Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKHLAK TASAWUF

KONSEP ISLAM TENTANG MANUSIA

DOSEN PENGAMPU : Dr. H. HERMANSYAH, M. Ag

DISUSUN OLEH :

SRI YULIANA

(12201088)

SEMESTER 1

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


IAIN PONTIANAK 2022/2023

KATA PEGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas individu untuk mata kuliah “AKHLAK TASAWUF” dengan judul
“KONSEP ISLAM TENTANG MANUSIA”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahwa kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.

Pontianak,24 September 2022


Sri Yuliana
BAB I

PENAHULUAN

A. Latar belakang

Allah SWT. Sebagai pencipta telah menciptakan langit dan bumi, dan segala sesuatu
yang ada diantara keduanya. Salah satu ciptaan Allah itu adalah manusia, yang diberi
keistimewaan berupa kemampuan berpikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama
menjadi penghuni bumi. Kemampuan berpikir itulah yang diperintahkan Allah agar
dipergunakan untuk mendalami wujud atau hakikat dirinya dan tidak semata-mata
dipergunakan untuk memikirkan segala sesuatu diluar dirinya.

Manusia sebagai makhluk Allah SWT. Mempunyai berbagai potensi dasar yang
dibawa semenjak lahir. Dengan totalitas potensi yang dimilikinya manusia mampu
melakukan segala aktivitas dalam upaya menjaga kelangsungan hidupnya. Potensi manusia
yang dibawa semenjak lahir harus dikembangkan sampai batas maksimal, agar manusia
mampu melaksanakan tugasnya sebagai abd Allah dan khalifah Allah. Perkembangan
tersebut dilakukan melalui Pendidikan. Oleh karena itu, pendidik harus memperhatikan
berbagai pandangan dan kajian tentang manusia.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana hakikat manusia dalam islam ?


2. Bagaimana manusia dalam pandangan islam?

C. Rumusan masalah

1. Untuk mengetahui hakikat manusia dalam islam


2. Untuk mengetahui manusia dalam pandangan islam
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat manusia dalam islam

Menurut Bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah Swt. Dengan kedudukan
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Maka, hakikat manusia adalah peran ataupun
fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia atau dalam pengertian lain bahwa hakikat
manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu sendiri sebagai makhluak ciptaan Allah Swt.
(Budi Abdullah,2018:73-74).

Jalaluddin (2009:130) Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut


antropologi filsafat. Dalam hal ini, ada empat aliran yang akan dibahas. Pertama, aliran serba-
zat. Aliran ini mengatakan yang sungguhsungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini
adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu manusia adalah zat
atau materi. (M.Amin,2021:69)

Kedua aliran serba-ruh, aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada
di muka bumi ini ialah ruh. Sementara zat adalah manifestasi dari ruh. Segala sesuatu yang
ada (selain ruh) dan hidup itu hanyalah perumpamaan, perubahan atau penjelmaan dari ruh.
Dasar pemikiran aliran iniialah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada
materi. Dalam kehidupan sehari-hari, betapapun kita mencintai seseorang, jika ruhnya pisah
dari badannya, maka materi atau jasadnya tidak ada artinya lagi. Dengan demikian aliran ini
menganggap ruh itu ialah hakikat, sedangkan badan ialah penjelmaan atau bayangan.
(M.Amin,2021:69)

Ketiga, aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya
terdiri dari dua subtansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing
merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi, badan tidak berasal
dari ruh dan ruh tidak berasal dari badan. Perwujudan manusia tidak serba dua, jasad dan ruh.
Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat keduanya saling mempengaruhi.
(M.Amin,2021:69)
Keempat, aliran eksistensialisme. Aliran ini berpandangan bahwa hakikat manusia
merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia
secara menyeluruh. Di sini manusia dipandang tidak dari sudut serba-zat atau serba-ruh atau
dualisme, tetapi dari segi eksistensi manusia di dunia ini. (M.Amin,2021:69)

Untuk membicarakan hakekat manusia, dapat di lihat pendapat para filosof di


antaranya:

1. Soecrates (470-399)
Orang Athena,salah satu hakekat manusia ialah ia ingin tahu dunia dan untuk itu harus
ada orang yang mrmbantunya yang bertindak sebagai bidan yang membantu bayi
keluar dalam rahimnya. Berdasarkan pendapat itu Soecrates sehari-hari sering
berjalan di tengah kota, di pasar, untuk berbicara dengan setiap orang yang
dijumpainya untuk menggali jawaban-jawaban yang ada dalam diri orang itu dengan
menggunakan metode tanya jawab yang kelaknya disebut metode Socrates.
(Prof.DR.H.Ramayulis,2019:164)
2. Plato
Plato adalah murid dari Socrates,mengatakan bahwa manusia adalah entitas non
material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu tidak dapat hancur alias
abadi. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa hakekat manusia itu ada dua yaitu rasio
dan kesenangan. Pada bagian lain Plato berteori bahwa jiwa manusia mempunyai tiga
elemen, yaitu nafsu, roh, dan rasio. Dalam operasinya, dia mengandaikan roh itu
sebagai kuda putih yang menarik kereta Bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendarai
oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju kereta. Berdasarkan pendapat
Plato ini program Pendidikan haruslah membantu rasio dalam mengendalikan kereta
tersebut. (Ahmad tafsir,t.t.:4-5),(Prof.DR.H.Ramayulis,2019:164)

Berikut adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam:

1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT


Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang
bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam
ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan
yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena
adanya sendiri. Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj
ayat 5 :
ٍ ‫ َرا‬7ُ‫ث فَاِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّمنْ ت‬
ْ‫ ٍة لِّنُبَيِّنَ لَ ُك ۗ ْمثُ َّم ِمن‬7َ‫ ٍة ُم َخلَّق‬7َ‫ ٍة ثُ َّم ِمنْ َعلَق‬7َ‫ب ثُ َّم ِمنْ ُّن ْطف‬ ِ ‫ب ِّمنَ ا ْلبَ ْع‬ ُ َّ‫ٰيٓاَيُّ َها الن‬
ٍ ‫اس اِنْ ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي‬

ْ ‫ُّم َخلَّقَ ٍة َّو َغ ْي ِر ُّم‬


‫ض َغ ٍة‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi
bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”(Budi
Abdullah,2018:74).

2. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).


Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT, merupakan satu
diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki
jati diri masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di
dalam kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk
mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda
dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:

ّ ٰ ‫ا فَلَ َّما تَ َغ‬7ۚ 7‫ ُكنَ اِلَ ْي َه‬7‫س‬


‫ه‬7ٖ 7ِ‫ َّرتْ ب‬7‫ى َها َح َملَتْ َح ْماًل َخفِ ْيفًا فَ َم‬7‫ش‬ ْ َ‫ َل ِم ْن َها ز َْو َج َها لِي‬7‫اح َد ٍة َّو َج َع‬ ٍ ‫ي َخلَقَ ُك ْم ِّمنْ نَّ ْف‬
ِ ‫س َّو‬ ْ ‫ُه َو الَّ ِذ‬

ّ ٰ ‫صالِ ًحا لَّنَ ُك ْونَنَّ ِمنَ ال‬ ‫هّٰللا‬


َ‫ش ِك ِريْن‬ َ ‫ۚفَلَ َّمٓا اَ ْثقَلَتْ َّدع ََوا َ َربَّ ُه َما لَ ِٕىنْ ٰاتَ ْيتَنَا‬

Artinya “Dialah yang menciptakanmu dari satu diri” Firman tersebut jelas
menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam merealisasikan dirinya melalui
kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang mampu mensyukurinya dan
menjadi beriman.(Budi Abdullah,2019:74)

3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.


Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik
sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat
melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau
keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia

diciptakan Allah SWT. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 :


ِ ُ‫ش َه َد ُه ْم ع َٰلٓى اَ ْنف‬
‫س ِه ۚ ْم اَلَسْتُ ِب َربِّ ُك ۗ ْم‬ ْ َ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َر ُّبكَ ِم ۢنْ بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِمنْ ظُ ُه ْو ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَ ُه ْم َوا‬

Artinya : “Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”(Budi
Abdullah,2019:75).

2. Manusia dalam pandangan islam

Dalam Al-Qur’an Allah SWT. Allah menciptakan manusia dari saripati yang berasal
dari tanah. Firman Allah:

{َ‫ة‬7َ‫ا ا ْل َعلَق‬77َ‫ةً فَ َخلَ ْقن‬7َ‫ةَ َعلَق‬7َ‫ا النُّ ْطف‬77َ‫) ثُ َّم َخلَ ْقن‬13( ‫) ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ نُ ْطفَةً فِي قَ َرا ٍر َم ِكي ٍن‬12( ‫ين‬ ٍ ‫ساللَ ٍة ِمنْ ِط‬ ُ ْ‫سانَ ِمن‬ َ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
َ‫ك‬7ِ‫ َد َذل‬7‫) ثُ َّم ِإنَّ ُك ْم بَ ْع‬14( َ‫ الِقِين‬7‫نُ ا ْل َخ‬7‫س‬ َ ‫اركَ هَّللا ُ َأ ْح‬ َ ‫شْأنَاهُ َخ ْلقًا‬
َ َ‫آخ َر فَتَب‬ َ ‫س ْونَا ا ْل ِعظَا َم لَ ْح ًما ثُ َّم َأ ْن‬
َ ‫ض َغةَ ِعظَا ًما فَ َك‬
ْ ‫ض َغةً فَ َخلَ ْقنَا ا ْل ُم‬
ْ ‫ُم‬
16( َ‫() ثُ َّم ِإنَّ ُك ْم يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة تُ ْب َعثُون‬15!) َ‫لَ َميِّتُون‬

Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah
itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. ( QS. AlMukminun 12-16)(Depag,
2013).(Heru juabdin sada,2016:131).

Alexis Carrel (1986:5) menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk


mengetahui hakikat manusia. Dia mengatakan bahwa “pengetahuan tentang makhluk-
makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya belum lagi mencapai kemajuan seperti
yang telah dicapai dalam bidang iImu pengetahuan lainnya”.(M.Amin,2021:66). Jika apa
yang dikemukakan oleh Carrel itu diterima, maka satu-satunya jalan untuk mengenal dengan
baik siapa manusia itu adalah merujuk kepada wahyu Ilahi agar kita dapat menemukan
jawabannya.(.M.Amin,2021:67).

Menurut Jalaluddin Abdullah (2009: 131) seorang manusia menampakkan dirinya


sebagai manusia jika ia menggunakan akalnya dalam segala hal. Tentu saja atas bimbingan
wahyu. Lantas jika manusia bertindak tidak menggunakan akal berarti sama saja dengan
binatang. Nah itulah keunggulan dari manusia diciptakan dengan akal agar dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akal adalah segala aspek penting dalam
hakikat manusia. Akal adalah alat untuk berpikir (2008:17) jadi salah satu hakikat manusia ia
ingin, ia mampu dan ia berpikir.(M.Amin,2021:67).

Berbeda dengan mahluk lain, menurut Suparlan (2006:53) manusia lahir dengan
potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah kemampuan spritual yang secara
khusus mempersoalkan nilai kebenaran. Rasa adalah kemampuan spritual yang secara khusus
mempersoalkan nilai keindahan. Sedangkan karsa adalah kemampuan spritual, yang secara
khusus mempersoalkan nilai kebaikan. Dengan ketiga potensi itu manusia selalu mendorong
untuk ingin tahu dan bukan mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan
yang terkandung dalam segala sesuatu yang ada. Ketiga jenis nilai tersebut dibingkai dalam
satu ikatan sistem, selanjutnya dijadikan landasan untuk mendirikan pedoman hidup yang
dapat mengatur sifat dan perilaku hidup agar senantiasa terarah kepencapaian tujuan hidup.
(M.Amin,2021:67).

Dengan kemampuan pengetahuan yang benar manusia berusaha menjaga dan


mengembangkan kelangsungan hidupnya. Lebih jauh Suparlan (2006:57) menjelaskan bahwa
manusia berusaha mengamalkan pengetahuannya di dalam perilaku sehari-hari. Dalam
perilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral, dan kemudian menjadi etika
kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat perilaku tersebut berupa kecendrungan untuk
mempertanggungjawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dalam kehidupan ini
sepenuhnya.(M.Amin,2021:68).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang
mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai
khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya,
seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling
baik, Ciptaan Allah yang paling sempurna.

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiba
n manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud didalam hidupnya.Manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan
makhluk dengan khaliknya.dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan
kepada yang Maha Kuasa, yang Maha Perkasa, Yang Maha bijaksana, Yang
Maha sempurna,ialah Allah rabbulalamin, Allah Tuhan Yang Maha Esa.
DAFTAR ISI

M.Amin.Volume 1, Nomor 2, 2021.Al-Urwatul Wutsqo. Dikutip dari


https://journal.unismuh.ac.id/index.php/alurwatul

Prof.DR.H.Ramayus.2019.Dasar-dasar Pendidikan. Kalam Mulia Jakarta.

Budi Abdullah.2018. Konsep manusia dalam islam. Wahana inovasi.

Heru juabdin sada.Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai