Anda di halaman 1dari 18

Proposal Penelitian Metode Penelitian Kualitatif

PERAN GURU DAN PERPUSTAKAAN DALAM BUDAYA MEMBACA DI SMP

NEGERI 11 DEPOK

Dosen Mata Kuliah:


Drs. H. Yunus Winoto, M.Pd.
Rully Khairul Anwar, S.Ag., M.S.i

Disusun oleh :
Salma Fitria Ramadhan
210210160049

PROGRAM STUDI ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN


FAKUTLAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
1.3 Fokus Penelitian .................................................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................................. 6
1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 7
2.1 Kerangka Konseptual ......................................................................................................... 7
2.2 Kerangka Teoritis ............................................................................................................... 8
2.2.1 Peran Guru ................................................................................................................ 8
2.2.2 Perpustakaan ............................................................................................................. 8
2.2.3 Budaya Membaca...................................................................................................... 8
BAB III METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN ........................................................ 14
3.1 Metode atau Jenis Penelitian............................................................................................ 14
3.2 Jenis Dan Sumber Data ................................................................................................... 15
3.2.1 Jenis Data ................................................................................................................ 15
3.2.2 Sumber Data............................................................................................................ 15
3.3 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................................... 15
3.4 Uji Keabsahan Data/Temuan ........................................................................................... 16
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................................................... 17
3.6 Lokasi dan Lamanya Penelitian ..................................................................................... 17
3.6.1 Lokasi Penelitian. ......................................................................................................... 17
3.6.2 Lamanya/waktu Penelitian ........................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kewajiban pertama negara selaku penyelenggara pendidikan ialah menjamin setiap


orang mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, terlepas dari latar
belakang ekonomi dan sosial masing-masing. Timbal baliknya: populasi yang hanya terdiri
dari orang-orang pintar dan terampil jelas merupakan aset berharga bagi negara. Tanpa
jurang yang memisahkan “kaum elit terdidik” dan “kaum pekerja kasar buta huruf”, negara
akan sanggup mengolah segenap sumber dayanya menjadi barang-barang dan jasa terbaik
yang bernilai tinggi.

Budaya membaca akan lebih baik apabila diajarkan sejak dini. Karena membaca
adalah suatu program yang akan mampu membantu mencerdaskan bangsa. Dengan
membaca, seseorang akan mampu menambah ilmu pengetahuan untuk dirinya sendiri.
Menurut Nancy C. Jordan, David Kaplan, dan Laurie Hanich dalam “Achievement Growth in
Children with Learning Difficulties in Mathematics” yang diterbitkan Journal of Educational
Psychology (2002), kemampuan akademik seorang murid ditentukan oleh kemampuan
membacanya. Kemampuan membaca yang rendah berakibat buruk terhadap kemampuan
matematika, tetapi kemampuan matematika, tinggi atau rendah, tak mempengaruhi
kemampuan membaca.

Dalam sistem sekolah umum di Amerika Serikat dan Inggris, anak-anak seringkali
didorong untuk mulai membaca sebelum mereka masuk sekolah formal. Beberapa anak siap
untuk mulai membaca pada usia ini, dan sangat menyukainya. Di sisi lain, ada juga anak-
anak yang belum siap membaca pada usia ini, terutama untuk anak laki-laki. Fase membaca
yang paling penting adalah antara usia 5-9 tahun. Jawaban atas pertanyaan usia berapa yang
'normal' untuk membaca tergantung pada sekolah dan perilaku mereka terhadap membaca.

Di Indonesia, usia 5-9 tahun adalah saat dimana seorang anak berada di tingkat
sekolah dasar. Jenis bacaan mereka pun berbeda dengan orang dengan tingkat usia anak
sekolah menengah pertama. Untuk anak usia 5-9 tahun, sebaiknya di suguhi dengan bacaan
yang sifatnya dasar dan pengenalan huruf, kalimat dan cara membaca tepat. Karena dalam
tahapan ini masih baru mengenal bacaan sehingga perlu bimbingan khusus dari guru dan
orangtua dalam membaca bacaannya yang mungkin memang masih belum lancar dalam
membaca.

Ketika seseorang tersebut sudah memasuki fase 9-12 tahun, Anak umur 10-12 tahun
adalah masa perkembangan anak dan dapat di lihat minat baca pada anak umur ini. Untuk itu
adar minat baca anak tidak turun kriteria pada umur ini sebaiknya banyak di suguhi dengan
bacaan bacaan religi cerita tentang tokoh agama, cerita cerita fiksi dan bisa di selingi dengan
pendidikan sesuai jenjang pendidikan formalnya.

Ada baiknya, perpustakaan di sekolah dasar lebih mengutamakan buku yang mudah
dipahami untuk tingkat usia 5-12 tahun. Seperti contoh, perpustakaan tingkat sekolah dasar
lebih baik memiliki koleksi seperti buku cerita bergambar mengenai budaya di Indonesia,
buku sains mengenai makhluk hidup yang dikemas menarik dan mudah dipahami, atau buku
pengetahuan umum seperti RPUL dan ATLAS.

Guru, adalah seorang pengajar di setiap sekolah baik negeri maupun swasta yang
memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal, minimal berstatus
sarjana dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah menurut undang-undang guru dan
dosen yang berlaku di Indonesia.

Guru terbagi menjadi dua, yaitu guru tetap dan guru honorer. Guru tetap, memiliki
status minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan telah ditugaskan di sekolah tertentu
sebagai instansi induknya. Selaku guru di sekolah swasta, guru tersebut dinyatakan guru
tetap jika telah memiliki kewewenangan khusus yang tetap untuk mengajar di suatu yayasan
tertentu yang telah diakreditasi oleh pihak yang berwenang di kepemerintahan Indonesia.

Sedangkan guru honorer, adalah uru tidak tetap yang belum berstatus minimal
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji
secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi.

Secara kasat mata, mereka sering tampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap,
bahkan mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil layaknya seorang guru tetap. Hal
tersebut sebenarnya sangat menyalahi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Secara fakta,
mereka berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga
sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur honorer, ataupun
sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil formasi umum.

Perpustakaan, adalah kumpulan atau bangunan fisik sebagai tempat buku


dikumpulkan dan disusun menurut sistem tertentu atau keperluan pemakai (Lasa, 2007:12).
Sebagian orang mengetahui bahwa perpustakaan hanya ada di sekolah atau merupakan
bagian dari sekolah, padahal jenis perpustakaan itu bukan hanya perpustakaan sekolah.

Jenis perpustakaan di antaranya Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Khusus,


Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Masing-
masing jenis perpustakaan memiliki fungsi dan kekhasan dari sisi koleksi dan pengolahan.
Seperti contohnya pada Perpustakaan Perguruan Tinggi dan Perpustakaan Khusus. Pada
Perpustakaan Khusus fungsi utamanya adalah melayani pemakai khusus pada organisasi
dimana perpustakaan itu berada. Dari segi koleksi, perpustakaan khusus memiliki koleksi
yang sangat terbatas yang mayoritas bersubjek mengenai kegiatan utama organisasi.
Perpustakaan Khusus bisa kita lihat contohnya pada perpustakaan yang ada di Lembaga
Pemerintahan di Indonesia.

Sedangkan Perpustakaan Perguruan memiliki fungsi memenuhi keperluan informasi


seluruh sivitas akademika Perguruan tinggi dalam mendukung terciptanya tridharma
perguruan tinggi. Dari segi koleksi, Perpustakaaan Perguruan Tinggi memiliki koleksi yang
jauh lebih beragam. Hal ini karena Perpustakaan Perguruan Tinggi dibutuhkan sivitas untuk
mendapatkan berbagai referensi yang valid dalam menunjang penulisan ilmiah mereka.

Fungsi Perpustakaan berdasarkan Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang


Perpustakaan : Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Pada
umumnya perpustakaan memiliki fungsi yaitu :

1. Fungsi penyimpanan, bertugas menyimpan koleksi (informasi).


2. Fungsi informasi, perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Fungsi pendidikan, perpustakaan menjadi tempat dan sarana untuk belajar baik di
lingkungan formal maupun non formal.
4. Fungsi rekreasi, masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca
dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan, antara lain : novel,
ensiklopedi, cerita dongeng, dan lain sebagainya.
5. Fungsi kultural, perpustakaan berfungsi untuk menyimpan dan melestarikan hasil
kebudayaan masyarakat, seperti: benda-benda kuno, hasil kesenian, dan lain
sebagainya.

Selain buku, sumber informasi valid yang juga dibutuhkan adalah jurnal tercetak
maupun yg online, majalah, artikel, karya tulis, skripsi, tesis dan juga disertasi.

Dalam pelaksanaan budaya membaca, peran guru dan perpustakaan sangatlah


penting untuk membantu para murid sekolah dasar agar mempunyai budaya membaca sejak
dini. Guru, yang merupakan istilah lain orang tua di lingkungan sekolah, mempunyai
pengaruh yang cukup tinggi agar para murid tersebut tertarik untuk membaca di
perpustakaan, sebagai langkah awal dalam membudayakan kebiasaan membaca.

Maka dari itu, memaksimalkan fungsi dari perpustakaan akan memberikan dampak
yang positif terhadap para murid di sekolah. Perpustakaan, sebagai penunjang budaya
membaca, mestinya didesain semenarik mungkin dan koleksinya pun dibuat menarik, agar
para murid sekolah nyaman duduk membaca hal-hal yang menurut mereka menarik. Pada
penelitian ini peneliti akan mencari tau serta menganalisis tentang peran guru dan
perpustakaan mengenai budaya membaca di SMP Negeri 11 Depok.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut : “Peran Guru dan Perpustakaan dalam Budaya Membaca di SMP NEGERI
11 DEPOK”.
1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka fokus penelitian didalam penelitian ini
adalah:

1. Seberapa besar peran guru dan perpustakaan dalam melakukan kebiasaan


budaya membaca di SMP NEGERI 11 DEPOK?
2. Apa yang menjadi kendala dalam melakukan kebiasaan budaya membaca di
SMP NEGERI 11 DEPOK?
3. Bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang ada dalam melakukan
kebiasaan budaya membaca kepada murid di SMP NEGERI 11 DEPOK?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya peran guru dan perpustakaan dalam melakukan


kebiasaan budaya membaca di SMP NEGERI 11 DEPOK?
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dan perpustakaan dalam
melakukan kebiasaan budaya membaca di SMP NEGERI 11 DEPOK?
3. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh para guru dan
perpustakaan dalam melakukan kebiasaan budaya membaca kepada murid di SMP
NEGERI 11 DEPOK?

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis


Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian-penelitian sejenis atau penelitian-penelitian
lanjutan untuk topik yang sama. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai
literatur untuk menambah wawasan serta memperkaya perkembangan teori serta
pemahaman khususnya mengenai budaya membaca.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumber informasi bagi para guru, terutama
guru Sekolah Menengah Pertama dalam memahami sumber bacaan yang tepat bagi
murid Sekolah Menengah Pertama dan guru dapat memahami seberapa besar peranan
mereka didalam membiasakan budaya membaca untuk murid Sekolah Menengah
Pertama.
2. Penelitian ini, diharapkan memberikan masukan kepada perpustakaan dalam menambah
koleksi bacaan yang tepat bagi murid sekolah dasar dan bisa memaksimalkan kebiasaan
budaya membaca bagi para murid di Sekolah Menengah Pertama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Konseptual


Dalam meningkatkan budaya membaca dapat dibina dan ditingkatkan melalui upaya –
upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang dekat dengan siswa seperti orang tua dan guru di
sekolah. Konsep konsep serta upaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara:
 Menumbuhkan minat baca sejak dini
Untuk menumbuhkan minat baca sejak dini seharusnya telah dilakukan oleh orang tua
di rumah pada masa usia prasekolah, dan kemudian berlanjut di taman kanak-kanak
dan sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini, siswa telah dilatih untuk
mengenal hingga akhirnya dapat mencintai buku.
 Berbicara hal yang terkait dengan budaya baca tidak lepas dengan adanya peran
penting sebuah perpustakaan terlebih di lingkungan sekolah.
Sebuah perpustakaan harus memberikan pelayanan dan manajemen yang baik dalam
memberikan kebutuhan referensi siswa di sekolah. Pustakawan juga harus cerdas
dalam menganalisa koleksi buku apa yang di inginkan dan disukai oleh pelajar untuk
mendukung kegiatan belajarnya. Menyediakan Perpustakaan yang Dikelola dengan
Baik.
 Cara untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan pihak kepala sekolah
bersama jajaranya.
Akan lebih baik lagi jika Kepala Sekolah, Guru, dan staff sekolah menjadi orang
pertama yang mengawali gerakan gemar membaca di sekolahnya. Bisa juga membuat
baliho atau spanduk di sekitar sekolah yang berisi seruan rajin membaca misalnya
“Ingin jadi Juara dan Berprestasi ? Rajinlah Membaca” dan sejenisnya. Jangan terlalu
sering menyalahkan para siswa malas membaca jika para guru di sekolah sendiri tidak
pernah memberikan contoh bahwa para guru juga gemar membaca. Menggalakkan
Gerakan Gemar Membaca di Lingkungan Sekolah.
 Berikanlah hadiah untuk siswa yang rajin membaca.
Caranya bisa dilakukan dengan kerjasama antara pihak perpustakaan dan kepala
sekolah melalui kebijakan. Hadiah tersebut bisa diberikan misalnya untuk siswa paling
sering meminjam buku di perpustakaan. Namun perlu dicatat bahwa pemberian hadiah
ini juga harus dilihat bukan hanya pelajar yang hanya suka meminjam buku
perpustakaan saja tapi harus dilihat prestasinya.

2.2 Kerangka Teoritis


2.2.1 Peran Guru
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
yang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peran. Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang
tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya,
baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Peran Guru
dalam. Dalam hal ini guru merupakan seseorang yang memiliki peran untuk
mencerdaskan orang lain melalui sebuah pembelajaran.

2.2.2 Perpustakaan
Istilah perpustakaan berasal dari kata latin liber atau libri artinya buku. Dari kata
latin tersebut terbentuklah istilah librarius yang artinya tentang buku. Dalam bahasa
Inggris terkenal dengan istilah Library, (Jerman) bibliothek, (Perancis) bibliotheque,
(Belanda) bibliotheek. Semua istilah ini berasal dari bahasa Yunani biblia artinya tentang
buku. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia: pustaka artinya kitab. Kata dasar dari
perpustakaan adalah pustaka.
Menurut kamus “The Oxford English Dictionary”, kata “library” atau
perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai
“suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan
rujukan”. Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah.
Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan
lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh
sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu
membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Menurut Sulistyo Basuki dalam Febriyani (2013 : 10), “Perpustakaan adalah
sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainya yang biasanya disimpan menurut tata susunan
tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”. 20 Sedangkan menurut Sutarno
NS (2006 : 11), ”Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau
gedung tersendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian
rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh
pembaca”.
Perpustakaan terbagi beberapa jenis, diantaranya yaitu: perpustakaan sekolah,
perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah, dan lain
sebagainya. Menurut Darmono (2007 : 1), ”Perpustakaan sekolah sebagai salah satu
sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat
penting dalam dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah”.
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam Sutarno NS (2006 : 47), ”Perpustakaan
merupakan sarana penunjang proses balajar mengajar di sekolah”. Keberadaanya sebagai
salah satu komponen pendidikan merupakan suatu keharusan.
Sedangkan menurut Soeatminah dalam Febriyani (2013 : 12), “Perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk
menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan 21
pendidikan menengah serta memberi pelayanan kepada murid dan guru dalam proses
belajar mengajar. Perpustakaan sekolah merupakan tempat sebagai salah satu sarana
penunjang siswa, menyediakan beragam informasi yang sesuai dengan kebutuhan
penggunanya.

2.2.3 Budaya Membaca


Menurut Djoko Widaghdo (1994), budaya sebagai daya dari budi yang berupa
cipta, rasa dan karsa. Kluckhohn dan Kelly (1945), berpendapat bahwa budaya adalah
semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit,
rasional, irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk
perilaku manusia.
Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi/akal, sehingga dapat diartikan sebagai hal-hal
yang bersangkutan dengan akal. Kata budaya (culture) merupakan suatu singkatan dari
kebudayaan dengan arti yang sama. Culture berasal dari kata latin colore yang berarti
mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah/bertani.
Dalam perkembangannya berarti segala daya upaya serta tindakan manusia untuk
mengolah tanah dan merubah alam (Koentjaraningrat, 1990 : 181- 182). Mengikuti
metode Linton, Koentjaraningrat merinci unsur budaya melalui 3 tahap. Pertama, setiap
sistem budaya dapat dibagi ke dalam adat istiadat, setiap sistem sosial dapat dibagi ke
dalam aktivitas sosial dan kebudayaan fisik dibagi ke dalam benda-benda kebudayaan.
Kedua, membagi adat istiadat ke dalam kompleks budaya, aktivitas sosial ke dalam
kompleks sosial, sedangkan benda kebudayaan tetap menjadi benda kebudayaan. Ketiga,
kompleks budaya diuraikan ke dalam tema budaya, kompleks sosial diuraikan ke dalam
pola sosial dan benda kebudayaan.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1986:7). Membaca pada hakikatnya adalah
suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan,
tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif
(Crawley dan Mountain dalam Nanang 2009).
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam
retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Tarigan
1984: 4). Secara linguistik, membaca merupakan proses pembacaan sandi (decoding
process). Artinya dalam kegiatan membaca ada upaya untuk menghubungkan kata-kata
tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning).
Dengan kata lain Anderson dalam Tarigan (1986:7) mengatakan bahwa kegiatan
membaca merupakan kegiatan mengubah tulisan/ cetakan menjadi bunyi-bunyi yang
bermakna. Dalam kegiatan membaca ternyata tidak cukup hanya dengan memahami apa
yang tertuang dalam tulisan saja, sehingga membaca dapat juga dianggap sebagai suatu
proses memahami sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan).
Artinya memahami pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.
Hubungan antara makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca sangat
menentukan ketepatan pembaca. Makna akan berubah berdasarkan pengalaman yang
dipakai untuk menginterpretasikan kata-kata atau kalimat yang dibaca (Anderson dalam
Tarigan 1986:8).
Budaya membaca merupakan prasyarat dan sekaligus merupakan ciri kemajuan
suatu bangsa atau masyarakat. Bangsa atau masyarakat yang maju menempatkan
kebiasaan membaca sebagai salah satu kebutuhan hidupnya, sehingga terciptalah
masyarakat membaca (reading society). Masyarakat yang sudah maju seperti Eropa,
Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Korea, menjadikan kegiatan membaca sebagai
salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka.
Membaca merupakan jendela dunia, maksudnya segala informasi yang ada di
penjuru dunia bisa diketahui oleh seseorang melalui membaca. Siswa yang banyak
membaca akan lebih banyak memiliki informasi daripada siswa yang jarang membaca.
Banyak sedikitnya informasi yang dimiliki anak melalui membaca tidak lepas dari
kemampuan anak dalam memahami isi bacaan. Oleh karena itu, kemampuan membaca
merupakan bekal dan kunci keberhasilan seorang siswa dalam menjalani proses
pendidikan di sekolah.
BAB III
METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN

3.1 Metode atau Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara


ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan
dan kegunaan. Namun metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud
yang diinginkan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, metode menyangkut masalah cara-kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, metode dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati, dan
menjelaskan suatu gejala dengan menggunakan landasan teori menurut Silalahi (2012:12).
Dapat disimpulkan berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu proses atau cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
jenis studi kasus. Karena, peneliti ingin mencoba mendalami seberapa besar dan
pentingnya-kah peran guru dan perpustakaan didalam budaya membaca yang terdapat di
SMP NEGERI 11 DEPOK.
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian alamiah atau
naturalistik. Penelitian kualitatif tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran
peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Pada penelitian ini
menggunakan metode kualitatif pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif yakni
penelitian yang terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Ia tidak
bermaksud menguji teori sehingga prespektifnya tidak tersaring. Dan dapat bebas
mengamati objeknya, menjelajahi, dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang
penelitian.
3.2 Jenis Dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis Data Menurut Nawawi dan Martini (2006:98), data merupakan bentuk tanggapan,
pendapat, kenyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang tentang
segala sesuatu yang dipertanyakan sehubungan dengan masalah penelitian. Data
penelitian terbagi atas (dua) jenis, yaitu :
a. Data Primer, merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. (Sugiyono, 2016 : 225).
b. Data Sekunder, merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. (Sugiyono, 2016 : 225). Data sekunder dalam penelitian
ini adalah buku, artikel, jurnal, dan sumber cetak atau elektronik lainnya.
3.2.2 Sumber Data
Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland (2005:157), sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang di dapat dari informan melalui
wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data
merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai
acauan peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai dengan masalah dan
fokus penelitian. Sumber-sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Murid SMP Negeri 11 Depok
2. Guru SMP Negeri 11 Depok
3. Petugas Perpustakaan SMP Negeri 11 Depok

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu:
1. Wawancara mendalam, Menurut Bungin (2007:108), wawancara mendalam (in-depth
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab seraya bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama. Dalam penelitian ini Informan yang diwawancarai adalah murid, guru, dan
petugas perpustakaan SMP Negeri 11 Depok
2. Observasi, Menurut Bungin (2007:115), metode observasi adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu, observasi merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca
indra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara pengamatan langsung di SMP Negeri 11 Depok
3. Dokumentasi, Teknik dokumentasi yaitu melakukan pencatatatan beberapa dokumen
penting yang ada kaitannya dengan objek yang akan diteliti. Dokumentasi berfungsi
untuk pelengkap data pimer yang akan diperoleh dari hasil wawancara.

3.4 Uji Keabsahan Data/Temuan

Triangulasi Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas


diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu
(Sugiyono, 2007:273).
1. Triangulasi sumber
Pada teknik ini data dilakukan dengan menguji kredibilitasnya dengan mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang terkait dengan objek dan
subjek penelitian.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan mengecek
sumber data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi atau
kuesioner untuk mengecek keabsahan data yang diterima oleh peneliti untuk
memastikan data mana yang dianggap benar karena memiliki sudut pandang yang
berbeda.
3. Triangulasi waktu
Pada bentuk kredibilitas data yang diterima sesuai dengan waktu pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti dan narasumber. Seperti melakukan wawancara di pagi
hari dapat memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Oleh karena itu
dalam menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan pengecekan melalui
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda.
Pengumpulan data dalam hal ini dimaksudkan untuk dapat menggali data atau
informasi yang lebih dalam lagi kepada narasumber yang dituju saat melakukan wawancara di
lokasi penelitian, dengan begitu penjelasan akan informasi tersebut akan lebih lengkap dan
terpercaya.

3.5 Teknik Analisis Data

Di dalam riset penelitian ini menggunakan analisis data studi kasus. Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu
kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain
dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003: 1).
Analisis data studi kasus sendiri meliputi pengkajian data serta penarikan kesimpulan dari
kedalaman suatu aspek tertentu untuk memperoleh gambaran dan menemukan sesuatu atau
beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Data yang
diperoleh dari studi kasus diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus
tersebut dengan baik dari beberapa sumber dengan kedalaman analisis yang lebih spesifik.

3.6 Lokasi dan Lamanya Penelitian


3.6.1 Lokasi Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP NEGERI 11 DEPOK.
3.6.2 Lamanya/waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019 hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. (2009). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.


Darmono. (2007). Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo.
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata .
Mountain, C. d. (1995). Language Development: An Introduction. New York: Macmillan
Publishing Company.
Nawawi, Hadari, & Martini. (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University.
NS, S. (2006). Manajemen perpustakaan: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Sagung Seto.
Nur, P. A., & Rohmiyati, Y. (2013). Peran Perpustakaan Anak di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” Jakarta. Universitas Diponegoro.
Raco, J. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Gramedia Widiarsana Indonesia.
Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Suhartono, S. (2008). Wawasan pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzzmedia.
Tarigan, H. G. ( 1984). Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Widagdho, D. (1994). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Wiersma, W. (1986). Research Methods In Education. Massachusetts: Allyn and Bacon.
Yuni, S. (2014). Pengadaan Koleksi Buku di Perpustakaan SD Tumbuh 1 Yogyakarta. UIN
Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai