan seluruh bawahan, duduk
bersama

guna

merumuskan

permasalahan

yang

dihadapi,

menetapkan tujuan dan sasaran (komitmen) dan rencana pelaksanaan


termasuk

didalamnya

adalah

perencanaan

penganggaran

(konsensus). Konsensus yang telah ditetapkan harus dipublikasikan


secara terbuka.
Dalam

perencanaan

ada

beberapa

faktor

yang

harus

dipertimbangkan. Harus berpikiran SMART, yaitu Specific artinya


perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak
terlalu melebar dan terlalu idealis. Measurable, artinya program
kerja

atau

rencana

harus

dapat

diukur

tingkat

keberhasilannya. Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan


anggan-angan semu. Realistic, artinya sesuai dengan kemampuan
dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit. Tapi tetap ada tantangan. Time, artinya ada batas waktu yang
jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.
Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
2. Pengorganisasian.
Peran kepemimpinan (leadership) seorang supervisor sangat penting
dalam rangka menjalankan perencanaan jangka pendek, kalo
manager

atau

diatasnya

lebih

ke

jangka

panjang.

Dalam fungsi Pengorganisasian, pemimpin (supervisor) menentukan

siapa melakukan apa (who does what) sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan.
Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam
perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi.
Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap
jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan
uraian jabatan (Job Description).
3. Penggerakan Pelaksanaan`
Melakukan koordinasi dan pengarahan terhadap seluruh bagian atau
sektor yang terlibat dalam pencapaian target. Perencanaan dan
pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja
cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga
perlu dilakukan penyesuaian. Setiap SDM harus bekerja sesuai
dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masingmasing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi
yang telah ditetapkan.
4. Pengawasan/Pengendalian`
merupakan

proses

untuk

mengamati

secara

terus

menerus

(berkesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun


dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang
terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar
kinerja yang jelas. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
alat ukur apakah implementasi sesuai dengan rencana yang
merupakan konsesus bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program
kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi,
pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah
bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera
dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai
dengan situasi, kondisi dan perkembangan terbaru.

F. Supervisor sebagai Motivator.


Supervisor harus mampu memotivasi bawahannya. Tidak dalam
bentuk ceramah atau nasihat-nasihat belaka. Motivasi yang diperlukan
adalah yang berbentuk nyata alias konkret. Ia seyogyanya mampu
membuat program sederhana yang memotivasi atau sekedar memimpin
diskusi dengan hangat; atau bersedia menjadi rekan curhat permasalahan
yang dialami bawahannya. Saya teringat bukunya Patrick Lencioni yang
berjudul The Three Signs of a Miserable Job. Disana ada kisah tentang
seorang pria bernama Brian Bailey yang membuat beberapa program
sederhana namun berefek dahsyat bagi seluruh anak buahnya. Ia
memimpin sebuah tim kecil dalam sebuah restoran hingga terbentuk iklim
kerja yang luar biasa.
Seorang

supervisor harus

melaksanakan

fungsi bimbingan

supervisor, yaitu usaha untuk memotivasi bawahnya baik secara


perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai
perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri dilakukan
dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan
dan

merangsang

untuk

melakukan

percobaan,

serta

membantu

menerapkan sebuah prosedur kerja yang baru.


Dalam kaitannya dengan peranan gaya kepemimpinan supervisor
dalam meningkatkan motivasi bawahannya, perlu dipahami bahwa setiap

pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi


bawahannya, dan dia sendiri harus berbuat baik. Pemimpin juga harus
menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin
hendaknya diartikan seperti motto Ki Hajar Dewantoro; Ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri Handayani. Di sini seorang
supervisor harus mampu menempatkan dirinya menjadi pemimpin yang
demokratis dengan mengambil peran sebagaimana diungkapkan Ki Hajar
Dewantoro

di

atas,

sehingga

mampu

membangkitkan

motivasi

bawahannya. Oleh karena itu seperti tugas kepala sekolah selaku


manager adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Penilaian ini
penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat motivasi bagi
pimpinan kepada guru maupun bagi guru itu sendiri.
G. Syarat-Syarat Seorang Supervisor
Seorang kepala sekolah dalam fugsinya sebagai supervisor memerlukan
persyaratan-persyaratan lain di samping keahlian dan keterampilan teknik
pendidikan terutama persyaratan dalam hal kepemimpinan, pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan kepemimpinan. Dilihat dari segi
kepribadiannya (personality), syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Harus memiliki perikemanusiaan dan solidaritas yang tinggi, dapat
menilai orang lain secara teliti dari segi kemanusiaannya serta dapat
bergaul dengan baik.
2. Harus dapat memelihara dan menghargai dengan sungguh-sungguh
semua

kepercayaan

yang

berhubungan dengannya.
3. Harus berjiwa optimis

diberikan

yang

oleh

berusaha

orang-orang

mencari

yang

yang
baik,

mengharapkan yang baik dan melihat segi-segi yang baik.


4. Hendaknya bersifat adil dan jujur, sehingga tidak dapat dipengaruhi
oleh penyimpangan-penyimpangan manusia.
5. Harus tegas dan objektif (tidak memihak), sehingga guru-guru yang
lemah dalam stafnya tidak hilangdalam bayangan orang-orang yang
kuat pribadinya.

6. Harus berjiwa terbuka dan luas, sehingga lekas dan mudah


dapatmemberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi yang
baik.
7. Memiliki jiwa yang terbuka dan tidak boleh menimbulkan prasangka
terhadap seseorang untuk selama-lamanya hanya karena sesuatu
kesalahan saja.
8. Harus jujur, terbuka dan penuh tangggungjawab.
9. Mampu menyampaikan kritik yang tidak menyinggung perasan orang
lain.
10. Memiliki sikap empati sehingga tidak menimbulkan depresi dan putus
asa pada anggota-anggota stafnya.
11. Harus ramah, terbuka, dan mudah dihubungi sehingga guru-guru dan
siapa saja yang memerlukannya tidak akan ragu-ragu untuk
menemuinya.
12. Harus dapat bekerja dengan tekun, rajin, dan teliti, sehingga
meruoakan contoh bagi stafnya.
13. Personel appearance terpelihara

dengan

baik,

sehingga

dapat

menimbulkan respect dari orang lain.


14. Terhadap peserta didik, harus mempunyai perasaan cinta sedemikian
rupa, sehingga secara wajar dan serius memiliki perhatian terhadap
mereka.
H. Pengertian Motivasi supervisor.
Seorang supervisor tidak akan bekerja secara profesional apabila ia
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugastugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seorang
supervisor, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak
memiliki

kemampuan

yang

tinggi

dalam

mengerjakan

tugas-

tugasnya.Berdasarkan rasional tersebut seorang supervisor, di samping


membina kompetensi atau kemampuan atau keterampilan guru, perlu
membina motivasi kerja guru dan motivasi terhadap diri sendiri. Abilitas
dan motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang berinteraksi dengan
kinerja.

Abilitas

seseorang

pengetahuan,sedangkan

skill

dapat

ditentukan

oleh

skill

dan

dapat

dipengaruhi

oleh

kecakapan.

Kepribadian dan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan,


pengalaman latihan dan minat.
Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang yang
sering dikenal sebagai motivasi internal dan dapat bersumber dari luar diri
seseorang yang disebut motivasi eksternal. Motivasi sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan supervisi. Motivasi dapat
diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau
mekanisme psikologis yang menyebabkan individu atau kelompok
mencapai hasil optimal sesuai yang diharapkan. Dalam arti kognitif,
motivasi diasumsikan sebagai aktivitas individu untuk menentukan
kerangka dasar tujuan dan penentuan prilaku untuk mencapai tujuan
prilaku tersebut. Dalam arti afektif, motivasi diartikan sebagai sikap dan
nilai dasar yang dianut seseorang atau kelompok bertindak atau tidak
bertindak.
Mengingat pentingnya motivasi bagi supervisor, maka seorang
supervisor perlu memiliki motivasi untuk bisa tumbuh dan berkembang
mencapai hasil kinerja yang optimal. Kinerja yang optimal bisa dicapai
apabila seseorang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas.
2. Ulet menghadapi kesulitan.
3. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
4. Ingin mendalami pekerjaan yang dipercayakan kepadanya,
5. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin,
6. Menunjukan minat yang positif,
7. Lebih senang bekerja mandiri dan bosan terhadap tugas-tugas yang
rutin.
8. Senang memecahkan persoalan yang dialami selama bekerja.
I. Supervisor sebagai pemimpin metanoiac

Supervisor mempunyai tanggung jawab terhadap kepemimpinannya dan


mempunyai suatu wewenang untuk melakukan suatu kegiatan supervisi. Dalam
melakukan tugas supervisi seorang Supervisor membina dan membantu guru
dalam memberikan penjelasan mengenai program-program operasional agar
mudah dimengerti. Supervisi sebagai usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan
membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru dan sekolah secara
individual maupun kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Supervisi sebagai suatu teknik pelayanan
yang mempunyai tujuan utama yaitu mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak didik.
Pengertian supervisi disimpulkan sebagai suatu usaha untuk menstimulasi
para guru agar termotivasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Supervisi
juga merupakan langkah evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar, sehingga
para guru yang kinerjanya kurang perlu diadakan perbaikan, dan yang sudah baik
dapat diteruskan dan ditingkatkan.
Kemampuan supervisi kepala sekolah cenderung kepada kemampuan kepala
sekolah dalam merangsang, membimbing dan mendorong para guru agar
meningkatkan profesionalitas-nya dalam bentuk aktivitas berupa tindakan
partisipatif bersama-sama para guru, menyelesaikan inovasi yang sesuai untuk
diterapkan di sekolah, membantu kesulitan para guru menggunakan strategis
perencanaan dalam melaksanakan tugas, dan membantu para guru dalam
menyebarkan kebiasaan baru yang dipercaya mampu membawa perubahan positif
bagi sekolah. Selama ini guru melihat kepala sekolah sebagai pemimpin sekaligus
seorang supervisor yang harus dihormati/dijunjung tinggi, sikap seperti ini
nampak pada waktu kegiatan pelaksanaan supervisi. Seorang kepala sekolah yang
sedang melakukan kegiatan supervisi dikenal seperti polisi sekolah, sehingga
memunculkan rasa ketakutan, keminderan para guru yang pada akhirnya akan
berdampak pada kinerja guru.
Sebagian besar persepsi guru mengatakan bahwa seorang kepala sekolah
secara administrasi adalah pemimpin dan yang berhak melakukan kegiatan

supervisi. Secara yuridis keorganisasian guru berada di bawah pengawasan kepala


sekolah. Meskipun demikian, dalam suatu instansi pendidikan, kepala sekolah
tidak akan bisa bekerja memajukan lembaganya manakala tidak ada guru dan
mungkin akan berlaku sebaliknya guru tidak akan bisa harmonis kalau tidak ada
yang memimpin dan mengarahkan.
Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah dimaksudkan untuk
mengarahkan para guru agar mempunyai kinerja yang baik dalam menjalankan
semua tugas dan tanggung jawabnya kepada Masyarakat dan kepada Allah Swt.
Masih terdapat sorotan masyarakat, bahwa masih banyak guru sebagai tenaga
pendidik bertindak kurang profesional, terutama berkaitan dengan keberhasilan
kinerja guru yang belum maksimal. Hal ini dapat dibuktikan dari dua belas
kompetensi guru yang seharusnya dikuasai dan dijalankan oleh para guru banyak
yang belum terpenuhi, seperti penguasaan guru tentang landasan pendidikan
masih kurang, dan belum seluruhnya guru yang bisa menafsirkan dan
mempublikasikan hasil-hasil penelitian, dan sebagainya.
Dalam kaitan peran kepemimpinan supervisor, banyak hasil-hasil studi yang
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam setiap organisasi
merupakan faktor yang berhubungan dengan produktifitas dan efektifitas
organisasi.
Sarros

dan

transformasional

Butchatsky

(1996)

menyebut

model

sebagai model kepemimpinan penerobos

kepemimpinan
(breakthrough

leadership). Disebut penerobos, karena pemimpin dengan tipe ini memiliki


kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap
individu-individu maupun organisasi dengan jalan memperbaiki kembali
(reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan
organisasi; memulai proses penciptaan inovasi; meninjau kembali struktur, proses
dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang
menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat dan mencoba untuk
merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin
dilaksanakan. Pemimpin mampu membawa perubahan yang mendasar dan besar

dalam kehidupan pengikut karena memiliki pemikiran metanoiac (meta =


perubahan, nous/noos = pikiran; Yunani).
Selain Sarros dan Butchatsky (1996), terdapat sejumlah ahli manajemen
lainnya juga memberikan apresiasi yang sama terhadap model kepemimpinan
transformasional atau metanoiac ini. Tercatat seperti Hater dan Bass (1988),
Yammarino dan Bass (1990), Tichy dan Devana (1990), Bass dan Avolio (1994)
serta Bryman (1992). Dari pendapat ahli-ahli tersebut, utamanya dari Bass dan
Avolio (1994) diketahui bahwa idealnya model kepemimpinan ini dikarenakan
model ini memiliki empat dimensi kepemimpinan yang disebut sebagai the four
Is atau Empat I berikut.
1.

Idealized Influence (pengaruh ideal). Pemimpin memiliki perilaku yang


membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus
mempercayainya.

2.

Inspirational

Motivation (motivasi

mengartikulasikan

pengharapan

inspirasi).

yang

jelas

Pemimpin

mampu

terhadap

prestasi

bawahan/pengikut, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan


organisasi dan mampu menggugah spirit tim melalui penumbuhan entusiasme
dan optimisme.
3.

Intellectual

Stimulation (stimulasi

intelektual).

Pemimpin

mampu

menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap


permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan/pengikut, memberikan
motivasi pada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan baru dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi.
4.

Individualized Consideration (konsiderasi individu). Pemimpin mau


mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan/pengikut
serta secara khusus mau memperhatikan kebutuhan bawahan/pengikut akan
pengembangan karir.

Sekalipun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif


baru, namun beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi
tersebut (Daryanto dan Daryanto, 1999).
Untuk dapat merengkuh empat dimensi kepemimpinan metanoiac,
seseorang disyaratkan untuk memiliki sejumlah syarat penting berikut. Dari
Kotter (1997) dan juga Covey (2000), setidaknya dapat disarikan tujuh syarat
penting yang dimaksud : (1) Worldview, (2) Nilai-nilai Pribadi, (3) Motivasi, (4)
Dimilikinya pengetahuan mengenai industri dan organisasi, (5) Dimilikinya
relasi

yang

kuat

kemampuan/keahlian

dalam

industri

kepemimpinan,

dan
seperti

organisasi,
manajemen,

(6)

Dimilikinya

keorganisasian,

komunikasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan penunjang lainnya, (7)


Dimilikinya reputasi dan catatan rekor.
Worldview atau paradigma adalah cara pandang seseorang dalam melihat
(mempersepsi, mengerti, menafsirkan) dunia. Dalam bahasa yang lain dapat
disebut juga cara pandang yang didasarkan pemahaman akan hakikat keberadaan
manusia, alam semesta dan kehidupan. Cara pandang ini menentukan sikap atau
perilaku dan perasaan. Ketika melihat dengan cara yang berbeda, maka akan
berfikir dengan cara berbeda, merasa dengan cara yang berbeda dan berperilaku
dengan cara yang berbeda pula. Cara kita melihat masalah berpusat pada prinsip,
sesuatu yang sangat mendasar. Sedemikian pentingnya sebuah worldview bagi
kehidupan seseorang, menjadikannya sebagai syarat pertama yang akan mendasari
syarat-syarat berikutnya. Worldview akan mempengaruhi kandungan dan arah
nilai-nilai pribadi dan motivasi. Worldview juga akan mendasari bagaimana
seseorang menyikapi keberadaan organisasi dan industri yang dimasukinya,
menuntunnya menjalin relasi di dalamnya. Worldview akan membangkitkan
semangat dan energi yang luar biasa untuk belajar dan menguasai sejumlah
keahlian yang dibutuhkan, seperti manajemen, keorganisasian, komunikasi, teknik
pengambilan keputusan dan sejumlah keahlian penunjang lainnya. Terakhir,
Worldview akan menuntun seseorang untuk selalu menjaga reputasi dan catatan
rekornya agar sesuai dengan prinsip yang diyakininya.

Bila roadmap tren perkembangan model kepemimpinan dunia mengerucut


ke model kepemimpinan transformasional/metanoiac, lalu bagaimana dengan
model kepemimpinan yang tepat untuk membangkitkan kesadaran umat ?
Sebagaimana telah diungkap di muka bahwa problematika yang dihadapi
umat ternyata lahir dari sebuah worldview yang nyata-nyata salah yaitu
sekulerisme, maka tidak ada jalan lain bagi setiap individu dan organisasi yang
ingin membangkitkan kembali umat Islam, kecuali hanya dengan menggunakan
kembali worldview yang sesungguhnya, yakni Islam secara kaffah.
Bila worldview Islam yang digunakan secara konsisten, maka akan lahir
sosok

individu

yang

akan

menjalankan

kepemimpinan

metanoiac

Islam. Worldview Islam inilah yang akan menjadi arahan dan rujukan bagi
implementasi kepemimpinan metanoiac atas diri sendiri dan komunitas. Pada
ranah individu, ia akan memimpin pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah)
pribadi agar pemenuhan dan penyaluran hajatu al udhawiyah dan gharizah nya
senantiasa sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada sang Khaliq. Pada
ranah komunitas, baik berupa organisasi maupun masyarakat, individu pemimpin
akan melakukan pengerahan dan pemberdayaan segenap komponen komunitas
agar secara bersama-sama dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dimana
interaksi antar individunya berada dalam koridor ide, perasaan dan aturan yang
sama yang berasal dari al Kholiq. Interaksi ini mewujudkan filosofi TEAM,
yakni Together Everyone Achieve More.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta : Depdikbud,1996
.Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta :
Depdikbud, 1996.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya Jakarta: Depdikbud, 1998
Nana Sudjana. Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar
Baru, 1998
Pengawas dan Kepengawasan. Jakarta: Binamitra Publishing, 2012
Supervisi
Pendidikan
Konsep
dan
Aplikasinya
bagi
Pengawas
Sekolah. Jakarta: Binamitra Publishing, 2012
Nuraedi. Metode
dan Teknik Supervisi
bagi Pengawas Satuan Pendidikan.
Jakarta ,2008
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya, 2003

SUPERVISOR ( KEPALA SEKOLAH) DALAM


MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA
Disusun oleh:

NAMA : MULYATI
NIM
: 1581185
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang
sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia.
Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan
melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia
(SDM). Dimana mutu Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan
mutu pendidikan. Mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang
baik, memenuhi syarat, dan

segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan. Komponenkomponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, serta biaya.
Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja
tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya, adapun salah satu cara untuk
mewujudkannya

adalah

dengan

pengembangan

profesionalisme.

Ini

membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting, dalam hal ini
adalah kepala sekolah, dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan
yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan
pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang
profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini,
pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena
sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia
pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia
miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga
profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga kependidikan profesional
tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan
tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan
wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan.

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan
pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih
bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi,
seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara
otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output
(keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi inputoutput yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek,
1979, 1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah),
melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,
diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang
diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat
dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan seringkali
tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mutu pendidikan di sekolah?
2. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah?
3. Apa saja tugas dan peranan kepala sekolah?
4. Apa saja peranan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan?
5. Apa saja syarat kepemimpinan kepala sekolah?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mutu pendidikan di sekolah.
2. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah.
3. Untuk mengetahui tugas dan peranan kepala sekolah.
4. Untuk mengetahui peranan-peranan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat kepemimpinan kepala sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN
Mutu Pendidikan di Sekolah
Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah
diukur dari mutu pendidikan yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Dalam
konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output
pendidikan (Depdiknas, 2001: 5). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang
harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan
merupakan

berubahnya

mengintegrasikan

input

sesuatu

menjadi

sesuatu

yang

lain

sekolah

sehingga

mampu

menciptakan

dengan
situasi

pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong


motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta
didik. Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah yang dapat diukur
dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, dan
moral kerjanya.
Dalam konsep yang lebih luas, mutu pendidikan mempunyai makna sebagai
suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai
dengan pendekatan dan kriteria tertentu (Surya, 2002: 12).
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang
akan ada dalam sekolah itu sendiri dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan
sistem. Menurut Townsend dan Butterworth (1992: 35) dalam bukunya Your
Childs Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang
bermutu, yakni keefektifan kepemimpinan kepala sekolah; partisipasi dan rasa
tanggung jawab guru dan staf; proses belajar-mengajar yang efektif;
pengembangan staf yang terprogram; kurikulum yang relevan; memiliki visi dan

misi yang jelas; iklim sekolah yang kondusif; penilaian diri terhadap kekuatan dan
kelemahan; komunikasi efektif baik internal maupun eksternal; serta keterlibatan
orang tua dan masyarakat secara instrinsik.
Berdasarkan konsep mutu pendidikan tersebut maka dapat dipahami bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input
pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input
pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi
tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan
(school resources are necessary but not sufficient condition to improve student
achievement).
Selama tahun 2002 dunia pendidikan nasional ditandai dengan berbagai
perubahan yang datang bertubi-tubi, serempak, dan dengan frekuensi yang sangat
tinggi. Belum tuntas sosialisasi perubahan yang satu, datang perubahan yang lain.
Beberapa inovasi yang mendominasi panggung pendidikan selama tahun 2002
antara lain adalah Pendidikan Berbasis Luas (PBL/BBE) dengan life skills-nya,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/CBC), Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS/SBM), Ujian Akhir Nasional (UAN) pengganti EBTANAS, pembentukan
dewan sekolah dan dewan pendidikan kabupaten/kota. Setiap pembaruan tersebut
memiliki kisah dan problematikanya sendiri.
Fenomena yang menarik adalah perubahan itu umumnya memiliki sifat yang
sama, yakni menggunakan kata berbasis (based). Bila diamati lebih jauh,
perubahan yang berbasis itu umumnya dari atas ke bawah; dari pusat ke daerah;
dari pengelolaan di tingkat atas menuju sekolah; dari pemerintah ke masyarakat;
dari sesuatu yang sifatnya nasional menuju yang lokal. Istilah-istilah lain yang
populer dan memiliki nuansa yang sama dengan berbasis adalah pemberdayaan

(empowerment), akar rumput (grass-root), dari bawah ke atas (bottom up), dan
sejenisnya.
Simak saja label-label perubahan yang dewasa ini berseliweran dalam dunia
pendidikan nasional (kadang-kadang dipahami secara beragam): manajemen
berbasis sekolah (school based management), peningkatan mutu berbasis sekolah
(school based quality improvement), kurikulum berbasis kompetensi (competence
based curriculum), pengajaran/pelatihan berbasis kompetensi (competence based
teaching/training), pendidikan berbasis luas (broad based education), pendidikan
berbasis masyarakat (community based education), evaluasi berbasis kelas
(classroom based evaluation), evaluasi berbasis siswa (student based evaluation)
dikenal juga dengan evaluasi portofolio, manajemen pendidikan berbasis lokal
(local based educational management), pembiayaan pendidikan berbasis
masyarakat (community based educational financing), belajar berbasis internet
(internet based learning), kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan entah
apa lagi.
Supriadi (2002: 17) mengatakan: orang yang mendalami teori difusi inovasi
akan segera tahu bahwa setiap perubahan atau inovasi dalam bidang apapun,
termasuk dalam pendidikan, memerlukan tahap-tahap yang dirancang dengan
benar sejak ide dikembangkan hingga dilaksanakan. Sejak awal, berbagai kondisi
perlu diperhitungkan, mulai substansi inovasi itu sendiri sampai kondisi-kondisi
lokal tempat inovasi itu akan diimplementasikan. Intinya, suatu perubahan yang
mendasar, melibatkan banyak pihak, dan dengan skala yang luas akan selalu
memerlukan waktu. Suatu inovasi mestinya jelas kriterianya, terukur dan realistik
dalam sasarannya, dan dirasakan manfaatnya oleh pihak yang melaksanakannya.

Banyak inovasi pendidikan yang diluncurkan di Indonesia dewasa ini kurang


dihayati secara penuh oleh pelaksananya (termasuk kepala sekolah), di samping
secara konseptual cacat sejak lahir, serba tergesa-gesa, serba instan, targetnya
tidak realistik, didasari asumsi yang linier seakan-akan suatu inovasi akan bergulir
mulus begitu diluncurkan dan secara implisit dimuati obsesi demi menanamkan
aset politik di masa depan. Maka sudah barang tentu inovasi model seperti ini
mengandung risiko kegagalan yang besar.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
organisasi karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi
ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Yang dimaksud dengan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada
Manajemem: a Guide to Executive Command dalam (Sadili Samsudin, 2006: 287)
adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja
sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006: 2) mengartikan kepemimpinan
sebagai suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa
sehingga tercapailah tujuan itu. Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268)
kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu
pencapaian suatu maksud dan tujuan.
Berdasarkan

beberapa

definisi

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi

orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan
dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah atau pemimpin suatu
lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah seorang
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
(Wahjosumidjo, 2002: 83). Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan
fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah) di
sekolah. (Rahman, 2006: 106). Kepala sekolah adalah seorang guru yang
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada
suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai
tujuan bersama.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab
atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana.
Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta persyaratan tertentu yang
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan
profesionalisme tenaga kependidikan yang mengimplikasikan meningkatkanya
prestasi belajar peserta didik. Kepala sekolah yang professional akan berfikir

untuk membuat perubahan tidak lagi berfikir bagaimana suatu perubahan


sebagaimana adanya sehingga tidak terlindas oleh perubahan tersebut. Untuk
mewujudkan kepala sekolah yang profesional tidak semudah membalikkan
telapak tangan, semua itu butuh proses yang panjang. Namun kenyataan di
lapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai pemimpin pendidikan. Ini disebabkan karena dalam proses
pengangkatannya tidak ada trasnparansi, rendahnya mental kepala sekolah yang
ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam
melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat serta banyak faktor penghambat
lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mengimplikasikan
rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu
(input, proses, dan output).
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang
profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini
pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena
sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia
pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia
miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga
profesionalisme guru akan terwujud.

Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang


berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai pemimpin pada sebuah
lembaga pendidikan formal, mempunyai peran sangat penting dan menentukan
dalam membantu para guru dan muridnya. Di dalam kepemimpinnya kepala
sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi di lingkunagn sekolah secara menyeluruh. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, seorang kepala
sekolah harus mampu meningkatkan kinerja para pendidik termasuk tenaga
kependidikan yang berada di bawah kewenangannya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru. Maka sebagai
pimpinan tertinggi di sekolah, seorang kepala sekolah harus mampu memberikan
energi positif yang mampu menggerakkan para guru untuk melaksanakan
tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga kinerja
mereka menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Sebagai pemimpin yang
mempunyai pengaruh, seorang kepala sekolah harus terus berusaha agar ide,
nasehat, saran dan (jika perlu) instruksi dan perintah dan kebijakannya diikuti oleh
para guru binaannya. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahanperubahan dalam cara berfikir, dalam bersikap dan dalam bertindak atau
berperilaku. Maka menjadi tuntutan bagi seorang kepala sekolah harus selalu
merefresh pengetahuan dan wawasan keilmuannya agar nantinya dapat
mendukung tugasnya sebagai seorang pimpinan.

Banyak faktor penghambat tercapainya kualitas kepemimpinan seorang kepala


sekolah seperti proses pengangkatannya tidak transparan, rendahnya mental
kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta
kurangnya disiplin dalam melakukan tugas dan seringnya datang terlambat,
wawasan kepala sekolah yang masih sempit serta banyak faktor lain yang
menghambat kinerja seorang kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Ini mengimplikasikan rendahnya
produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input,
proses dan output).
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala sekolah harus
melakukan pengelolaan dan pembinaan terhadap seluruh komponen sekolah
melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat
tergantung pada kemampuan manajerial seorang kepala sekolah. Sehubungan
dengan itu, kepala sekolah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi,
membangun, mengoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan
pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu, kepala
sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan
manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan
mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah
pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara
bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab yang dalam bahasa sekarang
dikemas dalam istilah profesional. Oleh karena itu, segala penyelenggaraan
pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang

sangat dipengaruhi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya secara operasional.


Untuk itu kepala sekolah harus melakukan supervisi sekolah yang memungkinkan
kegiatan operasional itu berlangsung dengan baik.
Tugas dan Peranan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, seorang
kepala sekolah haruslah orang yang profesional. Secara profesional seorang
kepala sekolah memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
1. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah
yang dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh kepala sekolah.
2. Kepala sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang
dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf,
dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala
sekolah.
3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu
menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, seorang
kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas secara cepat
serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan
4.

dengan kepentingan sekolah.


Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala

sekolah
harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian
menyelesaikan persoalan dengan satu solusi. Serta harus dapat melihat setiap
tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
5. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam
lingkungan
sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang

mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan


konflik.
Untuk itu, kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
6. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat
membangun
hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan
(compromise).
Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat
dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masingmasing, (2) terbentuknya aliansi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS,
BP3,
komite sekolah, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation)
dengan
berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.
7. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum pertemuan
kepala
sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang dipimpinnya.
8. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada
satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah
sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan
apabila terjadi kesulitan-kesulitan, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai
orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut (Wahjosumidjo
(2002: 97).
Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya
sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua adalah seyogyanya
kepala sekolah memahami dan mengetahui perannya. Adapun peran kepala
sekolah

dalam

menjalankan

peranannya

sebagai

diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah:


(a) Peranan hubungan antar perseorangan;
(b) Peranan informasional;
(c) Sebagai pengambil keputusan.

manajer

seperti

yang

Peranan hubungan antar perseorangan meliputi:


a.
b.

Figurehead yang berarti lambang dengan pengertian kepala sekolah sebagai


lambang sekolah;
Kepemimpinan (leadership) yang artinya kepala sekolah adalah pemimpin
yang
harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah
sehingga dapat melahirkan etos kerja dan produktifitas yang tinggi untuk
mencapai tujuan;

c.

Penghubung (liasion) yang artinya kepala sekolah menjadi penghubung

antara
kepentingan sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah.
Sedangkan
secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru (pendidik),
tenaga
kependidikan dan peserta didik (siswa).
Peranan informasional meliputi:
a. Kepala sekolah sebagai monitor, artinya kepala sekolah harus selalu
mengadakan
pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan muncul informasiinformasi baru yang berpengaruh terhadap sekolah yang dipimpinnya;
b. Kepala sekolah sebagai disseminator, artinya kepala sekolah bertanggung
jawab
penuh untuk menyebarluaskan dan membagi-bagi informasi kepada para
guru (pendidik), tenaga kependidikan serta orang tua siswa;
c. Kepala sekolah sebagai spokesman, artinya kepala sekolah memiliki tugas
menyebarkan informasi kepada lingkungan di luar sekolah yang dianggap
perlu.

Sedangkan yang berkaitan dengan peranan kepala sekolah sebagai pengambil


keputusan meliputi:
a. Enterpreneur,

artinya

kepala

sekolah

selalu

berusaha

memperbaiki

penampilan
sekolah melalui berbagai macam ide dan gagasan pemikiran berupa programprogram yang baru serta melakukan survey untuk mempelajari berbagai
persoalan yang timbul di lingkungan sekolah;
b. Disturbance handler (orang yang memperhatikan gangguan), artinya kepala
sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan
memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil;
c. A Resource Allocater (orang yang menyediakan segala sumber), artinya
kepala
sekolah bertanggung jawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan
memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan harus
didelegasikan;
d. A negotiator roles, artinya kepala sekolah harus mampu mengadakan
pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memenuhi kebutuhan
sekolah.
Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan
ke dalam dua aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan
pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan profesional kependidikan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya, ada tiga jenis keterampilan
pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu keterampilan teknis (technical skill), keterampilan berkomunikasi (human
relations skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).
Menurut persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah
terutama dilandasi oleh kemampuannya dalam memimpin. Kunci bagi kelancaran

kerja kepala sekolah terletak pada stabilitas dan emosi, serta rasa percaya diri. Hal
ini merupakan landasan psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil,
memberikan keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku dan melaksanakan
tugas.
Dalam

konteks

ini,

kepala

sekolah

dituntut

untuk

menampilkan

kemampuannya membina kerja sama dengan seluruh personel dalam iklim kerja
terbuka yang bersifat kemitraan, serta meningkatkan partisipasi aktif dari orang
tua murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa mendapatkan dukungan penuh
dari setiap program kerjanya.
Keterlibatan kepala sekolah dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak
dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pembinaan terhadap para guru dan
upaya penyediaan sarana belajar yang diperlukan.
Kepala sekolah sebagai komunikator bertugas menjadi perantara untuk
meneruskan instruksi kepada guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah
kepada instansi kepada para guru, serta menyalurkan aspirasi personel sekolah
kepada instansi vertikal maupun masyarakat. Pola komunikasi dari sekolah pada
umumnya bersifat kekeluargaan dengan memanfaatkan waktu senggang mereka.
Alur penyampaian informasi berlangsung dua arah, yaitu komunikasi top-down,
cenderung bersifat instruktif, sedangkan komunikasi bottom-up cenderung berisi
pernyataan atau permintaan akan rincian tugas secara teknis operasional. Media
komunikasi yang digunakan oleh kepala sekolah ialah: rapat dinas, surat edaran,
buku informasi keliling, papan data, pengumuman lisan serta pesan berantai yang
disampaikan secara lisan.
Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian
sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas

dapat disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar
(fitness to standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai
perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan
global (fitness to global environmental requirements). Adapun yang dimaksud
mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu aspek dalam pengelolaan
pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat
digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja
(performance), (2) feature, (3) kehandalan (reliability), (4) konfirmasi
(conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7)
estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang bersifat
subjektif.
Dalam pandangan masyarakat umum sering dijumpai bahwa mutu sekolah
atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung
dan jumlah ekstrakurikuler yang disediakan. Ada pula masyarakat yang
berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah
tersebut yang diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami
kualitas pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di
sekolah sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu
komponen yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga
membuahkan hasil.
Dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu, kepala sekolah harus
senantiasa memahami sekolah sebagai suatu sistem organisasi. Untuk itu, kepala
sekolah harus lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager.
Sebagai leader, maka kepala sekolah harus:

2. Lebih bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan


bersandar pada kekuasaan atau SK.
3. Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi.
Bukannya menciptakan rasa takut.
4. Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada
menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu.
5. Seantiasa mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan
suasana
yang menjemukan.
6. Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan
pada seseorang, bekerja dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan
karena serba kekurangan (Boediono, 1998).
Menurut Poernomosidi Hadjisarosa (1997 dalam Slamet, PH, 2000), kepala
sekolah merupakan salah satu sumber daya sekolah yang disebut sumber daya
manusia jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi
mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya manusia jenis pelaksana
(SDM-P) melalui sejumlah input manajemen agar SDM-P menggunakan
jasanya untuk bercampur tangan dengan sumber daya selebihnya (SD-slbh),
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk
menghasilkan output yang diharapkan.
Secara umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai
berikut (Slamet, PH, 2000):
a. Memiliki wawasan jauh ke depan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus
dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi);
c. Memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumber
daya

c.

terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan
sekolah (yang umumnya tak terbatas);
Memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat,
cekat, dan akurat);
d. Memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai

tujuan dan yang mampu menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal


penting bagi tujuan sekolahnya;
e. Memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari
orangorang yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap
orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai;
f. Memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu
ketidakpedulian, kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi,
arogansi, pemborosan, kaku, dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.
Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.

Kepala sekolah menggunakan pendekatan sistem sebagai dasar cara

2.

berpikir,
cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena
itu, kepala sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu
berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncatloncat), berpikir secara holistik (tidak parsial), berpikir multi-inter-lintas
disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa yang diubah pada
komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen
lainnya); berpikir sebab-akibat (ingat ciptaan-Nya selalu berpasangpasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif
(kuantitatif +kualitatif), dan berpikir sinkretisme.

2. Kepala sekolah memiliki input manajemen yang lengkap dan jelas, yang
ditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam tugas (apa yang harus
dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan, tanggung jawab, kewajiban, dan
hak), rencana (deskripsi produk yang akan dihasilkan), program (alokasi

sumber daya untuk merealisasikan rencana), ketentuan-ketentuan/limitasi


(peraturan perundang-undangan, kualifikasi, spesifikasi, metode kerja,
prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tindakan turun tangan), dan memberikan
kesan yang baik kepada anak buahnya.
3. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan perannya sebagai
manajer (mengkoordinasi dan menyerasikan sumber daya untuk mencapai
tujuan), pemimpin (memobilisasi dan memberdayakan sumber daya manusia),
pendidik (mengajak nikmat untuk berubah), wirausahawan (membuat sesuatu
bisa terjadi), penyedia (mengarahkan, membimbing dan memberi contoh),
pencipta

iklim

kerja

(membuat

situasi

kehidupan

kerja

nikmat),

pengurus/administrator (mengadminitrasi), pembaharu (memberi nilai tambah),


regulator (membuat aturan-aturan sekolah), dan pembangkit motivasi
(menyemangatkan).
Menurut Enterprising Nation (1995), manajer tangguh memiliki delapan
kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible
and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve
complex problem and make decisions, and (h) ethical/high personal standards.
Sedang American Management Association (1998) menuliskan 18 kompetensi
yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b)
proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of
unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate selfassessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity,
(l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o)

self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, and (r) use of oral
presentation.
1. Kepala sekolah memahami, menghayati, dan melaksanakan dimensi-dimensi
tugas (apa), proses (bagaimana), lingkungan, dan keterampilan personal, yang
dapat diuraikan sebagai berikut: (a) dimensi tugas terdiri dari: pengembangan
kurikulum, manajemen personalia, manajemen kesiswaan, manajemen fasilitas,
pengelolaan keuangan, hubungan sekolah masyarakat, dsb; (b) dimensi proses,
meliputi

pengambilan

keputusan,

pengelolaan

kelembagaan,

pengelolaan

program, pengkoordinasian, pemotivasian, pemantauan dan pengevaluasian, dan


pengelolaan proses belajar mengajar; (c) dimensi lingkungan meliputi pengelolaan
waktu, tempat, sumber daya, dan kelompok kepentingan; dan (d) dimensi
keterampilan personal meliputi organisasi diri, hubungan antar manusia,
pembawaan diri, pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya menulis (Lipham,
1974; Norton, 1985).
2. Kepala sekolah mampu menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan
antara kinerja yang aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari
sini, kemudian dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan
dengan memilih fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu
melakukan analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk
menemukan faktor-faktor yang tidak siap (mengandung persoalan), dan
mengupayakan langkah-langkah pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada
persoalan, maka sasaran tidak akan pernah tercapai.
3. saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuhkan
Kepala
sekolah mengupayakan teamwork yang kompak/kohesif dan cerdas, serta

membuat solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga


terbentuk iklim kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output
sekolah.
4. Kepala sekolah menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan kreativitas dan
memberikan peluang kepada warganya untuk melakukan eksperimentasieksperimentasi untuk menghasilkan kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun
hasilnya tidak selalu benar (salah). Dengan kata lain, kepala sekolah
mendorong
warganya untuk mengambil dan mengelola resiko serta melindunginya
sekiranya
hasilnya salah.
5. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan menciptakan sekolah
belajar .
6.Kepala sekolah memiliki kemampuan dan kesanggupan melaksanakan
Manajemen
Sekolah sebagai konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu
pergeseran dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis
Sekolah
(dalam kerangka otonomi daerah).
7. Kepala sekolah memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar
mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain
sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan
proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi dan
kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan lebih rendah.
8. Kepala sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya (Slamet PH,
2000), terutama sumber daya manusianya melalui pemberian kewenangan,
keluwesan, dan sumber daya.
Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak lepas dari peran
kepala sekolah sebagai pengelola dalam lembaga pendidikan. Adapun yang
dimaksud dengan peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di
sini adalah usaha-usaha yang dilakukan kepala sekolah untuk mencapai kemajuan

dan kesempurnaan pendidikan yang dipercayakan kepadanya. Berikut ini akan


diuraikan tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,
yang meliputi perannnya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,
leader, inovator, dan motivator.
1. Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Edukator)
Sebagai edukator, kepala sekolah bertugas untuk membimbing guru, tenaga
kependidikan, peserta didik, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi teladan
yang baik. Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada
seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program
akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.
Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan
prestasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut: a) mengikutsertakan guruguru dalam penataran, atau pendidikan lanjutan; b) menggerakkan tim evaluasi
hasil belajar peserta didik; c) menggunakan waktu belajar secara efektif di
sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri
pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran; dan sebagainya.
2. Kepala Sekolah sebagai Manajer
Untuk melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk: a) memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif; b) memberi kesempatan


kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya; dan c)
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan yang menunjang program
sekolah.
3. Kepala Sekolah sebagai Administrator
Administrasi merupakan suatu proses yang menyeluruh dan terdiri dari
bermacam kegiatan atau aktivitas di dalam pelaksanaannya. Sebagai
administator, kepala sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala
pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolahnya. Aktivitas administratif
adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan, penyusunan dan
dokumentasi program dan kegiatan sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah
juga dituntut untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi sarana dan
prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi
keuangan.
4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Supervisi juga dapat diartikan sebagai pembinaan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar dengan lebih baik sesuai dengan
tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai peran dan
tanggung jawab untuk membina, memantau, dan memperbaiki proses
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Supervisi kepala
sekolah dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

Di antara tugas-tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah: 1) Membantu


stafnya menyusun program; 2) Membantu stafnya mempertinggi kecakapan dan
keterampilan mengajar; dan 3) Mengadakan evaluasi secara kontinyu tentang
kesanggupan stafnya dan tentang kemajuan program pendidikan pada umumnya.
Keberhasilan peran kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat
ditunjukkan oleh: 1) meningkatnya kesadaran guru dan staf untuk meningkatkan
kinerjanya; dan 2) meningkatnya keterampilan guru dan staf dalam melaksanakan
tugasnya.
5. Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong sekolah dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi dan
menggerakkan sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan
evaluasi program sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan
ketenagaan, sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, hubungan
sekolah dengan masyarakat, penciptaan iklim sekolah, dan sebagainya.
6. Kepala sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Peran kepala sekolah

sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara


konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, keteladanan,
disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.
7. Kepala sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat tumbuh melalui pengaturan
lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan
secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan
pusat sumber belajar.
Syarat-syarat Kepemimpinan Kepala Sekolah
Maju mundurnya sekolah tergantung bagaimana kepala sekolah sebagai
pemimpin mempoles ataupun merencanakan strategi untuk kemajuan dan kualitas
sekolah. Supaya sekolah dapat berjalan dengan baik seyogyanya kepala sekolah
memiliki syarat. Syarat yang dimaksud disini adalah sifat-sifat atau sikap-sikap
yang layak dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat menjalankan
kepemimpinan dengan sukses.
Untuk menjabat sebagai seorang kepala dalam lingkungan pendidikan,
ditetapkan beberapa persyaratan yaitu: pendidikan yang dimiliki, pengalaman
yang sering dinyatakan dalam bentuk golongan/pangkat, dan umur. Adapun
syarat-syarat khusus yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Kepala Sekolah)
adalah:
1. Memiliki kecerdasan/intelegensi yang baik,
2. Percaya diri sendiri dan membership,
3. Memiliki keahlian/keterampilan dalam bidangnya,
4. Cakap bergaul dan ramah tamah,
5. Disiplin,

6. Suka menolong dan memberi petunjuk,


7. Memiliki semangat pengabdian yang tinggi,
8. Sehat jasmani dan rohani.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu, kepala sekolah

harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan.


Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan meliputi: a)
sebagai pendidik (edukator), b) sebagai manajer, c) sebagai administrator, d)
sebagai supervisor, e) sebagai leader, f) sebagai inovator, dan g) sebagai

motivator.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin yaitu memiliki kecerdasan/intelegensi yang baik, percaya diri sendiri
dan membership, memiliki keahlian/keterampilan dalam bidangnya, cakap bergaul
dan ramah tamah, disiplin, suka menolong dan memberi petunjuk, memiliki
semangat pengabdian yang tinggi, serta sehat jasmani dan rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga


Kependidikan. 2007. Naskah Materi Diklat Pembinaan Kompetensi untuk Calon
Kepala Sekolah/ Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Enco Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam
Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.
Made Pidarta. 1999. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Manullang. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : UGM
University Press.
Oemar Hamalik. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Rembangy,

Musthofa.

Yogyakarta: Teras

2010.

Pendidikan

Transformatif.

Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Disusun oleh :
Muhammad Ghufron

(1581184)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Sekolah sebagai
birokrasi yang mana di dalamnya terdapat adanya pimpinan lembaga yaitu kepala
sekolah serta badan pembantu seperti wakil kepala sekolah, staf-staf dan para guru
yang kesemuanya itu menunjukkan adanya hirarki. Semuanya saling berhubungan
dan mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
Sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam menciptakan koordinasi yang
baik maka diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang dapat mempengaruhi orang lain di lingkungannya untuk mau bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah salah satu komponen

pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga


pendidikan.
Salah satu peran dari kepala sekolah selain sebagai pemimpin juga sebagai
motivator, yaitu bagaimana kepala sekolah meningkatkan kinerja guru melalui
motivasi yang diberikannya. Karena motivasi berfungsi untuk mengarahkan,
mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan yang dalam hal ini akan dapat
menghasilkan peningkatan pada kinerja guru. Untuk itu kepala sekolah harus
mempunyai strategi yang tepat dalam memberikan motivasi kepada tenaga
kependidikan agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah makalah ini
adalah :
1. Apa pengertian peran kepala sekolah sebagai motivator?
2. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai motivator untuk meningkatkan
kinerja guru?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Sedangkan untuk tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa agar mengetahui apa pengertian kepala sekolah sebagai
motivator.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan peran kepala sekolah sebagai motivator.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tugas Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. Pemimpin adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di
lingkungannya pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan penuh
rasa tanggung jawab demi tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan.54
Adapun definisi kepala sekolah menurut Wahjosumidjo bahwa kepala
sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di
mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran.55
54 Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Balai Aksara-Yudhistira,
1982), hlm. 5-6.

55 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010),


Cet. 7. hlm. 83.

Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus mengorganisir


dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang diselenggarakan di
sekolah yang dipimpinnya. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugastugas yang akan dilaksanakan oleh bawahannya agar sasaran dari tujuan yang
ingin dicapai dalam suatu program yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan
baik dan menghasilkan hasil yang baik pula sehingga tercapailah tujuan tersebut.
Hal ini menunjukkan pula bahwa kepala sekolah adalah orang yang menentukan
arah dari tercapainya tujuan tersebut.
Jadi, Kepala sekolah adalah pemimpin di suatu lembaga pendidikan yang
mempunyai kekuasaan penuh untuk menentukan arah bagi lembaga yang
dipimpinnya dan mempunyai tanggung jawab penuh untuk mengelola segala
kegiatan di lembaga tersebut berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan guna
pencapaian tujuan bersama.

2. Tugas-Tugas Kepala Sekolah


Untuk mencapai suatu keberhasilan tentunya kepala sekolah harus
menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Adapun tugas profesional kepala
sekolah Menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa bahwa tugas profesional
kepala sekolah adalah sebagai educator, manager, administrator, supervisor,
leader, inovator, dan motivator atau disingkat dengan EMASLIM.56
a. Kepala sekolah sebagai edukator, ia harus mampu berperan sebagai
pendidik. Yaitu dapat membimbing staf, dan pegawai lainnya untuk dapat
bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan juga mampu
membimbing peserta didik, mengikuti kemajuan IPTEK serta kemampuan
memberikan contoh dan teladan yang baik kepada semua warga sekolah.
Kepala sekolah sebagai edukator dalam menumbuhkan motivasi yaitu
56 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa.. Kinerja Dan Profesionalisme Kepala Sekolah
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 116

dengan cara memberikan saran atau masukan kepada guru, dan juga
memberikan arahan sekaligus bimbingan kepada guru atas motivasi yang
diberikannya dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Sebagaimana fungsi
motivasi tersebut yaitu untuk mengarahkan pada suatu sasaran atau tujuan
yang diinginkan.
b. Kepala sekolah sebagai manajer, ia harus mampu mengatur SDM yang ada
di hal-hal yang terkait dalam pencapaian tujuan seperti menyusun program
di sekolah, menyusun organisasi kepegawaian yang tepat, kemampuan
menggerakkan staf untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas, kemampuan
mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Kepala
sekolah sebagai manajer dalam menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara
mengatur program kerja dengan baik, sesuai dengan kemampuan guru dalam
melaksanakan beban kerja yang diberikan dan dapat menggerakkan guru
untuk giat melaksanakan tugasnya seperti, menyusun RPP (Rencana
Program Pembelajaran), menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Dalam hal
ini hasil yang ingin dicapai yaitu untuk mengaktifkan dan meningkatkan
kegiatan.
c. Kepala sekolah sebagai administrator, ia harus dapat mengelola administrasi
proses belajar mengajar dan bimbingan konseling, mengelola administrasi
kesiswaan, mengelola administrasi keuangan yang diwujudkan dalam
kelengkapan dan akuntabilitas tentang penggunaan dan laporan keuangan.
Serta mampu mengelola administrasi sarana dan prasarana, dan juga
mengelola administrasi persuratan. Dengan kemampuan kepala sekolah
dalam mengelola administrasi tersebut maka kebutuhan guru akan terpenuhi
sehingga guru akan termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melaksanakan program
supervisi pendidikan yang baik, serta memanfaatkan hasil supervisi
pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Dalam hal ini untuk memotivasi guru kepala sekolah harus mampu
melakukan penilaian kinerja terhadap guru dalam KBM (Kegiatan Belajar

Mengajar) hasil penilaian tersebut akan mempengaruhi guru untuk


meningkatkan kinerjanya bila dirasa adanya penurunan pada kinerjanya.
e. Kepala sekolah sebagai leader, ia harus mampu memimpin sekolah atau
madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara
optimal. Kepala sekolah sebagai leader dalam menumbuhkan motivasi dapat
dilihat dari peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan
dorongan dan arahan melalui motivasi.
f. Kepala sekolah sebagai innovator, ia harus mampu mencari dan menemukan
gagasan-gagasan baru untuk pembaharuan di sekolah serta kemampuan
untuk melaksanakan pembaharuan di sekolah. Untuk menumbuhkan
motivasi kepada guru kepala sekolah harus mau menerima saran dan kritik
baik itu dari guru, staf dan pegawai lainnya agar mereka termotivasi untuk
memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan sekolah.
g. Kepala sekolah sebagi motivator, ia harus mampu mengatur lingkungan
kerja agar kondusif, mengatur suasana kerja menjadi nyaman dan tenang dan
dapat menimbulkan kreatifitas dan ide-ide yang cemerlang dari warga
sekolah, memberikan penghargaan bagi semua warga sekolah yang
berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah yang
melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.
B. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya.57 Dorongan tersebutlah yang menjadi penggerak untuk melakukan
sebuah tindakan nyata dalam pemenuhan suatu kebutuhan tersebut. Seorang
pemimpin pendidikan tentunya harus bisa menjadi penggerak di lembaganya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah, penggerak disini dalam artian
memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahannya dalam rangka
memenuhi kebutuhan sekolah tersebut demi tercapainya tujuan sekolah. Tugas
57 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), cet. 5, hlm. 3.

dan fungsi kepala sekolah tentunya tidak sedikit salah satunya adalah sebagai
motivator yang diartikan sebagai pendorong atau penggerak yaitu bagaimana
kepala sekolah dapat mendorong atau menggerakkan bawahannya (tenaga
pendidik dan kependidikan) dalam pemenuhan atau pelaksanaan tugas-tugas di
sekolah secara baik dan benar. Tugas tersebut tentunya dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dan dikerjakan semaksimal mungkin dalam rangka mencapai suatu
keberhasilan bersama yaitu keberhasilan dalam melaksanakan visi dan misi
sekolah yang telah disepakati bersama.
Kepala sekolah harus mampu memotivasi atau mendorong bawahannya
(tenaga pendidik dan kependidikan) untuk senantiasa eksis terhadap pekerjaan
yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah harus mampu menciptakan
suasana

yang

dapat

merangsang

bawahannya

(tenaga

pendidikan

dan

kependidikan) untuk tetap bersemangat dalam menjalankan tugas dan fungsinya.


Kemampuan kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat dari
kemampuan kepala sekolah mengatur lingkungan kerja di sekolah, kemampuan
mengatur suasana kerja sehingga suasana kerja menjadi nyaman dan dapat
menimbulkan kreativitas dan ide-ide yang cemerlang dari warga sekolah. Di
samping itu kepala sekolah harus mampu memberikan penghargaan bagi semua
warga sekolah yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah
yang melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.58
Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam
memberikan motivasi kepada bawahannya, motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui : pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar
melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).59
Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan adalah salah satu factor
terpenting dalam memenuhi rasa nyaman dan aman pada diri seseorang. Oleh
58 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit. hlm 117
59 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet.
11, hlm. 120

karenanya pengaturan lingkungan fisik dapat berpengaruh pada motivasi kerja


seseorang. Untuk itu kepala sekolah harus dapat membangkitkan semangat tenaga
kependidikan, agar dapat menjalankan tugasnya secara optimal. Dengan demikian
diperlukan pengaturan lingkungan fisik yang baik untuk dapat memberikan rasa
nyaman dan aman kepada bawahannya dalam bekerja, guna mendorong
penyelesaian kerja yang optimal. Adapun pengaturan lingkungan fisik, yaitu
mencangkup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakana, ruang
laboratorium, bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang nyaman dan
menyenangkan.
Pengaturan

suasana

kerja,

dalam

bekerja

tentunya

seseorang

membutuhkan suasana yang nyaman untuk dapat bekerja dengan baik. Nyaman
dalam artian suasana yang dapat mendukung terlaksananya suatu pekerjaan atau
tugas yang akan dilaksanakan. Lingkungan yang kondusif kiranya dapat
menumbuhkan motivasi seseorang dalam bekerja atau dalam melaksanakan
tugasnya. Karena dengan lingkungan yang kondusif seseorang dapat merasa
nyaman dan pada akhirnya terdorong atau tergerak untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaannya. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan
membangkitkan semangat kerja para tenaga kependidikan. Untuk itu, kepala
sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik atau harmonis
dengan bawahannya serta menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu nyaman,
aman dan menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar bawahan mau bekerja
dengan penuh semangat dan secara optimal.
Disiplin, dalam meningkatkan taraf kerja yang baik kiranya kepala sekolah
perlu menanamkan kedisiplinan kepada semua bawahan termasuk pada dirinya
sendiri. Dengan pemberian tauladan atau contoh berdisiplin yang baik pada
bawahan dapat memotivasi bawahan untuk selalu disiplin dalam bekerja salah
satunya dalam penyelesaian tugas. Melalui disiplin tersebut diharapkan dapat
tercapai tujuan secara efektif dan efesien, serta dapat meningkatkan produktivitas
sekolah.
Dorongan, untuk menggerakkan bawahan agar mau bekerja secara optimal
dan penuh dengan rasa semangat tentunya kepala sekolah harus terus memotivasi

bawahannya. Karena ada bawahan yang mau bekerja setelah dimotivasi. Setiap
orang pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan
perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, khususnya pada
pemberian motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan, kepala sekolah harus terus memperhatikan motivasi tenaga
kependidikan.
Penghargaan dan Hukuman. Penghargaan dapat berfungsi untuk
meningkatkan prestasi kerja para tenaga kependidikan. Melalui penghargaan ini
para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme
kerja secara positif dan produktif. Karena ada orang yang mau meningkatkan
kinerjanya untuk meraih suatu penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut bisa
berupa pujian, hadiah dan sebagainya yang diberikan atas dasar prestasi kerja
yang baik.
Menurut Sutomo dengan penghargaan, pegawai akan terangsang untuk
meningkatkan kegiatan yang positif dan produktif. 60 Penghargaan akan bermakna
apabila dikaitkan dengan prestasi pegawai secara terbuka sehingga setiap pegawai
memiliki peluang untuk meraihnya. Sedangkan Sunyoto menjelaskan penerapan
hukuman dimaksudkan untuk mengurangi dan menghilangkan kemungkinan
perilaku yang tidak diinginkan akan diulang kembali.61 Membangun prinsip
penghargaan dan hukuman meliputi memberikan penghargaan yang layak kepada
guru yang berprestasi, mengakui dan menghargai setiap prestasi yang dihasilkan
guru, memberi peringatan apabila guru tidak menyelesaikan tugas yang
diperintahkan dengan tepat waktu, memberi teguran kepada guru yang datang
terlambat atau tidak masuk kelas, memberi teguran apabila guru tidak masuk kerja
tanpa izin, hasil kerja guru yang dianggap baik diperlihatkan kepada guru-guru
lain sebagai acuan, memberikan kritik bila pekerjaan guru dianggap tidak baik,
dan memberikan hukuman yang tegas kepada guru yang melanggar aturan.
60 Sutomo, Manajemen Sekolah, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2011), hlm 97
61 Danang Sunyoto, Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku Organisasional,
(Yogyakarta: CAPS, 2013), hlm 7

Penyediaan sumber belajar, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar


yang efektif, kepala sekolah harus menyediakan sumber belajar sesuai dengan
kebutuhan sekolah. Dengan sumber belajar yang memadai tentunya kegiatan
belajar mengajar akan terlaksana dengan baik.
Dengan demikian diharapkan kepala sekolah mampu menjadi motivator
yang baik dan mampu meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dalam
menjalankan serta menyelesaikan tugas dan fungsinya.
Adapun peran kepala sekolah menurut Euis Karwati dalam meningkatkan
motivasi kerja yaitu :
a) Menerapkan manajemen yang terbuka
b) Penerapan deskripsi pekerjaan dengan tugas dan fungsi yang jelas
c) Menerapkan hubungan vertikal kebawah
d) Pemetaan program dan kegiatan peningkatan motivasi kerja
e) Pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh
f) Evaluasi.62
Berbagai kegiatan tersebut diharapakan dapat meningkatkan motivasi,
yang selanjutnya akan memberi dampak positif terhadap upaya dalam
meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran
yang strategis dalam meningkatkan motivasi.
3. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator Di Mts Al Hikmah (Observasi
Lapangan)
Menurut Wina Sanjaya, motivasi adalah dorongan yang dapat
menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan
tertentu.63 Ini berarti bahwa ada kondisi yang mendorong atau yang
menyebabkan manusia melakukan tindakan dengan sadar. Kondisi yang demikian
itu dapat diciptakan oleh pribadi manusia itu sendiri atau oleh manusia lain. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat J. Winardi, bahwa motivasi adalah suatu
62 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit. hlm 91
63 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm. 250.

kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang diri manusia, yang dapat
dikembangkannya sendiri atau dikembangkannya oleh sejumlah kekuatan luar
yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter,
yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara
positif atau secara negatif.64
Adapun menurut N. Manulang yang dikutip oleh Suhendra dan Murdiyah
Hayati dalam bukunya manajemen sumber daya manusia mendefinisikan motivasi
sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer memberikan inspirasi,
semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk
mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk
menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil
sebagaimana dikehendaki.65
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah
kekuatan atau dorongan yang timbul pada dalam diri seseorang sehingga orang
tersebut bertindak atau berbuat sesuatu tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan
tertentu pula dan motivasi ini juga dapat ditimbulkan oleh orang lain seperti
kepala sekolah yaitu dengan memberika semangat dan inspirasi yang bertujuan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain motivasi merupakan
sesuatu yang sangat pokok yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja. Inti
pemberian motivasi adalah menumbuhkan kesadaran diri pada karyawan bahwa
bekerja merupakan suatu kebutuhan.
Adapun peran kepala sekolah sebagai motivator di MTs Al Hikmah
berdasarkan pengamatan penulis, yaitu :
Pertama, Kepala sekolah menumbuhkan motivasi kerja guru dengan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yaitu dengan mengatur lingkungan
kerja fisik yang meliputi ukuran ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan,
penerangan yang cukup, menjaga kebersihan tempat kerja seperti memberi
64 J. Winardi, Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 6.

65 Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Lembaga
Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), hlm 91.

himbauan yang melibatkan partisipasi karyawan, guru dan siswa untuk selalu
menjaga lingkungan sekolah agar tetap rapi dan bersih sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat kondusif, serta tersedianya peralatan kerja. Dengan hal tersebut
diharapkan guru akan merasa nyaman ketika bekerja sehingga guru termotivasi
untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kedua, menumbuhkan suasana kerja yang baik dan harmonis. Kepala
sekolah melakukan pendekatan terhadap guru yaitu dengan menumbuhkan rasa
kebersamaan, kekompakaan, dan kerja sama yang baik terhadap guru dengan rasa
kekeluargaan. Kepala sekolah juga menumbuhkan sifat keterbukaan terhadap guru
yaitu dengan bersikap ramah tamah terhadap guru, diharapkan guru tidak merasa
takut karena menganggap kepala sekolah sebagai atasan dengan bawahan, akan
tetapi guru dapat menganggap kepala sekolah sebagai orang yang mempunyai
tujuan yang sama yang kemudian dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama
tersebut.
Ketiga, menanamkan kedisiplinan. Kepala sekolah memotivasi guru
dengan cara menegakkan kedisiplinan yaitu dengan membuat peraturan-peraturan
yang wajib dilaksanakan oleh guru. Karena terkadang motivasi itu timbul dari
sebuah paksaan atau peraturan yang mengikat. Dalam menanamkan kedisiplinan
kepada guru, kepala sekolah juga menjadikan dirinya sebagai tauladan bagi guru
yaitu dimulai dari mencontohkan hal kecil seperti disiplin pada waktu masuk ke
sekolah. Kepala sekolah selalu datang ke sekolah sebelum peserta didik hadir di
sekolah melakukan pendekatan kepada peserta didik dengan menyapa dan
bersalaman di depan halaman sekolah. Meskipun kepala sekolah mempunyai
kegiatan lain di luar sekolah, kepala sekolah selalu menyempatkan diri untuk
hadir ke sekolah sebelum peserta didik hadir.
Keempat, memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja
yang baik. Kepala sekolah memberikan sesuatu pada guru secara perorangan atau
kelompok yang mempunyai kinerja baik atau melakukan suatu keunggulan
dibidang tertentu. Penghargaan tersebut biasanya berupa sertifikat dan kadangkadang disertai dengan pemberian hadiah berupa uang.

Contohnya seperti pada guru bidang bahasa Indonesia yang menjaga


disiplinnya dalam bekerja. Dengan hal tersebut kepala sekolah memberikan
penghargaan berupa pujian dan uang sebagai penghargaan atas dasar prestasi kerja
yang baik. Pemberian penghargaan tersebut selain untuk memotivasi guru dalam
bekerja juga untuk menghargai usaha yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya
meningkatkan kinerjanya.
Kelima,

melakukan

dorongan

secara

individual.

Kepala

sekolah

memotivasi guru secara individual dengan memperhatikan masing-masing guru


kemudian memberikan motivasi sesuai kebutuhan. Bila dirasa ada salah satu guru
yang mulai menurun kinerjanya. Maka kepala sekolah akan memanggil guru
tersebut dan kemudian mengajaknya berdiskusi, menanyakan masalah yang
sedang timbul sehingga guru dapat menceritakan keluh kesahnya kepada kepala
sekolah dan masalah tersebut diharap dapat diatasi dengan mencari solusi
bersama.
Keenam, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Kepala
sekolah berusaha menyediakan kebutuhan guru dalam menunjang proses belajar
mengajar yang efektif. Seperti menyediakan sumber belajar, media dan alat
pembelajaran. Pada sumber belajar kepala sekolah telah menambah referensi
buku, mengikut sertakan guru untuk pelatihan. Untuk menjaga keutuhan sarana
prasarana, kepala sekolah melakukan pengecekan sarana dan prasarana secara
konvensional sekolah setiap semester, yaitu mengadakan pengecatan, untuk
pemeliharaan bersifat insidentil (rusak langsung diperbaiki) dan menghimbau
kepada seluruh warga sekolah untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut
dengan merawatnya agar tidak cepat rusak. Dan dalam pemenuhan kebutuhan
proses belajar mengajar kepala sekolah sedang berupaya untuk membangun ruang
laboratorium IPA, Bahasa dan Ibadah, serta alat prakteknya dalam pemenuhan
mata pelajaran yang berkaitan dengan hal itu, yaitu dengan mencari dana untuk
mengatasi hal tersebut.
Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru kepala sekolah
melakukan beberapa upaya lain yaitu pertama, kepala sekolah melakukan
penyesuain penempatan jabatan. Penempatan jabatan disesuaikan dengan

karakteristik pribadi individual guru dilihat dari latar belakang pendidikan, ijazah,
keahlian, pengalaman kerja yang diminati dan sikap serta kepribadiannya. Dalam
hal ini kepala sekolah menempatkan guru dalam posisi yang tepat, sehingga
mereka merasa senang, serta potensinya dapat dimanfaatkan dan pelaksanaan
pendidikan dapat dipertanggung jawabkan.
Kedua, menerima saran dan keritik. Kepala sekolah menerima saran
maupun kritik yang muncul dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai
lainnya. Dengan demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan
termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan
sekolah yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk pengambilan
keputusan.
Ketiga,

kepala

sekolah

mengadakan

program

kegiatan

untuk

meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan guru


dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti : Penataran, Diklat
dan Metode Pengajaran. Hal ini dilakukan kepala sekolah untuk memotivasi guru
agar dapat meningkatkan kemampuannya melalui kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah. kegiatan tersebut akan dapat menambah pengetahuan kepada guru untuk
dapat meningkatkan kinerjanya.
Keempat, melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh
yaitu kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam melaksanakan
suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan, dan hambatanhambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar kepala sekolah dapat
mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
kegiatan.
Kelima, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan
penilaian kinerja terhadap seluruh guru yang dilakukan setiap tiga bulan sekali
dan akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila terdapat kesalahan
atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan dan memberikan solusi
bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh guru.

Keenam, perbaikan suasana kerja. kepala sekolah senantiasa memperbaiki


suasana kerja agar tetap terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu
dengan cara:
a. Kepala sekolah melakukan pendekatan tidak langsung dalam menciptakan
motivasi, melalui suasana organisasi yang mendorong para tenaga
kependidikan lebih produktif
b. Menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian suasana
organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung jawab,
transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja.
c. Memperbaiki kepercayaan di dalam organisasi yaitu kepala sekolah
berusaha menciptakan suasana saling percaya untuk membangun
hubungan yang lebih baik antara kepala sekolah dengan tenaga
kependidikan dalam penyelesaian tugas.
Peran kepala sekolah sebagai motivator selama ini sudah cukup baik
namun kepala sekolah masih belum melaksanakannya secara optimal. Seperti
belum terpenuhinya sarana-sarana laboratorium IPA dan Bahasa. Dengan hal ini
sedikit mempersulit guru mata pelajaran tersebut dalam memberikan materi
pembelajaran. Adapun kekurangan lainnya yaitu tentang kedisiplinan guru dalam
mengajar yaitu masih adanya guru yang telat datang ke kelas ketika bel pergantian
mata pelajaran dengan alasan yang berbeda-beda sehingga anak murid yang
memanggil guru tersebut untuk mengajar. Meskipun guru selalu datang sebelum
peserta didik hadir di sekolah, namun masih ada guru yang telat datang ke kelas.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari kepala sekolah terhadap guru
karena kepala sekolah terkadang tidak berada di tempat. Kurang optimalnya
kepala sekolah terjadi karena kepala sekolah sering melimpahkan wewenang
kepada wakilnya dalam penyelesaian tugas. Kondisi tersebut dikarenakan kepala
sekolah juga mengajar di sekolah yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan


yaitu: Peran kepala sekolah sebagai motivator adalah sebagai pendorong atau
penggerak yaitu bagaimana kepala sekolah dapat mendorong atau menggerakkan
bawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) dalam pemenuhan atau
pelaksanaan tugas-tugas di sekolah secara baik dan benar. Kepala sekolah harus
mampu memotivasi atau mendorong bawahannya untuk senantiasa eksis terhadap
pekerjaan yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah harus mampu
menciptakan suasana yang dapat merangsang bawahannya untuk tetap
bersemangat dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Dalam menjalankan perannya di sekolah MTs Al Hikmah kepala sekolah
sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja guru, upaya-upaya yang
dilakukannya adalah sebagai berikut:
Kepala sekolah menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yang
meliputi ukuran ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan, penerangan yang
cukup, menjaga kebersihan tempat kerja. Kepala sekolah berusaha menumbuhkan
suasana kerja yang baik dan harmonis. Kepala sekolah melakukan pendekatan
terhadap guru yaitu dengan menumbuhkan rasa kebersamaan dan kerja sama yang
baik terhadap guru dengan rasa kekeluargaan. Kepala sekolah menanamkan
kedisiplinan. Kepala sekolah memotivasi guru dengan cara menegakkan
kedisiplinan yaitu dengan membuat peraturan-peraturan yang wajib dilaksanakan
oleh guru. Kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru atas dasar
prestasi kerja yang baik. Kepala sekolah memberikan sesuatu pada guru secara
perorangan atau kelompok yang mempunyai kinerja baik atau melakukan suatu
keunggulan dibidang tertentu. Kepala sekolah melakukan dorongan secara
individual. Kepala sekolah memotivasi guru secara individual dengan
memperhatikan masing-masing guru kemudian memberikan motivasi sesuai
kebutuhan. Kepala sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.
Kepala sekolah berusaha menyediakan kebutuhan guru dalam menunjang proses
belajar mengajar yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Husna. 1982.

Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta. Balai

Aksara-Yudhistira
B. Uno, Hamzah. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
J. Winardi. 2001. Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Karwati, Euis dan Juni Priansa, Donni. 2013. Kinerja Dan Profesionalisme
Kepala Sekolah. Bandung. Alfabeta
Mulyasa. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.
Kencana Prenada Media Group
Suhendra dan Hayati, Murdiyah. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta. Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional. Yogyakarta. CAPS
Sutomo. 2011. Manajemen Sekolah. Semarang. UPT MKK UNNES
Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai