Anda di halaman 1dari 13

Regina Candra Dewi

Linbud-A
1406616960

A. Judul

: Children of Summer

B. Latar Belakang (Pengenalan Konteks Cerita):


Diawali dengan tokoh utama, Amelia, yang termotivasi untuk menjadi ketua
sebuah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran edukasi bagi anakanak kurang mampu di daerah Jakarta. Ia juga ingin anak-anak di sekitarnya paham
bahwa dunia tidak hanya sebatas kolong jembatan tempat mereka bermain sehari-hari.
Dengan keinginan besar tersebut, Amelia memiliki ambisi untuk mendatangkan 10
mahasiswa asing dari 10 negara berbeda yang berperan sebagai pengajar selama enam
minggu, sekaligus membantu membuka pikiran anak-anak tersebut terhadap
keragaman budaya dari luar Indonesia.
Dengan enam orang temannya, Amelia membuat sebuah proyek yang ia
namakan, Children of Summer dimana para mahasiswa asing dapat menghabiskan
masa libur musim panas mereka dengan aksi sosial di Indonesia. Dalam pikiran
Amelia, hal ini merupakan win-win solution baik bagi anak-anak jalanan tersebut dan
mahasiswa asing yang ingin menghabiskan liburannya dengan kegiatan yang berguna.
Tim yang dibentuk Amelia, dengan bantuan internet, akhirnya berhasil memenuhi
target mereka untuk merekrut 16 pengajar dari negara yang berbeda. Sebuah
kesuksesan yang membuat Amelia bangga dengan hasil kerja timnya.
Manisnya rasa kesuksesan timnya dalam merekrut 10 mahasiswa asing
tersebut ternyata tidak berlangsung lama. Banyak konflik terjadi yang tidak dapat
dihindari karena perbedaan budaya diantara para mahasiswa asing tersebut dengan tim
Amelia. Keragaman yang dianggap Amelia dapat membawa perubahan terhadap
anak-anak di daerah sekitarnya, malah menjadi sumber konflik bagi Amelia dan
timnya.
C. Karakteristik Tokoh
1. Tim Amelia:
- Amelia:
Ketua di dalam tim
Ambisius
Optimis
Tertutup

Stephanie:
Wakil ketua dalam tim
Berpikiran Positif
Ekstrovert

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

Mudah Panik

Angga:
Bertanggung jawab sebagai
penyedia perlengkapan
selama proyek berlangsung
Overthinker
Terlalu santai
Mementingkan orang lain
daripada dirinya.
Yasmin
Penyusun acara selama
proyek
Sering bertindak sebagai
mediator
Easy-going

Cintya:
Akuntan dalam proyek
Mudah panik
Kepercayaan diri yang
tinggi
2. Mahasiswa Asing (Exchange Participant):
- Alexandra (Portugal)
Adaptif
Hangat
Asertif

Rere

proyek
Perfeksionis
Ekstrovert

Bertanggung jawab
untuk merekrut

Aninda
Penyusun jadwal selama

mahasiswa asing
Pemalu
Penyabar
Tertutup

Mohammed (Oman)
Open-minded
Jenaka

Ida (China)
Berpikiran positif
Nasionalisme yang tinggi

Margo (Ukraina):
Sedikit kaku
Periang
Tertutup

Yusha

Audrey (Swiss)
Asertif
Tidak adaptif

Rawan (Mesir):
Manja
Tidak adaptif
Egois

Carla (Romania):
Banyak menuntut
Asertif
Tidak adaptif

(Taiwan):
Dewasa
Periang
Adaptif

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

Phong (Vietnam)
Keras kepala
Adaptif

Kursad (Turki):
Manja
Periang

D. Isi Cerita:
Jakarta. Ibukota dengan segelintir konflik yang tak terpecahkan, sudah menjadi
bagian dari rutinitas seorang Amelia. Demikian namanya sesuai dengan lagu kanak-kanak
yang sering diperdengarkan bundanya. Oh Amelia, gadis cilik lincah nian. Dengan
perawakkannya yang kecil, Amelia merupakan seorang mahasiswi lincah yang kini
disibukkan dengan proyek nekatnya bersama enam orang temannya. Ia sendiri terkadang
masih sulit mencerna darimana keberanian itu datang untuk memulai proyek yang niat
mulyanya, adalah untuk membantu anak-anak jalanan Jakarta dalam segi pendidikan.
Sepuluh pasang mata, dengan sepuluh kewarganegaraan yang berbeda, kini sedang
berada di hadapannya. Amelia menelan ludahnya, berusaha mengumpulkan suara dan katakata. Beberapa kepalan tangan dari rekan tim nya terlontar di udara, sebagai simbol pemberi
semangat padanya. Kantong matanya yang makin menghitam, menunjukkan kerja kerasnya
semalam suntuk demi memberikan pidato pembukaan yang ciamik bagi sepuluh orang
mahasiswa asing di depannya. Kata demi kata mengalir dengan lancar dari mulutnya, So
guys, I hope you both enjoy and dedicate your time in Indonesia!. Tepuk tangan dari semua
orang di ruangan menandakan resminya proyek Children of Summer dimulai. Senyuman puas
mengembang di wajah Amelia, proyek ini akan berjalan dengan mulus, pikirnya.
Kepercayaan diri Amelia terhadap proyeknya, tidak datang hanya dari optimismenya
saja. Kepercayaan diri itu ada karena persiapan yang sangat matang oleh timnya mengenai
teknis berjalannya proyek. Amelia sudah menyiapkan sesi pelatihan-pelatihan bagi para
mahasiswa asing tersebut, agar dengan siap dapat mengajar para anak jalanan. Ia bahkan
menyediakan penerjemah bagi tiap-tiap relawan agar bahasa tidaklah menjadi penghalang
dalam pengeksekusian misi mulianya ini. Berbagai macam penjelasan detil mengenai Jakarta,
dari harga makanan saat itu hingga bagaimana cara menggunakan busway, sudah Amelia
persiapkan demi kelancaran para relawan tersebut ketika mengajar. Dengan tim, yang
menurutnya sangat efisien dalam bekerja, membuat Amelia makin optimis.
Mel, ini para bule-bule langsung gue bawa ke basecamp kita aja gimana? Mumpung
gue sama Aninda bawa mobil nih. Sahut Angga pada Amelia. Oh, tapi lo gapapa nih nyetir
dari Depok sampe Jakarta? Gak mendingan kita suruh naik KRL aja biar sekalian latihan

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

adaptasi?, jawab Amelia. Santai aja kali. Kasihan juga tuh mereka, baru sempet naruh tas
doang di basecamp udah langsung kita ajak ke Depok buat opening session. Nanti kalo
mereka harus desek-desekkan di KRL, keburu rontok badannya sampai di Jakarta, balas
Angga. Aninda yang sedari tadi hanya mendengar dari belakang pun menyahut, Iya mel.
Tadi gue nguping, yang orang Mesir protes tuh baru sampai Indonesia, belum juga sempet
masuk kamar masing-masing di basecamp, eh udah kita ajak ke Depok aja buat opening dari
universitas. Kesininya naik bikun butut lagi. Dengan berbagai pertimbangan, Amelia pun
akhirnya mengiyakan usul teman-temannya. Hmm Ya udah, deh. Lo sama Angga anterin
mereka sampe basecamp. Ajak Cintya juga yah. Gue, Rere sama Steph masih mau ngurusin
surat kontrak sama tempat mereka ngajar nih. Kalimat Amelia, kemudian dibalas dengan
anggukan dari Angga dan Aninda.
Dengan langkah yang ringan, Amelia dan kedua temannya beranjak menuju stasiun
terdekat untuk pergi ke daerah Manggarai, tempat para relawan nantinya akan mengajar.
Ketika di dalam kereta, Stephanie memulai topik pembicaraan mengenai para relawan. Eh,
kayaknya exchange participant di proyek kita baik-baik deh. Tadi si Vietnam ngasih gue
scarf gitu masa! Terus si Swiss ngasih gue coklat juga. Baik parah ya!. Rere yang memang
pendiam, membalas omongan Stephanie dengan anggukan dan menambahi,Sebut namanya
dong Steph, jangan negaranya. Phong sama Audrey gitu. Iya keliatannya pada baik sih,
tapi mereka harus kita ajarin pake baju yang sopan deh. Tadi si Audrey, Carla dan Ida
pakainnya masih mengumbar banget, sampe diliatin abang-abang gitu. Balas Amelia. Ketiga
mahasiswa asing yang namanya disebut Amelia, memang tadi hanya menggunakan tank-top
low cut dipadu dengan celana super pendek. Ya mungkin mereka kepanasan Mel, gak kuat
sama cuaca di Jakarta makanya bajunya gitu. Maklum bule, timpal Stephanie. Amelia
menghela napasnya dan membalas, Yah tapi mau bule juga, kan mereka sekarang lagi di
Indonesia. Mana nanti mereka mau ngajar, gak lucu dong ngajar tapi bajunya begitu?.
Argumen kecil yang terjadi di perjalanan mereka menuju basecamp tempat para
mahasiswa asing tinggal, harus terhenti sejenak ketika ponsel Amelia berbunyi. Tertera nama
Cintya di layar ponselnya. Halo Cin, ada ap, belum sempat ia menyelesaikan
pertanyaannya, suara panik Cintya sudah menyambar dari ujung sana, Kak! Kacau kak!!
Kacau!!! Aduh. Karena panik, selama sepuluh detik pertama, Cintya hanya melontarkan
tiga kata; kak, kacau, dan aduh. Terkejut mendengar suara Cintya yang panik, Amelia
langsung memencet opsi loudspeaker agar kedua temannya dapat mendengar juga.
Cin jangan panik, coba tenang tenang. Ceritain ada apa disana?, ujar Stephanie
yang berusaha menenangkan Cintya. Huh, ini EP (exchange participant) pada ngamuk kak,

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

mereka gak suka satu kamar harus diisi tiga orang. Terus protes juga kenapa di kamar
mandinya wastafel harus disatuin sama jamban.Ini disini cuman ada aku sama Kak Angga
lagi yang kerjaannya cuman ngomong santai doing, Ujar Cintya kesal. Sekali lagi, Amelia
berusaha menenangkan Cintya dan berjanji akan segera sampai di sana bersama rekan
lainnya. Detak jantungnya berpacu lebih kencang dari biasanya, keringat juga mulai
membasahi telapak tangannya meskipun udara di dalam kereta sebenarnya sedang sejuk saat
itu. Diketuk-ketukkan kakinya ke lantai, berusaha tidak panik di depan rekan-rekannya
meskipun dalam benaknya ia sangat cemas. Bagaimana bisa baru awal dimulainya proyek
sudah ada masalah yang sebelumnya tidak pernah terlintas di pikirannya?
Sesampainya di basecamp, yang sebenarnya sebuah kos-kosan, Amelia langsung
mencari Cintya dan menanyakan kelanjutan masalah. Cin, gimana? Mereka kenapa protes
deh?, tanya Amelia. Cintya kemudian menjelaskan akar dari permasalahan dimulai ketika
Audrey, mahasiswi asal Swiss, protes mengapa ia harus berbagi kasur dengan orang yang
baru ia temui. Iya kak jadi gara-gara Audrey sama bule Eropa lain tuh yang barusan datang
bareng Kak Angga protes masalah kamar, eh yang orang Asia tadinya terima-terima aja jadi
ikutan protes juga. Provokator tuh si Eropa! Kesel aing teh, lanjut Cintya yang kembali
kelepasan berbahasa Sunda ketika sedang kesal. Eh jangan gitu Cin, siapa tau yang Asia
juga sebenernya kesel harus berbagi kasur, tapi mereka gak berani ngomong karena gak enak
sama kita. Apalagi yang cewek-cewek Asia satu kamar harus berempat kan, timpal
Stephanie berusaha menjernihkan situasi.
Terus tadi gimana? Ini kok para exchange participant gak ada yang keliatan? tanya
Amelia. Tadi teh akhirnya Kak Angga bayar kamar satu lagi di lantai dua, supaya
seenggaknya yang bule-bule Eropa sekamar berdua gitu. Jadinya yang bertiga si Ida, Yusha,
Alexandra sama yang cowok-cowok. Sekarang mereka lagi pada tidur tuh di kamar masingmasing, jelas Cintya. Hah Angga bayar pake uangnya sendiri?, tanya Rere yang masih
bingung dengan situasi yang sedang mereka hadapi. Iya tadi si Kak Angga mencoba
negosiasi gitu sama mereka, terutama Audrey dan Carla sih. Eh terus dia malah ngikutin
kemauannya mereka kak! Gak enak katanya sama mereka, takut nanti makin parah
masalahnya jadi dia bayarin aja deh, jawab Cintya.
Rasa heran muncul dibenak Amelia, ia sangat yakin sudah mengirimkan foto kamar
yang akan ditempati para mahasiswa asing tersebut lengkap dengan biaya yang mereka harus
keluarkan. Tadi bilangnya sih foto sama kenyataan beda gitu kak, padahal kalo aku lihat foto
sama aslinya gak beda jauh kok. Mereka aja yang mengada-ada, sahut Cintya seakan
menjawab pertanyaan di pikiran Amelia. Hmm ya udah deh, kalo gitu sekarang kita

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

pulang ke rumah masing-masing aja. Terus besok kumpul di mini market dekat sini jam 9
pagi ya, kita omongin satu tim deh gimana baiknya. Kasian juga si Angga berkorban duit
banyak demi mereka, kata Amelia.
Sesampainya di kamar, Amelia langsung menjatuhkan badannya di kasur empuknya.
Ia berusaha memejamkan matanya yang sebenarnya sudah terasa berat. Lelah sekali harimu
Amelia, pikirnya. Ia tidak menyangka, baru sehari proyek impiannya dimulai ternyata sudah
muncul konflik yang akar permasalahannya, menurutnya, sepele. Tetapi, pikirannya juga
tidak mampu memecahkan dan menunjuk apa yang sebenarnya salah dari rangkaian peristiwa
hari ini. Ia berusaha merasionalitaskan semua pendapat yang dilontarkan oleh para
mahasiswa asing, terutama mereka yang berasal dari Eropa. Dari perpektifnya, ia dan rekan
timnya sudah berusaha menemukan kos-kosan yang sangat bagus dan dengan harga yang
terbilang murah, apalagi mengingat lokasinya berada di Jakarta Pusat. Seluruh tenaga sudah
ia kerahkan, guna menyiapkan akomodasi sebaik mungkin bagi para mahasiswa asing.
Semakin ia berfikir, semakin nyeri kepalanya.
Seperti yang sudah dijanjikannya kemarin, Amelia dan enam rekan kerjanya
melakukan diskusi guna mencari titik terang dari masalah proyek mereka. Jadi menurut
kalian gimana baiknya? Soalnya kita bakal kerja bareng mereka selama 6 minggu ke depan
kan, sementara kemarin ada tension di antara kita dan mereka , kata Amelia. Lusa nanti
kita kan udah merencanakan bakal ada team bonding sama mereka di Pulau Tidung nih,
menurut gue manfaatin aja waktu di sana nanti buat lebih dekat sama mereka, usul Aninda.
Semua orang, kecuali Amelia danYasmin terlihat menganggukkan kepalanya pertanda setuju
dengan pernyataan Aninda. Terus masalah kamar di basecamp? Apa gak kita coba
selesaikan dulu gitu, nanya lebih lanjut ke mereka?, tanya Yasmin. Aduh udah deh itu kan
udah lewat yah, lagi pula takut juga malah menyinggung perasaan mereka terus muncul
masalah baru lagi. Mendingan kita berusaha mendekatkan diri aja nanti pas acara team
bonding sahut Cintya. Yasmin yang sebelumnya kurang setuju dengan pendapat Cintya,
menjadi terbawa dan akhirnya diambilah keputusan untuk menganggap masalah kamar
selesai.
Seusai diskusi, Amelia dan rekan-rekannya beretikat baik membelikan nasi uduk
sebagai sarapan bagi para exchange participant. Sesampainya di basecamp, rupanya hanya
beberapa saja yang semangat ketika diberi nasi uduk. Kalian sarapan dengan nasi?1, tanya
Audrey sambil memandang heran ke arah Amelia. Pakai sambal juga? Bagaimana bisa?,,
1 Dialog berwarna biru terjadi di dalam Bahasa Inggris

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

tambah Carla yang diiringi dengan kerutan di dahinya. Kalian tidak ada roti?, ujar Margo.
Amelia dan rekan-rekannya terpaku sejenak, merasa sedikit kesal karena niat baik mereka
tidak dihargai. Ayolah! Gak apa-apa kok makan nasi di pagi hari. Orang Asia kan memang
cinta nasi!, kata Yusha yang berusaha memecah keheningan. Iya, kenapa gak kita coba
aja? Kapan lagi kita bisa sarapan dengan nasi kalau bukan di sini, Audrey? Di Swiss sana
mana bisa. timpal Alexandra yang merupakan gadis berkebangsaan Portugal. I dont feel
like eating it Kamu bisa makan punyaku, Rawan dan Carla kalau kamu mau, Lex balas
Audrey yang kemudian kembali ke kamar bersama Carla. Oh okay, bagaimana dengan
kamu Margo?, tanya Alexandra pada Margo. Mungkin aku akan mencoba sesuap atau dua
suap saja, itu juga karena aku sangat lapar balas Margo. Mengapa kalian tidak mau
berusaha mengikuti gaya hidup orang Indonesia, padahal kita akan tinggal di sini selama
enam minggu?, tanya Phong secara tiba-tiba terhadap Audrey dan Carla. Sayangnya,
pertanyaan tersebut hanya dibalas dengan tatapan sinis dari Audrey dan Carla.
Hari demi hari berlalu, team bonding yang direncanakan oleh Amelia dan timnya berjalan
dengan lancar. Ia pun merasa lebih dekat dengan beberapa exchange participant setelah
beberapa hari jalannya proyek, bahkan timnya memberikan julukan-julukan bagi tiap lingkar
pertemanan yang ada di antara para mahasiswa asing tersebut. Jadi menurut observasi aku,
Cintya dan Stephanie, ada geng jahat vs geng baik kak, kata Rere pada Amelia. Geng baik
itu isinya; Alexandra, Mohammed, Ida, Yusha, dan Phong. Nah yang jahat ini isinya si
Audrey, Carla sama Rawan yang dari Mesir itu. Si gadis cantik asal Ukraina alias Margo dan
si tampan asal Turki alias Kursad, masih diragukan penggolongannya. Mereka kadang baik,
tapi kadang juga bikin kesal, tambah Rere.
Kalian berdua gimana caranya bisa golongin mereka gitu deh?, tanya Amelia
dengan rasa penasaran. Kalo geng baik itu masih mau belajar tentang Indonesia kak.
Kemarin aja aku abis ngajarin geng baik beberapa kata Indonesia simple yang bisa mereka
pakai ketika ngajar nanti. Bahkan, si Mohammed dan Alexandra mulai belajar makan nasi
padang pake tangan! Si Phong juga jago banget tuh naik angkotnya, seneng banget teriak
kiri, bang. Terus Ida sama Yusha juga sering bikin pisang goreng di basecamp katanya.
Lucu banget deh!, cerita Rere tanpa henti.
Kalo geng jahat gimana? Maklum gue jarang berinteraksi sama mereka nih, jadi gak
tau apa-apa, cecar Amelia lagi. Cintya kemudian melanjutkan cerita mengenai geng jahat
dengan menggebu-gebu, Geng jahat mah, kayaknya gak ada peduli-pedulinya sama
Indonesia. Pada tetap bertingkah laku kayak di negaranya sendiri kak. Si Rawan tuh yah, huh
manja banget kemana-mana harus dianterin. Audrey sama Carla juga pakaiannya tetap

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

senonoh pisan. Aku ceritain ya kak percakapan Audrey sama Margo kemarin. Kan jadi si
Margo nanya Audrey kenapa pakainnya mengumbar dada gitu padahal situasinya dia mau
ngajar anak-anak dan si Audrey jawab percuma juga aku pake baju sopan, aku kan bule jadi
pasti akan tetap menarik perhatian gitu masa kak!, ia berhenti sejenak untuk menelan
ludah, kemudian melanjutkan ceritanya, Dan si Margo balasnya, Setidaknya kamu harus
berusaha menghargai norma yang ada Indonesia jika kamu benar-benar niat untuk
melakukan aksi sosial di sini keren banget kak jawaban Margo!. Amelia hanya bisa tertawa
mendengar jawaban Cintya, meskipun di dalam hatinya masih ada rasa terganjal mengenai
hubungan timnya dengan geng jahat yang semakin merenggang.
Empat minggu sudah proyek Children of Summer berlangsung, meskipun banyak
masalah kecil yang muncul namun Amelia masih bisa menggolongkan bahwa proyeknya
dapat dibilang sukses. Komunikasi antara timnya dengan para exchange participant pun
makin membaik, kecuali dengan Audrey dan Rawan. Pada akhir minggu itu timnya mengajak
para exchange participant untuk berjalan-jalan ke daerah Kota Tua, namun hanya Audrey dan
Rawan yang memilih untuk tinggal di basecamp daripada berkeliling kota. Banyak
perbincangan mengenai negara masing-masing terjadi ketika acara jalan-jalan tersebut.
Kalian tahu tidak? Meskipun aku Arabian, tapi aku kurang suka dengan gaya hidup orang
Arab. Mereka manja dan terlalu mementingkan citra dirinya di atas segalanya. Coba kalian
lihat betapa manjanya Rawan sebagai contoh, cerita Mohammed sembari memakan es tungtung di depan Museum Fatahilah, Bagaimana dengan orang Eropa, hey Alexandra dan
Margo?, tanya Mohammed. Hmm. Secara umum sebenarnya orang Eropa sangatlah
beragam. Semakin menuju arah Eropa Utara, maka semakin dingin pula kepribadian
orangnya. Seperti contohnya, aku dan Audrey memiliki kepribadian yang sangat berbeda
bukan?, jawab Alexandra. Tanpa henti mereka berbincang-bincang mengenai negaranya
masing-masing.
Kalau aku boleh tahu, hal apa yang kalian dapat selama berada di Indonesia ini?,
rasa penasarannya tiba-tiba memuncak sehabis mendengar perbincangan mereka tadi.
Keterlambatan. Kalian tahu? Di Oman aku adalah orang yang sangat tepat waktu, tetapi di
sini ketika kalian berjanji untuk berkumpul jam 8 aku sudah paham kalau sebenarnya adalah
jam 9. Hahahaha jawab Mohammed dengan jujur dan disambut dengan anggukan yang lain,
bahkan yang orang Indonesia juga mengangguk pertanda mengakui hal buruk itu. Tapi aku
senang sekali ketika disini,banyak orang yang dengan mudah tersenyum pada orang lain. Di
Ukraina, terlalu sering tersenyum merupakan hal yang aneh.Aku merasakan kehangatan
orang lokal di Indonesia, tambah Margo. Aku setuju dengan perkataan Margo.

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

Sebenarnya Hanoi dan Jakarta tidaklah terlalu berbeda jauh suasananya. Tetapi orangorang di sini lebih sering tersenyum kepadaku, ujar Phong.
Rasa kagum karena terlibat dalam perbincangan seperti ini tidak berlangsung lama
bagi Amelia. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan masuk pesan dari Audrey yang berbunyi,
Amelia, Im so done with this. I already ordered my ticket to Switzerland. Can you meet me
right now at the basecamp to talk about this matter? Thx. Seakan ditampar oleh topan,
pikiran Amelia menjadi kosong. Tangannya lemas seketika setelah membaca pesan dari
Audrey. Stephanie yang kemudian mengambil ponsel Amelia dari tangannya, membaca pesan
dari Audrey dan berusaha untuk tetap tegar. Ia mengajak Amelia untuk segera pergi ke
basecamp bersamanya dan meninggalkan yang lainnya.
Sesampainya di basecamp, Stephanie dan Amelia langsung menghampiri Audrey
yang tengah sendirian berada di kamarnya. Dengan perlahan, Amelia berusaha
mengumpulkan suaranya untuk memulai pembicaraan dan bertanya mengapa Audrey
memutuskan untuk berhenti di tengah proyek. Audrey, kenapa kamu memutuskan untuk
kembali ke Swiss? Apa ada masalah di tempat kamu mengajar? tanya Stephanie pada
Audrey. Honestly, I feel like Im burning out here. Masalah dari ketika kamar, ditambah aku
mengakui aku susah beradaptasi disini, semuanya terakumulasi dan meledak di kepalaku.
Aku sudah berapa kali berusaha menyampaikan ke kalian. But you guys just keep avoiding
me and I dont know why! Kenapa tidak pernah berusaha bertanya pada aku. Dan bukan
hanya aku yang merasakan ini. Rawan dan Carla juga.Kalian tahu, mereka berdua bahkan
sempat berencana kabur tanpa ijin karena kalian tidak pernah mencoba bertanya langsung
kepada mereka! Aku memilih untuk benar-benar pergi agar kalian dapat memperbaiki
kinerja tim kalian, karena jujur, aku sudah tidak kuat, balas Audrey yang melampiaskan
semua unek-uneknya. Amelia terpaku mendegar jawaban dari Audrey. Ternyata cara yang ia
pilih untuk berusaha menjaga perasaan mereka, dengan menghindari mereka malah menusuk
keberlangsungan proyeknya sendiri. Ia kemudian mengelus-ngelus punggung Audrey,
meminta maaf dan menjelaskan semua kesalahpahaman di antara mereka. Kepalanya serasa
mau pecah, bagaimana cara ia memberitahu tempat Audrey mengajar bahwa guru mereka
harus pulang terlebih dahulu karena kelalaian dirinya?
Tiga hari setelah kepulangan Audrey ke Swiss, Amelia dan timnya bertekat untuk
mengubah pendekatan mereka dalam mengatasi konflik di dalam proyek Children of Summer
ini. Timnya sekali lagi mengadakan kegiatan team bonding, namun dengan tambahan agenda
bertanya langsung apa yang sebenarnya masalah dari masing-masing exchange participant,
tanpa berusaha menghindari mereka atau bahkan memberi label mereka sebagai geng jahat

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

atau geng baik. Sebisa mungkin ia berusaha agar kasus Audrey tidak terjadi lagi dalam
minggu-minggu ke depannya.
Sembilan pasang mata dengan sembilan kewarganegaraan berbeda, kini terfokus pada
Amelia, menunggu ia memulai pembicaraannya. Berbeda ketika masa opening session, kini
Amelia mempersilahkan satu persatu exchange participant dan rekan timnya juga untuk
mengeluarkan semua unek-unek yang mereka temui selama proyek ini berlangsung dan
berusaha mencari solusinya bersama-sama saat itu juga.
Sejujurnya,aku dapat mengerti situasi Audrey. Kalian sebenarnya baik, tetapi tidak
seharusnya kalian menghindari dia. Tetapi di satu sisi, seharusnya Audrey juga mau paham
bahwa ini memang bagian dari budaya kalian,ujar Margo yang memang mempelajari
Indonesia di kampusnya. Aku belajar banyak selama di sini, tentunya aku juga menemui
masalah. Jujur aku juga ingin sempat pulang ke Turki karena tidak ada dari kalian yang
bertanya mengenai keadaanku. Namun kemudian, aku sadar bahwa aku yang harus memulai
cerita pada kalian, ungkap Kursad sambil menggaruk-garuk kepalanya. Semua kemudian
bergiliran membagi cerita, keluh kesah, dan harapan mereka selama berada di sini.
Jauh dari dugaannya, ternyata tidak perlu ada rasa takut menyinggung perasaan
orang lain. Ketika pembicaraan tersebut berlangsung, tidak ada pihak yang merasa terluka.
Amelia dan timnya sadar, bukan hanya para exchange participant saja yang harus beradaptasi
dengan lingkungan Indonesia, tapi mereka juga harus fleksibel dan tidak berusaha
menerapkan kebiasaan pemecahan masalah di Indonesia secara mentah-mentah dalam situasi
seperti ini.
E. ANALISIS CERITA
Permasalahan yang paling kentara dari cerita di atas adalah perbedaan masyarakat
kolektifis dan individualis dalam memecahkan masalah. Definisi dari kolektifisme sendiri
adalah prinsip bahwa hidup seseorang tidak hanya milik ia sendiri, tapi juga milik kelompok
atau grup tertentu tempat ia berada, dan dia tidak memiliki hak namun ia harus
mengorbankan nilai-nilai dan tujuan

pribadi untuk kepentingan bersama Sedangkan

individualisme adalah prinsip bahwa hidup seseorang hanya miliknya sendiri dan dia
memiliki hak untuk menjalani kehidupan seperti apa yang dia inginkan untuk bertindak
sesuai dengan apa yang ia nilai benar untuk tetap menggunakan hasil usahanya sendiri dan
menjalankan nilai-nilai yang ia miliki (Biddel, n.d.).
Masyarakat kolektifis dan individualis memiliki cara yang berbeda dalam
memecahkan masalah yang dijelaskan dalam table di bawah:

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

Masyarakat Kolektif

Masyarakat Individualis

1. Lebih dapat berkompromi dan mampu


mengintegrasikan pendapat berbeda
(Biddel, n.d.).

1. Kurang dapat berkompromi dan kurang


mampu mengintegrasikan pendapat
berbeda (Biddel, n.d.).

2. Menggunakan strategi membantu


lawan atau menghindari konflik
(Greenberg & Baron, 1993)

2. Menggunakan strategi dominasi dalam


menyelesaikan konflik (Ting-Toorney,
n.d., dalam Greenberg & Baron, 1993)

3. Pasif dan bergantung pada pendapat


orang lain (Biddel, n.d.).

3. Aktif dan Asertif (Biddel, n.d.).

4. Cenderung menggunakan gaya mediasi


dan negosiasi (Leung, n.d., dalam Gire,
1997)

4. Berani memakai cara konfrontasi


(Leung, n.d., dalam Gire, 1997)

5. Menghindari munculnya masalah


dalam in-group maka cenderung konform
dengan anggota kelompoknya (Biddel,
n.d.).

5. Menghindari gesekan dengan masalah


(Biddel, n.d.).

6. Sensitif dan memperhatikan aspek


sosial (Biddel, n.d.).

6. Berani mengambil resiko (Biddel,


n.d.).

7. Security-orientation; Lebih menjunjung


tujuan, tanggung jawab, dan obligasi
kelompok daripada tujuan, kebutuhan,
dan hak dari individual (Chai & Fink,
2003)

7. Achievement-orientation; Lebih
menjunjung tujuan, kebutuhan, dan hak
dari individual daripada tujuan, tanggung
jawab,dan obligasi kelompok (Chai &
Fink, 2003)

Dari cerita di atas, digambarkan bahwa tim Amelia yang merupakan masyarakat
kolektif, menggunakan pendekatan seperti yang dideskripsikan di table atas. Pada bagian
ketika tim Amelia berusaha menyelesaikan masalah mengenai kamar di basecamp, salah satu
anggotanya yakni, Angga, memilih untuk membantu lawan dalam cerita ini para mahasiswa
asing terutama yang berasal dari Eropa dan menghindari konflik baru dengan menuruti
kemauan mereka.

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

Selanjutnya, ketika tim Amelia pertama kali berdiskusi mengenai apa yang harus
mereka lakukan untuk menindaklanjuti masalah di basecamp, meskipun terdapat beda
pendapat pada akhirnya anggota tim Yasmin memilih untuk konform dengan tim nya agar
tidak muncul masalah di dalam tim nya dan berusaha mengintegrasikan pendapatnya dengan
pendapat kelompok. Bagian ini berkoresponden dengan poin nomor lima dan nomor satu dari
table diatas.
Tim Amelia juga kemudian memilih untuk menghindari membicarakan masalah yang
terjadi secara langsung dengan pihak yang terlibat, dengan alasan takut menyinggung
perasaan mereka dan malah akan berimplikasi pula terhadap proyek yang sedang mereka
laksanakan. Bagian dari cerita ini sesuai dengan poin nomor tiga, enam, dan tujuh pada table
diatas dimana tindakan mereka bersifat pasif, karena membiarkan masalah berlarut-larut;
sensitive karena lebih mementingkan perasaan daripada mengkonfrontasi masalah lebih
dalam; dan lebih menjunjung tujuan kelompok yakni kesuksesan proyek daripada kebutuhan
individu.
Kontras dengan mereka yang berasal dari Eropa; Audrey, Carla, Alexandra dan Margo
yang merupakan masyarakat individualis, terutama Audrey. Seluruh tindakan yang mereka
ambil bersifat aktif dan tidak perlu menunggu pihak lain untuk bereaksi terlebih dahulu. Di
dalam cerita, dengan berani dan secara aktif, para mahasiswa asing asal Eropa menyampaikan
rasa tidak sukanya dengan pembagian kamar di basecamp. Meskipun terdengar sepele bagi
kelompok kolektifis, namun itu adalah cara mereka untuk memperjuangkan tujuan dan
kebutuhannya sebagai individu sejalan dengan poin nomor tujuh.
Audrey, yang merupakan salah satu mahasiswi asal Swiss, dengan berani mengambil
resiko untuk pulang ke Swiss karena merasa hal tersebut dapat menjadi solusi untuk
menyadarkan tim Amelia agar tidak melulu menghindari konflik yang sebenarnya. Tindakan
Audrey disini mencerminkan poin nomor tiga dan nomor enam pada table di atas. Audrey
secara asertif menyampaikan pendapatnya tanpa takut menyinggung perasaan orang lain dan
berani mengambil resiko apabila resiko itu dianggapnya dapat memecahkan masalah.
Para mahasiswa Eropa juga terlihat kurang bisa berkompromi dengan pendapat orang
lain dan lebih mementingkan pendapatnya sendiri, seperti ketika perdebatan mengenai
sarapan nasi uduk dalam cerita di atas sejalan dengan poin nomor satu yang menyebutkan
kesulitan masyarakat individualis untuk mengintegrasikan pendapat mereka.

Regina Candra Dewi


Linbud-A
1406616960

Daftar Pustaka
Biddel, C. (n.d.). Individualism vs. Collectivism: Our Future, Our Choice. Disadur dari
http://theobjectivestandard.com/issue/2012-spring/individualism-collectivism, tanggal
22 September 2015.
Chai, D. A. & Fink, E. L. (2002). Conflict Style Differences Between Individualist and
Collectivist. Communication Monographs, 69(1), 67-87.
Goncalo, J. A. & Staw, B. M. (2006). Individualism-Collectivism and Group Creativity.
Organizational Behavior and Human Decision Process, 100, 96-109.
Greenberg, G. & Baron, A. (1993). Behavior in Organization (4th ed.). USA: Allyn & Bacon.
Guess, C. (2004). Decision Making in Individualistic and Collectivistic Cultures. Online
Readings in Psychology and Culture, 4(1). http://dx.doi.org/10.9707/2307-0919.1032
Le, T. K. (2011). Sibling acculturation discrepancy, sibling relationship quality and
adjustment among vietnamese and chinese young adults in canada: A mixed-method
approach (Order No. NR77969). Available from ProQuest Dissertations & Theses
Global; ProQuest Psychology Journals. Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/916768420?accountid=17242
Matsumoto & Juang. (2008). Culture and Psychology. Belmont: Wadsworth.

Anda mungkin juga menyukai