Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan dana merupakan persoalan yang plaing krusial dalam perbaikan

dan pembangunan sistem pendidikan di Indonesia, dan dana juga merupakan

salah satu syarat atau unsur yang sangat menentukan keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan. Selama ini dikeluhkan bahwa mutu pendidikan

nasionan rendah karena dana yang tidak mencukupi, anggaran untuk

pendidikan masih terlalu rendah. Padahal kalau mau belajar dari bangsa-bangsa

yang maju bagaimana mereka membangun, justru mereka berani "secara

nekad" menempatkan anggaran untuk pembiayaan pendidikan melebihi

keperluan-keperluan yang lain.

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebenarnya

sudah mengemanatkan tentang pentingnya alokasi anggaran dana untuk

pembiayaan dan pembangunan pendidilan ini. Dalam pasal 49 ayat (1)

dikemukakan bahwa "Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya

pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Sayangnya, amanat yang jelas-jelas memiliki dasar dan payung hulum

tersebut dengan berbagai dalih dan alasan sampai saat ini masih belum bisa

dilaksanakan. Sementara itu, di daerah baik para eksekutif maupun legislatif

masih sibuk berdebat dan "sok pintar" -nya, sehingga menimbulkan kesan
bahwa pendidikan merupakan bagian dari pembangunan yang belum

diprioritaskan.

Dana masyarakat yang selama ini digunalan untuk membiayai pendidikan

belum optimal teralokasikan secara proporsional sesuai dengan kemampuan

daerah. Terserapnya dana masyarakat ke pusat membuat daerah menjadi

semakin tidak berdaya membiayai penyelenggaraan pendidikan. Sarana dan

prasarana pendidikan angat tergantung pengadaannya dari pemerintah pusat.

Sementara itu dalam konteks pembiayaan, dengan diberlakukannya

otonomi derah, maka anggaran pendidikam dialokasiakan pada APBD. Terlihat

jelas penurunan biaya penyelenggaraan pendidikan. Hal ini di samping

pemahaman pimpinan daerah terhadap pendidikan, banyak yang masih sangat

terbatas, tidak jarang mereka juga menempatkan pembangunan pendidilan

bukan berada pada skala prioritas. Umumnya di daerah, termasuk Pimpinan

Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota), DPRD dam pengambilan kebijakan yang

lain, bila bicara tentang pendidikan semua sepakat merupakan sesuatu yang

sangat penting dan harus menjadi proritas pembangunan. Namun ketika sampai

pada tahap implementasi dam pengambilan kebijakan terutama menyangkut

penganggaram pendidikan di APBD, semuanya tidak ada lagi yang mampu

berbuat banyak. Bagi pimpinan daerah pendidikan mungkin saja merupakan

prioritas yamg keberapa setelah mobil dinas, rumah dinas, proyek-proyek fisik

lain, dan sebagainya.


Dalam konteks ekonomi, pada dasarnya pendidilan merupakan investasi

panjang yang hasilnya tidak bisa dilihat satu dua tahun, tetapi jauh kedepan.

Sebagai suati investasi produktif, mestinya pembangunam pendidilan harus

memperhitungkan dua konsep utama, yaitu biaya (cost) dan manfaat (benefit)

pendidikan. Berkaitan dengan biaya pendidikan ini sendiri, menurut Ace

Suryadi (2004: 181) terdapat empat agenda kebijalan yang perlu mendapat

perhatian serius, yaitu : (1) besarnya anggaram pendidikan yang dialokasikan

(revenue) ; (2) aspek keadilan dalam alokasi anggaran; (3) aspek efisienai

dalam pendayagunaan anggaran; dan (4) anggaran pendidilan dan

desentralisasi pengelolaan.

Pendidikan adalah bagian dari upaya untuk memampukan setiap insan

dalam mengembangkan potensi dirinya agar tumbuh menjadi manusia yang

tangguh dan berkarakter serta berkehidupan sosial yang sehat. Kualitas

pendidikan yang baik sangat diharapkan dalam membangun sumber daya

manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi terhadap negara. Pendidikan

yang berkualitas ini diharapkan mampu menjadi sarana proses transmisi ilmu

pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai, ketrampilan dan aspek-aspek lainnya

dari generasi ke generasi. Sistem penyelanggaraan pendidikan yang meliputi

kejelasan arah kebijakan yang ditetapkan menjadi faktor penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan itu sendiri. Kebijakan Pendidikan di

Indonesia mendasarkan pada pasal 31 UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa

tiap-tiap warga berhak mendapatkan pengajaran, pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.


Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab, yang kemudian menjadi arah kebijakan dalam dunia

pendidikan. Arah kebijakan pendidikan ini kemudian didukung dengan

UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,dimana dalam

bagian ketentuan umum pasal 1 ayat 5 dikatakan bahwa “Otonomi daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Makna dari undang-undang ini adalah

dimana adanya desentralisasi atau pelimpahan wewenang dari pemerintah

pusat terhadap pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana salah

satunya adalah desentralisasi pendidikan.

Seperti yang sudah dibahas diatas bahwa salah satu aspek penting dalam

pembangunan pendidikan adalah pembiayaan. Masalah pokok dalam

pembiayaan pendidikan adalah bagaimana mencukupi kebutuhan operasional

disatu sisi, dan sisi lain bagaimana melindungi masyarakat (khususnya

keluarga tidak mampu) dari hambatan biaya untuk memperoleh


pendidikan. Pembiayaan pendidikan pada dasarnya merupakan proses alokasi

sumber-sumber pada kegiatan-kegiatan atau program-program pelaksanaan

operasional pendidikan atau dalam proses belajar mengajar (Matin, 2014 : 4).

Hal-hal yang berkaitan dengan ini meliputi perencanaan anggaran pendidikan,

pembiayaan pendidikan, pelaksanaan anggaran pendididkan, akuntansi

pertanggungjawaban keuangan pendidikan serta pemeriksaan dan pengawasan

anggaran pendidikan.

Provinsi DKI Jakarta adalah ibu kota Negara, yang juga merupakan pusat

pemerintahan, pusat perekonomian, dan sebagai daerah otonom. Selayaknya

ibu kota Negara pada umumnya, tak jarang DKI Jakarta dijadikan percontohan

daerah otonom yang lain termasuk dalam hal kebijakan yang dikeluarkan

dalam dunia pendidikan. Jenis masyarakat yang heterogen ini membuat DKI

Jakarta dihadapkan pada persoalan yang multikarakteristik. Teknologi,

budaya, kemampuan bahkan selera yang beragam ini membuat DKI Jakarta

harus menjalankan beberapa kebijakan yang sekiranya sesuai dengan

kebutuhan masyarakatnya.

Program Kartu Jakarta Pintar yang selanjutnya disingkat KJP ini

merupakan salah satu kebijakan yang kemudian dikeluarkan oleh Pemerintah

DKI Jakarta dalam rangka pemenuhan besaran Dana Sumbangan

Pendidikan (DSP). Dilansir dari situs resmi KJP (kjp.jakarta.go.id), besaran

dana rutin KJP yang dapat digunakan untuk bertransaksi di mesin EDC untuk

tingkat SD/MI/SDLB adalah sebesar Rp 130.000 untuk tingkat


SMP/MTs/SMPLB Rp 170.000 untuk SMA/MA/SMALB adalah sebesar Rp

290.000.

KJP memiliki arti yang strategis bagi peserta didik dari keluarga tidak

mampu secara khusus di DKI Jakarta karena posisinya sebagai bagian dari

usaha Pemprov DKI dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan

diberlakukannya program KJP diharapkan dapat memutus rantai putus sekolah

serta kemiskinan di ibukota. Program KJP yang di tujukkan untuk memenuhi

biaya personal peserta didik bagi masyarakat tidak mampu dan anak terlantar,

namun nyatanya masih banyak anak terlantar yang tidak bersekolah di

Jakarta bahkan anak yang tergolong tidak mampu pun tidak mendapatkan

dana bantuan KJP tersebut..

Adapun tujuan program KJP dikutip dari situs resminya

(kjp.jakarta.go.id) yaitu untuk mendukung terselenggaranya program wajib

belajar 12 tahun, mendukung akses layanan pendidikan secara adil dan

merata, menjamin kepastian mendapatkan layanan pendidikan dan

meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dalam hal ini pemerintah DKI

Jakarta menunjuk Bank DKI sebagai sarana penyaluran dana KJP kepada

peserta didik dalam bentuk kartu ATM.

Lazimnya sebuah kebijakan, KJP juga tidak lepas dari persoalan-persoalan

untuk mencapai tujuannya. Dalam beberapa pemberitaan, salah satunya Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) membeberkan temuan dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD) DKI Tahun Anggaran 2018. Salah satunya adalah

temuan dana Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Mahasiswa Umum (KMU)
yang mengendap hingga Rp130 miliar. (sumber : CCN dilansir pada 16 mei

2019)

KJP memiliki arti yang strategis bagi peserta didik dari keluarga tidak

mampu secara khusus di DKI Jakarta karena posisinya sebagai bagian dari

usaha Pemprov DKI dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan

diberlakukannya program KJP diharapkan dapat memutus rantai putus sekolah

serta kemiskinan di ibukota. Program KJP yang di tujukkan untuk memenuhi

biaya personal peserta didik bagi masyarakat tidak mampu dan anak terlantar,

namun nyatanya masih banyak anak terlantar yang tidak bersekolah di Jakarta

bahkan anak yang tergolong tidak mampu pun tidak mendapatkan dana

bantuan KJP tersebut

Dari pemaparan di atas, peneliti melihat bahwa adanya perhatian

khusus terhadap program KJP dimaksudkan untuk meninjau kembali

keefektivan program. Peneliti tertarik untuk mengangkatnya menjadi judul

skripsi yaitu Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar. Peneliti melihat adanya

indikasi tidak tepat sasaran dan adanya penyalagunaan yang tentunya akan

berdampak pada tercapainya tujuan awal program, karena bagaimanapun

program Kartu Jakarta Pintar membutuhkan saran dan dukungan dari

banyak kalangan untuk perbaikan dan penyempurnaan program itu

sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

akan mengidentifikasi.
1. Kefektivitasan kebijakan pemerintah dalam menjalankan

program yang menjadi unggulannya

2. Pentingnya pendidikan bagi seluruh warga Indonesia

3. Ketepatan penggunaan Kartu Jakarta Pintar kepada yang

berhak menerima bantuan tersebut

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

penulis menyesuaikan topik yang relavan yaitu membatasi penelitian hanya

menyangkut pada Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar di...

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan dalam

penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah Efektivitas Penggunaan Kartu jakarta

Pintar (KJP) di...

E. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

seberapa Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar di...., sedangkan tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepat sasaran program

tersebut dan bagai mana penggunaan Kartu Jakarta Pintar itu sendiri.
F. Kegunaan Penelitian

Data dan informasi sebagai hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat:

1. Manfaat teoretis

a. Bagi peneliti

penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

terutama dalam Efektivitas Kartu Jakarta Pintar terhadap

kualitas pendidikan.

b. Bagi Instansi PemerintahanMembantu memberikan

pertimbangan kepada pemerintah khususnya Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakartadalam membuat kebijakan yang berkaitan

denganpengelolaan program Kartu Jakarta Pintar

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran

bagi pemecahan masalah yang berhubungan dengan efektivitas

program Kartu Jakarta Pintar.

b. Penelitian ini bermanfaat untuk membantu Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta dalam melalukan pengelolaan program

Kartu Jakarta Pintar pada jenjang pendidikan


G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika pembahasan akan diuraikan secara singkat dan

sistematika isi dari setiap bab dalam penulisan penelitian ini, adapun

pembagiaan dari setiap bab dan uraiannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai uraian

yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya. Pada bab ini

dikemukaan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

DAN KERANGKA BERFIKIR

Dalam bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari

konsep-konsep pemikiran dalam penyusunan penelitian, yang di

dalamnya terdapat teori-teori yang mendukung penelitian yang

dikemukaan oleh para ahli, serta hasil penelitian relevan. Pada bab

ini juga akan dijabarkan mengenai kerangka berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijabarkan mengenai tempat dan waktu penelitian,

metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, metode

pengumpulan data, instrumen penelitian, serta teknik analisis data.

Anda mungkin juga menyukai