Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis optimalisasi kebijakan pemberian dana hibah
pendamping biaya operasional sekolah pada sekolah swasta di Kota Semarang, dengan
ruang lingkup penelitiannya adalah beberapa sekolah swasta yang ada di Kota Semarang.
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif,
dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Setelah dilakukan uji alternatif
kebijakan terhadap kriteria kebijakan, maka berdasarkan hasil analisis MCDM (Multi-
Criteria Decision Making) direkomendasikan bahwa alternatif kebijakan I yakni terkait
penyaluran dana kepada sekolah swasta dapat dilakukan dengan optimal dan adil agar tidak
memberatkan wali murid yang nantinya dapat berimplikasi kepada keterpaksaan peserta
didik untuk putus sekolah.
Kata Kunci : Optimalisasi Kebijakan; Dana Hibah Pendamping Biaya Operasional;
Sekolah Swasta
Abstract
his writing aims to analyze the operational costs of the policy of providing school operational
grant assistance to private schools in the city of Semarang, with the scope of the research
being several private schools in the city of Semarang. The research method used in this paper
is a qualitative descriptive method, with the type of library research. After testing alternatives
to the policy criteria, based on the results of the MCDM (Multi-Criteria Decision Making)
analysis, it is recommended that my alternative policy, which is related to providing funds to
private schools, can be carried out optimally and fairly so as not to burden the guardians of
students which can later have implications for the coercion of participants students to drop
out of school.
Keywords : Policy Optimization; Operational Cost Complementary Grants; Private school
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sumber dari segala sumber kemajuan suatu bangsa, karena
dengan melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa tersebut dapat
ditingkatkan (Muhardi, 2004). Proses pelaksanaan pendidikan melalui sekolah di Indonesia
tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah, namun juga swasta. Sekolah swasta di
Indonesia berkontribusi sekitar 35% dari total jumlah sekolah yang ada. Sekolah negeri
umumnya lebih melayani siswa dengan ekonomi rendah, sedangkan sekolah swasta lebih
diisi oleh kalangan dengan ekonomi yang lebih baik (Elacqua, 2012).
......education policy in the twenty first century is the key to global security, sustainability and
survival....education policies are central to such global mission....a deep and robush
democracy at national level requires strong civil society based on norms of trust and active
response citizenship and that education is central to such a goal. Thus, the strong education
state necessary to sustain democracy at the national leves so that strong democratic nation-
states can buttress from of international governance and ensure that globalization becomes a
force for global sustainability and survival....
Berbagai pendapat tentang biaya pendidikan telah banyak disampaikan oleh para
pakar. Balitbang depdiknas mendefinisikan biaya pendidikan sebagai nilai rupiah untuk suatu
kegiatan tertentu (Ghozali dalam Puslitjaknov, 2008: 11). Serupa dengan pendapat tersebut
pusat statistik pendidikan Balitbang Depdiknas mendefinisikan biaya pendidikan sebagai
seluruh pengeluaran yang serupa dnegan sumber daya (input) baik berupa barang (natura)
maupun berupa uang yang ditujukan untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar
(2005: 5).
Dengan demikian, pembiayaan pendidikan merupakan instrumental input yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pendidikan (tanpa biaya proses pendidikan tidak akan
berjalan). Biaya Pendidikan mencakup semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang & barang/tenaga (dapat diuangkan)
seperti iuran siswa, sarana fisik, buku sekolah, guru dan lain-lainnya (Syamsudin, 2007: 3).
Dalam hal ini pembiayaan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
pendidikan di daerah. Lebih lanjut dalam pasal 47 disebutkan tentang sumber pendanaan
pendidikan yaitu
Amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 4 juga menerangkan dalam hal
pembiayaan pendidikan bahwa; ”Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional”
Sejalan dengan itu maka dalam penyelenggaraan kebijakan pendidikan di daerah akan
berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumber daya pendidikan (pembiayaan
pendidikan) yang memadai dan dapat diandalkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas
sumber daya di daerah. Dengan adanya perubahan kewenangan pengelolaan pendidikan
dengan segera mengubah pola pembiayaan sektor pendidikan. Sebelum otonomi daerah,
praktis hanya pembiayaan sekolah dasar (SD) yang menjadi tanggung jawab Pemda,
sedangkan SLTP dan SLTA (dan juga perguruan tinggi) menjadi tanggung jawab Pusat,
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 46;
Dengan konfigurasi kelembagaan yang seperti itu pula, pola pembiayaan pendidikan
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Pasal 48 Undang Undang-undang No. 20 Tahun
2003 menjelaskan bahwa; (1) pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik, (2) Ketentuan mengenai
pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah. Dengan demikian daerah memiliki tanggung jawab yang sangat besar
untuk membiayai sektor pendidikan dengan menggunakan APBD-nya. Dukungan dari Pusat
(dan Provinsi) tetap dimungkinkan, tetapi juga harus melalui mekanisme APBD, atau paling
tidak tercatat di dalam APBD kabupaten/kota.
Tantangan pertama yang harus dihadapi oleh para pengelola pendidikan adalah
masalah pendanaan. Sebagai ilustrasi, rendahnya kualitas gedung sekolah, terutama SD,
merupakan salah satu dampak keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memobilisasi dana
untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) memberi beban yang sangat berat bagi pemerintah. Pasal 49
menyatakan sebagai berikut;
Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan
dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
1. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Dana pendidikan dari Pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Dana pendidikan dari Pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif
kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan (librabry research). Menurut J. Supranto
seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya metode Penelitian Public Relations dan
Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau informasi riset
melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia
di perpustakaan (Ruslan, 2008:31). Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari sumber
bacaan yang dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang
sedang diteliti. Desain penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
pertama, menelusuri, mencatat, dan membaca berbagai temuan terkait pembahasan kebijakan
sekolah gratis secara umum pada setiap pembahasan hasil penelitian, artikel, maupun berita
yang didapatkan dalam literature-literatur, dan sumber website lembaga resmi pemerintah,
maupun lembaga internasional, serta sumber-sumber lainnya yang relevan dengan studi ini.
Kedua, memadukan segala temuan, baik teori, model, maupun konsep kebijakan publik.
Ketiga, menganalisis setiap temuan dari berbagai bacaan, baik dari sisi kelebihan,
kekurangan, maupun keterkaitan tentang tulisan yang dibahas. Tahapan terakhir adalah
memberikan ulasan kritis dengan mengelaborasi model maupun pendekatan yang berbeda
dari temuan dalam artikel sebelumnya.
PEMBAHASAN
Dana hibah yang diberikan pemerintah daerah Kota Semarang kepada sekolah
swasta yang sudah sesuai dengan ketentuan untuk mendapatkan dana tersebut. Bagi suatu
pemerintahan, dana hibah adalah salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah yang digunakan untuk pembiayaan program-progam di daerahnya. Dana
hibah digunakan untuk membantu pendidikan di Kota Semarang. Hal ini terjadi, karena
jumlah sekolah negeri lebih sedikit dan relatif lambat bertambahnya jika dibandingkan
dengan sekolah swasta.
Jumlah sekolah swasta di Kota Semarang lebih banyak dibanding sekolah negeri.
Menurut Kemendikud pada tahun 2019, di Kota Semarang terdapat 879 sekolah dengan
pembagian 401 sekolah negeri dan 478 sekolah swasta. Disamping sekolah-sekolah yang
berjumlah cukup banyak ini, terdapat permasalahan utama yaitu masih terdapat siswa
yang putus sekolah dengan alasan masalah biaya. Dalam hal ini, pemerintah Kota
Semarang melakukan sebuah gebrakan terkait pendidikan. Pemerintah Kota Semarang
mengeluarkan kebijakan penggratisan biaya pendidikan pada sekolah swasta. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk membantu pembiayaan operasional sekolah swasta dalam
rangka meringankan beban pembiayaan pendidikan yang harus ditanggung siswa.
Sasaran dari kebijakan ini adalah para siswa yang kurang mampu, sehingga
dengan adanya kebijakan mereka dapat tetap mengenyam pendidikan, Dana hibah ini
merupakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang. Memang
pemerintah Kota Semarang menganggarkan APBD setiap tahunnya untuk kebijakan
sekolah swasta gratis ini. Berdasarkan pada Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota
Semarang (Nomor: B/151/420/I/2022), jenjang pendidikan yang mendapatkan bantuan
ini mulai dari TK, SD, dan SMP swasta Kota Semarang. Besarang uang yang diberikan
kepada satuan pendidikan jenjangn TK swasta sebesar Rp 1.200.000,00/siswa/tahun;
jenjang SD swasta sebesar Rp 1.500.000,00/siswa/tahun; jenjang SMP swasta sebesar Rp
1.800.000,00/siswa/tahun. Apabila jumlah peserta didik pada tahun ini lebih banyak atau
sama dengan jumlah peserta didik pada tahun pengajuan hibah, maka besaran dana yang
diberikan adalah sesuai dengan pengajuan. Apabila jumlah peserta didik pada tahun ini
kurang dari jumlah peserta didik pada saat pengajuan hibah, maka besaran dana yang
diberikan adalah sesuai dengan data riil peserta didik pada tahun lalu yang dibuktikan
dengan surat pernyataan bermaterai dari kepala satuan pendidikan.
B. Implementasi Dana Hibah pada Sekolah Swasta Gratis
Pelaksanaan sekolah swasta gratis pada Kota Semarang dimulai dari 2018 sampai
2022. Dalam keberjalanan kebijakan ini setiap tahunnya terdapat peningkatan sekolah
swasta yang ikut serta dalam kebijakan ini, hal ini diikuti dengan peningkatan siswa yang
mendapatkan batuan ini.
Data diatas merupakan hasil dari Peraturan Walikota Semarang Nomor 88 Tahun
2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang
Tahun Anggaran 2021 dan Peraturan Walikota Semarang Nomor 78 Tahun 2021 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran
2022. Pada data diatas menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa yang ikut serta
dan peningkatan sekolah swasta yang bergabung dalam kebijakan sekolah swasta gratis
di Kota Semarang. Maka adanya komitmen yang kuat dari pemerintah Kota Semarang
dalam implementasi kebijakan tersebut.
Selanjutnya, model pengelolaan dan pengawasan dana bantuan operasional
sekolah di Kota Semarang (perspektif Perda Kota Semarang Nomor 1 Tahun 2007) yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Semarang dan dibantu oleh Inspektorat Kota
Semarang dalam pengawasannya, antara lain : penyaluran dana bantuan operasional
sekolah oleh pusat yang ditujukan langsung kepada sekolah-sekolah penerima dana
bantuan operasional sekolah yang sebelumnya sudah difasilitasi Dinas Pendidikan yang
memastikan bahwa setiap sekolah mendapatkan dana tersebut, lalu yang kedua menjadi
fasilitator tentang sebagai yang menerapkan besaran dana yang disalurkan dari pusat ke
sekolah-sekolah, lalu yang ketiga Dinas Pendidikan bersama dengan Inspektorat Kota
Semarang melakukan sinergitas terhadap pengawasan yang dilakukan agar tidak terjadi
kecurangankecurangan terhadap pengelolaan dana bantuan operasional sekolah, dan
yang terakhir pengelolaan dana bantuan operasional sekolah dilakukan sendiri oleh
sekolah-sekolah sebagai wujud kemandirian dengan pendampingan dari Dinas
Pendidikan Kota Semarang.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menerbitkan
Permendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022 tentang petunjuk teknis pengelolaan dana
bantuan operasional penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, bantuan operasional
sekolah, dan bantuan operasional penyelenggaraan pendidikan kesetaraan. Dalam
peraturan tersebut, disebutkan bahwa Dana BOS reguler dapat digunakan oleh satuan
pendidikan dasar dan menengah untuk membantu kebutuhan belanja operasional seluruh
Peserta Didik. Adapun besaran alokasi Dana BOS Reguler dihitung berdasarkan besaran
satuan biaya Dana BOS Reguler pada masing-masing daerah dikalikan dengan jumlah
Peserta Didik.
Pada implementasi kebijakan pemberian dana pendampingan BOS yang
diterapkan pada sekolah swasta mengalami beberapa kendala yaitu
1. Dana yang cair belum efektif membantu pembiayaan murid pada sekolah swasta
2. Dalam proses pencairan saat pengajuan dana pendampingan BOS terjadi
keterlambatan dari Pemerintah Kota Semarang
3. Sekolah swasta di Kota Semarang mengalami ketakutan apabila kebijakan pemberian
dana pendampingan BOS akan dihapus jika berganti kepemimpinan walikota yang
menjabat
C. Perumusan Kriteria Kebijakan
Dengan adanya dana pendampingan Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan
oleh Kemendikbud Pusat, maka dirumuskan kriteria kebijakan sebagai berikut.
1. Perataan
Erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi
akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya
(misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya
moneter) secara adil didistribusikan. Kebijakan yang dirancang untuk
mendistribusikan pendapatan, kesempatan pendidikan, atau pelayanan pendidikan
kadang-kadang didistribusikan atas dasar kriteria kesamaan. Kriteria kesamaan erat
berhubungan dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran
dan terhadap konflik etis sekitar dasar yang memadai untuk mendistribusikan risoris
masyarakat. Dikarenakan pemerintah dalam membuat kebijakan terkait pendanaan
pendidikan harus merata dan adil antara sekolah negeri dan sekolah swasta sehingga
dalam pelaksanaannya dana yang tersalurkan dapat dimanfaatkan dengan baik.
Pemberian dana hibah ini dan manfaatnya bisa didistribusikan secara merata kepada
sekolah-sekolah swasta di Kota Semarang.
2. Efektivitas
Berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan,
atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektifitas, yang secara dekat
berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan
atau nilai moneternya. Maka dari itu, kebijakan sekolah swasta gratis yang pada
akhirnya dapat meringankan biaya siswa yang kurang mampu, dapat mengurangi
angka putus sekolah, dan meningakatkan kualitas pendidikan di Kota Semarang.
3. Efisiensi
Bersangkutan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat
efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi
adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya
diukur dari ongkos moneter. Maka dari itu, setiap sekolah harus meminimalkan
pengeluaran biaya pendidikan dengan harapan agar dapat menjadi upaya untuk
mengurangi beban para siswanya terutama yang kurang mampu.
4. Kecukupan
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan,
nilai, atau kesempatan menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan
menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang
diharapkan. Karena dengan adanya alokasi hibah pendampingan untuk sekolah
swasta gratis di Kota Semarang akan menyelesaikan masalah pemerataan pendidikan
dan kesenjangan pendanaan antara sekolah negeri dan sekolah swasta di Kota
Semarang.
5. Responsivitas
Terkait dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. kriteria responsivitas
adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya –
efektifitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan – masih gagal jika belum menanggapi
kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu
kebijakan.Karena sudah seharusnya pemerintah Kota Semarang khususnya Dinas
Pendidkan merespon dengan cepat dan tanggap terkait masalah public yang
urgensitasnya adalah terkendalanya biaya pada siswa yang kurang mampu, sehingga
banyak yang putus sekolah dan meninggalkan bangku pendidikan. Maka dari itu
pemerintah harus merespon masalah ini dengan harapan dapat menstabilkan kualitas
sumber daya manusia di Kota Semarang.
6. Ketepatan
Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan rasionalitas, substantif, karena
pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria
individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada
nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi
tujuan-tujuan tersebut. Karena dengan pemberian dana yang sama kepada sekolah
swasta maka sekolah swasta tersebut akan menjadi pelaksana kebijakan sehingga
kebijakan dapat berjalan dan memberikan manfaat pada bidang pendidikan di Kota
Semarang.
Berdasarkan beberapa alternatif kebijakan di atas maka dilakukan Uji alternatif
kebijakan dilakukan dengan metode MCDM (Multi Criteria Decision Making) dengan
hasil, yaitu :
Total 5 4 3
KESIMPULAN
Kebijakan sekolah swasta gratis merupakan kebijakan baru di kota Semarang. Tujuan
dari kebijakan ini adalah untuk membantu pembiayaan operasional sekolah swasta dalam
rangka meringankan beban biaya sekolah yang harus ditanggung oleh siswa, diikarenakan
kebijakan ini merupakan kebijakan yang baru maka perlu persiapan untuk melaksanakannya.
Penyaluran dana bantuan operasional sekolah oleh pusat yang ditujukan langsung kepada
sekolah-sekolah penerima dana bantuan operasional sekolah yang sebelumnya sudah
difasilitasi Dinas Pendidikan yang memastikan bahwa setiap sekolah mendapatkan dana
tersebut, lalu yang kedua menjadi fasilitator tentang sebagai yang menerapkan besaran dana
yang disalurkan dari pusat ke sekolah-sekolah, lalu yang ketiga Dinas Pendidikan bersama
dengan Inspektorat Kota Semarang melakukan sinergitas terhadap pengawasan yang
dilakukan agar tidak terjadi kecurangan terhadap pengelolaan dana bantuan operasional
sekolah dan yang terakhir pengelolaan dana bantuan operasional sekolah dilakukan sendiri
oleh sekolah-sekolah sebagai wujud kemandirian dengan pendampingan dari Dinas
Pendidikan Kota Semarang.
Saran yang dapat penulis sampaikan terkait penelitian tentang Optimalisasi Dana
Hibah Sebagai Biaya Operasional Sekolah Dalam Kebijakan Sekolah Swasta Gratis di Kota
Semarang adalah sebagai berikut :
1. Dinas Pendidikan Kota Semarang perlu penambahan waktu atau tenaga kerja lebih
dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang terbatas dan
banyaknya anggaran yang perlu dikelola, akan sangat membantu jika Dinas
Pendidikan Kota Semarang diberi waktu tambahan atau tenaga kerja lebih.
2. Inspektorat Kota Semarang perlu adanya pelatihan kompetensi untuk sumber daya
manusia yang dimiliki, agar semakin terbentuk tenaga yang kompeten, profesional
dan berakhlak mulia
DAFTAR PUSTAKA
Handriani, Dezara Judithia. (2019). Proses Adaptasi Ikatan Mahasiswa Fakfak Di Kota
Bandung. Other thesis, Universitas Komputer Indonesia.
T. Taufik, and H. Warsono, "BIROKRASI BARU UNTUK NEW NORMAL: TINJAUAN
MODEL PERUBAHAN BIROKRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI ERA
COVID-19," Dialogue : Jurnal Ilmu Administrasi Publik, vol. 2, no. 1, pp. 1-18,
Jun. 2020. https://doi.org/10.14710/dialogue.v2i1.8182
Walikota Semarang. 2021. Peraturan Walikota Semarang Nomor 78 Tahun 2021 Tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun
Anggran 2022. Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2021 Nomor 78.
Walikota Semrang. 2020. Peraturan Walikota Semarang Nomor 88 Tahun 2020 Tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun
Anggaran 2021. Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2020 Nomor 88.
Menteri Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomo R 37 Tahu N 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun Anggaran 2011.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. 2022. Peraturan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2022 Tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini, Bantuan Operasional Sekolah, Dan
Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 73.
Kabupaten, D. I., & Utara, K. (2014). Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis. Jurnal
Administrasi Publik, 11(1), 1–21.
Aqodiah. (2017). KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS (STUDI KOMPARASI
DI SD DAN MI DI YOGYAKARTA). Ibtida’iy : Jurnal Prodi PGMI, 2(2), 1.
https://doi.org/10.31764/ibtidaiy.v2i2.1047
Fathurrahman, F. (2021). IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN
2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DI
KABUPATEN PANGKEP. Media Keadilan: Jurnal Ilmu Hukum, 12(1), 142.
https://doi.org/10.31764/jmk.v12i1.4054
Mustikawati, I., & Jannah, M. (2020). ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM
PENDIDIKAN GRATIS DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUL IBAD AJUNG
JEMBER. Majalah Ilmiah DIAN ILMU, 19(1).
https://doi.org/10.37849/midi.v19i1.165
N. Hula, I. R., & Mariana, A. (2020). AKSESIBILITAS PENDIDIKAN GRATIS PADA
SEKOLAH SWASTA DI GORONTALO UTARA. Irfani, 16(2), 1–26.
https://doi.org/10.30603/ir.v16i2.1834
Nugroho, R. W., Widowati, N., & Rihandoyo. (2011). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA
SEMARANG (STUDI KASUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
SEMARANG SELATAN TAHUN 2011). Arbitration Brief, 2(1), 2071–2079.
Qadir Muslim, Abdul, dkk. (2021). ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI JEPANG,
FINLANDIA, CHINA DAN INDONESIA DALAM MENDUKUNG
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS.
http://dx.doi.org/10.25078/aw.v6i2.2827
Wartoyo, F. X. (2016). TANGGUNG JAWAB HUKUM PEMERINTAH DALAM
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NASIONAL. Yustisia Jurnal Hukum,
5(1). https://doi.org/10.20961/yustisia.v5i1.8734
Syahbuddin, A. (2020). Manajemen Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Sekolah Untuk
Menaikkan Mutu Pendidikan (Studi di Sekolah Dasar Negeri dan Swasta Kota
Langsa). EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 6(1), 62–69.
https://doi.org/10.30596/edutech.v6i1.4396
Jumadi. (2014). Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Kabupaten Kayong Utara.
Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN, 1.