Oleh:
Iwa Kurniawan
NIM. 2200060066
1
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, cetakan pertama, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hal.
82
2
Ibid., hal. 24
Secara eksplisit kewenangan dan alokasi biaya pendidikan ini disebutkan dalam UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 29: “Biaya pendidikan selain
gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negera (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).3
Mengenai penganggaran pendidikan juga tertuang dalam PP No 48 tahun 2008
tentang Penganggaran Pendidikan dinyatakan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Biaya pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan yang meliputi biaya investasi, biaya operasional, bantuan biaya
pendidikan dan beasiswa.
b. Biaya Penyelenggaraan dan/ atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya
penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemprov,
pemko/ pemkab, atau penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat/ Yayasan.
c. Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya operasional yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam pembiayaan pendidikan ada dua factor yang sangat berpengaruh didalamnya,
yaitu factor eksternal dan factor internal. Factor eksternal terdiri dari berkembangnya
demokrasi pendidikan, kebijakan pemerintah, tuntutan terhadap pendidikan, dan adanya
inflasi. Sedangkan factor internalnya adalah tujuan pendidikan, pendekatan yang digunakan,
materi yang disajikan, dan tingkat dan jenis pendidikan.4
Dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.
c. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan financial.
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu.
3
UU No. 23/2003 tentang SISDIKNAS
4
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UNY, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2010), hal.
88
e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang
berwenang
f. Melakukan revisi usulan anggaran
g. Persetujuan revisi usulan anggaran
h. Pengesahan anggaran
Perlu diketahui bahwa dalam organisasi skala kecil, anggaran biasanya disusun oleh
staf pimpinan atau atasan dari suatu bagian. Sedangkan dalam organisasi skala besar,
penyusunan anggaran diserahkan kepada bagian, seksi atau komisi anggaran yang secara
khusus merancang anggaran.
Biaya pendidikan di perguruan tinggi merupakan salah satu masalah yang dirasa
masih krusial, meskipun masalah pembiayaan tidak sepenuhnya berdampak langsung pada
kualitas pendidikan, namun pembiayaan pendidikan berkaitan erat dengan kelancaran proses
pendidikan di perguruan tinggi. Hasil kajian teoretis Fredi (2013:560) menjelaskan jenis
biaya pendidikan tergolong menjadi empat, yakni: (a) direct cost (biaya langsung), dan (b)
indirect cost (biaya tidak langsung), (c) monetary cost (semua pengeluaran dalam bentuk
uang baik langsung maupun tidak langsung untuk kebutuhan biaya pendidikan), (d) non-
monetary cost (semua pengeluaran bukan dalam bentuk uang). Peraturan Pemerintah (PP)
No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Pendidikan Nasional, pasal 32, ayat (2) menyebutkan
biaya pendidikan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Komponen biaya
investasi yang dimaksud dalam peraturan tersebut adalah investasi lahan, penyediaan
sarana dan prasarana, penyediaan dan pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap. Sedangkan, komponen biaya operasional meliputi biaya personalia dan non
personalia.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 46
menyebutkan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Regulasi ini diperkuat dengan PP
No. 48 Tahun 2008 pada lembar penjelasan ditegaskan bahwa pembiayaan pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
masyarakat dengan prinsip keadilan, kecukupan, keberlanjutan, efisiensi, transparansi dan
akuntabilitas publik. Meski demikian, dalam perkembangannya hingga saat ini, kebutuhan
pembiayaan pendidikan merupakan masalah yang cukup pelik dalam pengelolaan secara
efektif dan efisien. Sistem pendidikan tinggi memiliki karakteristik berbeda-beda yang
harus dipertimbangkan dalam mendesain pembiayaan pendidikan (Chapman & Doris,
2019). Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan enam model pembiayaan pendidikan
menurut Jones (1985) akan menjadi model ideal apabila diterapkan dengan pertimbangan
latar belakang geografis dan sosial budaya masing-masing daerah di Indonesia.
Konsep ekonomi pendidikan dengan pendekatan human capital (Cohn, 1979) juga
menjadi model yang ideal untuk dikembangkan dalam mengatasi masalah pembiayaan
pendidikan saat ini. Pemerintah Indonesia mengacu pada PP No. 48 Tahun 2008 tentang
pendanaan pendidikan, PP No. 57 Tahun 2021 tentang standar pendidikan nasional dan
Permendikbud No. 20 Tahun 2020 tentang standar satuan biaya operasional pendidikan
tinggi secara khusus perguruan tinggi negeri di lingkungan Kemendikbud. Ketiga landasan
yuridis tersebut mengatur soal standar satuan biaya operasional pendidikan di perguruan
tinggi yang meliputi:
1. Biaya langsung, yaitu biaya operasional yang terkait langsung dengan
penyelenggaraan program studi. Komponen biaya langsung terdiri dari empat jenis
yakni: (a) kegiatan kelas: seperti kuliah tatap muka, tutorial, matrikulasi dan program
afirmasi (b) kegiatan laboratorium: praktikum, praktik lapangan, dan KKN (c)
kegiatan tugas akhir, dan (d) bimbingan konseling dan kemahasiswaan.
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya operasional pengelolaan institusi yang diperlukan
dalam penyelenggaraan program studi. Komponen biaya tidak langsung meliputi: (a)
biaya administrasi umum; seperti gaji dan tunjangan tenaga kependidikan, tunjangan
tambahan untuk dosen yang menduduki jabatan struktural, bahan habis pakai dan
perjalanan dinas, (b) biaya pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana, (c)
pengembangan institusi; seperti penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan
anggaran, operasional senat, dan pengembangan koleksi perpustakaan, (d) biaya
operasional lainnya: seperti pelatihan dosen dan tenaga kependidikan.
Investment in Higher
education Productivity Higher Learning
C. Kesimpulan
Pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan
sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban biaya di sekolah atau lembaga pendidikan.
Menurut Tilaar, konsep biaya adalah keseluruhan biaya dan upaya yang diserahkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan dalam kenyataan bahwa kegiatan
pendidikan merupakan bentuk pelayanan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa biaya
pendidikan merupakan tanggung jawab masyarakat dalam perluasan dan fungsi dari system
pendidikan.
Mengulas tentang pembiayaan pendidikan erat kaitannya dengan teori ekonomi
pendidikan. Pendidikan memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan
kehidupan sosial ekonomi melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, kecakapan,
sikap serta produktivitas. Dari segi teori ekonomi pendidikan, khususnya pendekatan human
capital, aspek pembiayaan dipandang sebagai bagian dari investasi pendidikan yang
menentukan taraf produktivitas individu maupun kelompok. Konsep ekonomi pendidikan
dengan pendekatan human capital telah dikembangkan oleh Cohn (1979).
Konsep ekonomi pendidikan dengan pendekatan human capital (Cohn, 1979) juga
menjadi model yang ideal untuk dikembangkan dalam mengatasi masalah pembiayaan
pendidikan saat ini. Pemerintah Indonesia mengacu pada PP No. 48 Tahun 2008 tentang
pendanaan pendidikan, PP No. 57 Tahun 2021 tentang standar pendidikan nasional dan
Permendikbud No. 20 Tahun 2020 tentang standar satuan biaya operasional pendidikan
tinggi secara khusus perguruan tinggi negeri di lingkungan Kemendikbud. Ketiga landasan
yuridis tersebut mengatur soal standar satuan biaya operasional pendidikan di perguruan
tinggi yang meliputi:
1. Biaya langsung, yaitu biaya operasional yang terkait langsung dengan
penyelenggaraan program studi. Komponen biaya langsung terdiri dari empat jenis
yakni: (a) kegiatan kelas: seperti kuliah tatap muka, tutorial, matrikulasi dan program
afirmasi (b) kegiatan laboratorium: praktikum, praktik lapangan, dan KKN (c)
kegiatan tugas akhir, dan (d) bimbingan konseling dan kemahasiswaan.
2. Biaya tidak langsung, yaitu biaya operasional pengelolaan institusi yang diperlukan
dalam penyelenggaraan program studi. Komponen biaya tidak langsung meliputi: (a)
biaya administrasi umum; seperti gaji dan tunjangan tenaga kependidikan, tunjangan
tambahan untuk dosen yang menduduki jabatan struktural, bahan habis pakai dan
perjalanan dinas, (b) biaya pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana, (c)
pengembangan institusi; seperti penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan
anggaran, operasional senat, dan pengembangan koleksi perpustakaan, (d) biaya
operasional lainnya: seperti pelatihan dosen dan tenaga kependidikan.
Daftar Pustaka
Dijen Dikti. (2020). Surat Dirjen Dikti Nomor : 302/E.E2/KR/2020 Tentang Masa Belajar
Penyelenggaraan Program Pendidikan
Kemendikbud. (2020a). Kemendikbud Luncurkan Tiga Kebijakan Dukung Mahasiswa dan
Sekolah Terdampak COVID-19 – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/kemendikbud-luncurkan-tiga- kebijakan-
dukung-mahasiswa-dan-sekolah-terdampak-covid-19/