Oleh:
Iwa Kurniawan
NIM. 2200060066
ِ ض يأْمرو َن بِالْمعر
وف َو َيْن َه ْو َن َع ِن ٍ ع ب اء يِوالْمؤ ِمنو َن والْمؤ ِمنات بعضهم أَول
ُْ َ ُُ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ُ ْ َ ُ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ
ِ
َ ِالز َكا َة َويُ ِطيعُو َن اللّهَ َو َر ُسولَهُ أ ُْولَـئ
ك َسَي ْرمَحُ ُه ُم َّ الصالََة َويُ ْؤتُو َن
َّ يمو َن ُ الْ ُمن َك ِر َويُق
ِ ِ
-٧١-يم ٌ اللّهُ إ َّن اللّهَ َع ِز ٌيز َحك
Artinya: Dan orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian
mereka menjadi para penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang
1
Nicholas Abercrombie, Stephen Hill, dan Bryan S. Turner. 2010. Kamus Sosiologi, terjemahan Desi Noviyani,
dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h. 525.
2
Adam Kuper dan Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, terjemahan Munandar Haris, dkk., Jakarta :
RajaGrafindo Persada, h. 1004.
ma’ruf, mencegah yang munkar, dan melaksanakan shalat secara berkesinambungan,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
dirahmati Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana {71}.
Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin, pria maupun wanita saling menjadi
pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia membela mukmin lainnya karena hubungan
agama. Wanita pun selaku mukminah turut membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-
laki mukmin karena hubungan seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya. Akhir ayat ini
menegaskan bahwa Allah pasti akan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada orang-
orang yang dikehendaki sesuai dengan amalan-amalan yang telah dikerjakannya.
Pemahaman lingkungan hidup tidak akan sempurna bila tidak dilengkapi dengan
pemahaman tentang manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang mempunyai peran lebih
besar dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, karena manusia mempunyai akal budi.
Dengan akalnya manusia mampu mengubah lingkungan alam menjadi lingkungan buatan
sebagai habitat manusia, sehingga manusia dapat tersebar di seluruh permukaan bumi.
Oleh karena itu, manusia menjadi fokus penting dalam pemahaman sistem sosial dan
lingkungan sosial budaya. Sistem sosial merupakan hubungan sosial, kelompok atau
masyarakat sebagai seperangkat unsur yang saling berhubungan yang berfungsi untuk
mempertahankan batas-batas atau kesatuan bagian-bagiannya. Oleh karenanya sistem sosial
seiring waktu memiliki kecenderungan untuk menuju suatu keseimbangan atau
“homeostasis”.3
Sistem sosial merupakan kesatuan atau keutuhan suatu entitas sosial yang dibangun
melalui organisasi relasi dari komponen-komponen. Tidak ada suatu sistem tanpa kesatuan
dan setiap kesatuan selalu dapat dilihat sebagai sistem. Lawan dari sistem sosial adalah
kumpulan atau kerumunan yang merupakan komponen-komponen yang kebetulan berada
pada ruang yang sama atau kebetulan berdekatan.4
Sistem sosial merupakan interdependensi fungsional unsur-unsur suatu sistem dalam
bentuk gejala-gejala sosial. Struktur sosial merupakan aspek statis dari sistem sosial. Aspek
dinamisnya adalah proses sosial yang berupa interaksi sosial.5
Dalam prakteknya system social memiliki karakteristik structural tersendiri.
diantaranya Sistem Batas, Keterkaitan, dan "Terbuka" dan "Tertutup", hirarki dan autonomy.
3
Ibid. h. 526 - 527.
4
M. Husni Muadz. 2014. Anatomi sistem sosial, Mataram : Institut Pembelajaran Gelar Hidup, h.1.
5
Soerjono Soekanto. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta : Radja Grafindo, h. 52-
53.
Maka dalam penulisan makalah ini penulis bermaksud untuk membahas tentang karakteristik
structural system social.
Pembentukan sistem sosial akan menciptakan suatu pola yang bersifat sistemik. Suatu
sistem atau sistem lingkungannya yang signifikan dapat menerima atau tidak menerima
pergerakan energi melintasi batas Prosesnya ditentukan dinamika individu (aktor) dalam
kehidupan masyarakat. Pola – pola sistem sosial berkembang secara dinamis ditentukan
posisi individu dalam hubungannya sebagai komponen sistem dalam masyarakat.
Berdasarkan pola hubungan tersebut terbagi meliputi8;
1. Pola hubungan interpersonal; pola interaksi antar individu dan peranannya dalam
menciptakan ketertiban sosial mikro.
2. Pola kelompok; hubungan interpersonal dalam suatu kelompok atau organisasi
sehingga mampu menciptakan ketertiban sosial mikro dan makro.
3. Pola tertib sosial; interaksi secara komprehensif organisasi sosial, komunitas, dan
masyarakat sehingga menciptakan ketertiban sosial makro.
Sistem sosial memiliki kecenderungan menuju keseimbangan atau memiliki sifat
“homeastasis” dan bersifat fungsional sehingga hadir dalam rangka memenuhi sejumlah
8
Soerjono Soekanto, op. cit. 53
maksud atau tujuan.9 Dinamika sistem sosial ditentukan oleh cara-cara yang digunakan dalam
mencapai sejumlah tujuannya. Setiap sistem sosial memiliki tujuannya sendiri-sendiri
sehingga cara mencapainya pun berkembang sesuai tujuannya tersebut.
Pelestarian batas (boundary maintenance); merupakan konsep dalam fungsionalisme
Parsons (1951) yang menjelaskan bahwa suatu sistem sosial bersifat memelihara batas dalam
kaitannya dengan lingkungannya untuk melestarikan keteraturan atau pola tertentu. Diantara
upaya mewujudkan kondisi tersebut, sistem sosial kadang - kadang melakukan proses
pertukaran sumber daya dengan melintasi perbatasan dengan sistem yang lain.10 Kondisi
tersebut menjadi proses yang tidak bisa dihindari dalam masyarakat yang terbuka. Diantara
satu sistem bersinggungan dan berkaitan membentuk sistem yang lebih luas. Kebutuhan
melintas batas suatu sistem, diperlukan untuk mempertahankan eksistensi dan kebutuhan
elemen-elemen sistem yang terus berubah dan bertambah.
Pembentukan sistem sosial sebagai proses standarisasi perilaku dalam ruang dan waktu,
yang mencakup rekonstruksi terus menerus dalam konteks potensial aktivitas sosial sehari-
hari (Giddens, 2009). Konteks waktu (temporalitas) merekonstruksi sistem sosial melalui tiga
cara, yang meliputi11;
1. Dalam jalinan interaksi langsung, yang secara potensial dicapai atau dihadirkan oleh
para pelaku, sebagai reproduksi sosial dalam pengertiannya yang paling mendasar.
2. Dalam reproduksi anggota sistem sosial, sebagai makhluk dengan rentang waktu
yang terbatas, yang tentunya ditanamkan ke dalam reproduksi biologis.
3. Dalam reproduksi institusi, yang diendapkan dalam durasi panjang (long duree)
waktu historis.
Ada beberapa unsur sosial penting yang menentukan pembentukan struktur sosial
tersebut. unsur – unsur tersebut meliputi;12
1. Hubungan timbal balik satuan atau suatu kelompok dengan satuan atau kelompok
lainnya.
2. Pola – pola yang abadi dari tingkah laku partisipan dalam sebuah sistem sosial dalam
kaitannya dengan yang lain.
9
Abercrombie, dkk. op. cit. 256.
10
Ibid. h. 49.
11
Anthony Giddens. 2009. Problematika Utama dalam Teori Sosial, terjemah Daryatna, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, h. 180 -181.
12
Edy Susilo. 2010. Dinamika Struktur Sosial Dalam Ekosistem Pesisir, Malang : UB Press, h. 28.
3. Norma – norma yang telah terinstitusionalisasi atau kerangka – kerangka
pengetahuan yang terstruktur yang mendasari tindakan – tindakan para pelaku dalam
sistem sosial. (h. 28)
15
G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius. hlm. 71.
16
https://setionojeany.blogspot.com/2016/04/hirarki-sosial.html
17
Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-
602-8555-18-0.
kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta dibuat menjadi
rusak bila salah satu pihak merasa takut bila kelemahan-kelemahan serta kesalahan-
kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang
memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu
mengajarkannya, membikinnya dan meramalkannya. Bila tidak, dunia akan hanyut ke dalam
gelombang permusuhan dan kebencian.
d. Kebutuhan Akan Penghargaan
Sesudah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan lepas untuk mengejar
kebutuhan akan penghargaan.18 Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua
kategori tentang kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan
status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,
bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali
manusia mampu memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki
gerbang aktualisasi diri, kebutuhan paling tinggi yang ditemukan Maslow.
e. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan landasan Maslow adalah aktualisasi diri.19 Kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tapi melibatkan hasrat
yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai
hasrat untuk makin dibuat menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, dibuat menjadi apa
saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk
aktualisasi diri langsung muncul sesudah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tapi
selama tahun 1960-an, beliau menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki
pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan
harga diri, tapi mereka belum juga mampu sampai aktualisasi diri.
C. Kesimpulan
Struktur sosial merupakan hubungan-hubungan yang terus bertahan, teratur dan terpola
di antara unsur-unsur dalam masyarakat. Konsep ini mendasari para sosiolog abad 19
membandingkan masyarakat dengan mesin atau organisme (makhluk hidup). Manusia
18
Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba Humanika. hlm. 331. ISBN 978-
602-8555-18-0.
19
Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-654-7.
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Adapun firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial tertera
dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71. Oleh karena itu, manusia menjadi fokus penting
dalam pemahaman sistem sosial dan lingkungan sosial budaya. Sistem sosial merupakan
hubungan sosial, kelompok atau masyarakat sebagai seperangkat unsur yang saling
berhubungan yang berfungsi untuk mempertahankan batas-batas atau kesatuan bagian-
bagiannya. Oleh karenanya sistem sosial seiring waktu memiliki kecenderungan untuk
menuju suatu keseimbangan atau “homeostasis.
Dalam perspektif sirkularitas sistem memiliki mekanisme untuk memberikan informasi
pada dirinya dalam bentuk feedback loop, negatif maupun positif, sehingga mampu
mengoreksi diri agar ia selalu berada dalam keseimbangan (balancing feedback). Sistem
memiliki otonomi penuh karena mekanisme kerjanya dalam bentuk interkoneksi komponen
yang terus menerus di dalam batasan (boundary) tertentu melahirkan struktur tertentu dan
struktur tersebut selanjutnya mempengaruhi dan membatasi perilaku dan pola-pola hubungan
antar komponen.
Hirarki Sosial merupakan pengelompokan ataupun urutan dari tingkatan abstraksi
menjadi seperti satu struktur dalam satu tatanan kelompok masyarakat. Hirarki sosial ada
karena setiap orang atau kelompok orang mempunyai tingkatan-tingkatan kemampuan,
kecerdasan, kebutuhan dan ketertarikan terhadap sesuatu yang berbeda-beda. Tingkatan
kebutuhan manusia: 1) Kebutuhan fisiologis, 2) Kebutuhan akan keamanan (safety), 3)
Kebutuhan dicintai (Love/belonging), 4) Kebutuhan untuk rasa percaya diri (Esteem), dan 5)
Kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization)
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie, Nicholas, Stephen Hill, dan Bryan S. Turner. 2010. Kamus Sosiologi,
terjemahan Desi Noviyani, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Carter, Irl. 2011. Human Behavior in the social environment. USA: Aldine transaction.
Feist, Jess; Gregory J. Feist (2010). Teori Kepribadian : Theories of Personality. Salemba
Humanika. hlm. 331. ISBN 978-602-8555-18-0.
G. Goble, Frank (1987). In A. Supratiknya. Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham
Maslow.
Giddens, Anthony. 2009. Problematika Utama dalam Teori Sosial, terjemah Daryatna,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hamilton, Peter. editor. 1990. Talcot Parsons dan Pemikirannya Sebuah Pengantar,
terjemahan Hartono Hadikusumo, Yogyakarta : Tiara Wacana.
Kuper, Adam, dan Jesica Kuper. 2000. Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, terjemahan Munandar
Haris, dkk., Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Leuer, Robert H. 1989. Perspektif tentang Perubahan Sosial, terjemahan Alimandan,
Jakarta : Bina Aksara.
Muadz , M. Husni. 2014. Anatomi sistem sosial, Mataram : Institut Pembelajaran Gelar
Hidup.
Rahmat Hidayat, Deden (2011). In Zaenudin A. Naufal. Teori dan Aplikasi Psikologi
Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. hlm. 165–166. ISBN 978-979-450-
654-7.
Soerjono Soekanto. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta :
Radja Grafindo.
Susilo, Edy. 2010. Dinamika Struktur Sosial Dalam Ekosistem Pesisir, Malang : UB Press.
Turner, Jonathan H. dan Alexandra Maryanski. 2010. Fungsionalisme, terjemah Anwar
Effendi, dkk., Yogyakarta : Pustaka Pelajar.