NEGERI 11 DEPOK
Disusun oleh :
Salma Fitria Ramadhan
210210160049
Budaya membaca akan lebih baik apabila diajarkan sejak dini. Karena membaca
adalah suatu program yang akan mampu membantu mencerdaskan bangsa. Dengan
membaca, seseorang akan mampu menambah ilmu pengetahuan untuk dirinya sendiri.
Menurut Nancy C. Jordan, David Kaplan, dan Laurie Hanich dalam “Achievement Growth in
Children with Learning Difficulties in Mathematics” yang diterbitkan Journal of Educational
Psychology (2002), kemampuan akademik seorang murid ditentukan oleh kemampuan
membacanya. Kemampuan membaca yang rendah berakibat buruk terhadap kemampuan
matematika, tetapi kemampuan matematika, tinggi atau rendah, tak mempengaruhi
kemampuan membaca.
Dalam sistem sekolah umum di Amerika Serikat dan Inggris, anak-anak seringkali
didorong untuk mulai membaca sebelum mereka masuk sekolah formal. Beberapa anak siap
untuk mulai membaca pada usia ini, dan sangat menyukainya. Di sisi lain, ada juga anak-
anak yang belum siap membaca pada usia ini, terutama untuk anak laki-laki. Fase membaca
yang paling penting adalah antara usia 5-9 tahun. Jawaban atas pertanyaan usia berapa yang
'normal' untuk membaca tergantung pada sekolah dan perilaku mereka terhadap membaca.
Di Indonesia, usia 5-9 tahun adalah saat dimana seorang anak berada di tingkat
sekolah dasar. Jenis bacaan mereka pun berbeda dengan orang dengan tingkat usia anak
sekolah menengah pertama. Untuk anak usia 5-9 tahun, sebaiknya di suguhi dengan bacaan
yang sifatnya dasar dan pengenalan huruf, kalimat dan cara membaca tepat. Karena dalam
tahapan ini masih baru mengenal bacaan sehingga perlu bimbingan khusus dari guru dan
orangtua dalam membaca bacaannya yang mungkin memang masih belum lancar dalam
membaca.
Ketika seseorang tersebut sudah memasuki fase 9-12 tahun, Anak umur 10-12 tahun
adalah masa perkembangan anak dan dapat di lihat minat baca pada anak umur ini. Untuk itu
adar minat baca anak tidak turun kriteria pada umur ini sebaiknya banyak di suguhi dengan
bacaan bacaan religi cerita tentang tokoh agama, cerita cerita fiksi dan bisa di selingi dengan
pendidikan sesuai jenjang pendidikan formalnya.
Ada baiknya, perpustakaan di sekolah dasar lebih mengutamakan buku yang mudah
dipahami untuk tingkat usia 5-12 tahun. Seperti contoh, perpustakaan tingkat sekolah dasar
lebih baik memiliki koleksi seperti buku cerita bergambar mengenai budaya di Indonesia,
buku sains mengenai makhluk hidup yang dikemas menarik dan mudah dipahami, atau buku
pengetahuan umum seperti RPUL dan ATLAS.
Guru, adalah seorang pengajar di setiap sekolah baik negeri maupun swasta yang
memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal, minimal berstatus
sarjana dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah menurut undang-undang guru dan
dosen yang berlaku di Indonesia.
Guru terbagi menjadi dua, yaitu guru tetap dan guru honorer. Guru tetap, memiliki
status minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan telah ditugaskan di sekolah tertentu
sebagai instansi induknya. Selaku guru di sekolah swasta, guru tersebut dinyatakan guru
tetap jika telah memiliki kewewenangan khusus yang tetap untuk mengajar di suatu yayasan
tertentu yang telah diakreditasi oleh pihak yang berwenang di kepemerintahan Indonesia.
Sedangkan guru honorer, adalah uru tidak tetap yang belum berstatus minimal
sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali mereka digaji
secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi.
Secara kasat mata, mereka sering tampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap,
bahkan mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil layaknya seorang guru tetap. Hal
tersebut sebenarnya sangat menyalahi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Secara fakta,
mereka berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga
sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur honorer, ataupun
sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil formasi umum.
Selain buku, sumber informasi valid yang juga dibutuhkan adalah jurnal tercetak
maupun yg online, majalah, artikel, karya tulis, skripsi, tesis dan juga disertasi.
Maka dari itu, memaksimalkan fungsi dari perpustakaan akan memberikan dampak
yang positif terhadap para murid di sekolah. Perpustakaan, sebagai penunjang budaya
membaca, mestinya didesain semenarik mungkin dan koleksinya pun dibuat menarik, agar
para murid sekolah nyaman duduk membaca hal-hal yang menurut mereka menarik. Pada
penelitian ini peneliti akan mencari tau serta menganalisis tentang peran guru dan
perpustakaan mengenai budaya membaca di SMP Negeri 11 Depok.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut : “Peran Guru dan Perpustakaan dalam Budaya Membaca di SMP NEGERI
11 DEPOK”.
1.3 Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka fokus penelitian didalam penelitian ini
adalah:
2.2.2 Perpustakaan
Istilah perpustakaan berasal dari kata latin liber atau libri artinya buku. Dari kata
latin tersebut terbentuklah istilah librarius yang artinya tentang buku. Dalam bahasa
Inggris terkenal dengan istilah Library, (Jerman) bibliothek, (Perancis) bibliotheque,
(Belanda) bibliotheek. Semua istilah ini berasal dari bahasa Yunani biblia artinya tentang
buku. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia: pustaka artinya kitab. Kata dasar dari
perpustakaan adalah pustaka.
Menurut kamus “The Oxford English Dictionary”, kata “library” atau
perpustakaan mulai digunakan dalam bahasa Inggris tahun 1374, yang berarti sebagai
“suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan
rujukan”. Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah.
Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan
lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh
sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu
membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Menurut Sulistyo Basuki dalam Febriyani (2013 : 10), “Perpustakaan adalah
sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainya yang biasanya disimpan menurut tata susunan
tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”. 20 Sedangkan menurut Sutarno
NS (2006 : 11), ”Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau
gedung tersendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian
rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh
pembaca”.
Perpustakaan terbagi beberapa jenis, diantaranya yaitu: perpustakaan sekolah,
perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah, dan lain
sebagainya. Menurut Darmono (2007 : 1), ”Perpustakaan sekolah sebagai salah satu
sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa memegang peranan yang sangat
penting dalam dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah”.
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam Sutarno NS (2006 : 47), ”Perpustakaan
merupakan sarana penunjang proses balajar mengajar di sekolah”. Keberadaanya sebagai
salah satu komponen pendidikan merupakan suatu keharusan.
Sedangkan menurut Soeatminah dalam Febriyani (2013 : 12), “Perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk
menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan 21
pendidikan menengah serta memberi pelayanan kepada murid dan guru dalam proses
belajar mengajar. Perpustakaan sekolah merupakan tempat sebagai salah satu sarana
penunjang siswa, menyediakan beragam informasi yang sesuai dengan kebutuhan
penggunanya.
Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu:
1. Wawancara mendalam, Menurut Bungin (2007:108), wawancara mendalam (in-depth
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab seraya bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama. Dalam penelitian ini Informan yang diwawancarai adalah murid, guru, dan
petugas perpustakaan SMP Negeri 11 Depok
2. Observasi, Menurut Bungin (2007:115), metode observasi adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu, observasi merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca
indra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara pengamatan langsung di SMP Negeri 11 Depok
3. Dokumentasi, Teknik dokumentasi yaitu melakukan pencatatatan beberapa dokumen
penting yang ada kaitannya dengan objek yang akan diteliti. Dokumentasi berfungsi
untuk pelengkap data pimer yang akan diperoleh dari hasil wawancara.
Di dalam riset penelitian ini menggunakan analisis data studi kasus. Penelitian ini
memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu
kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain
dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003: 1).
Analisis data studi kasus sendiri meliputi pengkajian data serta penarikan kesimpulan dari
kedalaman suatu aspek tertentu untuk memperoleh gambaran dan menemukan sesuatu atau
beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Data yang
diperoleh dari studi kasus diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus
tersebut dengan baik dari beberapa sumber dengan kedalaman analisis yang lebih spesifik.