Anda di halaman 1dari 69

PROPOSAL

“Pengaruh Pelaksanaan Program Beasiswa Bidikmisi Terhadap Tingkat


Prestasi Belajar Mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang”

NAMA : RIBKA DAIANA LAA

NIM : 1703010057

KELAS/SMSTR : B/VIII

DOSEN WALI : MADE N. D. ANDAYANA, SH.M.Si

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Hampir seluruh
dimensi kehidupan manusia terlibat dalam proses pendidikan, baik dalam bidang
politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, kesehatan, iklim, psikologis, sosiologis,
etika, estetika, dan lain sebagainya. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut
diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi
dewasa ini. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah
satu penekanan dari tujuan pendidikan, sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Tujuan
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi, “pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Permasalahan yang seringkali menjadi momok dalam dunia pendidikan
adalah biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi di semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkatan pendidikan dasar seperti PAUD hingga jenjang
pendidikan akhir yang lebih tinggi yakni Perguruan Tinggi. Semakin tinggi
jenjang pendidikan yang ingin dicapai, maka semakin tinggi dan banyak pula
biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini dibuktikan dengan permasalahan yang
terjadi pada pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi. Begitu banyaknya biaya
pendidikan serta kebutuhan lain berkaitan dengan aktivitas perkualiahan yang
harus dikeluarkan seseorang untuk dapat menjalani pendidikan di tingkat

1
Perguruan Tinggi ini membuat problematika yang dialami Perguruan Tinggi
menjadi semakin kompleks. Tingkatan serta kemampuan ekonomi setiap orang
yang berbeda membuat sebagian besar orang kesulitan untuk memperoleh akses
pendidikan di tingkat ini. Di lain sisi, seperti yang kita ketahui, pendidikan di
jenjang Perguruan Tinggi ini sangat penting untuk dapat mewujudkan cita-cita
bangsa dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan hal ini,
Perguruan Tinggi tentu turut menjalankan perannya demi mewujudkan cita-cita
tersebut.
Dengan peran Perguruan Tinggi yang begitu pentingini, maka timbul
masalah ketika kemudiantidak semua lapisan masyarakat mampu mendapatkan
akses ke Perguruan Tinggi, dikarenakan kebutuhan biaya yang begitu besar untuk
dapat mengaksesnya. Hal ini jelas tidak seimbang dengan banyaknya sumber daya
manusia (SDM) yang berprestasi dan mempunyai kemampuan namun
membutuhkan bimbingan dan pemahaman yang lebih baik, sehingga perlu untuk
mengenyam pendidikan pada tingkat Perguruan Tinggi, namun terkendala biaya
pendidikan yang dibutuhkan.Permasalahan ini tentu tidak sejalan dengan isi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
Kenyataan ini membuat Pemerintah kemudian berupaya memberikan
kemudahan bagi masyarakat yang kurang mampu namun berpotensi dan memiliki
prestasi akademik yang baik agar dapat mengenyam pendidikan di tingkat
Perguruan Tinggi, yang mana hal ini diwujudkan dengan diadakannya sejumlah
program beasiswa prestasi, terutama bagi lapisan masyarakat dengan kondisi
ekonomi yang lemah. Dalam Pedoman Bidikmisi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan tahun 2012, disebutkan

2
bahwasejumlah program beasiswa diberikan dengan didukung oleh sejumlah
peraturan perundang-undangan, di antaranya:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 Ayat (1) huruf c,
menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 Ayat (1) huruf d,
menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, bagian kelima, Pasal 27 Ayat (1), menyebutkan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik
yang orang tua atau walinya kurang mampu membiayai pendidikannya.
Pasal 27 Ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada
peserta didik yang berprestasi.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 53A yang
menegaskan bahwa satuan Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan
masing-masing wajib menyediakan beasiswa bagi peserta didik
berkewarganegaraan Indonesia yang berprestasi dan wajib
mengalokasikan tempat bagi calon peserta didik berkewarganegaraan
Indonesia, yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang

3
mampu secara ekonomi, paling sedikit dua puluh persen (20%) dari
jumlah keseluruhan peserta didik baru.

Berbagai macam beasiswa oleh Pemerintah Pusat telah


mengimplementasikan amanat peraturan perundang-undangan dengan
meluncurkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan
Belajar Mahasiswa (BBM) sejak tahun 2008 sampai dengan 2011 sebanyak
180.000-240.000 mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) kepada mahasiswa (Pedoman Bidikmisi tahun 2012). Akan
tetapi, jumlah dana yang diberikan masih belum dapat memenuhi kebutuhan biaya
pendidikan dan biaya hidup mahasiswa, sehingga belum menjamin
keberlangsungan studi mahasiswa hingga selesai. Mengacu pada peraturan dan
perundang-undangan dan kenyataan tentang program beasiswa sebagaimana
tersebut di atas, maka Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010 telah meluncurkan
Program Bantuan Biaya Pendidikan bagi 19.675 mahasiswa yang pada tahun 2011
dialokasikan bagi 30.000 mahasiswa. Program tersebut diperuntukan bagi calon
mahasiswa baruyang memiliki potensi akademik yang memadai namun memeiliki
keterbatasan ekonomi untuk menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri
pada Program Studi unggulan yang disebut Program Bidikmisi (Pedoman
Bidikmisi tahun 2012).
Program ini masih dijalankan hingga tahun 2019 sebelum kemudian
diganti dengan program beasiswa sejenis, yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 tahun 2010
tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada Perguruan
Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah, mulai tahun 2011, pola
penerimaan mahasiswa baru dilakukan secara nasional dan secara mandiri. Oleh
karena itu, seleksi penerimaan program beasiswa Bidikmisi diintegrasikan dengan
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Ujian Masuk

4
Politeknik Negeri (UMPN), dan jalur seleksi secara mandiri oleh masing-masing
Perguruan Tinggi Negeri.
Berbeda dari beasiswa yang berfokus pada memberikan penghargaan atau
dukungan dana terhadap mereka yang berprestasi, beasiswa Bdikmisi berfokus
kepada calon mahasiswa yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi
(bidikmisi.belmawa.ristekdikti.go.id). Mahasiswa penerima Bidikmisi akan
dibebaskan dari biaya pendidikan selama delapan (8) semester untuk program
Diploma IV dan S1, enam (6) semester untuk program Diploma III, serta
Akademi Komunitas diberikan maksimal empat (4) semester untuk program
Diploma II, dan dua (2) semester untuk program Diploma I. Bantuan biaya
pendidikan ini diberikan sebesar Rp.6.000.000 setiap semesternya dengan rincian
Rp. 2.400.000 digunakan untuk biaya pendidikan dan Rp. 3.600.000 sebagai biaya
hidup sejak awal beasiswa Bidikmisi ini mulai diberikan, sebelum kemudian
melalui Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 2019 tentang Bantuan Biaya Pendidikan Bagi
Mahasiswa Miskin Berprestasi biaya ini diperbaharui menjadi Rp. 6.600.000
setiap semesternya dengan rincian biaya pendidikan yang masih sama yakni Rp.
2.400.000, sedangkan rincian untuk biaya hidup naik sebanayk Rp. 300.000
sehingga menjadi Rp. 4.200.000. Sementara itu, dalam Pedoman Bidikmisi yang
dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan tahun 2012,
dijelaskan bahwa pengimplementasian program beasiswa Bidikmisi didukung
oleh sejumlah perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan.

5
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
4. Program Kabinet Indonesia Bersatu II tahun 2009-2014.
5. Peraturan Menteri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Penghargaan bagi
Siswa Berprestasi.
6. Peraturan Menteri Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan
Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang
Diselenggarakan oleh Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Nomor 30 Tahun 2010 tentang Pemberian Bantuan
Biaya Pendidikan Kepada Peserta Didik Yang Orang Tua Atau
Walinya Tidak Mampu Membiayai Pendidikan.

Universitas Nusa Cendana merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri


yang memperoleh kesempatan untuk menjalankan program beasiswa Bidikmisi.
Dengan menaungisebelas (11) Fakultas dan empat puluh tiga (43) Program Studi
di dalamnya, menjadikan jumlah penerima Bidikmisi di Perguruan Tinggi Negeri
ini tidak sedikit jumlahnya. Sebagai conroh, berdasarkan Keputusan Rektor
Universitas Nusa Cendana Nomor 1109/KM/2018 tentang Penetapan Pemberian
Program Bantuan Bidikmisi Bagi Mahasiswa Baru Universitas Nusa Cendana
Alokasi Khusus Komisi VII dan Komisi X DPR RI Tahun Angkatan 2018, pada
tahun 2018, pemberian beasiswa Bidikmisi di Universitas Nusa Cendana Kupang
secara khusus dialokasikan kepada seratus dua(102)mahasiswa, dengan sebanyak
tujuh puluh enam (76) diantaranya merupakan mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP).

Sementara itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan
salah satu Fakultas yang mencatat jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi yang
cukup banyak, karena menaungi lima (5) Program Studi sekaligus, di antaranya
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Politik, Sosiologi, Ilmu

6
Komunikasi, serta Ilmu Administrasi Bisnis. Hal ini dibuktikan berdasarkan
pemaparan dari data di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Penerima Bidikmisi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang Tahun 2017-2019

No Tahun
Program Studi Jumlah
. 2017 2018 2019
1. Ilmu Administrasi Negara 38 28 44 110
2. Ilmu Administrasi Bisnis 28 17 16 61
3. Ilmu Komunikasi 29 12 13 54
4. Ilmu Politik 14 9 9 32
5. Sosiologi 36 10 10 56
Total 144 76 92 312
Source:Data Sekunder Subag Kesma, 2020

Data di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan jumlah mahasiswa


penerima Bidikmisi yang cukup signifikan di setiap tahunnya. Dari total seratus
empat puluh empat (144) mahasiswa di tahun 2017 menjadi tujuh puluh enam(76)
mahasiswa saja di tahun 2018, kemudian kembali mengalami kenaikan pada tahun
berikutnya sebanyak enam belas(16) mahasiswa, sehingga pada tahun 2019
jumlah penerimanya menjadi sembilan puluh dua(92) mahasiswa. Sedangkan, dari
total keseluruhan mahasiswa penerima Bidikmisi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) pada tahun 2017 hingga tahun 2019, Ilmu Administrasi Negara
menjadi Program Studi dengan jumlah mahasiswa penerima Bidikmisi terbanyak
yakni mencapai angka seratus sepuluh(110)mahasiswa. Selain mempunyai total
mahasiswa penerima Bidikmisi yang paling banyak, perlu diketahui bahwa
mahasiswa penerima Bidikmisi di program studi Ilmu Adminisrasi Negara juga
menunjukan prestasi yang begitu baik, yang mana hal ini dibuktikan melalui data
Indeks Prestasi Kumulasi (IPK) setiap mahasiswa seperti yang terlihat pada tabel
berikut.

Tabel 2. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Penerima Bidikmisi di Jurusan


Ilmu Administrasi Negara Tahun 2017-2019

7
Indeks Prestasi Akumulatif (IPK)
Tahun Jumlah
1.00-2.99 3.00-3.99 4.00
2017 2 36 0 38
2018 2 26 0 28
2019 0 44 0 44
Total 4 106 0 110
Source: Data Sekunder Siakad Undana, 2020

Data pada Tabel 2 di atas membuktikan pernyataan peneliti sebelumnya


terkait tingkat prestasi mahasiswa penerima Bidikmisi untuk Program StudiIlmu
Administrasi Negara, bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki IPK di bawah rata-
rata 3.00 sangat sedikit, dengan hanya berjumlah empat(4) orang mahasiswa saja
dari total seratus sepuluh(110) mahasiswa untuk tiga(3) tahun terakhir.
Sedangkan, rata-rata mahasiswa yang memiliki IPK dari rentang angka 3.00-3.99
adalah sebanyak seratus enam(106) orang. Kemudian, tidak ada mahasiswa yang
memiliki IPK 4.00. Namun tentunya hal ini tidak dapat dijadikan acuan atau
patokan bahwa prestasi mahasiswa penerima Bidikmisi Program Studi Ilmu
Administrasi Negara pada ketiga tahun tersebut buruk dan justru dapat dikatakan
baik, melihat tidak sedikit mahasiswa yang memiliki IPK di atas angka 3.00.
Bidikmisi tidak semata-mata diberikan kepada para lulusan sekolah
menengah yang berprestasi serta memiliki kemampuan ekomoni yang kurang
memadai, namun juga diharapkan selama prosesnya, para penerima dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang sudah ada. Program
Bidikmisi juga diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan pada keluarga
dengan keterbatasan ekonomi serta mengurangi angka pengangguran di masa
depan. Melalui program Bidikmisi ini juga ingin dipastikan bahwa para
lulusannya kelak akan menjadi lulusan terbaik dengan nilai Indeks Prestasi
Kumulatif(IPK) yang tinggi serta mempunyai kompetensi yang memadai untuk
meningkatkan daya saing bangsa (Petunjuk Teknis Pengelolaan Bidikmisi Tahun
2019). Prestasi yang dimaksud nantinya perlu dibuktikan dengan nilai Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) setiap mahasiswa penerima program beasiswa
Bidikmisi. Semakin tinggi nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang dicapai

8
mahasiswa, semakin membuktikan bahwa prestasi mahasiswa tersebut semakin
baik pula. Hal ini yang kemudian diharapkan dapat mendekatkan kita pada tujuan
yang ingin dicapai Perguruan Tinggi dalam menjalankan perannya untuk
mencapai tujuan Pendidikan Nasional, yakni untuk menghasilkan lulusan yang
memiliki daya saing di kemudian hari, serta memiliki ilmu pengetahuan serta
kemampuan teknologi yang dapat bersaing secara Global.
Sejalan harapan-harapan tersebut di atas, hal yang sama juga diharapkan
terwujud dengan dilaksanakannya program beasiswa Bidikmisi di Universitas
Nusa Cendana. Meskipun demikian, faktanya, apa yang diharapkan tidak
sepenuhnya sejalan dengan kenyataan yang terjadi. Program beasiswa Bidikmisi
nyatanya juga mengalami sejumlah hambatan serta problematika dalam proses
pelaksanaannya, seperti pemberian beasiswa yang tidak tepat sasaran, proses
pencairan biaya hidup yang sering tidak tepat waktu, bahkan prestasi para
penerimanya yang mengalami penurunan, sehingga tidak jarang para mahasiwa
yang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nya tidak memenuhi standar dan kriteria
sebagai penerima program beasiswa Bidikmisi kemudian dicabut atau dihentikan
aksesnya untuk mendapatkan beasiswa tersebut di tengah proses pendidikan yang
tengah dijalani. Sebagai contoh untuk permasalahan terakhir, pada tahun
2021 saat memasuki semester perkuliahan yang baru, terdapat satu
mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang merupakan
mahasiswa angkatan tahun 2017 yang haknya sebagai penerima Bidikmisi
dicabut karena tidak mengikuti perkuliahan secara baik sehingga membuat
prestasinya menurun secara signifikan. Hal ini kemudian membuat
mahasiswa tersebut tidak lagi memenuhi syarat sebagai penerima Bidikmisi.
Permasalahan terakhir ini kemudian menimbulkan pemikiean-pemikiran,
terkait ada atau tidak pengaruh pemberian program beasiswa Bidikmisi terhadap
para penerimanya, serta sejauh mana pengaruh serta dampak yang dihasilkan.
Meskipun tingkat prestasi mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara
tergolong baik seperti yang dipaparkan pada data dan pernyataan di atas, tidak

9
lantas dapat disimpulkan bahwa ini terjadi akibat dipengaruhi oleh pemberian
beasiswa Bidikmisi yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian validitas
dan reliabilitas terhadap data-data tersebut. Sejalan dengan berbagai pernyataan
yang didukung oleh data pada Tabel 1 dan 2 di atas, peneliti kemudian tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Program
Beasiswa Bidikmisi Terhadap Tingkat Prestasi Belajar Mahasiswa di
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Nusa Cendana Kupang” untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh
pengimplementasian program beasiswa Bidikmisi terhadap tingkat prestasi
penerimanya, serta seberapa besar dan sejauh mana kedua variabel tersebut saling
mempengaruhi dan dipengaruhi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh program beasiswa Bidikmisi
terhadap tingkat prestasi belajar mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh program beasiswa Bidikmisi terhadap tingkat
prestasi belajar mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan
keilmuan bidang Ilmu Administrasi Negara khususnya pada mata kuliah
yang di dalamnya membahas tentang proses perumusan kebijakan serta
sumber daya manusia (SDM), seperti mata kuliah: Analisis Kebijakan

10
Publik, Manajemen Sumber Daya Manusia,serta Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini disusun sebagai alat bantu peneliti untuk
menyampaikan kepada khalayak bagaimana pengaruh pelaksanaan
program beasiswa Bidikmisi terhadap tingkat prestasi belajar
mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang. Selain
itu, penelitian ini juga digunakan untuk menambah wawasan peneliti
karena ketertarikan peneliti terhadap kajian fenomena yang menjadi
hot issue saat ini serta sebagai salah satu tugas yang peneliti ajukan
kepada Universitas Nusa Cendana Kupang untuk mendapatkan gelar
Sarjana Strata Satu.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian ini memberikan masukan kepada Pemerintah sebagai
pemangku kebijakan agar kebijakan Perguruan Tinggi yang telah
diterapkan saat ini dapat mengatasi tantangan-tantangan yang
dihadapi untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memperkaya informasi
mengenai bantuan dana pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi,
agar masyarakat dalam kategori tidak mampu secara ekonomi dapat
mengakses pendidikan pada jenjang Perguruanan Tinggi.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEBIJAKAN PUBLIK


2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik
Sebelum melihat definisi kebijakan publik, kita terlebih dahulu perlu
mengetahui konsep dari kebijakan yang dalam Bahasa Inggris disebut policy.
Istilah kebijakan dalam penggunaannya seringkali tertukar atau disamakan dengan
istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, kepututsan, Undang-Undang,
ketentuan-ketentuan, usulan-usulan, dan rancangan-rancangan besar. Bagi para
pembuat kebijakan (policy makers), istilah-istilah ini tidak menimbulkan masalah
apapun karena mereka menggunakan referensi yang sama. Namun, bagi orang-
orang yang berada di luar struktur pengambilan kebijakan, istilah-istilah tersebut
mungkin akan membingungkan. Karena itu, penjelasan-penjelasan di bawah ini
akan menjelaskan apa sebenarnya arti kebijakan itu.
Dewasa ini, istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan
dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan Pemerintah
serta perilaku Negara pada umumnya (United Nations, 1975; Nevil Johnson,
1980). Dalam kaitan inilah, maka mudah dipahami jika kebijakan itu kerap kali
diberikan makna sebagai tindakan politik. Makna kebijakan sebagaimana kita
temukan tadi akan semakin jelas jika dilihat dari pandangan para ahli atau
ilmuwan politik. Salah satunya adalah Carl Friedrich, yang menyatakan bahwa
kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan
seseorang, kelompok, atau Pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

12
Tidak beda jauh dengan definisi di atas, Anderson merumuskan kebijakan
sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang atau aktor
berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.
Sedangkan menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kebijakan itu diartikan
sebagai pedoman untuk bertindak.Pedoman itu boleh jadi sangat sederhana dan
kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar
atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, maupun publik atau privat.
Kebijakan dalam makna seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai
suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program
mengenai aktivtas-aktivitas tertentu atau suatu rencana (United Nations, 1975).
Berdasarkan pemaparan ini, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan
suatu pedoman yang diperlukan para aktor-aktor pemerintahan untuk bertindak
dalam membuat sejumlah alternatif-alternatif serta keputusan-keputusan tertentu
guna menyelesaikan suatu permasalahan demi mencapai apa yang dibutuhkan dan
diharapkan.
Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh
badan-badan Pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan tugas yang telah
diberikan oleh Pemerintah sesuai dengan apa yang telah ditugaskan. Pelaksanaan
tugas yang telah diberikan pun harus mampu dilakukan dengan baik dan juga
benar agar hal tersebut tidak merugikan pemerintahan.Terlepas dari definisi
kebijakan di atas, kita juga perlu mendalami definisi kebijakan publik. Untuk
memahami berbagai definisi kebijakan publik, ada baiknya kita membahas
beberapakonsep kunci yang termuat di dalamnya, sebagaimana yang dijelaskan
Young dan Quinn (2005:5-6) sebagai mana yang dikutip Oleh Drs. Solichin
Abdul Wahab, M. A. Dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijaksanaan –
Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara berikut ini:
1. Tindakan Pemerintah yang berwenang, di mana kebijakan publik
merupakan tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan

13
Pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis, dan finansial
untuk melakukan.
2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata, di mana
kebjakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan konkret
yang berkembang di masyarakat.
3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan, kebijakan publik
biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari
beberapa pilihan tindakan atas strategi yang dibuat untuk mencapai
tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.
4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk
memecahkan masalah sosial. Namun kebijakan publik juga dapat
dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat
dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya
tidak memerlukan tindakan tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap
langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan
sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan. Keputusan yang
telah dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan
Pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga Pemerintah.

Dalam kepustakaan ilmu kebijakan publik yang hingga kini jumlahnya


tidak sedikit, dapat ditemukan berbagai macam definisi mengenai kebijakan
publik. Namun, harus diakui sulit untuk mendapatkan definisi yang benar-benar
memuaskan, baik lantaran sifatnya yang terlalu luas karena mencakup berbagai
bidang dan sektor (ekonomi, politik, sosial, budaya, bahkan hukum), maupun
kabur atau tidak spesifik dan operasional. Oleh karena itu, bagi mereka yang
sedang mempelajari ilmu kebijakan negara dianjurkan untuk memilih definisi

14
yang cocok dengan persoalan yang sedang dibahasnya. Salah satu contoh definisi
kebijakan publik yang sangat luas ialah definisi yang dikutip oleh Jones, yang
menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah hubungan di antara unit pemerintahan
tertentu dengan lingkungannya.

Definisi lain, sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye (1978)


adalah bahwa kebijakan publik merupakanpilihan tindakan apapun yang
dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh Pemerintah. Meskipun definisi ini
cukup akurat, namun sebenarnya tidak cukup akurat untuk mendeskripsikan
kebijakan publik, sebab kemungkinan terdapat perbedaan yang cukup besar antara
apa yang ingin dilakukan dengan apa yang tidak ingin dilakukan oleh Pemerintah.
Selain itu, definisi ini akan memasukkan tindakan-tindakan seperti pengangkatan
pegawai atau pemberian izin, yang biasanya tidaklah dianggap sebagai masalah-
masalah kebijakan publik.
W. I. Jenkins (1978:15) merumuskan kebijakan publik sebagai serangkaian
keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang atau sekelompok aktor
politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk
mencapainya dalam suatu situasi, di mana keputusan-keputusan itu pada
prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari aktor
tersebut. Adapun Chief J. O. Udoji (1981) yang mendefinisikan kebijakan publik
sebagai suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang
diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah tertentu yang saling
berkaitan, yang mempengaruhi sebagian besar warga masyarakat.
Selain itu, David Easton dalam A Systems Analysis of Political Life (1965),
mendefinisikan kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai secara paksa
kepada seluruh anggota masyarakat. Hal yang hampir serupa disampaikan oleh
William N. Dunn (1994), bahwa kebijakan publik diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh Instansi atau pejabat Pemerintah dalam bidang masalah yang luas,
seperti pertahanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, kriminalitas,

15
sampai urbanisasi.Berdasarkan definisi-definisi ini, maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan publik merupakan segala tindakan-tindakan tertentu yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok aktor politik yang berorientasi pada
tujuan tertentu dalam rangka merumuskan dan membuat sejumlah alternatif
tertentu guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat atau
publik.
2.1.2. Proses Kebijakan Publik
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas
intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang bersifat politis.
Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
kebijakan, dan penilaian kebijakan. 
Sedangkan aktivitas perumusan masalah, peramalan, rekomendasi 
kebijakan, pengawasan, dan evaluasi kebijakan sebagaimanayang dijelaskan Dr.
Taufiqurokhman, S.Sos., M.Si dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Publik –
Pendelegasian Tanggungjawab Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara
Pemerintahan (2014:16) dapat dilihat melalui gambar
Perumusan
di bawah ini.

Gambar 1. Proses atau Tahapan Kebijakan


Peramalan
Publik

Rekomendasi

16
Maksud dari tahapan-tahapan di atas dapat dijelaskan melalui tabel di
bawah ini:
Tabel 3. Proses atau Tahapan Kebijakan Publik

Tahapaan Karakteristik
Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi yang
Perumusan
menimbulkan masalah.
Memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa
Peramalan mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk
apabila tidak membuat kebijakan.
Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari
setiap alternatif dan merekomendasikan alternatif
Rekomendasi
kebijakan yang memberikan manfaat bersih yang paling
tinggi.
Memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang
Pengawasan dan masa lalu dan diterapkannya alternatif kebijakan
termasuk kendala-kendalanya.
Evaluasi Memberikan informasi mengenai kinerja.
Source: Dr. Taufiqurakhman, S.Sos., M.Si dalam Kebijakan Publik – Pendelegasian
Tanggungjawab Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan

Selain itu, dalam buku yang sama juga dijelaskan mengenai tahapan
kebijakan publk sebagaimana yang dipaparkan oleh Ripley, yang mana tahapan-
tahapan tersebut terbagi atas beberapa, seperti yang dapat dilihat pada gambar
berikut. Pengawasan

Evaluasi

17
Gambar 2. Tahapan Kebijakan Oleh Riplay

P
Penyusunan Agenda Hasil
AgendaPemerintah

Diskusi

Fromulasi & Legitimasi Kebijakan


HasiL
Kebijakan
Diperlukan

Implementasi Tindakan Kebijakan


Kebijakan Hasil

Diperlukan

Evaluasi thd Kinerja & Dampak


Impementasi, Kinerja & Kebijakan
Dampak Kebijakan

Kebijakan Baru

18
2.1.3. Ciri-Ciri Kebijakan Publik
Drs. Solichin Abdul Wahab, M.A., dalam bukunya yang berjudul Analisis
Kebijaksanaan - Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara
(1991:15-16), dengan mengutip pendapat David Easton menyebutkan bahwa ciri-
ciri khusus yang melekat pada kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa
kebijakan itu dirumuskan oleh apa yang disebut David sebagai orang-orang yang
memiliki wewenang dalam sistem politik, yakni para tetua adat, para ketua suku,
para eksekutif, para hakim, para administrator, para monarki, dan sebagainya.
Mereka inilah yang menurut David Easton merupakan orang-orang yang dalam
kesehariannya terlibat dalam urusan-urusan politik, dari sistem politikdan
dianggap sebagai sebagian besar warga sistem politik itu sebagai pihak yang
bertanggungjawab atas urusan-urusan politik tadi serta berhak untuk mengambil
tindakan-tindakan tertentusepanjang tindakan-tindakan tersebut masih berada
dalam batas peran dan kewenangan mereka. Pernyataan ini kemudian membawa
implikasi tertentu terhadap konsep kebijakan publik, sehingga hal tersebut
menjadi ciri dari kebijakan publik, di antaranya:
1. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan
daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.
Kebijakan-kebijakan publik dalam sistem-sistem politik modern pada
umumnya bukan merupakan tindakan yang serba kebetulan, melainkan
tindakan yang direncanakan.
2. Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling
terkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh pejabat-pejabat Pemerintah dan bukan merupakan keputusan-
keputusan yang berdiri sendiri. Misalnya, kebijakan tidak hanya
mencakup keputusan untuk membuat Undang-Undang dalam bidang
tertentu, melainkan diikuti pula dengan keputusan-keputusan yang

19
bersangkut paut dengan implementasi dan pemaksaan
pemberlakuannya.
3. Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan
Pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya dalam mengatur
perdagangan, mengendalikan inflasi, atau menggalakan program
perumahan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan bukan
hanya sekedar apa yang ingin dilakukan oleh Pemenrintah dalam
bidang-bidang tersebut.
4. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula berbentuk
negatif. Dalam bentuknya yang positif, kebijakan publik mungkin akan
mencakup beberapa bentuk tindakan Pemerintah yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi masalah tertentu. Sementara itu, dalam bentuknya
yang negatif ia kemungkinan meliputi keputusan pejabat-pejabat
Pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak melakukan tindakan
apapun dalam masalah-masalah di mana campur tangan Pemerintah
justru diperlukan.
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Kebijakan Publik
Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa pembuatan keputusan atau
kebijakan bukanlah merupakan pekerjaan mudah dan sederhana. Setiap administor
dituntut memiliki kemampuan atau keahilan, tanggungjawab, dan kemauan,
sehingga ia dapat membuat kebijakan dengan segala resikonya, baik yang
diharapkan (intended risk) maupun yang tidak diharapkan (unintended risk).
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan sebagaimana
yang dijelaskan oleh Drs.M. Irfan Islamy dalam bukunya yang berjudul Prinsip-
Prinsip Pelaksanaan Kebijaksanaan Negara (2007: 25-26) adalah:
1. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar
Seringkali administrator harus membuat keputusan karena adanya
tekanan-tekanan dari luar. Walaupun ada pendekatan pembuatan
keputusan dengan nama rational comprehensive yang berarti

20
administrator harus mempertimbangkan alternatif-alternatif yang akan
dipilih berdasarkan penilaian rasional semata, tetapi proses dan
prosedur pembuatan keputusan itu tidak dapat dipisahkan dari dunia
nyata, sehingga adanya tekanan-tekanan dari luar itu ikut berpengaruh
terhadap proses pembuatan keputusannya.
2. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme)
Kebiasaan lama organisasi sebagaimana dikutip oleh Nigro disebutkan
dengan istilah sunk cost, seperti kebiasaan investasi modal, sumber-
sumber dan waktu sekali dipergunakan untuk membiayai program-
program tertentu, cenderung akan selalu diikuti kebiasaan itu oleh para
administrator kendatipun seandainya keputusan-keputusan yang
berkenaan dengan itu telah dikritik sebagai sesuatu yang salah dan perlu
diubah. Kebiasaan lama itu akan terus diikuti lebih-lebih jika suatu
kebijakan yang telah ada dipandang memuaskan.Kebiasaan-kebiasaan
lama tersebut seringkali diwarisi oleh para administrator yang baru dan
mereka akan sering segan secara terang-terangan mengkritik atau
menyalahkan kebiasaan-kebiasaan lama yang telah berlaku atau yang
dijalankan oleh para administrator pendahulunya, apalagi para
administrator baru itu ingin segera menduduki jabatan karirnya.
3. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi
Berbagai macam keputusan yang telah dibuat oleh para pembuat
keputusan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Seperti
misalnya, dalam proses penerimaan atau pengangkatan pegawai baru,
seringkali faktor sifat-sifat pribadi pembuat keputusan berperan besar
sekali.
4. Adanya pengaruh dari kelompok luar
Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan juga berpengaruh
terhadap pembuatan keputusan. Sebagai contoh, mengenai masalah
pertikaian kerja, pihak-pihak yang bertikai kurang menaruh respek pada

21
upaya penyelesaian oleh orang dalam, tetapi keputusan-keputusan yang
diambil oleh pihak-pihak yang dianggap dari luar dapat memuaskan
mereka. Seringkali juga pembuatan keputusan dilakukan dengan
mempertimbangkan pengalaman-pengalaman dari orang lain yang
sebelumnya berada di luar bidang pemerintahan.
5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu
Pengalaman latihan dan pengalaman (sejarah) pekerjaan yang terdahulu
berpengaruh pada pembuatan keputusan. Misalnya, orang sering
membuat keputusan untuk tidak melimpahkan sebagian dari wewenang
dan tanggungjawabnya kepada orang lain karena khawatir kalau
wewenang dan kewajiban yang dilimpahkan itu disalahgunakan. Atau
juga orang-orang yang bekerja di kantor pusat sering membuat
keputusan yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, dan
sebagainya.
Di sampingadanya faktor-faktor di atas, Gerald E. Caiden menyebut
adanya beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya membuat kebijakan publik,
yakni sulitnya memperoleh informasi yang cukup, bukti-bukti sulit disimpulkan,
adanya berbagai macam kepentingan yang berbeda sehingga mempengaruhi
pilihan tindakan yang berbeda pula, dampak kebijakansulit dikenali, umpan balik
keputusan bersifat sporadis, proses perumusan kebijakan tidak dimengerti dengan
benar, dan sebagainya.
2.1.5. Kerangka Kerja Kebijakan Publik
Kerangka kerja kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa variabel
yang oleh Dr. Taufiqurokhman, S.Sos., M.Si disebutkandalam bukunya yang
berjudul Kebijakan Publik – Pendelegasian Tanggungjawab Negara Selaku
Penyelenggara Pemerintahaan (2014: 15-16) sebagai berikut:
1. Tujuan yang akan dicapai, di mana, hal ini mencakup kompleksitas
tujuan yang akan dicapai.

22
2. Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan
dalampembuatan kebijakan.
3. Sumberdaya yang mendukung kebijakan.
4. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan.
5. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.
6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan sebagainya.
2.1.6. Urgensi Kebijakan Publik
Para ilmuwan politik di masa lampau pada umumnyamempunyai minat
terhadap proses-proses politik, misalnya proses legislatif atau proses pemilihan
umum, atau menaruh perhatian terhadap unsur-unsur sistem politik, seperti
kelompok kepentingan maupun pendapat umum. Meskipun demikian, bukan
berarti bahwa mereka tidak berminat terhadap masalah-masalah kebijakan.
Masalah-masalah yang menyangkut kebijaksanaan luar negeri dan kebijakan yang
bersangkut paut dengan kebebasan hak-hak sipil pada umumnya telah lama
diketahui sebagai lahan studi para ilmuwan politik.
Dewasa ini, para ilmuwan politik telah semakin meningkatkan perhatian
mereka terhadap studi kebijakan publik, yakni suatu studi yang bermaksud untuk
menggambarkan, menganalisis, serta menjelaskan secara cermat berbagai sebab
dan akibat dari tindakan-tindakan Pemerintah. Kecenderungan semakin
meningkatnya perhatian para ilmuwan politik terhadap kebijakan publik
dijelaskan oleh Thomas R. Dye (1978) sebagaimana yang dikutip Solichin Abdul
Wahab (1991:21-22), adalah bahwa studi ini mencakup upaya menggambarkan isi
kebijakan negara; penilaian mengenai dampak dari kekuatan-kekuatan yang
berasal dari lingkungan terhadap isi kebijakan negara; analisis mengenai akibat
dari berbagai pengaturan kelembagaan dan proses-proses politik terhadap
kebijakan negara; serta penelitian mendalam mengenai akibat-akibat dari berbagai
kebijakan publik kepada masyarakat, baik berupa dampak yang diharapkan
(direncanakan) maupun dampak yang tidak diharapkan.

23
Di Indonesia, melalui studi kebijakan publik ini mungkin kita dapat
memperolehpemikiran terkait isi atau muatan kebijakan penanaman modal asing;
dampak urbanisasi dan industrialisasi terhadap kebijakan kesejahteraan sosial
(pemerataan pendapatan); organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia dalam
mempengaruhi kebijakan publik; pengarruh program P4 terhadap penciptaan
stabilitas politik; ataupun pihak yang diuntungkan dan dirugikan dengan
berlakunya Undang-Undang Perpajakan yang baru.Sejumlah contoh pemikiran
penelitian kebijakan publik ini mengantarkan kita pada permasalahan mengenai
pentingnya mempelajari kebijakan publik. Anderson (1978) dan Thomas R. Dye
(1978) menjabarkan pendapat mereka atas permasalahan ini dengan
mengklasifikasikannya ke dalam 3 (tiga) kategori, di antaranya:
1. Berdasarkan alasan ilmiah, kebijakan publik dipelajari dengan maksud
untuk memperoleh pengetahuan lebih mendalam mengenai hakekat dan
asal mula kebijakan publik, berikut proses-proses yang mengantarkan
perkembangannya, serta akibat-akibatnya pada masyarakat. Pada
gilirannya, hal ini meningkatkan pemahaman kita mengenai sistem
politik dan masyarakat pada umumnya.
2. Dilihat dari alasan profesional, maka studi kebijakan publik
dimaksudkan sebagai upaya untuk menerapkan pengetahuan ilmiah di
bidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-masalah sosial
sehari-hari. Sehubungan dengan hal ini, terkandung suatu pemikiran
bahwa apabila kita mengetahui tentang faktor-faktor yang membentuk
kebijakan publik atau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kebijakan-
kebijakan tertentu, maka wajar jika kita dapat memberikan suatu
sumbangan berupa nasihat yang bermanfaat, bagaimana agar individu,
kelompok, atau Pemerintah dapat bertindak sedemikian rupa guna
mencapai tujuan kebijakan mereka.
3. Sementara itu, berdasarkan alasan politis mempelajari studi kebijakan
publik dimaksudkan agar Pemerintah dapat menempuh kebijakan yang

24
tepat, guna mencapai tujuan yang tepat pula. Dengan kata lain, studi
kebijakan publik dipelajari dengan maksud menyempurnakan kualitas
kebijakan publik yang dibuat oleh Pemerintah. Dalam hubungannya
dengan alasan politis ini, perlu diingat bahwa ada perbedaan yang
cukup mendasar antara analisis kebijakan publik dengan nasihat
kebijakan.
Analisis kebijakan pada umumnya bersangkut paut dengan penelitian dan
penggambaran secara cermat mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat yang
ditimbulkan negara. Di lain pihak, nasihat kebijakan biasanya bersangkut paut
dengan apa yang sebenarnya diperbuat oleh Pemerintah, misalnya dengan
menganjurkan ditempuhnya kebijakan-kebijakan tertentu, seperti menyampaikan
petisi dan memorandum.
2.2. PERGURUAN TINGGI
2.2.1. Pengertian Penrguruan Tinggi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang mengatur
tentang Pendidikan Tinggi, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (1), disebutkan bahwa
Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup Program Diploma, Program Sarjana, Program Magister, Program
Doktor, dan Program Spesialis, yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang yang sama pada Ayat (6) disebutkan
bahwa Perguruan Tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
Pendidikan Tinggi.Perguruan Tinggi di Indoesia terdiri atas tiga (3) kategori yakni
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS), dan Perguruan
Tinggi Kedinasan.
Hakekat Perguruan Tinggi yaitu sebagai proses belajar mengajar adalah
berusaha mencari informasi serta pengetahuan mengajar. Perguruan Tinggi
sebagai proses belajar mengajar yang berarti berusaha memperoleh pengetahauan
dan perilaku yang benar tentang sesuatu dari lingkungannya. Selanjutnya,
Perguruan Tinggi merupakan pendekatan mikro dan makro. Pendekatan mikro

25
yaitu tinjauan terhadap proses belajar mengajar yang terjadi di dalam lembaga,
sedangkan pendekatan makro merupakan tinjauan terhadap proses belajar
mengajar yang terjadi antara lembaga dengan lingkungannya. Selain itu,
Perguruan Tinggi sebagai komunitas ilmiah, berarti Perguruan Tinggi adalah
komunitas ilmiah dan komunitas pelajar. Jadi, Perguruan Tinggi sebagai
komunitas dapat berfungsi mentransformasi dan melestarikan sistem nilai, tata
cara, dan pengetahuan. Perguruan Tinggi juga didukung dan diberi tugas
menyelenggarakan program tetap yang disebut kurikulum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Perguruan Tinggi
merupakan gejala Kota, yang identik dengan kemodernan dan lebih menekankan
pendekatan yang bersifat liberal. Perguruan Tinggi memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sebuah
negara. Peranan Perguruan Tinggi dalam menciptakan sumber daya manusia
berkualitas dipandang potensial. Hal yang perlu diperhatikan adalah sudah sejauh
mana Perguruan Tinggi mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri,
dan profesional pada bidang yang ditekuni.
Membicangkan lulusan yang mandiri dan profesional adalah
tanggungjawab Perguruan Tinggi dalam hal bagaimana mengolah dan
memanfaatkan program dan kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan
kemahasiswaan secara optimal, di antaranya adalah mengolah dan memanfaatkan
tenaga pembimbing kemahasiswaan, waktu di luar akademik, menyusun program
dan kegiatan yang berkualitas, menyusun pembiayaan yang memadai, serta sarana
dan prasarana. Apabila hal ini dapat dikelola secara profesional, maka akan
mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dengan
sendirinya akan meluluskan lulusan yang mandiri dan profesional. Keberhasilan
suatu Perguruan Tinggi dapat diukur atau lebih ditentukan oleh kemampuan
menciptakan mahasiswa sebagai pencari kerja.
Peruguruan Tinggi merupakan sebuah pihak yang memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam penentuan kebijakan. Jikalau masuk dalam kajian kebijakan

26
publik, maka perguruan tinggi dapat dimasukkan ke dalam epistemic community.
Perguruan Tinggi memiliki para profesional yang memiliki kajian dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan dan hal tersebut dibutuhkan oleh para
pembuat kebijakan.
2.2.2. Fungsi dan Peran Perguruan Tinggi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi, Bab IV tentang Perguruan Tinggi, Pasal 58 Ayat (1), fungsi serta peran
yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut:
1. Wadah pembelajaran mahasiswa dan masyarakat;
2. Wadah pendidikan calon pemimpin bangsa;
3. Pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK);
4. Pusat kajian kebajikan dan kekuatan moral untuk mencari dan
menemukan kebenaran; serta
5. Pusat pengembangan peradaban bangsa.
Fungsi dan peran ini dilaksanakan melalui kegiatan Tridharma yang
ditetapkan dalam Statuta Perguruan Tinggi. Hal ini sesuai dengan yang tertuang
pada Pasal 58 Ayat (2).
2.2.3. Bentuk Perguruan Tinggi
Bentuk-bentuk Perguruan Tinggi, sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Bab IV
tentang Perguruan Tinggi, Pasal 59 adalah sebagai berikut:
1. Universitas
Definisi Universitas sebagaimana yang tertuang pada Ayat (2) adalah
bahwa Universitas merupakan Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan
pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan atau
teknologi (IPTEK), dan jika memenuhi syarat, Universitas dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
2. Institut

27
Dalam Ayat (3), disebutkan bahwa Institut merupakan Perguruan
Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun ilmu
pengetahuan dan atau teknologi (IPTEK)tertentu, dan jika memenuhi
syarat, Institut dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
3. Sekolah Tinggi
Pengertian Sekolah Tinggi disebutkan pada Ayat (4) sebagai Perguruan
Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu rumpun ilmu
pengetahuan dan atau teknologi (IPTEK) tertentu, dan jika memenuhi
syarat, Sekolah Tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
4. Politeknik
Politeknik, sebagaimana yang tercantum dalam Ayat (5) diartikan
sebagai Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi
dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan atau teknologi (IPTEK),
dan jika memenuhi syarat, Politeknik dapat menyelenggarakan
pendidikan profesi.
5. Akademi
Dalam Ayat (6), Akademi diartikan sebagai Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu atau beberapa cabang
ilmu pengetahuan dan atau teknologi (IPTEK) tertentu.
6. Akademi Komunitas
Ayat (7) menyebutkan bahwa Akademi Komunitas merupakan
Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi setingkat
Diploma 1 dan atau Diploma 2 dalam satu atau beberapa cabang ilmu
pengetahuan dan atau teknologi (IPTEK) tertentu yang berbasis
keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.
2.2.4. Pendirian Perguruan Tinggi

28
Banyaknya bentuk dan jenis Perguruan Tinggi di Indonesia didirikan oleh
berbagai pihak, baik itu Pemerintah maupun kelompok-kelompok masyarakat
tertentu. Untuk memahami lebih luas tentang hal ini, pembahasan yang didasarkan
pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Bab IV
tentang Perguruan Tinggi,Pasal 60 akan memperjelasnya.
1. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) didirikan oleh Pemerintah.
2. Perguruan Tinggi Swasta (PTS) didirikan oleh masyarakat dengan
membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang berprinsip
nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri. Badan penyelenggara yang
dimaksud dapat berbentuk Yayasan, perkumpulan, dan bentuk lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perguruan
Tinggi yang didirikan harus memenuhi standar minimum akreditasi.
Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta. Perubahan atau pencabutan
izin Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dilakukan oleh Menteri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian Perguruan Tinggi Negeri dan
Perguruan Tinggi Swasta sebagagaimana yang telah dijelaskan di atas, serta
perubahan atau pencabutan izin Perguruan Tinggi Swasta diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
2.2.5. Orgranisasi Penyelenggara Perguruan Tinggi
Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
Perguruan Tinggi sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012 tentnag Pendidikan Tinggi, Bab IV tentang Perguruan Tinggi,Pasal
61 adalah sebagai berikut:
1. Organisasi penyelenggara merupakan unit kerja Perguruan Tinggi yang
secara bersama melaksanakan kegiatan Tridharma dan fungsi
manajemen sumber daya.
2. Organisasi penyelenggara paling sedikit terdiri atas unsur penyusun
kebijakan, pelaksana akademik, pengawas dan penjaminan mutu,

29
penunjang akademik atau sumber belajar, serta pelaksana administrasi
atau tata usaha.
Organisasi penyelenggara Perguruan Tinggi ini diatur dalam Statuta
Perguruan Tinggi.
2.2.6. Pengelolaan Perguruan Tinggi
Pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana yang dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Bab IV
tentang Perguruan Tinggi, Pasal 62 hingga Pasal 68dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Pasal 62 Ayat (1) hingga Ayat (4) menjelaskan bahwa: (1) Perguruan
Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan Tridharma; (2) Otonomi pengelolaan Perguruan
Tinggi yang dimaksud dilaksanakan sesuai dengan dasar dan tujuan
serta kemampuan Perguruan Tinggi; (3) Dasar dan tujuan serta
kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan otonomi
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dievaluasi secara mandiri oleh
Perguruan Tinggi; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi dasar
dan tujuan serta kemampuan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan
otonomi sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) diatur dalam Peraturan
Menteri.
2. Pasal 63 menjelaskan bahwa otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi
dilaksanakan berdasarkan prinsip akuntabilitas, transparansi, nirlaba,
penjaminan mutu, serta efektivitas dan efisiensi.
3. Pasal 64 Ayat (1) hingga Ayat (3) menjelaskan bahwa:(1) Otonomi
pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62
meliputi bidang akademik dan bidang nonakademik; (2) Otonomi
pengelolaan di bidang akademik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan
Tridharma; (3) Otonomi pengelolaan di bidang nonakademik

30
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi penetapan norma dan
kebijakan operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan,
kemahasiswaan, dan ketenagaan.
4. Pasal 65 Ayat (1) hingga Ayat (5) menjelaskan bahwa: (1)
Penyelenggaraan otonomi Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 dapat diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi
kinerja oleh Menteri kepada Perguran Tinggi Negeri dengan
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum atau
dengan membentuk Perguruan Tinggi Negeri badan hukum untuk
menghasilkan Pendidikan Tinggi bermutu; (2) Perguruan Tinggi
Negeriyang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) memiliki tata kelola dan
kewenangan pengelolaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; (3) Perguruan Tinggi Negeri badan hukum sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) memiliki: a. kekayaan awal berupa kekayaan
negara yang dipisahkan kecuali tanah; b. tata kelola dan pengambilan
keputusan secara mandiri; c. unit yang melaksanakan fungsi
akuntabilitas dan transparansi; d. hak mengelola dana secara mandiri,
transparan, dan akuntabel; e. wewenang mengangkat dan
memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan; f. wewenang
mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan g.
wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program
Studi; (4) Pemerintah memberikan penugasan kepada Perguruan Tinggi
Negeribadan hukum untuk menyelenggarakan fungsi Pendidikan Tinggi
yang terjangkau oleh Masyarakat; (5) Ketentuan mengenai
penyelenggaraan otonomi Perguruan Tinggi Negerisebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

31
5. Pasal 66 Ayat (1) hingga Ayat (3) menjelaskan bahwa: (1) Statuta
Perguruan Tinggi Negeri ditetapkan dengan Peraturan Menteri; (2)
Statuta Perguruan Tinggi Negeri badan hukum ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah; (3) Statuta Perguruan Tinggi Swasta ditetapkan
dengan surat keputusan badan penyelenggara.
6. Pasal 67 menjelaskan bahwa penyelenggaraan otonomi Perguruan
Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 pada Perguruan Tinggi
Swasta diatur oleh badan penyelenggara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7. Pasal 68 menjelaskan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai
pengelolaan Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
dan Pasal 65 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
2.3. BEASISWA BIDIKMISI
2.3.1. Pengertian Bidikmisi
Sebelum mengetahui apa itu beasiswa Bidikmisi, kita perlu terlebih daulu
memahami konsep beasiswa itu sendiri terlebih dahulu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, beasiswa adalah tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau
mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar. Beasiswa merupakan bantuan biaya
yang diberikan Pemerintah atau siapa saja yang peduli pada proses pendidikan
agar masyarakat terlepas dari kesulitan dalam hal pemenuhan biaya
pendidikan.Sedangkan menurut istilah lain, beasiswa merupakan tunjangan uang,
diberikan kepada pelajar-pelajar, baik yang diberikan secara cuma-cuma atau
sebagai persekot tidak berbunga untuk menyelesaikan pendidikannya. Dari
beberapa pendapat ini, dapat dipahami bahwa beasiswa adalah bantuan biaya
pendidikan yang diberikan kepada seseorang atas dasar prestasi yang diraih
maupun karena kemampuan ekonomi yang belum memadai. Beasiswa dapat
dijadikan penghasilan tambahan ataupun tabungan bagi mahasiswa untuk
mempersiapkan masa depannya.

32
Sementara itu, Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah
bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang memiliki potensi
akademik baik tetapi memiliki keterbatasan ekonomi. Program beasiswa
Bidikmisi diperlukan dalam rangka meningkatkan akses dan kesempatan belajar
di Perguruan Tinggi serta menyiapkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif. Program beasiswa ini juga diharapkan dapat memutus rantai
kemiskinan pada keluarga dengan keterbatasan ekonomi serta mengurangi angka
pengangguran di masa depan. Melalui program beasiswa Bidikmisi ini juga ingin
dipastikan bahwa para lulusannya kelak akan menjadi lulusan terbaik dengan nilai
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi serta mempunyai kompetensi yang
memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa (Petunjuk Teknis Pengelolaan
Bidikmisi Tahun 2019).
Peningkatan pemerataan akses ke Perguruan Tinggi jenjang pendidikan
menengah yang terdiri atas lulusan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang
sederajat sampai saat ini masih merupakan masalah di negara kita. Banyak lulusan
jenjang pendidikan menengah yang berprestasi dan merupakan calon mahasiswa
yang potensial tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi
karena berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Selain itu,
peningkatan akses informasi terhadap sumber pendanaan masih sangat terbatas.
Melihat pada permasalahan yang ada, Pemerintah kemudian merancangkan
pemberian beasiswa Bidikmisi bagi para lulusan SMA/SMK/MA/MAK yang
didasarkan dan didukung oleh beberapa ketentuan perundang-undangan seperti
yang tertuang dalam Pedoman Bidikmisi yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Penidikan Tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Tahun 2012 di bawah ini:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan.

33
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
4. Program Kabinet Indonesia Bersatu II TAHUN 2009-2014.
5. Peraturan Menteri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Penghargaan bagi
Siswa Berprestasi.
6. Peraturan Menteri Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan
Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah.
7. Peraturan Menteri Nomor 30 Tahun 2010 tentang Pemberian Bantuan
Biaya Pendidikan Kepada Peserta Didik Yang Orang Tua Atau Walinya
Tidak Mampu Membiayai Pendidikan.
2.3.2. Misi, Sasaran, dan Tujuan Bidikmisi
Misi serta sasaran program beasiswa Bidikmisi sebagaimana yang
dijelaskan dalam buku Pedoman Bidikmisi oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan Direktorat Pembelajaran
dan Kemahasiswaan tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Misi
Misi Bidikmisi adalah untuk memutus mata rantai kemisikinan dengan
memberikan akses Pendidikan Tinggi untuk masyarakat Indonesia yang
kurang mampu namun memiliki prestasi akademik yang baik (Pedoman
Bidikmisi, 2018).
2. Sasaran
Sasaran program beasiswa Bidikmisi dikhususkan bagi siswa lulusan
SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang memiliki
potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.
Sementara itu, tujuan penyelenggaraan program beasiswa Bidikmisi
sebagaimana yang diejelaskan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) Pengelolaan

34
Bidikmisi oleh Direktorat Kemahasiswaan Ditjen Belmawa Kemenrisdikti tahun
2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan akses dan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi bagi
mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi namun memiliki prestasi
akademik yang baik.
2. Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang kurikuler,
kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.
3. Menjamin keberlangsungan studi mahasiswa dengan tepat waktu.
4. Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif, dan memiliki kepedulian
sosial sehingga mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
2.3.3. Penerima Bidikmisi
Berdasarkan Petunjuk Teknis Pengelolaan Bidikmisi Tahun 2019,
penerima Bidikmisi terdiri atas:
1. Calon penerima Bidikmisi, yang mana memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Calon mahasiswa lulusan SMA atau betuk lain yang sederajat yang
memiliki keterbatasan ekonomi dibuktikan dengan kepemilikan
Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau terdaftar dalam BDT Kementerian
Sosial;
b. Wajib terdaftar pada sistem Bidikmisi dengan memasukkan NPSN,
NISN, dan NIK yang valid;
c. Mengikuti seleksi masuk Perguruan Tinggi dan lulus pada Program
Studi atau Perguruan Tinggi yang terakreditasi;
d. Tidak sedang menerima bantuan biaya pendidikan atau beasiswa lain
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dam Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Mahasiswa baru penerima Bidikmisi, dengan memenuhi syarat seperti:
a. Merupakan mahasiswa yang terdaftar dan aktif;

35
b. Memiliki keterbatasan ekonomi dan memiliki prestasi akademik dan
atau non akademik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan masing-
masing Perguruan Tinggi;
c. Telah dinyatakan sebagai mahasiswa penerima Bidikmisi mulai
semester satu;menandatangani kontrak kinerja Bidikmisi antara
mahasiswa penerima bantuan Bidikmisi dengan pengelola Bidikmisi
Perguruan Tinggi.
3. Mahasiswa on going, yang memenuhi syarat sebagai berikut;
a. Mahasiswa on going yang memenuhi syarat sebagai calon penerima
Bidikmisi dapat diusulkan oleh Perguruan Tinggi maupun
masyarakat.
b. Perguruan Tinggi dengan pertimbangan khusus dapat mengusulkan
calon penerima Bidikmisi on going dengan persyaratan sebagai
berikut:
 Merupakan mahasiswa yang terdaftar dan aktif dan sedang
menjalani perkuliahan pada semester normal;
 Mahasiswa yang terancam putus kuliah (DO) karena alasan
ekonomi dimana persyaratan latar belakang ekonominya
mengikuti persyaratan umum calon penerima Bidikmisi;usulan
Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan mengirimkan surat
usulan berisi nama lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)
yang akan diajukan sebagai penerima bidikmisi on going baru dan
ditujukan kepada Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti.
c. Masyarakat dengan pertimbangan khusus dapat mengusulkan calon
penerima bidikmisi on going dengan persyaratan sebagai berikut:
 Calon mahasiswa yang telah terdaftar atau mahasiswa yang telah
terdaftar dan aktif di salah satu Program Studi pada Perguruan
Tinggi;

36
 Memiliki latar belakang ekonomi yang mengikuti persyaratan
umum calon penerima Bidikmisi;
 Usulan masyarakat dapat dilakukan dengan mengirimkan surat
usulan berisi nama lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM)
yang akan diajukan sebagai penerima Bidikmisi on going baru
dan ditujukan kepada Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti.
4. Mahasiswa Program Profesi, yang memenuhi syarat seperti:
a. Mahasiswa penerima Bidikmisi Program Profesi berasal dari
Program Profesi Dokter, Program Profesi Dokter Gigi, Program
Profesi Dokter Hewan, Program Profesi Ners, Program Profesi
Apoteker, dan Program Pendidikan Profesi Guru;
b. Mahasiswa penerima Bidikmisi Progam Profesi merupakan
mahasiswa penerima Bidikmisi pada Program Sarjana;
c. Pelaksanaan Program Profesi harus dilaksanakan pada Perguruan
Tinggi yang sama kecuali PPG;
d. Mahasiswa penerima PPG hanya khusus untuk bidang STEM,
namun penerima dapat berasal dari Program Studi keguruan dan non
keguruan yang lulus seleksi;
e. Usulan program PPG dilakukan oleh Perguruan Tinggi pelaksana;
serta
f. Dalam hal penerima tidak lulus sampai dengan berakhirnya jangka
waktu pemberian program Bidikmisi di jenjang Sarjana, maka
pembiayaan Bidikmisi untuk jenjang Profesi dapat tetap dilanjutkan.
2.4. PRESTASI BELAJAR
2.4.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua (2)
kalimat, yakni prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), prestasi merupakan hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan, menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah

37
(1994:20-21) dalam bukunya yang berjudul Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
dapat menyenagkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Menurut
Sumadi Suryabrata (2006:297), prestasi dapat pula didefinisikan sebagai nilai
yang merupakan perumusan akhir yang dapat diberikan oleh Guru terkait
kemampuan atau prestasi belajar siswa selama masa belajar tertentu.Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang dari suatu
kegiatan yang telah dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang diperoleh dan
dihasilkan melalui jalan bekerja.
Adapun pengertian belajar, salah satunya yang dikemukakan oleh Slameto
(2003:2), bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Muhibbin
Syah (2000:1360) mengemukakan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan
seluruh tingah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Selain itu, James
Withaker sebagaimana yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990:98-99), belajar
merupakan proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
dan pengalaman. Berdasarkan beberapa pengertian tadi, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan rutin dilakukan oleh
seseorang, di mana dalam prosesnya mengakibatkan perubahan secara individu
baik pengetahuan, keterampilan, maupun tingkah laku yang dihasilkan dari proses
latihan maupun pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Prestasi belajar oleh Winkel melalui Sunarto (1996:162) diartikan sebagai
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Menurut Abu Ahmadi
dan Widodo Supriyono (1990:130), prestasi belajar merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam (faktor internal)

38
maupun dari luar(faktor eksternal) individu. Berdasarkan beerapa definisi inilah
kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah
kecakapan nyata yang dapat diukur baik itu berupa pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan sebagai interaksi aktif antara subjek belajar dengan objek belajar
selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Menurut Hutabarat (1986:12), hasil belajar terdiri dari empat golongan antara
lain:
1. Pengetahuan, yaitu dalam bentuk informasi, fakta, gagasan, prosedur,
hukum, kaidah, standar dan konsep lainnya.
2. Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisa,
mereproduksi, menciptakan, berpikir, dan menyesuaikan.
3. Kebiasaan dan keterampilan, yaitu dalam bentuk kebiasaan perilaku dan
keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan.
4. Sikap, yaitu dalam bentuk apresiasi, minat, pertimbangan, dan saran.
Dengan demikian, prestasi belajar dapat diartikan sebagai tingkat
kemampuan aktual seseorang yang diukur berupa penguasaan pengetahuan,
kemampuan, kebiasaan dan ketrampilan, serta sikap sebagai hasil dari prestasi
belajar di lembaga tempat ia menempuh pendidikannya. Prestasi belajar itu sendiri
dikelompokan ke dalam prestasi belajar seluruh bidang studi dan bidang studi
tertentu. Belajar lebih banyak berhubungan dengan aktivitas jiwa. Dengan kata
lain, faktor–faktor psikis memang memiliki peran yang sangat menentukan dalam
prestasi belajar seseorang, di antaranya:
1. Perhatian pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas yang dilakukan. Dilihat
banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, makin

39
intensif perhatian belajar makin meningkatkan prestasi belajar
seseorang.
2. Faktor kognitif, meliputi pengamatan, tanggapan dan fantasi, ingatan,
serta berpikir. Berpikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang
ditentukan oleh masalah yang dihadapi.
3. Faktor afektif, meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam
keadaan stabil, perasaan sangat menolong individu melakukan
perbuatan belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
4. Faktor motivasi, adalah keadaan jiwa individu yang mendorong untuk
melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan. Motivasi
belajar bisa dikatakan murni bila tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar (Mustaqim, 2001:1).
2.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum
menurut Slameto (2003:54), secara garis besar, yang pertama faktor Sekolah atau
lembaga pendidikan terkait, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi Guru
atau tenaga pengajar lainnya dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
kedisiplinan Sekolah, alat pelajaran, waktu belajar mengajar, standar pelajaran di
atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan, faktor
yang meliputi masyarakat meliputi keadaan dalam masyarakat, mass media, teman
bermain, serta bentuk kehidupan masyarakat. Muhibbin Syah (2011:145)
membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 (tiga) macam, yakni
faktor internal (meliputi keadaan jasmani dan rohani seseorang), faktor eksternal
yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar seseorang, serta faktor pendekatan
belajar yang merupakan jenis upaya belajar yang dilakukan seorang individu
(meliputi strategi dan metode yang digunakan individu untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran).Sumadi Suryabrata (2002:233)
mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

40
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
 Faktor non sosial dalam belajar, meliputi keadaan udara, suhu udara,
cuaca, waktu, tempat untuk belajar, serta sarana belajar (alat tuliis,
alat peraga).
 Faktor sosial dalam belajar.
2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri
 Faktor fisiologi dalam belajar, terdiri dari keadaan jasmani pada
umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu.
 Faktor psikologi dalam belajar. Faktor ini dapat mendorong aktivitas
belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti
adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan
ingatan.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2002:60) adalah:
1. Faktor internal
Faktor jasmaniah (baik bawaan maupun yang diperoleh). Yang
termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh,
dan sebagainya.
2. Faktor pskikologi (baik bawaan maupun yang diperoleh) terdiri dari:
a. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yakni kecerdasan
dan bakat, serta aktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah
dimiliki.
b. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
danpenyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
3. Faktor internal
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan kerja, lingkungan sosial,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

41
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, serta
iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006:68), faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar seseorang adalah:
1. Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, terdiri atas kondisi
fisioloogis dan kondisi panca indera.
2. Faktor psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan, motivasi, serta
kemampuan kognitif.
3. Faktor yang berasal dari luar diri seseorang
 Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan alami dan lingkungan
sosial budaya.
 Faktor instrumental terdiri dari kurikulum, program belajar, sarana
dan fasiitas belajar, serta tenaga pendidik.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat dismpulkan bahwa
faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang dapat digolongkan
menjadi 2 (dua), di antaranya:
1. Faktor internal
Faktor ini berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri
seseorang itu sendiri, yang dapat berupa motivasi, minat, bakat,
kepandaian, kesehatan, sikap, dan faktor pribadi lainnya.
2. Faktor eksternal
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri
individu berupa sarana dan prasarana, lingkungan, masyarakat,
pengajar, metode pembelajaran, kondisi sosial, ekonomi, dan
sebagainya.

42
Pengukuran Intelegensi atau yang sering disingkat menjadi IQ (Intelligene
Quotient) merupakan tolak ukur dari prestasi belajar, kesuksesan dalam prestasi
belajar tergantung dari IQ. IQ disini sangat berperan penting dalam prestasi
belajar. Namun, ada beberapa kasus yang membuktikan bahwa IQ yang tinggi
ternyata tidak menjamin kesuksesan dalam belajar dan hidup bermasyarakat. Dari
pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa IQ bukan satu-satunya mengukur dan
mengembangkan prestasi belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar seseorang sebagaimana dijelaskan oleh Muhibbin Syah adalah sebagai
berikut:

1. Faktor-faktor intern, yakni faktor yang ada di dalam diri seseorang itu
sendiri yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya, di antaranya
adalah:
a. Faktor fisiologis, faktor kesehatan fisik yang kuat akan memberi
keuntungan dan hasil belajar yang baik. Sebaliknya, keadaan yang
kurang baik akan berpengaruh pada hasil belajar.
b. Faktor psikologis dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
 Intelegensi, faktor ini mengutamakan prestasi belajar tergantung
pada IQ yang dimiliki seseorang. Slameto mengungkapkan bahwa
tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
 Perhatian, sebagaimana dijelaskan al-Ghazali bahwa perhatian
adalah keaktifan jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu
benda atau hal ataupun sekumpulan objek.
 Minat, Slameto mengemukakan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.

43
 Bakat, sebagaimana dijelaskan oleh Hilgard berarti kemampuan
untuk belajar. Dengan kata lain, berdasarkan asumsi tersebut
dapat dikatakan bahwa bakat merupakan kemampuan, potensi,
dan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menyongsong
masa yang akan datang.
 Motivasi merupakan dorongan seseorang dalam meraih prestasi
setinggi mungkin.
2. Faktor-faktor ekstern, yakni faktor yang mempengaruhi dari luar diri
seseorang. Faktor yang ada di luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar, antara lain adalah:
a. Faktor sosial, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tempat
menimbah ilmu, dan lingkungan masyarakat.
b. Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung tempat
seseorang menimbah ilmu, baik itu Sekolah maupun Perguruan
Tinggi, keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat
dan sumber belajar, keadaan cuaca, serta waktu belajar yang
digunakan seseorang.
2.5. PENELITIAN TERDAHULU
Untuk memperkuat latar belakang dan landasan teori di atas, maka perlu
disajikan hasil-hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa
orang baik nasional maupun internasional. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Jurnal oleh Hajri Takriyuddin, Zulihar Mukmin, dan Muhammad
Yunus berjudul “Pengaruh Beasiswa Bidikmisi terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan dan Kewarganegaraan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala”,
2016.
Jurnal ini ditulis dan disusun dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi

44
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan beasiswa Bidikmisi
terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Selain itu, pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
Sedangkan jenis penelitian ini adalah korelasi. Data penelitian ini
bersumber dari pengumpulan dokumentasi berupa KHS dengan melihat
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa Bidikmisi dan Non
Bidikmisi PPKn. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
teknik pengujian uji-t dan uji dua beda. Pengolahan data dilakukan
secara manual dan peneliti juga menggunakan alat bantu yaitu Program
Aplikasi Pembantu Komputer IBM SPSS Statistics 21. Berdasarkan
hasil analisis data, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
pengaruh beasiswa bidikmisi terhadap prestasi belajar mahasiswa
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Terbukti hasil
uji-t diperoleh thitung = 7,14 dengan taraf signifikan . = 0.05 melihat
tabel distribusi - t dengan t(0.05) (19) maka diperoleh hasil adalah ttabel
= 2,09, maka diperoleh perbandingan thitung > ttabel (7,14 >2,09)
maka Ha diterima.
Berdasarkan abstrak penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang baru akan
dilakukan ini terletak pada variabel penelitian, yakni sama-sama
beasiswa Bidikmisi untuk variabel terikat (X) dan prestasi belajar
mahasiswa sebagai varaibel bebas (Y). Sedangkan, perbedaannya
terletak pada lokasi kedua penelitian ini dilakukan.

45
2. Skripsi oleh Asmirawati berjudul “Pengaruh Pemberian Beasiswa
Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar”, 2016.
Penelitian yang berjenis penelitian kuantitatif deskriptif ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian beasiswa
terhadap motivasi belajar mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, untuk mengetahui pengaruh pemberian beasiswa
terhadap motivasi belajar mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, untuk mengetahui motivasi belajar mahasiswa
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Serta memiliki kegunaan
dari berbagai pihak, baik itu dari pihak tempat penelitian maupun dari
pihak penulis sendiri. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu
pemberian beasiswa (X) dan motivasi belajar (Y). Hasil analisis statistik
inferensial menunjukan bahwa pemberian beasiswa sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis
diperoleh nilai=1,525.Melalui metode dan analisis data tersebut, maka
diperoleh hasil bahwa pemberian beasiswa sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajar karena nilai=1,525≥ =0,311pada taraf signifikan 5%.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian terdahuluan
dengan penelitian yang akan dilakukan ini memiliki pebedaan pada
fokus dan lokus penelitiannya.

46
3. Skripsi oleh Dede Tiara Rachmawaty berjudul “Pengaruh Beasiswa
Bidikmisi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Penerima Bidikmisi di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta”, 2016.
Skripsi ini ditulis dengan maksud agar dapat diketahui pengaruh
beasiswa Bidikmisi terhadap mahasiswa penerimanya. Yang kemudian,
berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara beasiswa Bidikmisi dengan prestasi
mahasiswa penerimanya. Hal ini tidak hanya dibuktikan melalui
wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak pengelola Bidikmisi
di UIN yang menyatakan bahwa proses pencairan dana yang terlambat
sangat mengganggu mahasiswa penerimanya dalam hal pemenuhan
kebutuhan terkait perkuliahan, tetapi juga dibuktikan dengan hasil t
hitung yang menyatakan bahwa beaisswa Bidikmisi sebagai variabel X
sebesar 0,951 dengan signifikasi 0,352. Hal ini kemudian membukrikan
bahwa tidak ada pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadap prestasi belajar
mahasiswa.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa penelitian terdahulu dan
penelitian ini sama-sama memilliki beasiswa Bidikmisi sebagai variabel
terikat (X) dan prestasi belajar mahasiswa sebagai variabel bebas (Y).
Sedangkan keduanya memiliki perbedaan lokus atau tempat penelitian
berlangsung.
2.6. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel
yang disusundari beberapa teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori
yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan
sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2018:94). Berkaitan dengan hal tersebut, maka

47
perlu diketahui skema penelitian yang menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat prestasi mahasiswa.
Beasiswa Bidikmisi merupakan bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah
Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang diperuntukkan bagi calon mahasiswa tidak
mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik yang baik untuk
menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi pada Program Studi unggulan sampai
lulus tepat waktu. Dengan demikian, indikator yang perlu menjadi perhatian
dalam pemberian beasiswa Bidikmisi ini adalah kemampuan akademik yang
dibuktikan dengan prestasi belajar (hasil yang dicapai) serta kesanggupan
ekonomi para calon mahasiswa penerimanya.
Prestasi belajar diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbul
atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama,
dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan
disebabkan olehadanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena
suatu hal. Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator prestasi belajar seseorang
sebagaimana yang dijelaskan oleh Muhibbin Syah (2008:151) mencakup
kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotor. Ketiga kemapuan yang dimaksud
dapat dilihat secara jelas dan rinci melalui tabel di bawah ini:

Tabel 4. Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

Jenis Prestasi Belajar


Indikator Prestasi Belajar
Ranah Cipta (Kognitif)
Pengamatan  Dapat menunjukkan
 Dapat membandingkan
 Dapat menghubungkan
Ingatan  Dapat menyebutkan
 Dapat menunjukkan kembali
Pemahaman  Dapat menjelaskan
 Dapat mendefinisikan dengan lisan
sendiri
Penerapan  Dapat memberikan contoh

48
 Dapat menggunakan secara tepat
Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara  Dapat menguraikan
teliti)  Dapat mengklasifikasikan/memilah-
milah
Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)  Dapat menghubungkan
 Dapat menyimpulkan
 Dapat menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
Ranah Rasa (Afektif)
Penerimaan
 Mengingkari
 Melembagakan atau meniadakan
 Menjelmakan dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari
Sambutan
Apresiasi (sikap menghargai)
Internalisasi (pendalaman)
Karakterisasi
Ranah Karsa (Psikomotor)
Keterampilan bergerak dan bertindak
 Mengkoordinasikan gerak mata,
tangan, kaki, dan anggota tubuh
lainnya
Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal  Mengucapkan
 Membuat mimik dan gerakan
jasmani

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya, dapat


dilihat pada Tabel 4 di atas bahwa prestasi belajar seseorang dapat terlihat jika
mampu mengembangkan atau memenuhi ketiga ranah tersebut di atas, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, serta ranah psikomotor. Selain itu, kerangka pemikiran
teoretis dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:

Gambar 3. Kerangka Berpikir Penelitian

Bidikmisi (X) Prestasi Belajar Mahasiswa


(Y)
 Kemampuan akademik
 Kesanggupan ekonomi  Kognitif
 Afektif
 Psikomotor

(Muhibbin Syah, 2008:151)


49
2.7. HIPOTESIS
Prof. Dr. Sugiyono (2018:99) dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Kombinasi (Mixed Method) menjelaskan bahwahipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Sementara itu, berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di
atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ha (Hipotesisi Alternatif):
a. Ada pengaruh beasiswa Bidikmisi secara parsial terhadap tingkat
prestasi belajar mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana
Kupang.
b. Ada pengaruh beasiswa Bidikmisi secara simultan terhadap tingkat
prestasi belajar mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana
Kupang.
2. H0 (Hipotesis Nol):
a. Tidak ada pengaruh beasiswa Bidikmisi secara parsial terhadap
tingkat prestasi belajar mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi

50
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa
Cendana Kupang.
b. Tidak ada pengaruh beasiswa Bidikmisi secara simultan terhadap
prestasi belajar mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Universitas Nusa Cendana Kupang.

BAB III
METODE PENELITIAN

51
3.1. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
3.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian
survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,
sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar
variabel. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian berupa angket, dokumentasi, dan analisis data bersifat kuantitatif yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.1.2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
korelasional untuk menarik pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah beasiswa Bidikmisi,
sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah tingkat prestasi belajar mahasiswa.
3.2. METODE PENENTUAN OBJEK PENELITIAN
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk lebih mempersempit ruang
lingkup dalam pembahasan sekaligus untuk mempertajam fenomena sosial yang
ingin dikaji sesuai dengan substansi yang akan diamati. Lokasi penelitian akan
memperlihatkan berbagai keterbatasan daya jangkau peneliti yang meliputi waktu,
biaya, dan daya yang dimiliki. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka
peneliti mengambil lokasi penelitian di Jurusan Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang.
3.2.2. Organisasi Penelitian
1. Nama : Ribka Daiana Laa
Nim : 1703010057
Semester : VIII (Delapan)

52
Judul : Pengaruh Beasiswa Bidikmisi Terhadap Tingkat Prestasi
Belajar Mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang
2. Nama : Dr. Nursalam, M.Si
Jabatan : Dosen Pembimbing 1
3. Nama : Markus Tae, S.Sos, M.Si
Jabatan : Dosen Pembimbing 2
3.2.3. Populasi
Corper, Donald R, Schindler, Pamela S (2003) sebagaimana yang dikutip
Prof. Dr. Sugiyono (2018:119) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Method), mengemukakan bahwa populasi merupakan
keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah generalisasi. Elemen populasi
adalah keseluruhan subjek yang akan diukur, yang merupakan unit yang akan
diteliti. Dalam hal ini, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara itu,
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang menerima bantuan
beasiswa Bidikmisi di Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang periode tahun 2017 hingga 2019,
yakni sejumlah 110 orang.
3.2.4. Sampel
Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi terrsebut. Bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2018:120). Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Insidental, yakni teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

53
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2018:125).
Sampel dalam penelitian ini adalahmahasiswa penerima bantuan beasiswa
Bidikmisi di Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang periode tahun 2017 hingga 2019.
Untuk menentukan berapa sampel yang dibutuhkan, jika ukuran populasi
diketahui dapat menggunakan rumus Slovin.

N
n=
1+ N (e)2

Keterangan:
n: Jumlah sampel yang diperlukan
N: Jumlah Populasi
e: Tingkat kesalahan sampel (sampling error), misalnya 10%
Dari rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan
ukuran populasi 110 dan kelonggaran 10% adalah:

N
n=
1+ N ( e )2

110
n= 2
1+110 ( 0,1 )
110
n=
1+110 ( 0,01 )
110
n=
1+1,1
110
n=
2,1
n=52,38 dibulatkan menjadi 53 orang

54
3.3. VARIABEL, DEFINISI OPERASIONAL, DAN INDIKATOR
PENELITIAN
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:63). Sugiyono
(2018:63), dengan mengutip pernyataan Hatch dan Farhady (1981) mengemukan
bahwa secara teoritis, variabel dapat diartikan sebagai atribut seseorang atau objek
yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek
dengan objek yang lain. Sugiyono (2018:64), dengan mengutip pendapat Kidder
(1981) menyebutkan bahwa variabel merupakan suatu kualitas (qualities), di
mana peneliti mempelajari dan mengambil kesimpulan darinya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, maupun
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018:64). Sesuai
dengan pemaparan yang sudah dijelaskan di atas, maka variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
3.3.1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
atau antecedent. Dalam Bahasa Indonesia, variabel ini sering disebut variabel
bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2018:64). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah beasiswa Bidikmisi.
Beasiswa Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah
Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang diperuntukkan bagi calon mahasiswa yang
tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik yang baik untuk
menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi pada Program Studi unggulan sampai

55
lulus tepat waktu. Sementara itu, dimensi serta indikator beasiswa Bidikmisi
sebagai variabel bebas (X) dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah ini:

Tabel 5. Dimensi dan Indikator Beasiswa Bidikmisi

Beasiswa Bidikmisi

Dimensi Indikator

 Penguasaan materi perkuliahan


 Keterampilan mahasiswa
Kemampuan Akademik
 Prestasi akademik yang dibuktikan
dengan nilai IPK yang diperoleh

 Kemampuan atau tingkatan ekonomi


Ekonomi
mahasiswa

3.3.2. Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, atau
konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018:64). Dalam penelitian ini, yang
menjadi variabel terikat (Y) adalah tingkat prestasi belajar mahasiswa.
Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.
Sementara itu, tabel di bawah ini akan menjabarkan dimensi serta indikator dari
prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y).

Tabel 6. Dimensi dan Indikator Prestasi Belajar

56
Dimensi Sub Dimensi Indikator

Ranah Cipta (Kognitif) Pengamatan  Dapat menunjukkan


 Dapat
membandingkan
 Dapat
menghubungkan

Ingatan  Dapat menyebutkan


 Dapat menunjukkan
kembali

Pemahaman  Dapat menjelaskan


 Dapat
mendefinisikan
dengan lisan sendiri

Penerapan  Dapat memberikan


contoh
 Dapat menggunakan
secara tepat

Analisis (pemeriksaan dan  Dapat menguraikan


pemilihan secara teliti)  Dapat
mengklasifikasikan/
memilah-milah

Sintesis (membuat paduan  Dapat


baru dan utuh) menghubungkan
 Dapat
menyimpulkan
 Dapat
menggeneralisasikan
(membuat prinsip

57
umum)

Ranah Rasa (Afektif) Penerimaan  Mengingkari


 Melembagakan atau
meniadakan
 Menjelmakan dalam
pribadi dan perilaku
sehari-hari

Sambutan

Apresiasi (sikap
menghargai)

Internalisasi (pendalaman)

Karakterisasi

Ranah Karsa (Pskomotor) Keterampilan bergerak dan  Mengkoordinasikan


bertindak gerak mata, tangan,
kaki , dan anggota
tubuh lainnya

Kecakapan ekspresi verbal  Mengucapkan


dan nonverbal  Membuat mimik dan
gerakan jasmani

3.4. METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan
cara. Bila dilihat dari setting, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural setting). Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya, bila dilihat dari

58
segi cara atau teknik, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
wawancara (interview), kuesioner (angket), dan observasi (pengamatan), dan
gabungkan ketiganya (Sugiyono, 2018:187).
3.4.1. Kuesioner (Angket)
Creswell (2012) sebagaimana yang dikutip Sugiyono dalam bukunya yang
berjudul Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method) menyatakan bahwa
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data, di mana partisipasn atau
responden mengisi pertanyaan atau pernyataan, kemudian setelah diisi dengan
lengkap mengemblikan kepada peneliti. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti ingin tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu,
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden yang cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau
terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui
pos atau internet (Sugiyono, 2018:193).
Dalam penelitian ini, metode tersebut digunakan untuk memperoleh data
tentang tingkat prestasi belajar mahasiswa. Data diperoleh dengan cara
menghimpun informasi yang didapat melalui pernyataan dan pertanyaan tertulis
yang diisi dengan check list dengan Skala Likert, di mana responden tinggal
membubuhkan tanda check () pada kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi
yang dihadapi atau dialami oleh responden. Berdasarkan pembagian kategori di
atas, jawaban angket diisi oleh responden mempunyai ketentuan sebagai berikut:
1. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju.
2. Skor 4 untuk jawaban setuju.
3. Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu
4. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju.
5. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju.
3.4.2. Observasi (Pengamatan)

59
Larry Cristensen (2004) menyatakan bahwa dalam penelitian, observasi
diartikan sebagai pengamatan terhadap pola perilaku manusia dalam situasi
tertentu untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang diinginkan.
Observasi merupakan cara yang penting untuk mendapatkan informasi yang pasti
tentang orang, karena apa yang dikatakan orang belum tentu sama dengan apa
yang dikerjakan. Creswell (2012) juga menyatakan bahwa observasi merupakan
proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang dan
tempat pada saat dilakukan penelitian (Sugiyono, 2018:196-197).
3.5. UJI INSTRUMEN
3.5.2. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevailidan
atau kesahan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010:211). Suatu instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data
yang terkumpul, tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud. Pengukuran validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas
isi atau content validity. Validitas ini menunjuk sejauh mana isi kuesioner
mewakili semua aspek dari suatu konsep. Tujuan dari validitas adalah untuk
mengukur sah (valid)atau tidaknya suatu kuesioner. Tujuan dari uji validitas untuk
mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul
dapat mengukur apa yang hendak kita ukur.
Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa valid sebuah kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2005).

r xy=N ∑ xy−¿¿ ¿¿

Keterangan:

60
rxy: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N: Jumlah responden
X: Skor pertanyaan
Y: Skor total
ƩX2: Jumlah kuadrat nilai X
ƩY2: Jumlah kuadrat nilai Y

Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing-
masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur. Jika r hitung >r
tabelmaka pengukuran tersebut valid. Sebaliknya, apabila r hitung < r tabel maka
pengukuran tersebut tidak valid.

3.5.3. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.
Reliabel artinya dapat dipercaya, sehingga dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto,
2010:221). Sedangkan, uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat
pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas
suatu alat ukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Untuk menguji
realibilitas instrumen digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

r 2
∑ σb
11= [ ][
k
k−1
1− 2
σb ]
Keterangan:
r: Realibilitas instrumen
k: Banyak butir pertanyaan
∑ σ 2b: Jumlah varian butir

61
σ 2b: Jumlah varian total
n: Jumlah responden
X: Nilai skor yang dipilih

Nilai koefisien reliabilitas kemudian dikonsultasikan dengan harga r


product moment pada taraf signifikasi 5%. Jika r11>rtabel maka instrumen dapat
dikatakan reliabel. Sebaliknya, jika harga r11<rtabel maka dikatakan instrumen
tersebut tidak reliabel.Dalam melakukan perhitungan Alpha, digunakan alat bantu
program komputer yaitu Statistical Product and Service Solutions (SPSS)for
Windows dengan menggunakan model Alpha. Sedangkan dalam pengambilan
keputusan reliabilitas, suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach
Alpha lebih besar dari 0,70” (Ghozali, 2011:48).
3.6. METODE ANALISIS DATA
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
telah diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik yan terdiri dari statistik deskriptif dan statistik inferensial. Sementara
dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan untuk melihat
bagaimana pengaruh beasiswa Bidikmisi terhadaptingkat prestasi belajar
mahasiswa adalah sebagai berikut.
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku
untuk populasi di mana sampel diambil (Sugiyono, 2018:199-200). Dalam
penelitian ini, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

62
frekuensi terhadap data-data variabel penelitian, baik variabel bebas (beasiswa
Bidikmisi) maupun variabel terikat (prestasi belajar mahasiswa).
3.6.2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana adalah sebuah metode untuk pemodelan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam model regresi,
variabel independen menerangkan variabel dependennya. Dalam analisis regresi
sederhana, hubungan antara variabel bersifat linear, di mana perubahan pada variabel
X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y secara tetap. Analisis dapat dengan
menghitung persamaan regresinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = a+b X

Keterangan:

Y = Nilai variabel dependen

a = Konstanta

b = Koefesien regresi

X = Nilai variabel independen

3.6.3. Uji Hipotesis Penelitian


1. Uji F (Uji Simultan)
Uji ini dilakukan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas (X) yang
terdapat di dalam model terhadap variabel terikat (Y). Simultan dalam penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh beasiswa Bidikmisi (X) terhadap tingkat
prestasimahasiswa (Y) di Jurusan Aministrasi Negara, Fakultasi Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Nusa Cendana Kupang. Langkah dalam menguji
hipotesis dengan uji F adalah sebagai berikut:
a. Menguji Hipotesis

63
Hipotesis statistik secara mikro yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
(Ho) : ß = 0, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
(Ha) 1 : ß ≠ 0, variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
b. Menentukan taraf nyata (level of significanve =ɑ)
Taraf nyata atau derajat keyakinan yang digunakan adalah ɑ = 5%.
c. Menentukan kriteria pengambilan keputusan
Kriteria pengambilan keputusan yang dipakai adalah sebagai berikut:
 Jika nilai p-value pada kolom sig< ɑ (0,05), maka (Ho) ditolak dan
hipotesis kerja (Ha) diterima, berarti bahwa variabel independen (X)
berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
 Jika nilai p-value pada kolom sig ɑ (0,05), maka (Ho) diterima dan
hipotesis kerja (Ha) ditolak, berarti variabel independen (X)
dikatakan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).
d. Mengambil keputusan
2. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk kemaknaan secara pasrial (terpisah) dengan
menggunakan program SPSS for Windows versi 16.
a. Jika nilai probabilitas (p-value)> 0,05 maka Ho diterima, berarti Ha
ditolak itu berarti tidak ada pengaruh antara dua variabel yaitu variabel
bebas dengan variabel terikat yang telah diuji tersebut.
b. Jika nilai probabilitas (p-value)< 0,05 maka Ho ditolak, berarti Ha
diterima itu berarti ada pengaruh antara dua variabel yaitu variabel
bebas dengan variabel terikat yang telah diuji tersebut.
3. Koefisien Determinasi Simultan (R2)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh
variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Jika R2 bernilai 0

64
maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan pengaruh yang diberikan
variabel independen terhadap variabel dependen, tetapi jika R 2 bernilai 1 maka
sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel
dependen adalah sempurna. Dalam menganalisis data penelitian menggunakan
program SPSS.

65
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah, Undang-Undang/Kebijakan:


Keputusan Rektor Universitas Nusa Cendana Nomor 1109/KM/2018 tentang
Penetapan Pemberian Program Bantuan Bidikmisi Bagi Mahasiswa Baru
Universitas Nusa Cendana Kuota Alokasi Khusus Komisi VII dan Komisi X DPR
RI Tahun Angkatan 2018.
Peraturan Menteri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Penghargaan bagi Siswa
Berprestasi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010tentang Pola
Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang
Diselenggarakan oleh Pemerintah.
Peraturan Menteri, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2019 tentang Bantuan Biaya Pendidikan Bagi Mahasiswa Miskin
Berprestasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Buku-buku/Literatur:
Dr. Taufiqurokhhman, S.Sos., M.Si. 2014. Kebijakan Publik (Pendelegasian
Tanggungjawab Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara
Pemerintahan). Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Moestopo Beragama Pers.
Drs. M. Irfan Islamy, M.PA. 2007.Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Drs. Solichin Abdul Wahab, M.A., 1991.Analisis Kebijaksanaan (Dari Formulasi
ke Implementasi Kebijaksanaan Negara). Jakarta: Bumi Aksara.

66
Edi Suharto, Ph.D. 2005.Analisis Kebijakan Publik (Panduan Praktis Mengkaji
Masalah dan Kebijakan Sosial). Bandung: CV. Alfabeta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2012. Pedoman Bidikmsi
(Program Bantuan Biaya Pendidikan Bagi Calon Mahasiswa Yang
Tidak Mampu Secara Ekonomi dan Berpotensi Akademik Baik). Jakarta
Pusat: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Prof. Dr. Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Campuran (Mixed Method).
Bandung: CV. Alfabeta.
Robby Baskoro, Parmin, Sony A. Nulhaqim, Rosmalita, Guruh Pratama
Kurniawan, Arif Satria Negara, Meiria Dwi Saputri, Novrianti Putri
Ardely, Agus Nugrahma, Putri Nur Handayani, Riani Wahyuningsih,
Luqman Nur Arief. 2018. Pedoman Bidikmisi. Jakarta Pusat: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Subdit Kesejahteraan dan Kewirausahaan, Direktorat Kemahasiswaan, Ditjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti. 2019. Petunjuk
Teknis Pengelolaan Bidikmisi.Jakarta Pusat: Direktorat Kemahasiswaan,
Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti.
Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

Skripsi dan Jurnal


Asmirawati. 2016. Pengaruh Pemberian Beasiswa Terhadap Motivasi Belajar
Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Makasar:
Universitas Islam Negeri Alauddin.

67
Dede Tiara Rachmawaty. 2016. Pengaruh Beasiswa Bidikmisi Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Eny Rosyidah. 2008. Persepsi Masyarakat Pedesaan Terhadap Perguruan Tinggi
(Studi Kasus di DesaBangelan Kecamatan Wonosari Kabupaten
Malang). Malang: Universitas Islam Negeri Malang,
Febri Pratama Kusuma. 2017. Implikasi Beasiswa Bidikmisi terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta Periode 2013-2016. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Hajri Takriyuddin, Zulihar Mukmin, Muhammad Yunus. 2016. Pengaruh
Beasiswa Bidikmisi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala.
Maria Rosalina Fajaryanti. 2016. Hubungan Kedisiplinan Dengan Prestasi
Belajar Siswa di SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Soni Akhmad Nulhaqim, R. Dudy Heryadi, Ramadhan Pancasilawan, Muhammad
Fedryansyah. 2015. Peranan Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan di Indonesia Untuk Menghadapi Asean Community
2015 (Studi Kasus: Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran,
Institut Teknologi Bandung). Bandung: Universitas Padjadjaran.

68

Anda mungkin juga menyukai