Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejaarah Pendidikan Islam
Dosen pengampu : Syatiri Ahmad, S. Pd. I, M. Pd.

Disusun oleh :
REVA PRIMA FARHAN
Nim : 2019.01.060
NURDIN
Nim: 2019.01.050

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH (STAIA)
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena atas berkat Rahmat-

Nya kita dapat hidup dengan sehat wal afiat dengan iman dan islam yang

melekat pada sanubari kita. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpah

curahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

sebagai suri tauladan dan rahmat bagi seluruh alam semesta.

Ucapan terima kasih yang besar kepada segenap pihak yang telah

membantu dalam pembentukan makalah yang berjudul “Pendidikan

Islam Pada Masa Penjajahan" yang ditugaskan pada mata kuliah sejarah

Pendidikan islam ini. Tak lupa juga kepada dosen pengampu mata kuliah

Sejarah pendidikan Islam Bapak Syatiri Ahmad, S. Pd. I, M. Pd. yang

memberikan masukan serta kawan-kawan yang ikut berkontribusi dalam

tersusunnya makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Harapan penulis dengan selesainya makalah ini adalah semoga

dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Sumedang, 15 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................2
BAB II........................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Gambaran Pendidikan Islam Sebelum Masa Penjajahan................3
B. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda 1619-1942.......3
C. Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945).................9
D. Pembaharuan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan...............10
BAB III.....................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................15
B. Saran..............................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam merupakan komponen terpenting untuk membentuk dan
mewarnai corak hidup masyarakat. Pendidikan Islam dikenal sejak zaman
Nabi Muhammad SAW. Ingat sekarang. Bahkan, di Indonesia pendidikan
Islam telah disosialisasikan melalui berbagai metode pembelajaran,
diantaranya dengan menggunakan sistem sorogan, yang berlangsung
dengan cara yang sederhana. Pendidikan Islamtelah diperkenalkan oleh
para wali yang menyebarkan Islam di Indonesia dan para ulama yang
membangun madrasah atau pondok pesantren.
Dengan mengetahui sejarah pendidikan Islam,kita sebagai umat
Islam semakin memiliki sikap tanggung jawab untuk melanjutkan
perjuangan para ulama dalam mengembangkan pendidikan Islam. Selain
itu, sejarah pendidikan Islam akan memiliki kegunaan dalam rangka
pembangunan dan pengembangan pendidikan Islam. Dalam hal ini,
sejarah pendidikan Islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah
dialami hingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam
pandangan yang utuh dan mendasar.
Dua dasawarsa terakhir abad ke-19 dan Dua dasawarsa pertama
abad ke-20 disebut sebagai puncak abad imperialisme, yang merupakan
masa keemasan bagi bangsa-bangsa yang bernafsu membentuk ke
kaisaran, seperti Inggris, Perancis,dan lain-lain yang merajalela di asia-
afrika, termasuk Belanda di Indonesia yang telah memulai politik
ekspansinya jauh sebelum itu.
Pada masa penjajahan Belanda, bangsa Indonesia berhasil
dijadikan bangsa yang sangat lemah dalam segala sektor kehidupan.
Jumlah penduduk yang berpendidikan sangat sedikit. Pendidikan hanya
dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu. Penduduk pribumi
umumnya tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan
yang layak. Apalagi dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu mari kita
bahas mengenai pendidikan Islam pada masa penjajahan di Indonesia
dalam makalah ini.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa gambaran pendidikan islam sebelum masa penjajahan?
2. Bagaimana pendidikan islam pada masa penjajahan belanda?
3. Bagaimana pendidikan pada masa penjajahan jepang?
4. Apa saja pembaharuan pendidikan islam pada masa penjajahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui gambaran pendidikan islam sebelum masa
penjajahan
2. Untuk mengetahui pendidikan islam pada masa penjajahan belanda
3. Untuk mengetahui pendidikan pada masa penjajahan jepang
4. Untuk mengetahui pembaharuan pendidikan islam pada masa
penjajahan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Pendidikan Islam Sebelum Masa Penjajahan


Pendidikan di Indonesia telah ada sebelum negara Indonesia
berdiri. Oleh karena itu, sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang.
Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan pada zaman
Hindu dan Budha, zaman Islam, zaman penjajahan sampai zaman
kemerdekaan.
Sebelum kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda,
menunjukkan Islam telah ada dan mulai berkembang ke seluruh pelosok
tanah air walaupun pelaksananya masih sangat sederhana (tradisional) jika
dibandingkan dengan perkembangan setelah kedatangan bangsa Belanda.
Pendidikan Islam berjalan dan berkembang seiring dengan dakwah dan
penyebaran Islam, baik di kalangan masyarakat maupun istana raja-raja,
Islam pada saat itu mengambil bentuk halaqah dan tatap muka perseorangan
di musala, masjid, ataupun pesantren.
Ketika Belanda datang, pendidikan Islam mulai mengalami
hambatan. Rintangan dan tantangan untuk berkembang lebih maju terjadi
ketika Islam dihadapkan pada persaingan melawan kristenisasi yang
dilakukan oleh kaum penjajah mulai bangsa Portugis hingga Belanda.
Belanda membuat berbagai peraturan dan kebijakan yang intinya
menghambat dan menghalangi perkembangan dan kemajuan pendidikan
Islam.
Keadaan pendidikan umat Islam pada zaman belanda dari waktu
ke waktu memprihatinkan karena terus-menerus mendapatkan tekanan dan
perlakuan buruk. Sekalipun demikian, umat Islam tetap berjuang dan
melakukan perlawanan, hingga akhirnya pendidikan Islam mengalami
kebangkitan. Kebangkitan tersebut terinspirasi oleh gerakan yang lahir di
timur tengah yang dibawa oleh orang-orang Indonesia yang menunaikan haji
ke tanah suci Mekah.
Gerakan ini dimulai dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan
Islam Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia, perserikatan ulama
Majalengka, Jawa barat (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912),
persatuan Islam di Bandung (1920), Nahdlatul ulama (NU) di Surabaya
(1927), persatuan tarbiyah islamiyah di candung Bukit tinggi (1930) dan
sebagainya.

D. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda 1619 Sampai 1942

3
4

Belanda datang ke Indonesia tidak hanya untuk menjajah, tetapi


juga menyebarkan agama Kristen. Oleh sebab itu, penentang utama
penjajahan Belanda adalah mayoritas kaum pribumi yang beragama Islam.
Kehadiran Belanda tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam
Indonesia, tetapi juga menekankan politik dan kehidupan keagamaan rakyat.
Segala aktivitas umat Islam yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan
ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak
pengamalan agama Islam, termasuk pendidikan Islam. Politik pemerintah
Belanda terhadap rakyat indonesia yang mayoritas Islam didasari oleh rasa
ketakutan, panggilan agamanya, dan rasa kolonialismenya.
1. Pengaruh Pendidikan Belanda Terhadap Pendidikan
Pemerintah kolonial Belanda yang memperkenalkan sekolah
sekolah modern menurut sistem persekolahan yang berkembang di dunia
barat mengaruhi sistem pendidikan di Indonesia, yaitu pesantren.
Padahal, pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan formal
di Indonesia sebelum adanya kolonial Belanda. Yang sangat berbeda
dalam sistem dan pengelolaannya dengan sekolah yang diperkenalkan
oleh Belanda
Hal tersebut tampak dari terpecahnya dunia pendidikan di
Indonesia pada abad ke-20 menjadi dua golongan.
a. Pendidikan yang diberikan oleh sekolah barat yang sekuler dan tidak
mengenal ajaran agama.
b. Pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya
mengenal ajaran agama.
Kemudian, muncul kesadaran dari ulama-ulama bahwa sistem
pendidikan tradisional dan langgar tidak lagi sesuai dengan iklim pada
masa itu. Di rasakanlah pentingnya memberikan pendidikan secara
teratur di madrasah atau sekolah secara teratur.
Hal ini merupakan jalan untuk maju dan berpartisipasi di
madrasah Islam dengan mengadakan pembaruan dengan memasukkan
ilmu ilmu pengetahuan barat ke dalam kurikulum. Muncullah tokoh-
tokoh pembaharuan di Indonesia yang mendirikan sekolah Islam di
mana-mana.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa di samping kedua
corak pendidikan sebelumnya, juga terdapat corak pendidikan ketika
yang merupakan gabungan dari corak lama dan corak baru yang muncul
bersamaan dengan lahirnya madrasah berkelas, yang muncul sejak tahun
1909 yang dipelopori oleh para pembaharu di Indonesia.
2. Bentuk Dan Ciri Khas Lembaga Pendidikan Islam Zaman Penjajahan
Belanda
Umat Islam pada masa itu mengenal dua bentuk lembaga
pendidikan yang dikelola umat Islam dan yang dikelola kolonial. 0 sistem
5

pendidikan yang dikelola Belanda adalah pendidikan modern liberal dan


netral agama. Akan tetapi, kenetralan Belanda ternyata tidak konsisten
karena Belanda lebih melindungi Kristen daripada Islam. Belanda
menganggap Islam memiliki kekuatan politik yang membahayakan
mereka. Oleh sebab itu, Islam senantiasa mengalami tekanan dan gerak-
geriknya selalu diawasi.
Pada tahun 1832 pemerintah Belanda membentuk suatu badan
khusus yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan
Islam yang disebut presterraden. Atas nasihat dari badan inilah pada
tahun 1905 M pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa
orang yang memberikan pengajaran (pengajian) harus meminta izin
terlebih dahulu.
Pada tahun 1925 pemerintah mengeluarkan peraturan yang lebih
ketat lagi terhadap pendidikan agama Islam, yaitu bahwa tidak semua
orang (kyai) boleh memberikan pengajaran mengaji.
Pada tahun 1932 keluar pula peraturan yang dapat memberantas
dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak memiliki izin atau
memberikan pengajaran yang tidak disukai oleh pemerintah yang disebut
ordonansi sekolah liar.
Adapun madrasah-madrasah yang didirikan pada masa Belanda
menurut Samsul Nizar (2011: 300-303), antara lain sebagai berikut.
a. Madrasah Adabiyah School
Menurut penelitian Mahmud Yunus, pendidikan Islam yang
mula-mula berkelas dan memakai bangku, meja, dan papan tulis
adalah sekolah madrasah adabiyah di Padang titik sekolah ini
didirikan oleh H. Abdullah pada tahun 1907 di Padang panjang titik
sebagai sekolah yang merupakan bentuk adaptasi atau penyesuaian
dari sistem pendidikan surau ke sistem barat, perhatian pendidikan
agama di sekolah adabiah sangat kecil. Pendidikan umum lebih
ditekankan daripada pendidikan agama.
b. Madrasah Diniyyah School
Madrasah Diniyah school didirikan oleh pembaharuan
pendidikan Islam di Minangkabau, yaitu Zainuddin labia El Yunisi
pada tahun 1915. Pembaruan yang dilakukan oleh Zainuddin labia El
Yunisi adalah menggunakan sistem klasikal dan memberikan
pengetahuan umum di samping pengetahuan agama.
c. Madrasah Muhammadiyah
Madrasah Muhammadiyah didirikan oleh K. H. Ahmad
Dahlan 1868-1923 yang mendirikan organisasi Muhammadiyah
bersama teman-temannya di kota Yogyakarta pada tahun 1912.
Tujuannya mengajarkan pengajaran Rasulullah kepada penduduk
Bumiputera dan memajukan agama Islam. Beberapa hal yang
6

terpenting dalam madrasah ini adalah: kegiatan tabligh, yaitu


pengajaran agama pada kelompok orang dewasa dalam suatu kursus
yang teratur, mendirikan sekolah swasta menurut model pendidikan
gubernur men ditambah beberapa jam pelajaran agama perminggu,
untuk membentuk kader organisasi dan guru-guru agama, didirikan
pondok Muhammadiyah.
d. Sumatera Thawalib
Sumatera thawalib merupakan sistem kelas dalam proses
belajar dan mengajar. Madrasah ini terletak di Padang panjang yang
dipimpin oleh syekh Abdul Karim Amrullah tahun 1921. Awalnya
pengajaran hanya terpaku pada ajaran agama tetapi berkat dorongan
membaca dan berdiskusi, dilakukan perubahan dengan
penyelenggaraan pendidikan kelas titik madrasah ini menampilkan
dirinya sebagai institusi pendidikan agama modern dengan
menggunakan referensi atau literatur yang tidak ketinggalan
dibandingkan dengan literatur yang digunakan oleh pendidikan islam
lain.
e. Madrasah Salafiyah
Madrasah salafiyah, madrasah lain yang berperan dalam
pembaruan Islam di Jawa, yaitu pondok pesantren Tebuireng di
Jombang Jawa timur, yang didirikan oleh K. H. Hasyim Asy’ari.
Materi pendidikan madrasah ini adalah ilmu-ilmu agama dan bahasa
Arab dengan sistem sorogan dan bandongan. Madrasah-madrasah
yang didirikan hampir memiliki kemiripan dengan madrasah-
madrasah yang didirikan oleh organisasi Muhammadiyah karena
lebih mengutamakan pendidikan sosial, tabligh, kemanusiaan, bahkan
politik, di bawah naungan organisasi Islam Nahdlatul ulama.
3. Kebijakan-kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda
Politik yang dijalankan pemerintahan Belanda terhadap rakyat
indonesia yang mayoritas beragama Islam sebenarnya didasari oleh
adanya rasa ketakutan rasa panggilan agamanya, yaitu Kristen dan
kolonialisme sehingga dengan demikian mereka menerapkan peraturan
dan kebijakan sebagai Indonesa
a. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus
yang bertugas mengawasi beragama dan pendidikan Islam yang
mereka sebut resterraden. Dari nasihat badan inilah, pada tahun 1905
pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan baru yang isinya bahwa
orang yang memberikan pengajaran atau pengajian agama Islam
harus terlebih dahulu meminta izin kepada pemerintah Belanda.
b. Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap
pendidikan agama Islam, yaitu bahwa tidak semua orang kyai boleh
memberikan pengajaran mengaji terkecuali telah mendapat semacam
rekomendasi dari pemerintah Belanda.
7

c. Pada tahun 1932 keluar lagi peraturan yang isinya berupa wewenang
untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak
ada izin,atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh
pemerintah Belanda yang disebut ordonansi sekolah luar, wilde
school ordonantie.
Jiwa Islam tetap terpelihara dengan baik. Para ulama dan kyai
tidak mau bekerjasama dengan Belanda ketika mereka menyingkir dari
tempat yang dekat dengan Belanda. Mereka mengharamkan kebudayaan
yang dibawa oleh Belanda dengan berpegang pada hadis Nabi
Muhammad SAW. Yang artinya: “ barangsiapa yang menyerupai suatu
golongan Ia termasuk golongan tersebut” (riwayat abu Dawud dan Imam
Hibban).
4. Periode Pendidikan Islam pada Masa Penjajahan Belanda
a. Pendidikan Islam sebelum tahun 1900
Dua lembaga pendidikan memegang peran penting pada
penyebaran agama Islam, yaitu langgar dan pesantren. Karena Islam
berprinsip demokratis, pengajarannya merupakan rakyat.

1) Langgar
a) Tujuan: memberikan pengetahuan tentang agama (membaca
Al-Qur’an sampai tamat), bukan memberikan pengetahuan
umum.
b) Kurikulum: mempelajari abjad Arab, kemudian mengeja ayat-
ayat Al-Qur’an pertama dengan irama suara tertentu.
c) Pendidik: seorang ayah telah memiliki pengetahuan agama
yang agak mendalam. Guru itu dipandang sebagai seseorang
yang sakti. Murid-murid tidak boleh mengecam guru.
Mengecam guru dianggap berdosa.
d) Peserta didik: semua anak dari berbagai kalangan.
e) Metode: halaqah.
f) Waktu belajar: biasanya berlangsung lebih kurang setahun,
tetapi kadang-kadang hanya diikuti beberapa bulan.
Biasanyapelajaran diberikan pada pagi hari dan malam hari,
berlangsung kira-kira 2 jam lamanya.

2) Pesantren
Pengajaran yang lebih lanjut dan lebih mendalam
diberikan di pesantren. Berikut komponen lembaga pesantren
pada masa ini.
a) Tujuan: sama dengan pendidikan langgar, yaitu memberikan
pengetahuan tentang agama (membaca Al-Qur’an sampai
tamat), bukan memberikan pengetahuan umum.
b) Kurikulum: Ushuluddin kurang buka pokok-pokok ajaran
kepercayaan), usul fiqih (alat penggali hukum dari Qur’an dan
8

hadis, fiqih, dan ilmu arabiyah (untuk mendalami bahasa


agama).
c) Metode: sorogan (bimbingan individual) dan bandongan atau
halaqah (semacam ceramah umum)
d) Pendidik: disebut a jangan atau kyai.
e) Peserta didik: dinamakan santri pada umumnya, terdiri atas
anak-anak yang lebih tua dan telah memiliki pengetahuan
dasar yang telah mereka peroleh di langgar.
f) Lama belajar: ada yang setahun, ada juga yang sampai 10
tahun atau lebih. Banyak santri yang belajar di beberapa
pesantren. Pelajaran pertama diberikan pada pagi hari, setelah
salat subuh. Setelah itupara santri melakukan kerja bakti,
seperti membersihkan halaman, berkebun, bekerja di sawah,
dan sebagainya. Setelah makan siang, mereka beristirahat.
Kemudian, dengan pelajaran dan diselami dengan menghafal.
Ba’da maghrib atau ba’da isya dimulai lagi dengan pelajaran.

b. Pendidikan Islam Pada Masa Peralihan (1900-1908)


Periode peralihan ini dipelopori oleh syekh
KharibMinangkabau dan kawan-kawannya yang banyak mengajar
dan pemuda di Mekkah, terutama pemuda yang berasal dari Indonesia
dan Malaysia. Murid-muridnya, yaitu H. Abdul Karim Amarullah
(ayah Buya Hamka), K. H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah)
di Yogyakarta, kemudian Nahdlatul ulama, ikut andil dalam
pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia sekembalinya dari
Mekah.
Berikut ini adalah materi pendidikan Islam yang berkembang
di Minangkabau.
1) Belajar huruf hijaiyyah.
2) Pengkajian kitab yang terbagi beberapa tingkatan, yaitu:
a) Nahwu, shorof, dan fiqih dengan kitab kitab Al jurumiyah,
matan bina, fathul-qorib, dan sebagainya;
b) Tauhid dengan kitab-kitab Sanusi, syekh Khalid (Azhari dan
asymawi), Fathul Mu’in, dan lainnya;
c) Tafsir dengan kitab kifayatul awam (Ummul barahin, baidawi,
jalalain, dan lain-lain);
d) Ilmu tasawuf, dan balaghoh. Kitab yang digunakan adalah
kitab sullam, idhahul mubham, Jauhar maknun/talkhis, dan
ihya Ulumuddin.
Adapun ciri-ciri pelajaran agama Islam pada masa peralihan
ini berupa:
1) Pelajaran untuk 2 sampai 6 ilmu dihimpun secara sekaligus;
2) pelajaran ilmu nahwu didahulukan atau disamakan dengan ilmu
shorof;
9

3) buku pelajaran semuanya karangan ulama Islam kuno dan dalam


bahasa Arab;
4) buku-buku yang digunakan tidak lagi berupa tulisan tangan, tetapi
sudah dalam bentuk cetakan;
5) suatu ilmu diajarkan dari beberapa macam buku rendah,
menengah, dan tinggi.

c. Pendidikan Islam Sesudah Tahun 1909


Isu nasionalisme tampak gaungnya berkat tampilnya Budi
Utomo pada tahun 1908 yang menyadarkan bangsa Indonesia
bahwaperjuangan mereka selama ini hanya mengandalkan kekuatan
dan kedaerahan tanpa memperhatikan persatuan, sulit untuk mencapai
keberhasilan. Oleh karena itu, sejak tahun 1908 timbul semacam
kesadaran baru dari bangsa Indonesia untuk memperkuat persatuan.
Kesadaran tersebut juga muncul pada kalangan pendidik
Islam. Para ulama menyadaribahwa sistem pendidikan langgar dan
pesantren tradisional tidak lagi sesuai dengan iklim Indonesia dan
jumlah murid yang ingin belajar dari hari ke hari semakin bertambah
sehingga dirasakan penting memberikan pendidikan secara teratur di
madrasah atau sekolah.
Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
setidaknya mempunyai latar belakang, diantaranya:
1) Manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam;
2) Penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusnya memperoleh
kesempatan yang sama dengan sekolah umum misalnya kesamaan
kesempatan kerja dan memperoleh ijazah;
3) Adanya sikap mental pada sebagian umat Islam, khususnya santri
yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka.

E. Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang (1942-1945)


1. Sikap Penjajah Jepang Terhadap Pendidikan Islam
Sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih
lunak sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas dibandingkan
dengan zaman pemerintahan kolonial Belanda. Jepang tidak begitu
menghiraukan kepentingan agama karena lebih mengutamakan keperluan
memenangkan perang. Bahkan, jika perlu, pemuka agama lebih diberi
keleluasaan dalam mengembangkan pendidikannya.
2. Kebijakan Penjajah Jepang Terhadap Pendidikan Islam
10

Karena berseberangan dengan Belanda Jepang berusaha menarik


simpati umat Islam dengan menempuh beberapa kebijaksanaan
diantaranya sebagai berikut.
a. Kantor urusan Agama yang ada pada zaman Belanda disebut kantor
Voor islamistische Zaken, yang dipimpin oleh orientalis Belanda
diubah oleh Jepang menjadi di kantor sumubi sumubi yang dipimpin
oleh ulama Islam, yaitu K. H. Hasyim Asy’ari, dan di daerah-daerah
juga disebut Sumuka.
b. pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan
bantuan dari pembesar-pembesar Jepang.
c. Sekolah negeri diberi pelajaran Budi pekerti, yang isinya identik
dengan ajaran agama.
d. mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah untuk memberikan
pelatihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam. Barisan ini dipimpin
oleh K. H. Zainal Arifin.
e. Mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di Jakarta yang
dipimpin oleh K. H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakar, dan bung Hatta.
f. Mengizinkan para ulama bekerjasama dengan pemimpin-pemimpin
nasionalis membentuk barisan pembela tanah air (peta).
g. mengizinkan berdirinya organisasi persatuan yang disebut majelis
Islam A’la Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.

3. Keistimewaan dan Kelemahan Pendidikan Masa Penjajahan Jepang


a. sekolah-sekolah diseragamkan dan dinegerikan meskipun sekolah-
sekolah swasta lain, seperti Muhammadiyah, taman Siswa, dan lain-
lain diizinkan terus berkembang dengan pengaturan dan
diselenggarakan oleh pendudukan Jepang.
b. khususnya pada awal-awalnya, madrasah dibangun dengan gencar-
gencarnya selama ada angin segar yang diberikan oleh
Jepang.walaupun lebih bersifat politis belaka, kesempatan ini tidak
disia-siakan begitu saja dan umat Islam Indonesia memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya. Hal ini terbukti dengan berdirinya madrasah
awaliyah di Sumatera yang diilhami oleh majelis Islam tinggi.
c. hampir seluruh pelosok pedesaan terdapat madrasah awaliyah yang
dikunjungi banyak anak-anak laki-laki dan perempuan. Madrasah
awaliyah ini diadakan pada sore hari dengan waktu kurang lebih satu
setengah jam. Materi yang diajarkan adalah membaca Al-Qur’an,
ibadah, akhlak, dan keimanan sebagai pelatihan pelajaran agama yang
dilakukan di sekolah rakyat pagi hari.
d. Dalam bidang pendidikan, guru guru mengikuti pelatihan yang
diadakan oleh Jepang untuk mendoktrinisasi dalam kemakmuran
bersama. Para guru diambil dari setiap kabupaten.
e. bahasa Indonesia juga dijadikan sebagai bahasa pengantar semua
sekolah dan menjadi mata pelajaran utama.
Sekalipun demikian, sekolah-sekolah pada masa Jepang
mengalami kemunduran di bandingkan dengan masa Belanda.
11

Dunia pendidikan secara umum terbengkalai karena murid-


muridnya setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, bekerja
bakti (romusha), bernyanyi, dan sebagainya.
F. Pembaharuan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan
1. Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Masa Penjajahan
a. Konsep Pendidikan Konvergensi
Organisasi Islam yang mula-mula menyelenggarakan sistem
pendidikan konvergensi (gabungan) antara sistem pendidikan
madrasah (Islam) dan pendidikan barat (sekolah) di Indonesia adalah
Jami’at Khair. Jami’at Khair yang secara resmi disahkan pemerintah
Belanda tanggal 17 Juli 1905 merupakan organisasi pendidikan
pertama yang didirikan oleh orang bukan Belanda yang keseluruhan
kegiatannya diselenggarakan berdasarkan sistem barat.
Organisasi ini membangun sekolah tidak semata-mata bersifat
agama, tetapi sekolah dasar biasa dengan kurikulum agama,
berhitung, sejarah, ilmu bumi, dan bahasa pengantar bahasa Melayu.
Bahasa Inggris merupakan bahasa wajib, pengganti bahasa Belanda.
Adapun pelajaran bahasa Arab sangat ditekankan sebagai alat untuk
memahami sumber-sumber Islam.
Dilihat dari pelaksanaan program pendidikannya, Jami’at
Khair telah melakukan beberapa langkah pembaharuan dalam bidang
pendidikan Islam. Pertama, pembaharuan dalam bidang organisasi
dan kelembagaan; kedua, pembaharuan dalam aspek kurikulum dan
metode mengajar.
b. Konsep Pendidikan Nasional
Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal
3 Juli 1922 di Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara menyusun konsep pendidikan taman
Siswa dengan sebutan “kembali kepada yang nasional”, yang meliputi
berikut ini.
1) Sistem Among
Among berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka
cinta, dengan memberikan kebebasan kepada anak asuh untuk
bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut bakat
kemampuannya. Sistem among menempatkan guru sebagai fungsi
orang tua. Guru sebagai pamong dan sebagai pendidik. Oleh
karena itu, tugas guru yang biasanyamemberikan perintah,
paksaan, dan hukuman kepada muridnya, tidak digunakan di
Taman Siswa. Tugas guru hanyalah memberikan bimbingan dan
membantu anak tumbuh dan berkembang menurut kodrat
bakatnya.
2) Teori Tri Sentra
12

Tri sentra (tiga pusat) merupakan bagian dari sistem


pendidikan Taman Siswa. Teori ini mengacu pada dasar
pemikiran bahwa perguruan (perguruan), yang merupakan
miniatur tiga alam, yakni asrama (keluarga), balai wijata
(sekolah), dan masyarakat, sebagai pusat pembentukan jiwa anak-
anak. Guru dan murid murid Taman Siswa menempati satu
lembaga pendidikan yang terdiri atas sekolah dan asrama,
pamong, dan siswa.
3) Kebudayaan Nasional
Menurut Ki Hajar Dewantara, pengaruh bahasa Belanda
cenderung memalingkan perhatian mereka pada bahasa aslinya.
Untuk itu, ia memberikan gagasan untuk membangun sistem
pendidikan yang berwatak budaya Indonesia.
c. Indonesisch Nederland School
Indonesisch Nederland school (INS) didirikan oleh
Muhammad Syafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di kayutanam,
Sumatera barat. Pelaksanaan pendidikan di INS dilakukan secara
berjenjang yang terdiri atas 4 tingkatan ruang. Ruang rendah (SD),
lama pendidikannya 7 tahun; ruang dewasa, lama pendidikannya 4
tahun; terakhir ruang masyarakat dengan lama pendidikan 1 tahun.
d. Konsep Sekolah Agama
Konsep sekolah agama adalah Muhammadiyah yang didirikan
oleh K. H. Ahmad Dahlan (1869-1923) pada tanggal 18 November
1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan sebagai reaksi
terhadap kondisi umat Islam di hindia-belanda (Indonesia),terutama
di Jawa ketika dinilai tidak mampu menghadapi tantangan zaman
karena lemah dalam berbagai bidang kehidupan.
Setelah 8 tahun berdiri, Muhammadiyah tersebar ke seluruh
pulau Jawa. Pada tahun 1921 organisasi ini telah meliputi seluruh
Indonesia. Di setiap cabang didirikan sekolah Muhammadiyah.
e. Santi Asromo: Konsep Pesantren Kerja
Santi asromo yang didirikan oleh K. H. Abdul Halim Iskandar
pada tahun 1932 terletak di desa pasir ayu kabupaten Majalengka.
Diantara tujuan didirikannya santi asromo, yaitu:
1) Pembentukan akhlak yang mulia(setia, jujur, lurus, mengerti
kewajiban terhadap Allah dan Rasul-Nya serta terhadap ibu
bapak);
2) Pembentukan intelek;
3) Pembentukan rasa dan sikap sosial;
4) Pembentukan warga negara yang baik (mengerti terhadap
kewajiban tumpah darah berlaku adil terhadap sesama makhluk
Allah).
13

f. Konsep Pendidikan Dakwah dan Publikasi


Konsep ini diterapkan dalam persatuan Islam (persis). Persis
didirikan secara resmi pada tanggal 12 September 1923 di Bandung
oleh sekelompok orang Islamyang berminat dalam studi dan aktivitas
keagamaan yang dipimpin oleh zamzam dan Muhammad Yunus.
Persis didirikan untuk membentuk kader-kader yang memiliki
keinginan untuk menyebarkan agama.
2. Organisasi Islam dan Peranannya dalam Pendidikan Islam
Dengan kesadaran berorganisasi yang dijiwai oleh perasaan
nasionalisme yang tinggi menimbulkan perkembangan dan era baru di
lapangan pendidikan dan pengajar. Menurut Mansur (Fatah syukur, 2012:
161), pada beberapa organisasi nasional keagamaan yang melakukan
banyak aktivitas kependidikan, antara lain jami’at Khair, al-irsyad,
perserikatan ulama, Muhammadiyah, persatuan Islam, dan Nahdhatul
ulama.
a. Al jami’at Al Khairiyah
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1965.
Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab. Jamiat kheir
pada awalnya bergerak di sekolah dasar. Sekolah dasar jamiat kheir
tidak hanya mempelajari pengetahuan agama, tetapi juga mempelajari
pengetahuan umum lainnya seperti lazimnya sekolah dasar biasa,
misalnya berhitung, sejarah kebudayaan Islam, ilmu bumi, bahasa
Inggris, dan sebagainya.
b. Al Ishlah wal Al-Irsyad
Organisasi ini didirikan pada tahun 1913 dan mendapat
pengesahan dari Belanda pada tanggal 11 Agustus 1915. Menurut
steenbrink (1982) organisasi ini lahir karena adanya perpecahan
dikalangan jami’at Khair mengenai hak istimewa golongan Sayyid.
Tujuan organisasi ini adalah:
1) Mengubah tradisi dan kebiasaan orang Arab tentang kitab suci,
bahasa Arab bahasa Belanda, dan bahasa-bahasa lainnya;
2) Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah,
dan unit percetakan.

c. Perserikatan Ulama
Perserikatan ulama lahir di Majalengka Jawa barat pada tahun
1911 organisasi ini berdiri atas inisiatif K.H. Abdul Halim.
Perserikatan ulama lahir sebagai perwujudan lahirnya gerakan
gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.
d. Persatuan Islam
14

Persatuan Islam atau yang sering dikenal dengan persis


didirikan di Bandung pada tanggal 12 September 1923 di Bandung
oleh sekelompok orang Islam yang beriman dalam studi dan aktivitas
keagamaan yang dipimpin oleh K. H. Zamzam dan Muhammad
Yunus.dalam bidang pendidikan persis mendirikan madrasah yang
mulanya dimaksudkan untuk anak-anak dari anggota persis.
Kemudian madrasah ini diluaskan untuk dapat menerima anak-anak
lain. Kursus-kursus dalam masalah agama untuk orang-orang dewasa
murahnya juga dibatasi untuk anggotanya.
e. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18
November 1912 oleh K. H. Ahmad Dahlan. Tujuan organisasi ini
adalah menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad SAW. Kepada
penduduk bumiputra dan memajukan Agama Islam untuk anggota-
anggotanya.
Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan Muhammadiyah
mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi. Pada tahun 1915 K. H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah
dasarnya yang pertama titik di sekolah ini diberikan pengetahuan
umum di samping pengetahuan agama. Kemudian, diikuti dengan
berdirinya sekolah-sekolah muhammadiyah di pelosok Indonesia.
f. Nahdhatul Ulama
Nahdhatul ulama didirikan di Surabaya pada tahun 1926
sebagai perluasan komite hizaj. Menurut pendapat lain, organisasi ini
didirikan bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H.
Di bidang pendidikan dan pengajaran formal, Nahdhatul ulama
membentuk bagian khusus yang mengelola kegiatan bidang dengan
membuat perundangan dan program pendidikan di lembaga-lembaga
pendidikan/sekolah yang berada di bawah naungan NU.
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Belanda datang ke Indonesia tidak hanya untuk menjajah, tetapi
juga menyebarkan agama Kristen. Oleh sebab itu, penentang utama
penjajahan Belanda adalah mayoritas kaum pribumi yang beragama Islam.

Kehadiran Belanda tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam


Indonesia, tetapi juga menekankan politik dan kehidupan keagamaan rakyat.
Segala aktivitas umat Islam yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan
ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak
pengamalan agama Islam, termasuk pendidikan Islam. Politik pemerintah
Belanda terhadap rakyat indonesia yang mayoritas Islam didasari oleh rasa
ketakutan, panggilan agamanya, dan rasa kolonialismenya.

Sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih


lunak sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas dibandingkan
dengan zaman pemerintahan kolonial Belanda. Jepang tidak begitu
menghiraukan kepentingan agama karena lebih mengutamakan keperluan
memenangkan perang. Bahkan, jika perlu, pemuka agama lebih diberi
keleluasaan dalam mengembangkan pendidikannya.

G. Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini semoga kita mendapatkan

ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan kita terutama dalam

pengetahuan mengenai bagaimana perkembangan Pendidikan islam pada

masa penjajahan Belanda dan Jepang.

16
Daftar Pustaka
Kodir, Abdul (Ed). 2018. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka
Setia.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kordinat/article/6442/3940

17

Anda mungkin juga menyukai