Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya saya dapat menyusun makalah yang berjudul Asas – Asas Umum
Pemerintahan Yang Layak ini, dengan maksud untuk pemenuhan tugas Hukum
Administrasi Negara.

Sejak Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang – Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah disahkan, banyak reaksi dan aksi dari berbagai kalangan. Semua kalangan
diharap dapat bantu membantu agar kita tidak tergelincir dalam luka lama lagi.

Saya menyadari benar bahwa banyak karya tulis mengenai Hukum


Administrasi Negara, dengan berbagai masalah yang dihasilkan oleh para pakar dan
ilmuwan yang mendalamiilmu tersebut. Keadaan yang demikian kiranya merupakan
hal lain yang menggembirakan. Karena itu, karya tulis ini hendaknya harus dibuat
srbagai upaya kecil yang tidak besar artinya. Ini hendaknya harus dilihat sbagai upaya
dalam memperkaya wacana tentang Hukum Administrasi Negara.

Saya menyadaribahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, bahkan juga tidak
lengkap. Untuk itu, jika kiranya pembaca sudi untuk menyampaikan kritik maupun
saran yang membangun serta positif guna menyempurnakan makalah ini, maka saya
akan sangat berterima kasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Terbentuknya Asas-Asas Umum Pemerintahan……….............……. 2
2.2. Pengertian Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik……………............... 3
2.3.Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik……….......................................... 3
2.4.Otonomi daerah di masa mendatang yang sesuai dengan AAUPB…............... 8

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 11
3.2. Saran-Saran........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….............………….…… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa yaitu mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 194, maka
syarat pertama adalah mewujudkan penyelenggara negara yang mampu menjalankan
fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.Untuk itu,
perlu diletakkan asas-asas umum penyelenggaraan negara supaya bisa tercipta Tata
Kelola Pemerintahan Yang Baik (GoodGovernance). Kemudian, peran serta
masyarakat sangat diperlukan untuk mengawasi mereka, baik eksekutif, yudikatif
atau pun legislatif supaya tetap berpegang teguh pada asas- asas umum pemerintahan
ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan di bahas dalam
makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian dari asas - asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB)?
2. Bagaimana  asas asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB) menurut
Prof. Kuntjoro Purbopranoto?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari asas - asas umum pemerintahan yang baik
(AAUPB).
2. Untuk menjelaskan asas - asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB)
menurut Prof. Kuntjoro Purbopranoto.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB)

Pemahaman mengenai AAUPB ini tidak hanya dapat dilihat dari segala
kebahasaan saja tetapi juga dari sejarahnya. Hal ini disebabkan kerena asas ini timbul
dari sejarah juga. Dengan bersandar pada kedua konteks ini, AAUPB dapat dipahami
sebagai asas-asas umum yang dijadikan dasar dan tatacara dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintahan
menjadi baik, sopan, adil dan terhormat, bebas dari kesaliman, pelanggaran peraturan
tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang. (Ridwan HR,
Hukum administrasi Negara, hal 247).

Selain itu, Jazim Hamidi juga memberikan definisi AAUPB dari hasil
penelitiannya yaitu:

1. AAUPL merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam


lingkungan hukum administrasi Negara.
2. AAUPL berfungsi sebagai pegangan bagi para pejabat administrasi negara
dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi
dalam menilai tindakan administrasi negara (yang berwujud
penetapan/beschikking) dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak
penggugat.
3. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis,
masih abstrak dan dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat.
4. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar
dalam berbagai peraturan hukum positif.
B. Asas - Asas Umum Pemerintahan yang Baik menurut Kuntjoro
Purbopranoto
1. Asas Kepastian Hukum
Keputusan - keputusan yang dikeluarkan oleh administrasi negara harus
memberikan kepastian hukum bagi orang yang menerima keputusan. Asas kepastian
hukum membawa serta bahwa ketetapan yang memberatkan dan ketentuan yang
terkait pada ketetapan yang menguntungkan harus disusun dengan kata-kata yang
jelas. Asas ini memberi hak kepada yang berkepentingan untuk mengetahui dengan
tepat apa yang dikehendaki daripadanya.
Asas ini menghendaki adanya stabilitas hukum, dengan maksud bahwa suatu
keputusan yang telah yang dikeluarkan oleh badan tata usaha negara harus
mengandung kepastian dan tidak akan dicabut kembali, bahkan sekalipun keputuan
yang telah dibuat mengandung kelemahan. Asas kepastian hukum, memiliki dua
aspek yaitu aspek hukum material dan aspek hukum formal.
Dalam aspek hukum material terkait dengan asas kepercayaan. Asas kepastian
hukum menghalangi penarikan kembali/perubahan ketetapan. Asas ini menghormati
hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan pemerintah,
meskipun keputusan itu salah sedangkan aspek hukum formal, memberikan hak
kepada yang berkepentingan untuk mengetahui dng tepat apa yang dikehendaki suatu
ketetapan.
2. Asas Keseimbangan
Seorang pegawai yang melakukan kesalahan harus dihukum dan hukuman itu
harus seimbang dengan tingkat kesalahan yang dilakukannya (tidak boleh
berlebihan). Asas keseimbangan (principle of proportionality), artinya kepentingan -
kepentingan yang mempunyai hubungan langsung dengan kebijakan publik harus
dipertimbangkan secara seimbang. Akibat dari suatu kebijakan publik harus
sebanding dengan tujuan yang ingin dicapai oleh kebijakan tersebut.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam rangka
pembuatan kebijakan publik sehubungan dengan asas keseimbangan sebagai berikut:
a. Kepentingan - kepentingan yang relevan harus dipersamakan.
b. Harus ada beberapa nilai kepentingan bagi pelaksanaan keseimbangan.
c. Beberapa pandangan harus diterima sebagai kepentingan tertentu yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan - tujuan lain secara keseluruhan.
d. Keputusan badan publik harus dibuat sungguh - sungguh seimbang.
e. Pengadilan akan menentukan bagaimana menggunakan kriteria pengujian secara
intensif.
Segala kelalaian ataupun kesalahan yang dilakukan oleh seorang pegawai harus
diberikan tindakan atau hukuman secara proporsional atau sebanding oleh atasan.
Asas keseimbangan, asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman
jabatan dan kelalaian atau kealpaan pegawai dan adanya kriteria yang jelas mengenai
jenis-jenis atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan.
3. Asas Kesamaan Dalam Mengambil Keputusan
Asas ini menghendaki agar pejabat administrasi negara dalam mengambil
keputusan harus memiliki tindakan-tindakan yang sama (dalam arti tidak
bertentangan) atas kasus atau peristiwa yang serupa sehingga keputusannya pun akan
sama pula. Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan pangreh (principle of
equality), maksudnya hal - hal yang sama harus diperlakukan sama. Asas kesamaan
ini dipandang sebagai salah satu asas yang paling mendasar dan berakar di dalam
kesadaran hukum warga masyarakat. Asas persamaan memaksa pemerintah daerah
untuk membuat kebijakan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
bersifat tidak diskriminatif.
Asas ini mengharuskan bahwa terhadap kasus-kasus yang faktanya sama,
diharapkan diambil tindakan yang sama pula. Badan tata usaha negara haruslah
berpegang teguh pada asas kesamaan ini karena asas kesamaan telah mendapat
tempat dalam pasal 27 uud 1945. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan, asas
ini menghendaki badan pemerintahan mengambil tindakan yang sama (dalam arti
tidak bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama. Asas ini memaksa
pemerintah untuk menjalankan kebijaksanaan, aturan kebijaksanaan, memberi arah
pada pelaksanaan wewenang bebas.
4. Asas Bertindak Cermat
Asas ini menghendaki administrasi negara harus bertindak dengan hati - hati agar
tidak menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat. Jika lalai dan akibatnya
masyarakat dirugikan, maka administrasi negara tersebut dapat digugat untuk
mengganti kerugian. Menghendaki pejabat administrasi negara untuk bertindak
dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Jika lalai dan
akibatnya masyarakat dirugikan, maka pejabat administrasi negara tersebut dapat
digugat. Asas bertindak cermat (principle of carefulness), mensyaratkan agar
pemerintah sebelum membuat kebijakan publik meneliti semua fakta yang relevan
dan memasukkan pula semua kepentingan yang relevan ke dalam pertimbangannya.
Asas ini mengkehendaki agar pemerintah bertindak cermat, bahkan
mengharuskannya berhati - hati, sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi warga
masyarakat. Kerugian itu timbul bukan saja dari akibat tindakan pemerintah atau bisa
juga timbul karena akibat tidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya
dilakuakan. Asas bertindak cermat, asas ini menghendaki pemerintah bertindak
cermat dalam melakukan aktivitas penyelenggaraan tugas pemerintahan sehingga
tidak menimbulkan kerugian bagi warga negara. Dalam menerbitkan ketetapan,
pemerintah harus mempertimbangkan secara cermat dan teliti semua faktor yang
terkait dengan materi ketetapan, mendengar dan mempertimbangkan alasan - alasan
yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan, mempertimbangkan akibat hukum
yang timbul dari ketetapan.
5. Asas Motivasi Untuk Setiap Keputusan
Asas ini menghendaki agar suatu keputusan yang dibuat oleh pejabat administrasi
negara harus mempunyai motivasi atau alasan yang cukup jelas, benar dan adil.
Dengan demikian orang yang terkena keputusan tersebut menjadi tahu apa alas an -
alasannya, sehingga apabila alasan - alasan itu tidak benar dan merugikan, dia dapat
mengajukan keberatan yang tepat untuk mendapatkan keadilan.
Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh (principle of motivation),
maksudnya suatu kebijakan publik harus dapat didukung oleh alasan - alasan yang
dijadikan dasarnya. Setiap keputusan yang dikeluarkan oleh badan - badan
pemerintahan harus mempunyai alasan, dan alasan itu harus jelas, benar, serta adil.
Tujuan diperlukannya motivasi dalam setiap keputusan adalah untuk mengetahui
alasan - alasan yang dijadikan bahan pertimbangan dikeluarkannya keputusan,
terutama bagi mereka yang terkena dan merasa tidak puas terhadap keputusan itu.
Asas motiasi untuk keputusan menghendaki setiap ketetapan harus mempunyai
motivasi/alasan yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan ketetapan. Alasan harus
jelas, terang, benar, obyektif, dan adil. Alasan sedapat mungkin tercantum dalam
ketetapan sehingga yang tidak puas dapat mengajukan banding dengan menggunakan
alasan tersebut. Alasan digunakan hakim administrasi untuk menilai ketetapan yang
disengketakan.
6. Asas Jangan Mencampuradukkan Kewenangan
Asas ini menghendaki agar administrasi negara dalam mengambil keputusan
harus selalu sesuai dengan wewenang yang melekat padanya. Penggunaan wewenang
di luar kewenangan yang dimilikinya (penyalahgunaan wewenang) dikenal dengan
istilah detournement ‘de pouvoir’.
Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of
competence), artinya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain selain dari tujuan yang ditentukan untuk kewenangan itu.
Suatu kewenangan yang diberikan haruslah dipergunakan sesuai dengan maksud dan
tujuan semula diberikannya kewenangan itu. Penyalahgunaan wewenang dapat
berakibat adanya pembatalan terhadap suatu keputusan badan atau pejabat tata usaha
negara.
Asas tidak mencampuradukkan kewenangan, di mana pejabat tata usaha negara
memiliki wewenang yang sudah ditentukan dalam peraturan perundang - undangan
(baik dari segi materi, wilayah, waktu) untuk melakukan tindakan hukum dalam
rangka melayani/mengatur warga negara. Asas ini menghendaki agar pejabat tata
usaha negara tidak menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain selain yang telah
ditentukan dalam peraturan yang berlaku atau menggunakan wewenang yang
melampaui batas.
Dua jenis penyimpangan penggunaan wewenang menurut undang - undang nomor
5 tahun 1986, yakni penyalahgunaan wewenang (detournrment de pouvoir), yaitu
badan/pejabat tata usaha negara pada waktu mengeluarkan keputusan telah
menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang
tersebut. Sewenang-wenang (willekuer), yaitu badan/pejabat tata usaha negara pada
waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan setelah mempertimbangkan
semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu seharusnya tidak sampai
pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.
7. Asas Perlakuan Yang Jujur Atau Asas Permainan Yang Layak
Asas ini menghendaki agar pejabat administrasi negara harus memberikan
kesempatan seluas - luasnya pada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
benar dan adil sehingga keadilan dan kebenaran yang dikehendaki masyarakat dapat
terwujud. Menghendaki agar pejabat administrasi negara harus memberikan
kesempatan seluas - luasnya pada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
benar dan adil, terutama untuk hal - hal yang berkaitan dengan kepentingannya.
Asas permainan yang layak (principle of fair play), maksudnya pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib memberikan kesempatan yang
seluas - luasnya kepada masyarakat untuk mengajukan keberatan terhadap kebijakan
publik yang dibuatnya. Tujuan asas ini adalah menyatakan bahwa badan - badan
pemerintah hendaknya memberikan kesempatan yang seluas - luasnya kepada warga
negara untuk mencari kebenaran dan keadilan.
Bermaksud juga untuk memberikan respon atas suatu keterangan atau penjelasan
yang tidak benar atau kurang jelas yang diberikan oleh badan tata usaha negara.
Pemerintah memberikan kesempatan yang seluas - luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar dan adil. Asas permainan yang layak (fair play),
asas ini menghendaki agar warga negara diberi kesempatan yang seluas - luasnya
untuk mencari kebenaran dan keadilan serta diberi kesempatan untuk membela diri
dengan memberikan argumentasi - argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan
administrasi. Asas ini menekankan pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam
proses penyelesaian sengketa tata usaha negara.
8. Asas Kelayakan Atau Asas Kewajaran
Asas ini melarang pejabat administrasi negara berlaku sewenang - wenang.
Seandainya seorang pejabat administrasi negara bertindak sewenang - wenang di luar
batas kewajaran, maka keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat tersebut dapat
dibatalkan. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition
of arbitrariness), maksudnya pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah tidak boleh membuat kebijakan yang sewenangwenang karena
kebijakan demikian ini dapat menimbulkan kerugikan bagi warga masyarakat.
Asas ini bertujuan untuk agar badan-badan pemerintah tidak bertindak sewenag-
wenang . Jika ternyata aparat pemerintah bertindak sewenang - wenang, maka
tindakan demikian dibatalkan. Asas keadilan dan kewajaran, asas keadilan menuntut
tindakan secara proposional, sesuai, seimbang, selaras dengan hak setiap orang. Asas
kewajaran menekankan agar setiap aktivitas pemerintah memperhatikan nilai- nilai
yang berlaku di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan moral, adat istiadat.
9. Asas Menanggapi Pengharapan Yang Wajar
Asas ini menghendaki agar tindakan administrasi negara dapat menimbulkan
harapan - harapan yang wajar bagi yang berkepentingan. Sekedar ilustrasi, pada
tanggal 13 januari 1959, centrale raad van beroep di nederland memutuskan perkara
yang kasusnya sebagai berikut: seorang pegawai negeri yang memakai mobil
pribadinya untuk keperluan dinas meminta uang pengganti untuk pemakaian
mobilnya itu. Ia memperoleh uang pengganti yang dimintanya, akan tetapi kemudian
aturan kepegawaian tidak memuat ketentuan yang memperbolehkan pemberian uang
pengganti kepada pegawai negeri atas biaya yang dikeluarkannya sehingga keputusan
pemberian uang pengganti tersebut ditarik kembali. Centrale raad van beroep
menyatakan keputusan penarikan kembali uang tersebut oleh instansi yang
bersangkutan batal karena keputusan penarikan kembali tersebut bertentangan dengan
asas menanggapi harapan yang ditimbulkan secara wajar.
Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised
expectation), artinya harapan - harapan yang ditimbulkan oleh janji - janji pemerintah
terhadap warga masyarakat eksistensi kebijakan publik dan hukum. Kebijakan publik
yang dibuat oleh pemerintah daerah harus sesuai dengan harapan - harapan yang
dijanjikannya karena kalau tidak maka dapat mengurangi kepercayaan warga
masyarakat terhadap pemerintah daerah. Asas ini menghendaki agar setiap tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah harus menimbulkan harapan --harapan pada
penduduk. Namun jika terdapat kekeliruan dalam tindakan itu, maka kerugian yang
timbul sebagai akibat dari kekeliruan atau kelalaian itu harus ditanggung oleh alat
pemerintahan secara konsekuen dan tidak boleh dibebankan kepada warga
massyarakat.
10. Asas Meniadakan Akibat Suatu Keputusan Yang Batal
Asas ini menghendaki agar jika suatu keputusan dianggap batal, maka akibat dari
keputusan yang dibatalkan itu harus ditiadakan sehingga orang yang dirugikan akibat
batalnya keputusan tersebut harus diberi ganti rugi dan direhabilitasi. Asas
meniadakan akibat - akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the
consequences of an annulled decision), maksudnya dapat saja terjadi bahwa tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dibatalkan oleh pejabat yang berwenang.
Dengan demikian, pemerintah wajib meniadakan kerugian - kerugian yang telah
diderita oleh warga masyarakat.
Pada prinsipnya setip orang (pegawai) yang dipecat dari perkerajaannya karena
diduga telah melakukan suatu kejahatan, tetapi setelah melalui proses pemeriksaan
pengadilan, orang tersebut ternyata tidak terbukti melakukan kejahatan sebagaimana
diduga semula, maka instasi tempat ia berkerja harus menerima kembali orang yang
telah dipecat itu. Orang itu harus direhabililitasi kembali nama baiknya. Jika akibat
pembatalan keputusan ada kerugian, maka putusan hukum yang dirugikan harus
diberi ganti rugi dan rehabilitasi.
Asas kepercayaan dan menanggapi penghargaan yang wajar, asas ini
menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan pemerintah harus menimbulkan
harapan - harapan bagi warga negara. Jika suatu harapan sudah terlanjur diberikan
kepada warga negara tidak boleh ditarik kembali meskipun tidak menguntungkan
bagi pemerintah.
11. Asas Perlindungan Atas Pandangan Hidup Atau Cara Hidup
Asas ini menghendaki agar setiap orang diberi kebebasan atau hak untuk
mengatur kehidupan pribadinya sesuai dengan pandangan hidup yang dianutnya. Di
Indonesia perlindungan atas pandangan hidup ini harus diberikan tetapi tetap dalam
kerangka nilai - nilai moral yang sesuai dengan pancasila sebagai pandangan hidup
dan kepribadian bangsa. Asas perlindungan atas pandangan hidup pribadi (principle
of protecting the personal way of life), artinya sesuatu yang dianggap baik berupa
pandangan hidup pribadi warga masyarakat wajib diperhatikan pada saat dibuatnya
kebijakan publik.
Bermaksud agar pemerintah melindungi hak atas kehidupan pribadi seorang
pegawai negeri. Untuk penerapan asas ini di Indonesia diperlukan persesuaian dengan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Setiap PNS diberi kebebasan dan hak untuk
mengatur hidup pribadinya dengan batas pancasila. Asas perlindungan atas
pandangan hidup pribadi menghendaki pemerintah melindungi hak atas kehidupan
pribadi setiap pegawai negeri dan warga negara. Penerapan asas ini dikaitkan dengan
sistem keyakinan, kesusilaan, dan norma - norma yang dijunjung tinggi masyarakat.
Pandangan hidup seseorang tidak dapat digunakan ketika bertentangan dengan norma
- norma suatu bangsa.
12. Asas Kebijaksanaan
Bahwa dalam tugas mengabdi kepada kepentingan umum, badan - badan
pemerintah tidak perlu menunggu instruksi dalam bertindak. Menurut Koentjoro
Purbopranoto, asas kebijaksanaan ini jangan dikaburkan pengertiannya dengan freies
ermessen, sebab freies ermessen pada hakikatnya memberikan kebebasan bertindak
pada pemerintah dalam menghadapi situasi yang konkrit, sedangkan kebijaksanaan
merupakan suatu pandangan yang jauh ke depan dari pemerintah sehingga justru
freies ermessen harus didasarkan pada asas kebijaksanaan.
Asas kebijaksanaan (sapientia), artinya jika pemerintah daerah membuat
kebijakan publik dalam penerapan asas kebijakasanaan wajib ditentukan kerangka
hukumnya secara pasti untuk mencegah terjadinya penafsiran ambivalen yang dapat
merugikan warga masyarakat. Asas ini menghendaki agar dalam melaksanakan
tugasnya pemerintah diberi kebebasan unutk melakukan kebijaksanaan tanpa harus
selalu menunggu instruksi. Berkaitan dengan perlunya tindakan positif pemerintah
mengenai penyelengaraan kepentingan umum. Pemerintah berhak untuk membuat
kebijaksanaan demi kepentingan umum. Asas kebijaksanaan, menghendaki
pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, diberi kebebasan dan
keleluasaan untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa harus terpaku pada perat
perundang - undangan formal.
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum
Sebagai tindakan aktif dan positif tindak pemerintah ialah menyelenggarakan
kepentingan umum. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public
service), artinya kepentingan umum menunjukkan kepentingan sebagian besar warga
masyarakat yang sepatutnya didahulukan dari kepentingan pribadi dan golongan oleh
pemerintah daerah dalam pembuatan kebijakan publik.
Asas ini menghendaki agar dalam menyelenggarakan tugasnya pemerintah selalu
mengutamakan kepentingan umum. Karena negara Indonesia adalah negara yang
hukum yang dinamis (walfare state) yang menuntut segenap kegiatan - kegiatan yang
dilakukan aparat menuju pada penyelenggaraan kepentiangan umum.
Penyelenggaraan kepentingan umum, menghendaki agar pemerrintah dlam
melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan kepentingan umum, yakni kepentingan
yang mencakup semua aspek kehidupan orang banyak. Mengingat kelemahan asas
legalitas, pemerintah dapat bertindak atas dasar kebijaksanaan untuk
menyelenggarakan kepentingan umum.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. AAUPB dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang dijadikan dasar dan
tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang layak, yang dengan cara
demikian penyelenggaraan pemerintahan menjadi baik, sopan, adil dan
terhormat, bebas dari kesaliman, pelanggaran peraturan tindakan
penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang.
2. AAUPB menurut Prof. Kuntjoro Purbopranoto terdiri atas 13 asas, yakni: asas
kepastian hukum, asas keseimbangan, asas kesamaan, asas bertindak cermat,
asas motivasi untuk setiap putusan, asas jangan mencampur adukkan, asas
permainan yang layak, asas keadilan atau kewajaran, asas menghadapi
penghargaan yang wajar, asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang
fatal, asas perlindungan atas pandangan hidup, asas kebijaksanaan dan asas
penyelenggaraan kepentingan umum.

B. SARAN
Agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik, maka sebaiknya
pengawasan dari lembaga peradilan, masyarakat dan lembaga ombusdmen
dilakukan dengan efektif. Di samping itu, pemerintah sebaiknya
memperhatikan dan menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi. 2001. Etika Administrasi Negara. Jakarta : PT. Raja


Grafindo  Persada;

Ndraha, Talizduhu. 2003. KYBERNOLOGY ( ilmu pemerintahan baru ). Jakarta : PT.


Asdi Mahasatya;

Philipus M. Hadjon. 2008. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press;

Ridwan HR. 2008. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers


http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30. Dampak positif dan negatif otonomi
daerah terhadap kemajuan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai