Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

STANDAR BIAYA PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pembiayaan Pendidikan


Dosen Pengampu: Dr. Endang Wuryandini, M.Pd.

Oleh:
1. AKHYAT HIDAYAT (20510184)
2. DHARMIASTUTI (20510185)
3. TOTOK BUDIANTO (20510180)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2021
DAFTAR ISI

Pendahuluan ............................................................................................. 1

Kajian Teori ............................................................................................. 6


1. Hakikat Pembiayaan Pendidikan ................................................... 6
2. Sistem Pembiayaan Pendidikan ...................................................... 7
3. Mekanisme Sistem Keuangan ......................................................... 8

Kajian Kebijakan ................................................................................. 11


1. Standar Pembiayaan ....................................................................... 11
2. Sumber Pembiayaan Pendidikan .................................................... 14
3. Dana BOS, BOP, BKM ................................................................. 16
4. Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi ............................ 18

Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................... 23

Analisis Kritis Kondisi Sekarang (Fakta Empiris) ................................ 27

Daftar Pustaka ............................................................................................ 28

ii
Pendahuluan

Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki


system manajemen yang didukung dengan sumberdaya manusia (SDM), biaya, dan
sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga
(kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran,
pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber,
buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK,
perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan
olahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan
pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan
biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil
antara lain untuk kesejahteraan dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya
non personil berupa pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan
pembelajaran.
Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan
jumlah yang mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan,
penggajian, pendidikan dan latihan, sertamutasi. Meskipun ada tenaga, ada sarana
dan prasarana, untuk memanfaatkan dan mendayagunakan secara optimal perlu
biaya operasional baik untuk bahan dan ATK habis pakai, biaya pemeliharaan,
maupun pengembangan personil agar menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik
Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

1
Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut
telah mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada
Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa
bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta
didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali
bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga
negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar;
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar
merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemeruntah. Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab
bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber
pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor

2
pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh
Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah
dengan berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi
pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat
memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan
merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran
untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik diatur dengan PP.
Pada Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62
Ayat (1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum
tentang Standar Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu
standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur
komponen dan besarnya “biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup “biaya investasi, biaya operasi dan biaya
personal”. Pada Bab IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap.

3
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP
Sebelum PP tentang standar pembiayaan pendidikan ini dikeluarkan, telah
ada SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu
Kepmendiknas No.053/U/2001 yang menyatakan bahwa SPM bidang pendidikan
adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan
pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Penyusunan
SPM bidang Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom mengisyaratkan adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk
membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi nasional.
Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah
menerbitkan Keputusan No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang
diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan
dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan
sampai di tingkat sekolah.
Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari keputusan
menteri sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan
manajemen pendidikan nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal,
kepemudaan, olahraga, dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan
nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA,

4
pendidikan ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan
kepemudaan dan olahraga secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan untuk
masing-masing SPM.
Karena standar pembiayaan juga mencakup kebutuhan atas buku teks
pelajaran, maka perlu diperhatikan Peraturan Mendiknas No. 11 Tahun 2005
tentang Buku Teks Pelajaran yaitu Pasal 7: satuan pendidikan menetapkan masa
pakai buku teks pelajaran paling sedikit 5 tahun dan buku teks pelajaran tidak
dipakai lagi oleh satuan pendidikan apabila ada perubahan standar nasional
pendidikan dan buku teks pelajaran dinyatakan tidak layak lagi oleh Menteri.
Pada Pasal 8 ditegaskan bahwa: guru dapat menganjurkan kepada peserta
didik yang mampu untuk memiliki buku teks pelajaran; anjuran sebagaimana
dimaksud bersifat tidak memaksa atau tidak mewajibkan; untuk memiliki buku teks
pelajaran, peserta didik atau orangtua/walinya membelinya di pasar; untuk
membantu peserta didik yang tidak mampu memiliki akses ke buku teks pelajaran,
satuan pendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10 (sepuluh) eksemplar buku
teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada setiap kelas, untuk dijadikan koleksi
perpustakaannya.

5
Kajian Teori

1. Hakikat Pembiayaan Pendidikan


Biaya dalam bahasa Inggris menggunakan istilah cost, financial,
expenditure. Biaya menurut Usry dan Hammer dalam Akdon adalah sebagai
cost as an change, a forging, a sacrifice made to secure benefit. Cost sinonim
dengan expense yang digunakan untuk mengukur pengeluaran barang atau jasa
yang disandingkan dengan pendapatan untuk mengukur pendapatan (Akdon,
etc all, 2015).
Menurut Ferdi WP (2011) Biaya dapat dimaknai sebagai suatu bentuk
pengeluaran dalam satuan mata uang yang dikorbankan untuk memperoleh
atau menghasilkan sesuatu. Dengan kata lain, terdapat 4 (empat) unsur pokok
dalam biaya, yaitu: 1) merupakan pengorbanan sumber ekonomi; 2) diukur
dalam satuan uang; 3) telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi; dan
4) pengorbanan untuk tujuan tertentu.
Adapun menurut Yahya dalam Mulyono tentang konsep biaya
pendidikan menyatakan bahwa biaya pendidikan merupakan suatu unsur yang
menentukan dalam mekanisme penganggaran. Penentuan biaya akan
mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan dalam suatu organisasi
yang akan mencapai tujuan tertentu. Kegiatan yang dilaksanakan dengan biaya
yang rendah dan hasilnya mempunyai kualitas yang baik dapat dikatakan
kegiatan tersebut dilaksanakan secara fisien dan efektif ( Mulyono, 2010).
Kegiatan pembiayaan adalah usaha memperoleh modal untuk
membiayai aktifitas yang dilakukan. Dalam buku Panduan Pelaksanaan
Bantuan Operasional Sekolah istilah pembiayaan meliputi penyiapan
anggaran, penatausahaan, perpajakan, pengelolaan, pelaporan keuangan yang
telah dilaksanakan untuk dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan
(stakeholders) terkait. Sehingga manajemen keuangan merupakan
pengendalian atas fungsi-fungsi keuangan yaitu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi.

6
Menurut Langevell pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dan
menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh
anak. Selanjutnya dalam Retnanto, Ki Hajar Dewantoro menyatakan
”Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksud
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pengajaran
adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu, atau pengetahuan, serta juga
memberikan kecakapan pada anak-anak. Pengajaran adalah salah satu bagian
dari pendidikan.” Pendidikan merupakan pergaulan manusiawi yang dilakukan
oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa dengan memiliki nilai-
nilai kemanusiaan dan hidup menurut nilai-nilai tersebut.
Mulyasa menegaskan bahwa pembiayaan pendidikan secara
keseluruhan menuntut kemampuan suatu lembaga pendidikan atau sekolah
untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggung
jawabkan secara efektif dan transparan.
Maka bisa disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah aktivitas
yang berkenaan dengan usaha untuk memperoleh dana yang dipergunakan
untuk membiayai seluruh program pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Sistem Pembiayaan Pendidikan


Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan
menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem berasal dari bahasa Latin
systema dan bahasa Yunani sustema adalah satu kesatuan yang terdiri
komponn atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian- bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam satu wilayah serta memiliki item- item penggerak. Menurut Jerry Fitz
Gerald sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur yang saling berkaitan,
berkumpul secara bersama- sama agar dapat menjalankan suatu kejadian atau

7
mencapai tujuan tertentu. Jadi sistem adalah suatu aktifitas pelaksanaan dan
penerapan suatu pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya.
Pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga biasa dikenal dengan
keuangan. Berkaitan dengan pembiayaan, maka sistem keuangan pada
penelitian ini adalah srangkaian aktifitas perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga pendidikan/
yayasan dalam rangka mengoptimalkan keuangan pada lembaga pendidikan.

3. Mekanisme Sistem Keuangan


Secara teoritik mekanisme sistem keuangan pendidikan disusun dengan
tujuan agar operasioanlisasi pendidikan lebih terukur dan mencapai aspek-
aspek yang semestinya dibutuhkan. Adapun mekanisme keuangan secara
teoritis meliputi perencanaan finansial, pelaksanaan, dan evaluasi.
Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh E Mulyasa mengemukakan
“Finansial planning is called budgeting“ merupakan kegiatan koordinasi
sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara
sistematis tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan. Implementation
involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah kegiatan berdasarkan
rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika
diperlukan. Evaluation involves merupakan proses evaluasi terhadap
pencapaian sasaran (E.Mulyasa, 2007).
Menurut Hadari Nawawi, 2005, kegiatan yang ada dalam manajemen
pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran (budgeting),
pembukuan (accounting), pemeriksaan (auditing).
a. Budgeting ( Penyusunan Anggaran)
Istilah anggaran sering kali dipahami sebagai pengertian suatu
rencana. Namun dalam bidang manajemen keuangan di lembaga pendidikan
sering disebut dengan RAPBS ( Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah). Istilah anggaran suatu rencana biaya untuk suatu kegiatan.
Anggaran adalah suatu rencana yang berisi jumlah uang yang
dimiliki atau dapat diadakan (pendapatan atau pemasukan) untuk

8
membiayai kegiatan proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Setiap lembaga pendidikan tentu memerlukan anggaran untuk
menunjang proses belajar mengajar. Oleh karena itu anggaran ini sifatnya
masih rencana dan menyangkut keperluan proses kegiatan pendidikan,
maka anggaran baru sah apabila mendapat pengesahan dari komite sekolah.
Budgeting memiliki empat unsur utama. Pertama, rencana yang
terukur dari sebuah aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan. Dengan
adanya budget ini akan memudahkan lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Budget akan merinci tiap kegiatan secara
spesifik dan sistematis yang dinyatakan dalam unit moneter. Kedua, unsur
budget meliputi seluruh kegiatan sekolah yaitu mencakup semua kegiatan
yang akan dilakukan oleh semua bagian- bagian yang ada dalam lembaga
pendidikan. Ketiga, anggaran dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit
kesatuan yang ada diterapkan pada berbagai kegiatan sekolah. Keempat,
Anggaran dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit kesatuan yang dapat
diterapkan pada berbagai kegiatan sekolah. Dengan demikian budget
berdasarkan pereode waktunya terbagi ke dalam dua jenis yaitu budget
strategis (strategic budget) yang berlaku untuk jangka panjang dan budget
taktis yang berlaku untuk jangka pendek.
b. Accounting ( Pembukuan)
Kegiatan kedua dari manajemen keuangan adalah pembukuan, atau kegiatan
pengurusan keuangan. Pengertian dari accounting atau pembukuan adalah
kegiatan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
penganalisisan data keuangan di sekolah yang dilakukan oleh bendahara
sekolah. Pengurusan keuangan meliputi 2 hal yaitu:
1) Pengurusan yang menyangkut kewenangan menentukan kebijakan
menerima dan mengeluarkan uang, pengurusan ini disebut dengan
kepengurusan ketatausahaan.
2) Pengurusan tindak lanjut dari kepengurusan yang pertama yakni,
menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak
menyangkut kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan dan

9
dikenal dengan istilah kebendaharawanan. Bendaharawan adalah orang
atau badan yang oleh negara diberikan tugas untuk menerima,
menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang dan surat berharga
sehingga dengan jabatan itu mereka mempunyai kewajiban
mempertanggungjawabkan terhadap urusannya kepada Badan
Pemerikasa Keuangan (BPK). (Arikunto, 2008).
c. Auditing
Langkah terakhir adalah auditing, bagaimana anggaran dapat
melayani dengan baik untuk meningkatkan efektifitas sekolah. Pengertian
auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut pertanggungjawaban
penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang yang
dilakukan bendaharawan kepada pihak- pihak yang berwenang.
Auditing adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus
dilakukan oleh setiap kepala sekolah/madrasah untuk mengukur kinerja
bendaharawan sekolah. Untuk itu auditing diartikan sebagai proses
mengukur dan menilai tingkat efektifitas kerja personil serta tingkat
efisiensi penggunaan dana sekolah dalam memberikan kontribusi pada
pencapaian tujuan lembaga pendidikan. Auditing bermanfaat untuk
menemukan masalah keuangan sekolah serta hasil auditing dapat digunakan
untuk meningkatkan perasaan tanggung jawab bagi bendahara sekolah.

10
Kajian Kebijakan

1. Standar Pembiayaan
Menurut PP No. 32 tahun 2013 Standar pembiayaan pendidikan adalah
kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan peandidikan yang
berlaku selama satu tahun. Menurut Mulyono. MA standar pembiayaan pendidikan
adalah sebuah analisis terhadap sumber-sumber pendapatan dan penggunaan biaya
yang diperuntukan sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Lebih lanjut pada PP No. 57 Tahun
2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 32 menyebutkan bahwa Standar
pembiayaan merupakan kriteria minimal mengenai komponen pembiayaan
pendidikan pada satuan Pendidikan.
Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP. Sistem pembiayaan pendidikan merupakan
proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk
memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah. Sistem pembiayaan
pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing negara seperti
kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum
pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan
administrasi sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara.
Setiap keputusan dalam masalah pembiayaan sekolah akan mempengaruhi
bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Oleh karena itu perlu dilihat
siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan,
bagaimana mereka akan dididik, siapa yang akan membayar biaya pendidikan.
Demikian pula sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk
mendukung sistem pembiayaan pendidikan.
Standar Pembiayaan Pendidikan diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi
Nonpersonalia Tahun 2009 untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah

11
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 terdiri atas 4 pasal sebagai berikut:
1) Pasal 1
Standar biaya operasi nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB adalah standar biaya yang diperlukan
untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun untuk
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB sebagai
bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat
melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai
Standar Nasional Pendidikan.
2) Pasal 2
(1) Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per sekolah/program
keahlian, per rombongan belajar, dan per peserta didik untuk SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB menggunakan
basis biaya operasi nonpersonalia per sekolah/program keahlian, per
rombongan belajar, dan per peserta didik untuk SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB di Daerah Khusus Ibukota
(DKI) Jakarta.
(2) Besaran standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per
sekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per peserta didik, serta
besaran presentase minimum biaya alat tulis sekolah (ATS) dan bahan dan
alat habis pakai (BAHP), untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB,
SMPLB, dan SMALB adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Menteri ini.
(3) Penghitungan standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 untuk
masing-masing daerah dilakukan dengan mengalikan biaya operasi
nonpersonalia DKI Jakarta dengan indeks masing-masing daerah,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.
3) Pasal 3

12
Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum bisa memenuhi Standar
Nasional Pendidikan menggunakan biaya satuan yang lebih rendah dari
standar biaya ini.
4) Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia
1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah
mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada Pasal
11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa
bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta
didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali
bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Secara khusus disebutkan bahwa dana

13
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD.
Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan
APBD.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada pasal 32 mengatur tentang Standar Pembiayaan yang menjelaskan
bahwa Standar pembiayaan merupakan kriteria minimal mengenai komponen
pembiayaan pendidikan pada satuan Pendidikan. Pembiayaan pendidikan terdiri:
1) Biaya investasi, terdiri dari investasi lahan; penyediaan sarana dan prasarana;
penyediaan dan sumber daya manusia; dan modal kerja tetap.
2) Biaya operasional, terdiri dari personalia dan non personalia. Biaya personalia
meliuti gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjanga yang melekat
pada gaji, sedangkan biaya non personalia meliputi bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya.

2. Sumber Pembiayaan Pendidikan


Sumber pendanaan pendidikan di Indonesia, telah diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No: 20 tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan
Nasional pada pasal 47 ayat 1dan 2 berbunyi:
Ayat (1): “Sumber pendanaan pendidikan di tentukan bedasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan berkelanjutan.”
Ayat (2): “pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan
sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang- undang yang berlaku.”
Sumber pembiayaan pendidikan berasal dari pemerintah, orang tua dan
masyarakat hal ini sesuai dengan undang-undang SISDIKNAS 2003. Esensi dari
sumber pembiayaan mencerminkan bahwa pembiayaan pendidikan tanggung jawab
bersama, oleh karna itu peran serta orang tua dan masyarakat di pertarukan dalam
menunjang proses pendidikan. Sumber-sumber Biaya Pendidikan dapat dibagi
menjadi empat, yaitu

14
1. Hasil Penerimaan Umum
Pada dasarnya merupakan sumber yang terpenting untuk pembiayaan
pendidikan. Termasuk dalam golongan ini semua penerimaan pemerintah
disemua tingkat pemerintahan, baik pajak, bantuan luar negeri, maupun
pinjaman dari pemerintah. Besarnya biaya pendidikan dan penerimaan
pemerintah tersebut ditentukan oleh aparat keuangan pemerintah ditingkat pusat
maupun daerah yang dipertimbangkan berdasarkan atas proritas-proritas
pendidikan dibandingkan dengan kegiatan pemerintah dibidanglain.
Pengeluaran untuk pendidikan dapat diperbesar hanya bila penerimaan
pemerintah meningkat atau bila bagian yang diperuntukan pendidikan
ditingkatkan, namun hal ini keduanya tidak gampang dilaksanakan dinegara-
negara yang sedang berkembang, karena terbatasnya kapasitas perpajakan,
belum berkembangnya sistim fiscal serta banyaknya kebutuhan disemua bidang
lain.
2. Penghasilan Pemerintah khususnya diperuntukan Pendidikan.
Meskipun itu merupakan dari penerimaan pemerintah, perlu dipisahkan dalam
pembahasan ini. Termasuk dalam golongan ini bantuan atau pinjaman luar negri
yang diperuntukan untuk pemerintah, seperti UNICEF atau UNESCO, pinjaman
dari Bank Dunia dan sebagainya. Usaha khusus pemerintah untuk
mengumpulkan dana pemerintah seperti pajak-pajak khusus yang sebagian atau
seluruh hasilnya diperuntukan sekolah.
3. Iuran Sekolah
Yang termasuk dalam golongan ketiga ini ialah pembayaran orangtua murid
langsung kepada sekolah, berdasarkan jumlah anak mereka yang dididik
disekolah tersebut. Keputusan mengenai sekolah yang mana anak mereka akan
didik dan apakah iuran disekolah itu akan dibayar adalah hak orangtua murid,
walaupun jumlah iuran itu biasaya ditentukan oleh pemerintah, sekolah atau
yayasan. Peranan orang tua murid dalam menentukan jumlah-jumlah itu
biasanya terbatas kepada keanggotaan badan sekolah, yayasan, POMG, dan
sebagainya.
4. Sumbangan-sumbangan Sukarela Lainnya.

15
Sumbangan sukarela termasuk sumbangan perseorangan, sumbangan dari
masyarakat, panti derma atau badan agama baik dalam negeri maupun luar
negeri, berupa uang tunai, barang atau jasa, hadiah-hadiah , pinjaman dan segala
usaha sekolah untuk mengumpulan dana sifat smbangan tersebut peningkatan
smber pembiayaan ini tergantung pada keinginan dan kemampuan masyarakat
untuk memajukan pendidikan dan pada tim dapat mendorong oleh pemerintah,
umpamanya keringan pajak atau dana imbangan.
Dalam situasi bagaimana pun, negara tidak boleh melepaskan tanggung
jawabnya terhadap pembiayan pendidikan. Pada sisi lain, negara melalui
pemerintah harus terus mensosialisasikan pembiayaan pendidikan dengan mengacu
pada standar baku, terutama tentang komponen pendidikan, proses-mengajar,
kurikulum, dan target kompetensi lulusan. Pembiayaan pendidikan harus ditata
penggunaannya karena selain dari dana APBN/APBD, dana pendidiakn juga bisa
dipungut dari masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan. Dana yang
bersumber dari APBN dan masyarakat harus diatur tentang pemungutannya,
bagaimana menggunakannya, kemudian mempertanggungjawabkannya.
Pengaturan tetang pengelolaan pembiayaan pendidikan agar memiliki dasar.

3. Dana BOS, BOP, BKM


1. Dana Bos
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi
nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan
dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan
secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS
adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan
pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai
pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis
pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana
BOS.

16
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9
tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk
membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan
SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah.
Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam
bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta; Meringankan beban
biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Sasaran program BOS
adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP (SMPT) dan Tempat
Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat,
baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar
Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini.

2. Dana BOP
Dalam dunia pendidikan nasional dikenal adanya istilah biaya investasi,
biaya operasional dan biaya personal. Biaya yang ditanggung dalam program
pembebasan BOP hanya biaya operasional yang meliputi 9 komponen, yakni :
pendaftaran siswa baru, penggandaan atau pengadaan buku teks, bahan ajar dan
LKS, pemberian insentif guru, pengembangan profesi guru, pembiayaan
persputakaan dan administrasi sekolah, kegiatan ekstra kurikuler, pengadaan
alat peraga dan bahan praktikum laboratorium, pembiayaan ujian sekolah dan
ulangan, serta perawatan ringan sekolah.
3. Dana BKM
BKM merupakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa yang kurang
mampu secara ekonomi untuk membantu mengatasi kesulitan biaya dalam
mengkuti pendidikan di Sekolah. Tujuan BKM yaitu memberi peluang bagi
lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dari keluarga kurang mampu untuk
mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah; Mengurangi jumlah siswa putus
sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan; Meringankan biaya pendidikan
siswa kurang mampu.

17
Pemanfaatan Dana digunakan untuk membantu siswa dalam mengikuti
pendidikan di sekolah untuk pembiayaan: Iuran bulanan sekolah dan/atau;
Pembelian perlengkapan belajar siswa, dan/atau; Transportasi siswa ke
sekolah.

4. Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi


1) Biaya Pegawai
Sesuai dengan UU No.14 Tahun 2005, biaya pegawai dibagi menjadi dua
kelompok: (i) Gaji pokok serta tunjangan yang melekat pada gaji, (ii) Penghasilan
lain yang terdiri atas: tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus
dan maslahat tambahan.
Gaji Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Segala Tunjangan yang Melekat
pada Gaji
Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan batasan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Sedangkan, batasan tenaga kependidikan sebagaimana Ayat (6), Pasal 1,
Bab I UU No. 20 Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, Ayat
(1) Pasal 35 PP No. 19 Tahun 2005 menjelaskan tenaga pendidikan sebagai berikut.
• Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan.
• Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
• Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau
SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas
kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.

18
• Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah.
• Tenaga kependidikan pada SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga adminstrasi,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi
sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
• Tenaga kependidikan pada Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya
terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga adminstrasi, dan tenaga
perpustakaan.
• Tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan lembaga pelatihan
keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara,
teknisi, sumber belajar, pustakawan, dan laboran.
Seiring dengan telah disetujuinya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pengertian gaji dan tunjangan meliputi:
Gaji pokok, besarnya gaji pokok mengikuti aturan menteri keuangan tentang gaji
PNS. Tunjangan yang melekat pada gaji, yang meliputi tunjangan: (i) isteri/suami
10%, (ii) anak 2% dengan batas maksimal dua orang anak hingga usia 21 tahun atau
belum pernah menikah atau belum berumur 25 tahun kuliah dan belum pernah
menikah, (iii) jabatan, (iv) beras, dan (v) khusus, yakni diberikan sebagai pengganti
apabila yang bersangkutan terkena pajak penghasilan sejumlah potongan yang
terkena pajak.
2) Biaya Bukan-Pegawai
Biaya bukan-pegawai terdiri atas: (i) Alat Tulis Sekolah (ATS) atau bahan
habis pakai, (ii) Rapat-rapat, (iii) Transpor atau perjalanan dinas, (iv) Penilaian, (v)
Daya dan jasa, (vi) Pemeliharaan sarana dan prasarana, (vii) Pendukung pembinaan
siswa.
Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik
Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan

19
dasar dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut
telah mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada
Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya
dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa
bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya
dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta
didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali
bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga
negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar;
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar
merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan PP. Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber pendanaan pendidikan

20
ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.
Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran
untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik diatur dengan PP.
Pada Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62
Ayat (1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum
tentang Standar Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu
standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur
komponen dan besarnya “biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup “biaya investasi, biaya operasi dan biaya
personal”. Pada Bab IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa:
(1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
(2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap.
(3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
(4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

21
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
(5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.

22
Kajian Penelitian Terdahulu

Pada Jurnal administrasi Pendididkan yang dibuat oleh RM. Teguh Eko
Atmaja, Cut Zahri Harun dan Sakdiah Ibrahim yang berjudul Analisis Penetapan
Standar Biaya Pendidikan Pada SMA Negeri 2 Kuala Kabupaten Nagan Raya,
tercantum hasil penelitiannya adalah penyusunan anggaran merupakan langkah
untuk merealisasikan rencana yang telah disusun melalui Rencana Kerja Anggaran
(RKA) menjadi dokumen pelaksanaan anggaran melibatkan kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan bendahara, guru senior, dan komite sekolah. Pada dasarnya,
penyusunan anggaran merupakan negoisasi atau perundingan/ kesepakatan antara
puncak pimpinan dibawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu
penganggaran.
Penyusunan anggaran keuangan sekolah atau sering disebut anggaran
belanja sekolah, biaya dikembangkan dalam format-format yang meliputi: sumber
pendapatan, pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana, bahanbahan dan alat pelajaran honorium dan
kesejahteraan. Sumber dan alokasi dana merupakan indikator terpenting dalam
menunjang terlaksananya program sekolah. Sumber dan alokasi dana menurut
bendahara berasal dari pemerintah melalui APBN, APBD dan penerimaan dari
sumber lain yaitu dari orang tua siswa dalam bentuk sumbangan dan hibah.
Prioritas anggaran terbesar adalah untuk membayar gaji guru/ pegawai,
yaitu antara 75-80% dari total anggaran, dan selebihnya untuk non-gaji, terutama
untuk membiayai kegiatan proses belajar mengajar. Sisi penerimaan biaya
ditentukan dengan mempertimbangkan skala prioritas, sedangkan sisi pengeluaran
terdiri dari alokasi besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen yang
dibiayai.
Penggunaan dan pelaksanaannya harus realistis dan memperhatikan aspek
kemampuan dalam mengelolanya, karena penetapan alokasi pembiayan pendidikan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan pembelajaran.
misalnya: perbaikan kesejahteraaan tenaga pendidikan dan kependidikan;

23
peningkatan efisiens belanja barang dan jasa; peningkatan bantuan sosial yang
langsung menyentuh kepentingan rakyat miskin.
Pemeriksaan atau audit biaya pendidikan adalah merupakan kegiatan
melihat dengan teliti, menyelidiki, mempelajari, menelaah dan mengusut biaya
pendidikan, termasuk mengusut tata cara pembukuannya, salah benarnya suatu hal,
peristiwa yang telah dicatat, ditempatkan pada pos-posnya, serta proses arus
penerimaan uang dan barang yang dimiliki oleh suatu sekolah atau suatu unit kerja
lainnya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Pemeriksanaan keuangan adalah rangkaian kegiatan penelitian penggunaan
dana anggaran. Pemeriksanaan keuangan dimaksudkan apakah dana yang
disediakan itu digunakan secara efisien atau boros atau menyimpang dari ketentuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam jurnal tersebut dibahas pula tentang penyusunan Rencana Kerja
Anggaran (RKA). RKA dalam dokumen pelaksanaan anggaran melibatkan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, dan bendahara, guru senior, dan komite sekolah.
Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga
semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang dapat diantisipasi
dalan rencana anggaran.
Dalam penyusunan anggaran, sistematika yang akan tertuang dalam
anggaran tersebut akan menggambarkan model penyusunan anggaran.
Suharsaputra (2010:267) mengemukakan: “sistem anggaran program merupakan
anggaran yang disusun per program dengan subset program yang terkait dengan
program tersebut seperti anggaran untuk penata guru yang di dalam mencakup
gaji/upah panitia, gaji/upah penatar, konsumsi selama penataran, dan sebagainya”.
Penggunaan anggaran (biaya) berasal dari APBN, APBD dan ada juga yang
bersumber dari sumbangan masyarakat. Prioritas anggaran terbesar adalah untuk
membayar gaji guru/ pegawai, yaitu antara 75- 80% dari total anggaran, dan
selebihnya untuk non-gaji, terutama untuk membiayai kegiatan proses belajar
mengajar. Evaluasi penggunaan biaya pendidikan adalah aktivitas melakukan
pengukuran untuk menilai perkembangan atau tingkat keberhasilan pelaksanaan
rencana dan program berdasarkan kriteria tertentu.

24
Matin (2014:205) menyatakan bahwa: Penggunaan anggaran (biaya)
pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai perkembangan dan tingkat
keberhasilan pelaksanaan rencana dan program pendidikan, menetapkan kriteria
sebagai dasar pengambilan kebijaksanaan, mengantisipasi masa yang akan datang,
menyempurnakan rencana dan program tahunan, serta melaksanakan perbaikan
pelaksanaan kegiatan, dan menilai tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan
sumber daya pendidikan dalam pencapai tujuan. Pengawasan penggunaan anggaran
pendidikan yang terdiri dari kegiatan memonitor, memeriksa, menilai dan
melaporkan adalah merupakan kegiatan yang bersifat sistemik dan sistematis.
Pemeriksaan pelaksanaan biaya pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk
mengecek dan meneliti kebenaran, keaslian, dan keabsahan dokumen-dokumen
yang adas ebagai akibat telah terjadinya transaksi antara pihak-pihak yang terlibat,
dan menelusuri setiap pencatatan terhadap semua buku yang digunakan dalam
melakukan transaksi-transaksi tersebut, baik penerimaan maupun pengeluaran
uang, termasuk penerimaan dan pengeluaran barang.
Dunn (Engkoswara dan Komariah, 2011:220) menjelaskan bahwa
“pemantauan (monitoring) merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan
untuk memberikan informasi tentang sebab akibat dari kebijakan”. Pengelolaan
biaya menyangkut penggunaan sejumlah dana yang diamanatkan untuk membiayai
program dan kegiatan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pengelola harus dapat
dipertanggungjawabkan, baik pertanggungjawaban program maupun dana yang
digunakan.
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu menerbitkan
artikel pada Senin, 15 Februari 2021 yang berjudul Standar Pembiayaan
Pembelajaran Untuk Pendidikan Vokasi. Di dalam artikel ini dijelaskan Standar
pembiayaan pembelajaran adalah kriteria minimal tentang komponen dan besaran
biaya investasi dan biaya operasional yang disusun dalam rangka pemenuhan
capaian pembelajaran lulusan. Standar satuan biaya operasional PTN menjadi dasar
bagi Pendidikan Vokasi untuk menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja
(RAPB) Pendidikan Vokasi tahunan dan menetapkan biaya yang ditanggung oleh
mahasiswa. Badan penyelenggara Pendidikan Vokasi di PTS wajib mengupayakan

25
pendanaan pendidikan tinggi dari berbagai sumber di luar biaya pendidikan yang
diperoleh dari mahasiswa. Standar turunan untuk Standar Pembiayaan
Pembelajaran terdiri atas:
a. Standar Biaya Investasi adalah kriteria minimal tentang biaya pendidikan
tinggi yang digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan
dosen, dan tenaga kependidikan.
b. Standar biaya operasional/standar satuan biaya operasional adalah kriteria
minimal tentang biaya pendidikan tinggi untuk setiap mahasiswa per tahun
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang mencakup
biaya dosen, biaya tenaga kependidikan, biaya bahan operasional pembelajaran
dan biaya operasional tidak langsung.

26
Analisis Kritis Kondisi Sekarang (Fakta Empiris)

Pada makalah ini, penulis akan menguraikan dan menganalisis kondisi


sekarang tentang standar pembiayaan di SMK Negeri 1 Sragi Kabupaten
Pekalongan, Uraian ini berdasarkan hasil pengamatan dan analisis RKAS yang
dilakukan oleh penulis sebagai salah satu dari tim penyusun RKAS di SMKN 1
Sragi. Di SMKN 1 Sragi penyusunan anggaran merupakan langkah untuk
merealisasikan rencana yang telah disusun melalui Rencana Kerja Anggaran (RKA)
menjadi dokumen pelaksanaan anggaran melibatkan kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, ketua kompetensi keahlian, bendahara, guru senior, dan komite sekolah
yang tergabung dalam Tim Pengelola Dana Sekolah. Pada dasarnya, penyusunan
anggaran merupakan negoisasi atau perundingan kesepakatan dalam menentukan
besarnya alokasi biaya suatu penganggaran serta waktu pengguanaan anggaran
disesuaikan dengan rencana kerja sekolah. Dalam penyusunan RKAS, semua unit
kerja sekolah menyusun rencana anggaran kegiatan atau belanja dan satukan oleh
tim pengelola dana sekolah mejadi sebuah RKAS.
Penyusunan anggaran keuangan sekolah atau sering disebut anggaran
belanja sekolah, biaya dikembangkan dalam format-format yang meliputi: sumber
pendapatan, pengeluaran untuk kegiatan pendidikan sekolah yang terurai dalam 8
standar nasional pendidikan. Sumber dan alokasi dana di SMKN 1 Sragi berasal
dari pemerintah melalui APBN berupa Gaji Pegawai dan Tenega Kependidikan
ASN dan Dana BOS, APBD propinsi berupa dana BOP. Tidak ada penerimaan dari
sumber lain yaitu dari orang tua siswa dalam bentuk sumbangan dan hibah sebagai
sumber pendapatan SMKN 1 Sragi ditahun anggaran 2020.
Penggunaan anggaran dsana BOS dan BOP terbesar adalah pada belanja
barang dan jasa, yaitu 61% dari total anggaran, selanjutnya belanja pegawai 20%,
belanja modal alat 7% dan selebihnya belanja modal asset lainnya sebesar 3%. Sisi
penerimaan biaya ditentukan dengan mempertimbangkan skala prioritas,
sedangkan sisi pengeluaran terdiri dari alokasi besarnya biaya pendidikan untuk
setiap komponen yang dibiayai.

27
Penggunaan dan pelaksanaannya dilaksanakan oleh tim pengguna anggaran
dan harus realistis serta memperhatikan aspek kemampuan dalam mengelolanya,
karena penetapan alokasi pembiayan pendidikan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas pelayanan pembelajaran.
Pemeriksaan dan audit dilaksanakan oleh tim pemeriksa dari sekolah dan
juga oleh inspektorat maupun BPK. Pemeriksaan atau audit biaya pendidikan
adalah merupakan kegiatan melihat dengan teliti, menyelidiki, mempelajari,
menelaah dan mengusut biaya pendidikan, termasuk mengusut tata cara
pembukuannya, salah benarnya suatu hal, peristiwa yang telah dicatat, ditempatkan
pada pos-posnya, serta proses arus penerimaan uang dan barang yang dimiliki oleh
suatu sekolah atau suatu unit kerja lainnya baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat.
Pemeriksanaan keuangan adalah rangkaian kegiatan penelitian penggunaan
dana anggaran. Pemeriksanaan keuangan dimaksudkan apakah dana yang
disediakan itu digunakan secara efisien atau boros atau menyimpang dari ketentuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

28
Daftar Pustaka

Akdon, etc all., Manajemen Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2015),5
Ferdi WP., Pembiayaan Pendididkan Suatu Kajian Teoritis, (Jakarta: Puslitjak,
Balitbang, kemendikbud, 2011) 568
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media Grup,
2010),81
Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian agama, Peningkatan Manajemen
Melalui Penguatan Tata Kelola dan Akuntabilitas di Sekolah/Madrasah, 162
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2016), 13
Agus Retnanto, Sistem Pendidikan Islam Terpadu, (Yogyakarta: Idea Sejahtera,
2014), 18
E. Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2005),194
http://jagatsistem informasi.blogspot.co.id/2013/05/ pengertian dan definisi
sistem.html diunduh pada 02/07/2021
E. Mulyasa, Manajemen Berbasisi Sekolah, ( Bandung: Remaja Rosda Karya,2007)
49
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), 109
Sri Minarti, Manajemen Sekolah Pengelolaan (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011),
107
Arikunto, Manajemn Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media,2008)318
Abin Syamsudin Makmun, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip dan Aplikasi
dalam Mengelola Sekolah( Bandung: Pustaka Educa,2010), 169
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:XXUwk5hR-
UYJ:https://media.neliti.com/media/publications/72549-ID-analisis-
penetapan-standar-biaya-pendidi.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
diakses pada 12/07/202

29

Anda mungkin juga menyukai