1. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan tergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Kualitas SDM dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Semakin lama seseorang menerima
pendidikan maka semakin baik kemampuan dan kualitasnya. Penduduk Kabupaten
Bekasi rata-rata bersekolah selama 8,38 tahun (Statistik Daerah Kabupaten
Bekasi,2014). Artinya penduduk Kabupaten Bekasi mengenyam pendidikan hingga
tingkat SLTP, sudah hampir mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Tugas pemerintah
pusat adalah penyusunan kebijakan dan standar pendidikan, penyelenggaraan
pendidikan karakter bangsa, serta pengendalian mutu pendidikan. Program-program
peningkatan mutu pendidikan, masih harus tetap dikendalikan pemerintah. Pemerintah
bertugas melakukan pengembangan kemampuan daerah-daerah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di daerahnya. Amanat konstitusi mengenai peningkatan
mutu pendidikan tercantum dalam UUD 1945, pasal 28C ayat (1), bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia. Pasal 31 menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka menghidupkan kecerdasan bangsa; (4) Negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara
serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional; serta (5) pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pasal 31 UUD 1945 diperjelas dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara
yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3
menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik
pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional antara lain disebutkan: Pertama setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (Pasal 5 Ayat 1). Kedua setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar (Pasal 6 Ayat 1). Ketiga pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi (Pasal 11 Ayat 1). Keempat pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun
(Pasal 11 Ayat 2).
Permasalahan pembangunan daerah khususnya dalam bidang pendidikan merupakan
kesenjangan antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang
direncanakan. Potensi permasalahan di daerah cenderung muncul dari kekuatan yang
belum didayagunakan secara optimal. Permasalahan yang berkaitan dengan fenomena
yang belum bisa diselasaikan dalam kurun waktu lima tahun, dan dampaknya sangat luas
dalam jangka waktu yang panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan,
sehingga perlu dilaksanakan secara bertahap disebut dengan Isu strategis. Perumusan
permasalahan ini penting untuk merumuskan visi dan misi Kabupaten Bekasi untuk
selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan dan sasaran pembangunan yang dituangkan dalam
berbagai program dan kegiatan sebagai jawaban atas permasalahan yang dirumuskan
sebelumnya. Berkaitan dengan visi Pemerintah Kabupaten Bekasi yaitu terwujudnya
kabupaten Bekasi yang demokratis, produktif, berdaya saing dan sejahtera dalam
lingkungan masyarakat yang agamis melalui penguatan sektor perindustrian,
perdagangan, pertanian dan pariwisata pada tahun 2017 dan misi ke-1 meningkatkan
pelayanan kebutuhan dasar masyarakat, maka misi ini menuntut pembangunan
pendidikan yang memfokuskan program pada pendidikan budi pekerti, pendidikan yang
menggabungkan antara qolbu, akal dan jasadiah. Tidak hanya pendidikan yang sekedar
menstransfer ilmu tapi juga membangun manusia yang memiliki karakter sehingga mutu
lulusannya mampu menjadi tenaga kerja yang siap pakai, produktif, cerdas, berdaya saing
serta memiliki iman dan taqwa.
Beberapa permasalahan mendasar yang menjadi isu strategis dalam urusan pendidikan
antara lain : 1) pengelolaan pendidikan belum sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
dalam meningkatkan daya saing Kabupaten Bekasi; 2) tingkat pendidikan masyarakat
Kabupaten Bekasi relatif masih rendah yaitu baru sampai pada jenjang SD dan SMP,
terukur pada rata-rata lama sekolah tahun 2013 dari yang semula ditargetkan 8,85 baru
mencapai 8,73 (belum menyelesaikan jenjang pendidikan dasar 9 tahun); 3) jumlah
sarana dan prasarana pendidikan masih terbatas, terutama pada jenjang sekolah TK dan
SD. Sarana dan prasarana yang masih harus dipenuhi antara lain ruang kelas baru (RKB),
meubelair, ruang perpustakaan dan sarana laboratorium; 4) tingkat partisipasi masyarakat
masih rendah dalam penyelenggaraan pendidikan yang disebabkan berbagai faktor,
salah satu faktor yang terbesar adalah faktor biaya. Besar kecilnya biaya pendidikan,
terutama pada tingkat satuan pendidikan, berhubungan dengan berbagai indikator mutu
pendidikan, seperti angka partisipasi, angka putus sekolah dan tinggal kelas, dan prestasi
belajar siswa. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan di Kabupaten Bekasi
diarahkan pada penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) 9 tahun sebagai
prioritas yang diawali dengan perintisan dan penuntasan wajar 12 tahun dengan standar
mutu yang semakin baik (kompetitif). Penuntasan wajar dikdas 9 tahun menjadi prioritas,
mengingat program ini secara nasional telah menetapkan target sebagaimana diatur
dalam Kepres Nomor 5 Tahun 2006 tentang percepatan penuntasan wajar dikdas 9 tahun
dan pemberantasan buta aksara. Salah satu indikator penuntasan program wajib belajar
9 Tahun dapat diukur dengan angka partisipasi kasar (APK) SD dan SMP. Bersekolah
bagi beberapa bagian masyarakat merupakan kemewahan tersendiri. Hal ini dapat terlihat
dari persentase anak usia sekolah yang berpartisipasi dalam pendidikan. Partisipasi
bersekolah yang semakin rendah seiring bertambahnya usia seseorang mengindikasikan
terdapatnya putus sekolah.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) anak usia sekolah dasar di kabupaten Bekasi cukup
tinggi, APS usia 7-12 tahun 2014 sebesar 99,87 persen mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 98,95 persen. Namun partisipasi semakin rendah
pada anak usia pendidikan SLTP (usia 13-15) tahun) dan SLTA (usia 16-18 tahun)
masing-masing hanya 95,59 persen dan 70,08 persen. Tahun Pembelajaran 2014/2015
kabupaten Bekasi telah mencapai APK SD/MI sebesar 114,72, dan APK SMP/MTs
sebesar 95,29%. Berdasarkan perhitungan angka partisipasi murni (APM) SD/MI
Kabupaten Bekasi tahun 2014/2015 sebesar 96,41% dan APM SMP/MTs sebesar
79,71% (Kemendikbud, 2015). Peningkatan kualitas SDM akan tercapai bila masyarakat
dapat menjangkau fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada tahun 2014 terdapat 891
Sekolah Dasar (SD), 287 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 96 Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan 138 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Selain jumlah
sekolah, salah satu indikator kecukupan fasilitas pendidikan adalah berdasarkan rasio
murid-guru. Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2014 seorang guru rata-
rata mengajar 23 murid. Kelangsungan kegiatan pendidikan selain dikelola oleh Dinas
Pendidikan terdapat juga sekolah yang dikelola oleh Kementrian Agama. Madrasah
Ibtidaiyah (setara SD) pada tahun 2014 berjumlah 203 sekolah, Madrasah Tsanawiyah
(setara SLTP) berjumlah 132 sekolah serta Madrasah Aliyah setara SLTA) berjumlah 38
sekolah. Pemerintah kabupaten Bekasi juga telah berhasil mengentaskan jumlah
Persentase penduduk Kabupaten Bekasi yang masih buta huruf berkurang, dengan
indikator masih terdapat 5,13 persen pada tahun 2013 berkurang menjadi 4,05 pada tahun
2014. Hingga saat ini, disparitas partisipasi sekolah antar kelompok masyarakat di
kabupaten Bekasi masih cukup tinggi. Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk
memperbanyak pilihan yang dimiliki manusia. Pilihan untuk berumur panjang dan sehat,
memiliki ilmu pengetahuan dan memiliki akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan
untuk hidup secara layak. Pengukuran secara statistik untuk menggambarkan
pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan angka
IPM, Kabupaten Bekasi menempati peringkat ke-8 se-Jawa Barat dan tergolong dalam
pembangunan menengah atas, yaitu 70,51 (berada antara 66-80) pada tahun 2014
(Statistik Daerah Kabupaten Bekasi, 2014). Angka IPM tersebut terdiri dari beberapa
komponen, antara angka harapan hidup (AHH), rata-rata lama sekolah (RLS), harapan
lama sekolah (HLS) dan pengeluaran per kapita per tahun. Tahun 2014, penduduk miskin
di kabupaten Bekasi berjumlah 152.755 jiwa, dan berada di posisi 3 terendah pada tingkat
provinsi Jawa Barat. Salah satu alasannya adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya
langsung maupun tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik. Biaya langsung
peserta didik antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis, sementara biaya
tidak langsung yang ditanggung oleh peserta didik antara lain biaya transportasi, kursus,
uang saku dan biaya lain-lain. Tingginya biaya pendidikan tersebut menyebabkan
tingginya angka tidak melanjutkan sekolah dan tingginya angka putus sekolah (drop out),
sehingga berpengaruh terhadap APK.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2017 ini melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) melakukan kajian Strategi Percepatan APK/APM pendidikan
di Kabupaten Bekasi. kajian Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten
Bekasi bagian penting dalam upaya menemukan stratgei yang pailing optimal untuk
peserta didik dapat melanjutkan proses pendidikan sampai tamat pendidikan dasar
hingga menengah, dan menarik siswa putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan
agar kembali mendapatkan layanan pendidikan sehingga dapat meningkatkan APK/APM.
Di samping itu, diperlukan pula rumus-rumus yang menjadi indikator pengaruh peserta
didik setiap jenjang pendidikan pada sekolah. Rumus-rumus tersebut harus dapat
menghitung kebutuhan biaya strategi yang berguna bagi perencanaan kajian. Dengan
demikian, kesulitan-kesulitan berkenaan informasi mengenai jumlah biaya keseluruhan
dalam perencanaan menentukan Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di
Kabupaten Bekasi dapat diatasi dengan hasil studi ini. Berdasarkan pemikiran tersebut,
maka studi tentang kajian Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi
yang dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah sangat diperlukan.
2. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Maksud pengadaan jasa konsultansi Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di
Kabupaten Bekasi adalah penyusunan kajian Strategi Percepatan APK/APM pendidikan
di Kabupaten Bekasi sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Bekasi dalam
menyusun Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi agar terdapat
kesamaan pemahaman dan langkah dalam menentukan indikator sebagai berikut :
a. menyediakan satu acuan rekomendasi bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pemerintah Kabupaten Bekasi dalam menentukan indikator Strategi Percepatan
APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi yang tepat didanai dari APBD Kabupaten
Bekasi dan sumber pendanaan APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat serta dana
lainnya;
b. menyediakan satu tolok ukur penghitungan besaran Percepatan APK/APM pendidikan
di Kabupaten Bekasi yang tepat didanai dari APBD Kabupaten Bekasi dan sumber
pendanaan APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat serta dana lainnya;
c. menghasilkan acuan Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi;
d. memudahkan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bekasi untuk memahami
dan menilai arah kebijakan dan Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di
Kabupaten Bekasi dan sumber pendanaan APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat serta
dana lainnya.
b. Tujuan
Tujuan pengadaan jasa konsultansi Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di
Kabupaten Bekasi adalah seiring dengan pesatnya laju pembangunan, berbagai
fenomena muncul antara lain terjadinya peningkatan kepadatan penduduk, putus sekolah,
mutu pendidikan, angkatan kerja, dan proses industrialisasi. Mencermati kemungkinan
terjadinya kondisi dimaksud, perlu ditempuh berbagai langkah kebijakan untuk menjamin
tercapainya peningkatan angka pertisipasi kasar pendidikan dasar dan menengah di
kabupaten Bekasi melalui kajian Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten
Bekasi . Adapun tujuan adalah :
a. memberikan rekomendasi bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah
Kabupaten Bekasi dalam menentukan indikator Strategi Percepatan APK/APM
pendidikan di Kabupaten Bekasi ;
b. menghasilkan langkah strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi
untuk dipertimbangkan sebagai anggaran yang dapat didanai dari APBD Kabupaten
Bekasi dan sumber pendanaan APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat serta dana
lainnya;
c. memberikan rekomendasi prioritas Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di
Kabupaten Bekasi;
d. memahami dan menilai arah kebijakan dan Strategi Percepatan APK/APM pendidikan
di Kabupaten Bekasi dan sumber pendanaan APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat
serta dana lainnya
3. TARGET/SASARAN
Target/ sasaran yang ingin dicapai terkait dengan pengadaan jasa konsultansi Strategi
Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Pemerintah di Kabupaten Bekasi yaitu Badan Pengembangan dan
Penelitian (Balitbang) dengan Bidang atau Seksi Program yang terkait dengan urusan
peningkatan APK/APM pendidikan dasar dan menengah di kabupaten Bekasi.
Strategi
Percepatan
APK/APM
pendidikan di
Kondisi saat ini Analisis Respon Kabupaten Bekasi
APK/APM APK/APM ANALISIS
pendidikan di pendidikan di
Kabupaten Bekasi SWOT
Kabupaten
Bekasi
a. Studi Literatur
Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencari informasi yang berkaitan
dengan Strategi Percepatan APK/APM pendidikan di Kabupaten Bekasi. Hasil dari
pencarian ini akan dijadikan bahan referensi dalam menetapkan strategi yang efektif
dan efesien dalam menyusun laporan kegiatan ini.
b. Survei di Lapangan
Survei lapangan adalah kegiatan yang mengumpulkan data dengan terjun langsung ke
lapangan. Survei dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan seperti penyebaran
kuesioner, pengamatan langsung (observasi), dan wawancara.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam kegiatan ini subyeknya adalah
seluruh stake holder pendidikan dan pelaku penanggulangan kemiskinan. Sedangkan dalam
penentuan sample digunakan teknik Purposive Sampling dan Proporsional Sampling dimana
penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Purposive
Sampling artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang
telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini kegitan ini
dilakukan pada instansi/ lembaga yang pengelolaan anggaran di Badan dan Peneliian
Pengembangan kabupaten Bekasi.
Teknik pengambilan sampel dari setiap instansi/ lembaga yang terkait serta stake
holder lainnya adalah dengan cara proporsional sampling dimana jumlah sampel dan
responden yang akan diambil pada suatu wilayah dilakukan secara proporsional sesuai
dengan jumlah populasi di masing-masing daerah tersebut. Teknik pengambilan sampel ini
dipakai dengan tujuan untuk lebih memenuhi keterwakilan sampel yang diambil terhadap
populasi. Sedangkan responden dalam penelitian ini adalah insatansi/ lembaga atau stake
holder yang terkait Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kabupaten Bekasi.
1. Laporan pendahuluan
Merupakan laporan pertama yang harus diserahkan. Laporan ini memuat antara lain,
yaitu penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan, rencana kerja, metode yang digunakan
dalam analisa, data/informasi awal yang terkait, dan bahan pengumpulan
data/surver/desain questioner.
Laporan ini di serahkan kepada pemberi tugas sebanyak 10 (sepuluh) buku termasuk 1
(satu) buku asli laporan pendahuluan diserahkan 14 (empat belas) hari setelah penanda
tanganan kontrak.
2. Laporan Antara
Dalam laporan Antara yang harus diserahkan oleh konsultan akan mencakup hasil-hasil
kemajuan pekerjaan yang meliputi :
3. Laporan Akhir
Dalam laporan akhir yang akan diserahkan oleh Konsultan akan tercakup hasil hasil
pekerjaan yang meliputi :