Anda di halaman 1dari 7

APBN 2023 (20% untuk anggaran Pendidikan) dan Pengaruhnya Terhadap

Kualitas dan Kuantitas Pendidikan Rakyat Indonesia

Pendidikan adalah suatu sistem dan prosedur untuk meningkatkan kualitas


hidup seseorang dalam segala aspek kehidupan di dunia. Pendidikan memiliki nilai
yang sangat strategis dan urgen dalam membentuk suatu bangsa. Pendidikan juga
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa. Karena melalui pendidikan tidak hanya
berfungsi untuk how to do dan how to know, juga untuk how to together, tetapi yang
sangat penting bahwa how to be, cara menjadi how to be, maka harus mewariskan
budaya dan kultur. Pendidikan pada hakekatnya merupakan alat strategis untuk
meningkatkan potensi suatu bangsa agar mampu berpartisipasi dalam tataran yang
lebih global.

Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan


manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk pemikiran,
akhlak dan perilaku manusia sesuai dengan norma-norma yang ada, seperti norma
agama, adat istiadat, budaya dan lain-lain. Menurut Frederick J.Mc Donald dan M.J.
Langeveld, pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang ditujukan untuk
mengubah tingkah laku manusia. Menurut John Dewey, pendidikan adalah proses
pembaharuan makna dari pengalaman. Ini dapat terjadi dalam pergaulan orang
dewasa dengan orang muda atau pergaulan biasa. Bahkan bisa juga terjadi secara
sengaja dan institusional untuk menciptakan keberlanjutan sosial. Proses ini
melibatkan pengawasan dan pengembangan dari remaja dan kelompok dimana dia
tinggal.

Pendidikan merupakan modal penting dalam kehidupan seseorang, tidak


terkecuali generasi bangsa. Memiliki pendidikan yang cukup, wawasan dan
pengetahuan yang luas akan melatih generasi muda yang berkualitas untuk
membangun negara dan negara dengan lebih baik. Menurut Hanson dan Brembeck
dari Hadiyanto, pendidikan merupakan investasi pada manusia, untuk pengembangan
pribadi dan sosial, sebaliknya pendidikan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi.
Penjelasan ini nampak jelas, bahwa pendidikan adalah pembentuk kepribadian suatu
negara yang mencakup tiga bidang, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kredibilitas/kualitas pendidikan akan mempengaruhi kehidupan suatu negara dan
masyarakat, baik saat ini maupun di masa depan. Dengan demikian, kemampuan
suatu negara dalam menghadapi masa depan sangat ditentukan oleh sistem dan
lembaga pendidikan yang dimiliki negara tersebut dan sedang beroperasi saat ini.

Pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan kebutuhan pokok


keempat rakyat Indonesia setelah sandang, pangan, dan papan. Pendidikan bagi
seluruh rakyat Indonesia bahkan menjadi tujuan berdirinya Negara Republik
Indonesia tahun 1945, sebagaimana tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi “…mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia….”. Pada aplikasinya, menurut data kemenkeu.go.id dari total belanja negara
dalam APBN tahun 2023 yang telah disepakati negara adalah Rp 3.061,2 triliun,
dialokasikan belanja pemerintah pusat Rp 2.246,5 triliun dan transfer ke daerah dan
dana desa Rp 814,7 triliun. Belanja Pemerintah Pusat tersebut diarahkan untuk:

1. Melanjutkan reformasi terutama dalam meningkatkan kualitas SDM melalui


peningkatan kualitas pendidikan, transformasi sistem kesehatan, akselerasi
perlindungan sosial sepanjang hayat, serta meningkatkan efektivitas
implementasi reformasi birokrasi,
2. Melanjutkan agenda pembangunan melalui percepatan pembangunan
infrastruktur pendukung transformasi ekonomi, revitalisasi industri bernilai
tambah dan berorientasi ekspor, adaptasi teknologi hijau dan pengembangan
EBT, dan mitigasi risiko fiskal dalam pelaksanaan APBN, serta
3. Meningkatkan efisiensi belanja barang non prioritas, ketepatan sasaran
penyaluran program bansos dan subsidi, serta meningkatkan sinkronisasi
belanja bantuan Pemerintah.

Poin nomor 1 menyebutkan “meningkatkan kualitas SDM melalui


peningkatan kualitas pendidikan..” sudah sejalan bahwa pemerintah memperhatikan
pendidikan dan berdasarkan pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 berisi
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari APBN
serta dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
Hal ini dikuatkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 013/PUU-VI/2008,
“Pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari
APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Alokasi anggaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang terkait dengan
peningkatan kualitas pendidikan”. Alokasi anggaran pendidikan lebih spesifik
dituangkan dalam pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 yaitu “Dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”. Berdasarkan
rapat kerja perdana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
bersama Komisi X DPR RI menetapkan 20 % dari APBN atau sebesar Rp550 triliun,
dialokasikan untuk dana pendidikan. Dari 20 % anggaran tersebut, Kemendikbud
mengelola sebanyak 14,8 % atau sekitar Rp81,5 triliun.

Anggaran Rp81,5 triliun yang dikelola Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan sebagian besar merupakan dana wajib, yakni Rp31,13 triliun.
Pembiayaan wajib meliputi pembiayaan Program Indonesia Pintar untuk 17,9 juta
siswa, Kartu Indonesia Pintar (KIP) termasuk ADIK yang menargetkan 1.102 juta
siswa, guru non-PNS dengan target 363.000 guru, Dukungan Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) dan Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum (BPPTN-BH) untuk 75 laboratorium, BOPTN vokasi untuk 43 PTN, serta
mengembangkan daya tarik wisata untuk destinasi wisata.

Jumlah ini merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan dengan negara
lain. Namun, dari segi anggaran Indonesia masih kalah dibandingkan negara lain.
Bila di kaji, menurut antaranews.com, anggaran pendidikan Indonesia bahkan lebih
rendah dari Malaysia. Bagian Malaysia dari anggaran pendidikan adalah 26% dari
anggaran negara. Jumlah tersebut belum termasuk gaji guru. Sedangkan di Indonesia,
80% dari anggaran 371,2 triliun merupakan anggaran untuk gaji guru. Hal ini sangat
kontras dengan Malaysia yang 26% anggaran pendidikannya tidak termasuk gaji
guru. Padahal jumlah penduduk Indonesia 8 kali lebih besar dari penduduk Malaysia

Merujuk pada data dari npd.kemdikbud.go.id, beberapa pemerintah daerah


baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota telah mengalokasikan 20% dari
PDBA untuk pendidikan. NPD adalah singkatan dari Neraca Pendidikan Daerah yang
mendokumentasikan sejumlah isu pendidikan di daerah, mulai dari anggaran
pendidikan, akreditasi, kondisi ruang kelas, hasil ujian nasional (UN) dan Indeks
Integritas UN, kualifikasi guru, nilai Uji Kompetensi Guru (UKG), hingga data
mengenai rasio antara guru dan murid. NPD diperkenalkan untuk menambah
partisipasi publik dalam mengontrol alokasi anggaran.

Dalam data npd.kemdikbud.go id, hanya Pemprov DKI Jakarta yang pada
tahun 2016 mengalokasikan 22,29% dari PDBD-nya untuk pendidikan. Jumlah ini
melebihi jumlah minimum yang ditentukan oleh undang-undang. Dari
npd.kemdikbud.go.id juga diketahui masih ada beberapa provinsi, kabupaten/kota
yang mengalokasikan anggaran kurang dari 5% untuk pendidikan. Beberapa provinsi
bahkan hanya menyediakan 1,35% dari anggaran pendidikan di daerahnya. Angka
tersebut merupakan yang terendah dibandingkan dengan provinsi lain.

Namun, dari tahun ke tahun, sebagian besar pemerintah provinsi telah


berkomitmen untuk meningkatkan anggaran pendidikan di daerahnya. Misalnya Jawa
Tengah, jika tahun 2016 dialokasikan 2,89%, tahun 2017 anggaran fungsi pendidikan
di daerah meningkat signifikan menjadi 13,97%. Demikian pula, Sumbar mencatat
alokasi anggaran dari 4,07% pada 2016 menjadi 18,52% pada 2017.  

Mendikbud mengungkapkan bahwa membangun mutu pendidikan bukan


hanya menjadi tanggung jawab Kemendikbud. Padahal, 20% dari APBN yang
dialokasikan untuk fungsi pendidikan tersebar di 20 kementerian/lembaga dan
tersebar di seluruh daerah. Untuk tahun 2018, tidak kurang dari 63,3% atau sekitar Rp
279,3 triliun, termasuk anggaran yang diarahkan ke daerah dalam bentuk Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sisanya dibagi di antara 20
kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara Kemendikbud berharap peran masyarakat dalam pengawasan dan
pengendalian penyebaran APBD sangat penting. Mendikbud tidak memiliki hak
untuk mendesak pemerintah daerah mengalokasi anggaran untuk pendidikan sesuai
amanat UU “Rakyatlah yang bisa”

Masalah lain yang menjadi momok adalah tidak efektifnya pendidikan di


Indonesia. Pendidikan yang benar-benar ada di lapangan bukanlah alat bagi peserta
didik untuk mengembangkan dirinya agar mampu bersaing di masyarakat. Padahal,
pendidikan yang berlangsung justru mematikan kreativitas siswa. Hal ini terjadi
karena cara pendidikan Indonesia hanya “mentransfer ilmu” dan tidak menyentuh
aspek riil permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Selain itu pemerataan pendidikan di Indonesia juga sangat penting. Hal ini
dapat kita lihat dari tingkat penyelesaian pendidikan yang selama ini selalu terpusat di
Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan masih minimnya intelektual dari daerah luar Jawa
yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk membangun daerahnya. Perhatikan
table berikut :
Tingkat Penyelesaian Pendidikan Menurut
Jenjang Pendidikan dan Provinsi
Provinsi SD / SMP / SMA /
Sederajat Sederajat Sederajat
2021 2022 2021 2022 2021 2022
ACEH 99.44 99.45 93.43 97.63 74.36 70.67
SUMATERA UTARA 98.57 98.74 91.35 92.84 72.81 77.16
SUMATERA BARAT 95.29 97.87 89.49 88.83 70.06 65.96
RIAU 96.91 98.20 87.11 88.53 68.94 66.91
JAMBI 98.54 97.62 89.00 86.57 64.51 65.85
SUMATERA SELATAN 97.82 97.53 87.68 88.41 67.20 67.07
BENGKULU 98.16 97.65 89.94 90.81 62.46 64.88
LAMPUNG 98.33 98.41 89.46 90.99 60.09 62.42
KEP. BANGKA BELITUNG 96.61 96.45 80.99 84.72 63.98 66.87
KEP. RIAU 98.16 98.38 92.71 95.72 81.07 73.93
DKI JAKARTA 99.26 98.58 95.00 95.40 84.98 87.71
JAWA BARAT 98.45 99.08 88.18 89.29 64.89 67.05
JAWA TENGAH 98.06 98.01 88.44 90.02 59.90 58.75
DI YOGYAKARTA 98.48 98.91 94.94 97.06 90.12 87.92
JAWA TIMUR 97.76 98.71 90.30 90.47 66.33 66.87
BANTEN 98.82 97.24 90.63 92.65 66.90 66.02
BALI 97.02 97.55 94.26 94.15 75.86 76.59
NUSA TENGGARA BARAT 98.71 98.47 92.19 95.39 65.71 61.00
NUSA TENGGARA TIMUR 91.84 92.35 78.83 83.25 44.88 38.47
KALIMANTAN BARAT 94.29 95.13 79.65 81.82 54.27 58.40
KALIMANTAN TENGAH 97.45 98.51 89.76 87.79 61.04 61.88
KALIMANTAN SELATAN 95.67 94.68 84.06 87.95 63.59 67.81
KALIMANTAN TIMUR 96.82 99.18 95.34 95.32 74.26 74.00
KALIMANTAN UTARA 95.77 96.94 90.14 90.55 62.30 54.80
SULAWESI UTARA 96.10 96.74 91.05 91.98 68.56 66.66
SULAWESI TENGAH 96.19 97.19 85.42 88.90 61.16 53.73
SULAWESI SELATAN 97.30 98.05 88.18 90.55 69.43 68.32
SULAWESI TENGGARA 95.58 97.24 90.88 91.19 70.65 65.97
GORONTALO 93.44 95.12 81.22 80.56 53.73 45.12
SULAWESI BARAT 95.93 97.15 86.09 84.14 56.22 55.18
MALUKU 98.50 98.98 93.08 93.65 68.12 72.08
MALUKU UTARA 96.97 97.72 92.93 94.92 66.95 67.10
PAPUA BARAT 91.81 93.94 85.18 87.03 59.08 57.07
PAPUA 78.43 81.99 66.06 66.16 32.95 39.01

Apabila kita cermati berdasarkan data bps.go.id tentang tingkat penyelesaian


pendidikan menurut jenjang pendidikan dan provinsi, semakin ke timur maka kita
akan semakin menemukan jenjang pendidikan yang semakin menurun. Hal tersebut
berpengaruh juga terhadap fasilitas yang didapatkan mulai dari pembangunan ruang
kelas yang belum rampung sampai masalah keberadaan tenaga pengajar yang tidak
memadai.

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, namun masih ada sebagian
masyarakat yang belum memiliki hak tersebut. Selama ini, kesempatan terbaik untuk
mendapatkan akses pendidikan yang baik diberikan kepada anak-anak orang kaya dan
cerdas. Dengan kemampuan ekonomi yang baik, didukung dengan kemampuan
berpikir yang tinggi, merupakan faktor pendukung akses pendidikan yang lebih baik.
Mereka memiliki peluang besar untuk masuk ke sekolah elit, berkualitas, nasional
bahkan internasional. Hal ini menciptakan lingkungan belajar dan mengajar yang
kondusif karena didukung oleh kualitas siswa yang memiliki kemampuan berpikir
yang tinggi. Selain itu, tersedianya infrastruktur yang lengkap yang menunjang
kelangsungan pendidikan. Apapun alasannya, hal ini membuktikan bahwa negara
telah gagal mewujudkan cita-cita pendiri bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia.

Kelemahan dan permasalahan sistem dan mekanisme pendidikan bangsa


Indonesia harus segera dibenahi dan direformasi, agar generasi penerus bangsa dapat
menghadapi tantangan masa depan. Reformasi pendidikan harus dilakukan untuk
menciptakan generasi bangsa yang mampu menghadapi tantangan global. Menurut
pembukaan UUD 1945, tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan masa depan suatu
negara. Oleh karena itu, negara harus mementingkan faktor pendidikan dalam segala
aspek kehidupan untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan
menjamin penyiapan sumber daya manusia yang berdaya saing.

Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi modal utama


pembangunan negara, khususnya di bidang perekonomian nasional. Dengan kata lain,
semakin terdidik sumber daya manusia suatu negara, semakin mudah keberhasilan
pembangunan nasional. Namun SDM yang dihasilkan harus mampu memimpin di
segala bidang dan siap menghadapi tantangan zaman. Jangan jadikan pendidikan
sebagai satu-satunya tujuan memperoleh ijazah atau gelar untuk keuntungan pribadi.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa pendidikan harus menjadi yang terdepan
dalam suatu negara. Pertama, untuk pembangunan ekonomi negara. Dalam
pendidikan, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
hidup dan menjadi kompeten di bidang ekonomi. Kedua, sebagai pembanding nilai
investasi. Nilai kembalian ditunjukkan ketika membandingkan total biaya yang
digunakan untuk membiayai pendidikan lebih kecil dari total pendapatan yang
diperoleh memasuki pasar tenaga kerja. Ketiga, fungsi sosial, politik dan budaya.
Kontribusi pendidikan terhadap pengembangan sumber daya manusia, perkembangan
politik, sikap dan keterampilan kemasyarakatan, serta perkembangan kebudayaan
Indonesia.

Pemberdayaan pendidikan dapat dicapai dengan memberikan perhatian dan


prioritas secara penuh kepada pendidikan. Pemberdayaan dari sisi sistem, strategi,
input dan output sebagai pencapaian mutu pendidikan. Dengan peningkatan mutu
pendidikan, diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas, adaptif,
dan kreatif untuk memecahkan berbagai permasalahan yang kompleks di masa
mendatang.

Ini adalah solusi pertama yang harus dikembangkan untuk menjadi aset bagi
pembangunan negara. Adanya sumber daya manusia yang berkualitas tentunya harus
dibarengi dengan adanya nilai-nilai moral kemanusiaan pada setiap individu, agar ia
dapat memegang tanggung jawabnya dan selalu bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dilakukannya. Dan hanya dengan mengkonsolidasikan sumber daya
manusia bangsa kita dapat berdiri sejajar dengan negara lain.

Solusi lain, peran mahasiswa sebagai intelektual harus bisa dimainkan dalam
perang pedagogik ini. Mahasiswa harus mampu menjadi kontrol terhadap pemerintah,
baik melalui orasi maupun artikel yang mereka tulis. Mahasiswa harus mampu
menjadi ujung tombak dari suara masyarakat. Dengan demikian, pemerintah tidak
bisa seenaknya mengabaikan realita yang terjadi di lapangan. Kedepannya,
mahasiswa harus memiliki visi untuk berpartisipasi dalam peningkatan dan
pemerataan pendidikan nantinya setelah status mahasiswanya dilepas, terlepas dari
karir yang akan ditekuni masing-masing individu. Baik itu berkarir di instansi
pemerintah atau swasta. Dengan begitu anggaran dan upaya yang sudah dikeluarkan
oleh pemerintah dapat terkendali dan tepat sasaran dalam meningkatkan kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia. 
Daftar Pustaka

Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia,


Jakarta : Rineka Cipta, 2004, hal. 29

Haidara Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta : Asdi
Mahasatya, 2009, hal. 47.

Frederick J. Mc. Donald, Educational Psychology,(Tokyo: Overseas Publications,


Ltd,1959.

https://deepublishstore.com/blog/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli/

https://www.bps.go.id/indicator/28/1980/1/tingkat-penyelesaian-pendidikan-menurut-
jenjang-pendidikan-dan-provinsi.html

https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/siaran-pers/Siaran-Pers-
APBN-2023

https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/fokus/detail/komitmen-20-%-apbd-untuk-
pendidikan-terus-didorong

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/01/pagu-anggaran-kemendikbud-
tahun-2021-sebesar-rp815-triliun

https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-anggaran-dan-perbendaharaan/berita/
anggaran-pendidikan-20-apakah-sudah-dialokasikan-761329#:~:text=negara
%20tanpa%20diskriminasi.-,Bentuk%20keseriusan%20pemerintah%20dan%20DPR
%20dalam%20bidang%20pendidikan%20tertuang%20dalam,memenuhi
%20kebutuhan%20penyelenggaraan%20pendidikan%20nasional.

Anda mungkin juga menyukai