Anda di halaman 1dari 8

Name: Clara Oslan Sado

Class: A

Nim: 321422026

Permasalahan pendidikan di Indonesia

(Dana pendidikan yang terbatas)

Alokasi dana pendidikan di Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan dengan


negara lain di Asia Tenggara. Anggaran pendidikan selama ini dialokasikan 20% dari APBN,
namun sebagian besar masih dialokasikan untuk belanja rutin dan pegawai. Padhal Pasal 31
ayat (4) UUD 1945 secara jelas menyebutkan bahwa pemerintah mempunyai kewajiban
konstitusi untuk memprioritaskan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD
untuk memenuhi kebutuhan peyelenggaraan pendidikan. Pasal 46 Undang-undang No. 20
tahun 2003 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Menurut Asep Kurniawan, pembangunan pendidikan nasional Indonesia telah diatur


dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 yang mengikat
semua pihak dan segala lapisan masyarakat, bangsa, dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Landasan filosofis, tujuan dan fungsi pendidikan nasional secara jelas tercantum
dalam UU Sisdiknas tersebut. Secara garis besar, hakikat pendidikan adalah pembangunan
dan pengembangan sumber daya manusia seutuhnya secara seimbang, serasi, dan
harmonis.Pendidikan memiliki peran yang stratejik, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Salah satu
elemen pendidikan dalam amandemen UUD 1945 yaitu pembiayaan pendidikan.

Dalam mandemen tersebut, jumlah anggaran pendidikan adalah 20% dari APBN, ini
merupakan instrumen andal untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan utuh.
Pembiayaan pendidikan nasional akan efektif apabila didukung oleh sebuah sistem
manajemen pembiayaan nasional yang kuat dan sinergis. Dikatakan, anggaran pendidikan
yang memadai dan dikelola dengan baik oleh suatu negara akan berdampak pada proses
penyelenggaraan pendidikan bermutu sehingga menghasilkan manusia yang berkualitas.
Pencapaian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan UNDP (United Nation
Development Program) menunjukan bahwa pembiayaan pendidikan di suatu negara terbukti
memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pendidikan nasional.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menganggarkan bantuan dana kepada


siswa miskin yang cukup besar. Indonesia sudah menganggarkan bantuan dana kepada siswa
miskin sebesar Rp 8,19 triliun, namun pada kenyataannya masih terdapat siswa yang kurang
mendapatkan pelayanan secara maksimal walaupun pemerintah telah memberikan alternatif
jenis program bantuan terhadap siswa miskin, namun dalam kualitas pelayanan sekolah guna
menikmati fasilitas kegiatan belajar mengajar belum terlaksana secara optimal. Dampak
kurangnya anggaran pendidikan guna menunjang kebutuhan penyelnggaraan pendidikan di
indonesia berimplikasi terhadap mahalnya biaya pendidikan, baik pada tingkat pendidikan
dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Hal ini tidak terjadi di Indonesia saja.

Di Amerika Serikat, pada kurun waktu 1990-2000 biaya pendidikan mengalami


peningkatan yang cuku signifikan. The Board College (1999) dalam Paulsen (2001, hlm. 121)
memperkirakan bahwa pada tahun 1999-2000 rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk masuk
pendidikan tinggi adalah sebesar 15,380 dolar AS untuk pendidikan tinggi swasta dan 3,356
dolar AS untuk pendidikan tinggi negara ini. Ini belum termasuk sewa kamar dan
pengeluaran lainnya yang bisa mencapai 7,000 dolar AS.

Selama tahun 1980-an, biaya masuk perguruan tinggi meningkat dua samapi tiga kali
lipat dari tingkat inflasi, dan setelah menghitung efek dari inflasi di tahun 1990-an, biaya
masuk perguruan tinggi meningkat 51% bagi perguruan tinggi negeri dan 34% bagi
perguruan tinggi swasta. Dengan mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, menurut
laporan dari Komite Pendidikan Tinggi juga menunjukan untuk keluarga dangan penghasilan
rendah, biaya masuk perguruan tinggi telah meningkat dari sebesar 91% pada tahun 1971-72
menjadi 160% pada tahun 1999-2000 terhadap pendapatan mereka.Mengutip Gaffar, M.Fakry
(2012, hlm. 224), Asep Kurniawan menjelaskan bahwa agar perguruan tinggi memiliki daya
respons atau daya saing tinggi, Perguruan Tinggi memerlukan perbaharuan dalam proses
manajemen kelembagaannya yang mencakup keseluruhan komponen strategi Perguruan
Tinggi, serta pembaharuan proses manajemen itu melibatkan pembiayaan pendidikan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perguruan tinggi secara terukur.

Pembiayaan pendidikan tidak hanya mencakup pada pencarian sumber dan


pengalokasian dana pendidikan dengan tapat, katanya. Institusi pendidikan juga harus
mempertimbangkan seberapa besar biaya satuan yang dibutuhkan untuk terselenggaranya
proses pembelajaran yang berkualitas. Proses perhitungan satuan biaya pendidikan akan
sangat tergantung pada metode yang digunakan oleh istitusi/lembaga yang bersangkutan.

Secara umum, jumlah satuan biaya pendidikan diperoleh dari jumlah keseluruhan
pengeluaran dibagi dengan jumlah mahasiswa, seperti yang dikemukakan oleh Bowen (1981,
hlm. 41), “Traditionally, what passed as cost per unit was computed simply by adding up total
institutional expenditures for all purposes and dividing by the number of student. The result
was called “ cost per student”.Pada dasarnya, kata Asep Kurniawan selanjutnya, banyak
faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan biaya satuan pendidikan, namun secara
umum dapat dihitung dengan membagi jumlah pengeluaran perguruan tinggi dengan jumlah
mahasiswa. Metode penentuan biaya satuan pendidikan juga dapat mempengaruhi akurat dan
tidaknya jumlah biaya satuan pendidikan. Hal ini didukung dengan penjelasan bahwa
“beberapa penelitian mengemukakan bahwa biaya satuan per mahasiswa dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya rasio dosen mahasiswa, rata-rata gaji dosen, tipe perguruan
tinggi (negeri vs swasta), dan letak geografis” (Paulsen,2001, hlm. 133). Dengan demikian,
beberapa faktor tersebut menjadi hal yang harus diperhitungkan dalam penentuan jumlah
biaya satuan pendidikan.

Dikemukakan, peran pembiayaan pendidikan memiliki pengaruh yang penting dalam


dunia pendidikan. Maka pembiayaan harus direncanakan dan dikelola agar proses
penggunaannya memiliki acuan dan tolak ukur dalam menunjang perwujudan tujuan
pendidikan. Pada dasarnya dana yang dibutuhkan dengan dana yang diperoleh, khususnya
dana pemerintah ditentukan oleh rumusan nominal anggaran yang diajukan oelh perguruan
tinggi kepada pemerintah untuk tahun anngaran yang akan didanai, sedangkan dana non-
pemerintah ditentukan oleh keberhasilan perguruan tinggi dalam mengelola dan
memanfaatkan sumber dana lain (melalui dana SPP mahasiswa, dana abadi, kerja sama,
hibah, dan lainnya).

Berdasarkan hasil temuan secara empirik dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
dalam penyusun anggaran terdapat banyak komponen yang perlu dirumuskan berdasarkan
jenis dan prioritas kebutuhan yang akan ditetapkan. Proses penyusunan anggaran dana pada
ketiga perguruan tinggi disusun top down, yang berarti bahwa unit kerja mendapatkan
penetapan pagu anggaran terlebih dahulu, kemudian program dan kegiatan disusun sesuai
dengan pagu anggaran yang ditetapkan. Hal ini menyebabkan beberapa kegiatan yang
seharusnya dilaksanakan, harus ditunda berdasarkan skala prioritas karena keterbatasan
anggaran tersebut

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
keterbatasan dana pendidikan, beserta contoh dan sumbernya:

1. Peningkatan alokasi anggaran pendidikan: Pemerintah dapat meningkatkan alokasi


anggaran yang diperuntukkan untuk pendidikan dalam anggaran negara.

Contoh: Pemerintah Indonesia meningkatkan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20%


pada tahun 2021. Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia
(https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-alokasikan-20-anggaran-untuk-
pendidikan-di-apbn-2021/)

2. Program beasiswa dan bantuan keuangan: Pemerintah dapat menyediakan program


beasiswa dan bantuan keuangan bagi siswa yang berasal dari keluarga dengan latar
belakang ekonomi rendah atau yang memiliki prestasi akademik yang baik.

Contoh: Program “Bolsa Família” di Brasil adalah program pemberian tunjangan


keuangan kepada keluarga miskin yang memiliki anak-anak usia sekolah. Sumber: Portal
Brasil (http://www.brasil.gov.br/governo/2015/05/bolsa-familia)

3. Pendanaan pendidikan tinggi yang terjangkau: Pemerintah dapat menyediakan


program pinjaman pendidikan dengan suku bunga rendah atau tanpa bunga, serta
jangka waktu pembayaran yang fleksibel.

Contoh: Program “Income-Driven Repayment Plans” di Amerika Serikat memungkinkan


siswa membayar pinjaman pendidikan mereka berdasarkan penghasilan mereka setelah
lulus. Sumber: Federal Student Aid – U.S. Department of Education
(https://studentaid.ed.gov/sa/repay-loans/understand/plans/income-driven)

4. Program pengembangan keterampilan dan pelatihan: Pemerintah dapat menyediakan


program pelatihan keterampilan yang terjangkau atau gratis bagi individu yang ingin
memperoleh keterampilan kerja yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja.

Contoh: Program “SkillsFuture” di Singapura adalah program yang memberikan dukungan


pendanaan dan pelatihan keterampilan bagi warga Singapura untuk meningkatkan daya
saing mereka di pasar tenaga kerja. Sumber: SkillsFuture Singapore
(https://www.skillsfuture.gov.sg/)
5. Kemitraan publik-swasta: Pemerintah dapat menjalin kemitraan dengan sektor swasta
untuk mendukung pendidikan, baik melalui sumbangan dana maupun melalui
program-program kerja sama.

Contoh: Program “Educate Girls” di India adalah kemitraan antara pemerintah dan
lembaga swasta yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan bagi
perempuan di daerah pedesaan. Sumber: Educate Girls (https://www.educategirls.ngo/)

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat membantu masyarakat mengatasi keterbatasan
dana pendidikan, beserta beberapa referensi yang dapat menjadi acuan untuk informasi lebih
lanjut:

1. Beasiswa:

- Pemerintah Indonesia: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


(Kemendikbudristek) memiliki berbagai program beasiswa yang dapat diakses melalui laman
resminya. (Sumber: [Kemendikbudristek](https://www.kemdikbud.go.id/))

- Yayasan Pendidikan: Banyak yayasan pendidikan di Indonesia menawarkan beasiswa


kepada siswa berprestasi atau berkebutuhan khusus. Beberapa contoh yayasan beasiswa di
Indonesia antara lain Yayasan Karya Salemba Empat, Yayasan Pendidikan Berkat, dan
Yayasan Peningkatan Pendidikan Anak Cacat (YPPAC). (Sumber: [Kompas]
(https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/22/081100271/5-yayasan-beasiswa-terbaik-
untuk-anak-berprestasi-di-indonesia))

2. Pinjaman Pendidikan:

- Lembaga Keuangan: Bank-bank dan lembaga keuangan seperti Lembaga Pengelola Dana
Pendidikan (LPDP) menyediakan program pinjaman pendidikan dengan bunga rendah atau
subsidi. (Sumber: [LPDP](https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/))

- Lembaga Pendidikan: Beberapa perguruan tinggi juga menyediakan program pinjaman


pendidikan, misalnya melalui kerjasama dengan bank atau lembaga keuangan tertentu.
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh langsung dari pihak universitas atau institusi
pendidikan terkait.
3. Tabungan Pendidikan:

- Bank atau Lembaga Keuangan: Banyak bank atau lembaga keuangan di Indonesia
menawarkan produk tabungan pendidikan yang dirancang khusus untuk membantu
masyarakat mengumpulkan dana pendidikan. Contoh bank yang menyediakan produk ini
adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI).
(Sumber: [Klik BCA](https://www.klikbca.com/klikbca/individual/tabungan/tabungan-
pendidikan.html))

4. Skema Kredit atau Angsuran:

- Institusi Pendidikan: Beberapa institusi pendidikan menawarkan skema pembayaran kredit


atau angsuran yang memungkinkan pembayaran pendidikan secara berkala. Informasi lebih
lanjut dapat diperoleh langsung dari pihak universitas atau institusi pendidikan terkait.

5. Program Pendidikan Gratis atau Subsidi:

- Pemerintah Indonesia: Pemerintah Indonesia memiliki berbagai program pendidikan gratis


atau subsidi, seperti Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Indonesia Pintar (PIP).
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui Kemendikbudristek. (Sumber:
[Kemendikbudristek](https://www.kemdikbud.go.id/))

- Pemerintah Daerah: Beberapa daerah di Indonesia juga

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi
keterbatasan dana pendidikan, beserta contoh dan sumbernya:

1. Program beasiswa sekolah: Sekolah dapat menyediakan program beasiswa internal


untuk siswa yang membutuhkan bantuan keuangan dalam melanjutkan pendidikan
mereka.
Contoh: Sekolah internasional Green School di Bali, Indonesia, memiliki program beasiswa
yang memberikan kesempatan kepada siswa berprestasi dari keluarga dengan latar belakang
ekonomi rendah untuk belajar di sekolah tersebut. Sumber: Green School Bali
(https://www.greenschool.org/admissions/scholarships/)

2. Penggalangan dana dan kegiatan amal: Sekolah dapat mengadakan acara


penggalangan dana atau kegiatan amal untuk mengumpulkan dana tambahan untuk
pendidikan.

Contoh: Sekolah di banyak negara mengadakan bazaar amal, konser, atau lomba untuk
mengumpulkan dana tambahan yang akan digunakan untuk membiayai program pendidikan.
Sumber: Personal knowledge

3. Kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM): Sekolah dapat menjalin


kerjasama dengan LSM yang peduli terhadap pendidikan untuk mendapatkan bantuan
keuangan, peralatan, atau sumber daya lainnya.

Contoh: Sekolah di Filipina bekerja sama dengan LSM seperti “Save the Children” atau
“Gawad Kalinga” untuk mendapatkan bantuan dalam hal pendanaan, perbaikan infrastruktur,
atau penyediaan buku dan alat-alat pembelajaran. Sumber: Philstar Global
(https://www.philstar.com/lifestyle/education-and-home/2018/09/11/1850175/ngos-save-
children-gawad-kalinga-give-schools-hope)

4. Program magang dan kerja sama industri: Sekolah dapat menjalin kerjasama dengan
perusahaan atau industri di sekitar untuk menyediakan program magang atau program
pendidikan yang berorientasi pada keterampilan dan kebutuhan dunia kerja.

Contoh: Sekolah teknik atau vokasional di Jerman menjalin kerjasama erat dengan
perusahaan untuk memberikan pelatihan praktis kepada siswa dan memastikan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan industri. Sumber: The Atlantic
(https://www.theatlantic.com/education/archive/2017/07/why-german-students-learn-little-
about-their-country-s-past/533046/)

5. Penggunaan sumber daya pendidikan gratis: Sekolah dapat memanfaatkan sumber


daya pendidikan gratis yang tersedia secara online untuk mengurangi biaya pembelian
buku dan materi pembelajaran.
Contoh: Khan Academy dan Open Educational Resources (OER) adalah contoh sumber daya
pendidikan online yang gratis dan dapat diakses oleh sekolah dan siswa di seluruh dunia.
Sumber: Khan Academy (https://www.khanacademy.org/) dan OER Commons
(https://www.oercommons.org/)

Anda mungkin juga menyukai