Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Rudi Hartono, S.Sos. I,M. Pem. I

Oleh
1. Febry Adhyaksa Damanik (20.02.0131)
2. Nurul Annisa (20.02.0097)
3. Ronauli Yanti Ritonga (20.02.0069)

KELAS/SEMESTER : 3/3 (TIGA/TIGA)


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


(UISU)
PEMATANG SIANTAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas terselesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, para
sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah wa Syukurillah atas berkat Rahmat, Inayah dan Hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Pendidikan Islam dengan tema" Hakikat
Manusia Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan ". Dengan terselesaikannya pembuatan
makalah ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Hartono,S.Sos.I,M.Pem.I.
selaku dosen yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga sangat berterimakasih kepada
teman-teman kelas yang telah berpartisipasi dan memberikan motivasinya hingga
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, karena memang
salah datangnya dari saya manusia dan kebenaran hanya milik-Nya Allah SWT. Maka dari itu
kami sangat mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini, kami juga menerima
apabila ada kritik dan saran dari bapak. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Aamiin aamiin yaa Robbal `Alamiin.
ʺfastabiqul khoirot,wassalamualaikum warahmatullahi

Pematang Siantar , 15 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR …………………………………………………………………………


i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….


ii

PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… iii

BAB I …………………………………………………………………………………1

PEMBAHASAN …………………………………………………………………………1

A. HAKIKAT MANUSIA ……………………………………………………………............1

a. PANDANGAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG MANUSIA ……………........1

b. HAKIKAT MANUSIA MENURUT BEBERAPA PANDANGAN………………….2


c. DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA………………………………………..3
d. PENGEMBANGAN HAKIKAT MANUSIA………………………………………...3

B. IMPLIKASI MANUSIA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM………………………….4

1. IMPLIKASI MANUSIA TERHADAP PENDIDIKAN……………………………...4


2. PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN……………………………………………….5
a. PENGERTIAN ILMU……………………………………………………………...5
b. PENDIDIKAN ISLAM MENURUT TARBIYAH………………………………..6
c. HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DAN PENDIDIKAN……………………...6
d. KEPENDIDIKAN MANUSIA DAN PENDIDIK ………………………………...8

BAB II

PENUTUP …………………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………9

TIM PENYUSUN ……………………………………………………………………………10

ii
PENDAHULUAN

Berulang kali protes dilontarkan para Malaikat, ketika Allah hendak menciptakan Adam
sebagai bapak manusia yang akan berkembang turun-temurun di muka bumi. Berbagai
argumen dan rayuan, bujukan dikemukakan, namun Allah ke MahaKuasaan-Nya tetap
menciptakan manusia. (Lihat QS. Al-Baqarah : 30)
Hal ini dikarenakan Allah mencintai manusia, maka sebagai gantinya manusia harus
membalas cinta Allah tersebut dengan berta’abbud dan bertaqarrubkepada-Nya. Inilah salah
satu gambaran manusia yang ideal, dimana Al-Quran banyak berbicara tentang manusia
sebagai salah satu makhluk yang unik baik secara fisik maupunpsikis. Oleh karena itu, untuk
mengetahui konsep Islam tentang kakekat manusia dengah berbagai poptensinya haruslah
merujuk kepada wahyu yang diturunkan Allah kepada hambanya, karena Dialah yang
menciptakan manusia.Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurnya,
dibandingkan dengan makhluk-makhlukNya yang lain. Kesempurnaan itu dimiliki oleh
manusia, karena Allah memberikan keistimewaan berupa akal pikiran, yang tidak dimiliki
oleh makhluk lainya. Disamping itu Allah juga melengkapi kesempurnaan manusia dengan
memberinya daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir
dan memutuskan. Semua daya tersebut telah dibawa oleh manusia semenjak ia dilahirkan
dalam keadaan fitrah, sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW,

‫لى ْيوّلَد َم ْو ْلوّد ك ل‬


َ ‫ع‬ ْ ‫الف‬،
َ ِ‫ِط َرة‬ ْ ‫بَّ َوا ه‬
َ َ ‫ان ِه ْأوَّ يهَّ ِ ِوداَنِ ِه فأ‬
ِ ‫يمّ ِِج َس‬
َ َّ‫صَّ َرانِ ِه ْأو‬
ِ ِّ ّ‫ين‬
Artinya : Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya, makakeduaorang tuanya menjadikan
dirinya beragama Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi. (HR. Muslim)
Di dalam Al-Quran banyak ditemukan penjelasan yang menunjukkan tentang
gambaran manusia baik secara biologis maupun psikologis, dan konsep tersebut akan
dijelaskan dalam paparan berikut ini.

iii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Hakikat manusia secara terminologis, adalah "realitas" manusia secara obyektif, manusia
secara kenyataan yang sebenarnya, bukan semu, temporer atau kondisi labil. Hakikat manusia
dimaksudkan pada realitas manusia secara definitif, sebagaimana diisyaratkan oleh kategori
pengertian umum dari Socrates.
Terdapat kualifikasi yang berbeda dalam melihat hakikat manusia di sini. Hal ini
disebabkan oleh pendekatan-pendekatan yang dipergunakan oleh para pemikir. Oleh
karenaitu, muncullahberbagaialiranpemikirandalammelihathakikatmanusiatersebut.
Dengandemikian, apabilaberbicaratentanghakikatmanusiamenurutsuatualiranpemikiran,
makaharuslahdilihatterlebihdahulubagaimanaaliranaliranpemikirantersebutmelihathakikatma
nusia.
" Secaraterminologis, Hakikat itu sendiri adalah "realitas sesuatu atau eksistensi sesuatu
itusendiri, kenyataaneksistensisesuatu yang sebenarnya,
bukansecarasemuatautemporerataubukan pula kondisilabil." 1
Ada berbagaipaham dan aliran yang berbedapandangantentanghakikatmanusia.
Pembahasantentanghakikatmanusia,
meliputihakikatmanusiaberdasarkanbeberapapandangan, sifat-sifathakikatmanusia,
dimensihakikatmanusia dan pengembanganhakikatmanusia.
a. Pandangan Ilmu pengetahuan tentang Manusia
Hampir semua disiplin ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki dan mengerti tentang
makluk yang bernama manusia. Begitu juga pendidikan, secara khusus tujuannya adalah
untuk memahami dan mendalami hakikat manusia. Bagi Aristoteles (384-322 SM),
manusia adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara
berdasarkan akal pikirannya (Zaini dan Ananto, 1986: 4).
Menurut tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu yang berkeluarga, selalu
bersilahturahmi dan pengabdi Tuhan. Manusia juga pemelihara alam sekitar, Wakil AllH
swt. Diatas muka bumi ini (Muntasir, 1985: 5). Manusia dalam pandangan islam selalu
berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku
pipih, berjalan dengan dua kaki, dan berbicara. Islam memandang manusia sebagai
makhluk sempurna dibandingkan dengan hewan dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain,
karena itu manusia disuruh menggunakan akalnya dan indranya agar tidak salah
memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana kebenaran yang dibenarkan,
atau dianggap benar (Jalaluddin dan Usman Said, 1994: 28).

1Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
2016) Hal : 72
Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu (dan seharusnya) dimengerti dan
dipikirkan. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk religius, yang dengan
pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu kebenaran yang
harus dipatuhi dan diyakini (Muhaimin, 1989: 69). 2

b. Hakikat Manusia Berdasarkan Beberapa Pandangan


Jalaludin dan Abdullah (1997:107) mengemukakanpandangantentanghakikatmanusiaada
pada empataliranyaitu: aliranserbazat, aliranserbaruh, alirandualisme, dan
aliraneksistensialisme.
a. PandanganAliranSerbaZat; bahwa yang
sungguhsungguhadaituhanyalahzatataumateri, alaminiadalahzatataumateri dan
manusiaadalahunsurdarialam, makadariitumanusiaadalahzatataumateri.
b. PandanganAliranserbaruh; hakikatmanusiaadalahruh,
adapunzatituadalahmanifestasidaripadaruh di atas dunia ini.
Berartimenurutaliraniniruhituialahhakikat, sedangkan badan
adalahpenjelmaanataubayangan.
c. Menurutalirandualisme; manusia pada
hakikatnyaterdiridariduasubstansiyaitujasmani dan rohani. Keduasubstansiini
masing-masing merupakanunsurasal yang adanyatidaktergantungsatusama
lain. Jadi badan tidakberasaldariruh dan ruhtidakberasaldari badan. Antara
badan dan ruhterjadisebabakibat yang mana keduanyasalingmempengaruhi.
d. MenurutaliranEksistensialisme; yang merupakan salah satualiranfilsafat
modern
berpikirtentanghakikatmanusiamerupakaneksistensiatauperwujudansesungguh
nyadari manusia. Jadi pada hakikatnyamanusiayaituapa yang
menguasaimanusiasecaramenyeluruh. Di
sinimanusiadipandangtidakdarisudutserbazatatauserbaruhmelainkandarisegieksistensi
manusiaitu di dunia ini.3

Selainituadabeberapapandanganilmuan barat tentanghakikatmanusia:


a. PandanganPsikoanalitik Dari Sigmund Freud
b. PandanganHumanistik
c. PandanganBehavioristik

2 Prof.Dr.H.Jalaluddin dan Prof.Dr.H. Abdullah Idi, M.Ed , Filsafat Pendidikan, Cet. 4, Jakarta, Rajawali Pers,
2014. Hal. 132 s/d 133
3 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1,(Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September

2016) Hal: 73 s/d 75


c. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
Menurut Mudyahardjo (2001) & Umar Tirtarahardja (2000) dimensi-dimensi hakikat manusia
adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Keindividualan
b. Dimensi Kesosialan
c. Dimensi Kesusilaan
d. Dimensi Keberagamaan 4
d. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran Pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi
hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Setiap manusia lahir dikaruniai potensi- potensi
yang dapat dikembangkan. Selain itu ada naluri yaitu dorongan dorongan yang alami
(dorongan makan, seks, mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika seandainya manusia dapat
hidup hanya dengan naluri maka tidak ada bedanya dengan hewan. Hanya melalui pendidikan
status, hewani itu dapat diubah kearah status manusiawi. Meskipun pendidik itu pada
dasarnya baik tapi pada pelaksanaan nya mungkin saja bisa terjadi kesalahan yang lazimnya
disebut salah didik. Hal demikian bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa yang
tidak luput dari kelemahan kelemahan. Sehubungan dengan itu, ada dua kemungkinan yang
bisa terjadi, yaitu:
1. Pengembangan yang utuh
pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
Pertama, dari wujud dimensinya. Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani,
antara dimensi keindividualan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Pengembangan aspek jasmani dan rohani dikatakan utuh jika keduanya
mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,
dan keberagamaan akan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik,
tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan dominan kognitif, afektif,
dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.
Kedua, dari arah pengembangan. Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat
diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan
keberagamaan secara terpadu. Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang
lazim disebut pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkan nya
hubungan sosial di antara sesama manusia dengan lingkungan fisik yang berarti memelihara
kelestarian lingkungan di samping mengeksploitasinya.
Pengembangan yang sehat dari dimensi kesusilaan yang akan menopang
pengembangan dan pertemuan dimensi keindividualan, dan kesosialan. Pengembangan
dominan kognitf, afektif, dan psikomotor di samping keselarasannya (pertimbangan antara
ketiganya) juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari
jenjang yang rendah kejenjang yang lebihtinggi. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan
dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi
hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras.
3

4Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
2016) Hal : 86 s/d 89
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Akan terjadi di dalam proses perkembanganadaunsurdimensihakikatmanusia yang
terabaikanuntukditangani, misalnyadimensikesosialandimodifikasi oleh
pengembangandimensikeindividualanataupun domain afektifdidominasi oleh pengembangan
domain kognitif.5

B. IMPLIKASI MANUSIA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

a. Implikasi Manusia Terhadap Pendidikan


Dari uraian diatas tentang hakekat manusia, dapat dilihat implikasi penting konsep
tersebut dalam hubungannya dengan pendidikan islam, yaitu:
Pertama, sudah diketahui bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki dua komponen
materi dan immateri (Jasmani dan Rohani), maka konsepsi itu menghendaki proses
pembinaan yang mengacu ke arah realisasi dan pengembangan komponen-komponen
tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep
kesatuan (integrasi) antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan
manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua
komponen itu dipisah atau di pisahkan dalam proses kependidikan Islam, maka manusia akan
kehilangan keseimbanganya, dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna
(insan kamil).
Kedua, Al-quran menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai
khalifah dan ‘abd. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan
seperangkat potensi. Dalam konteks ini, maka pendidikan Islam harus merupakan upaya yang
ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal, sehingga
dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit, dalam kompetensi-kompetensi yang bermuatan
hard skill dan soft skill.
Ketiga, fungsionalisasi pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya sangat bergantung
kepada sejauh mana kemampuan umat Islam menterjemahkan dan merealisasikan konsep
tentang hakekat manusia dan fungsi penciptaanya dalam alam semesta ini. Dalam hal ini,
pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang kondusif bagi proses transformasi ilmu
pengetahuan dan budaya Islami dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Posisi manusia
sebagai khalifah dan ‘abd menghendaki program pendidikan yang menawarkan sepenuhnya
penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas, agar manusia tegar sebagai khalifah dan taqwa
sebagai dari aspek ‘abd.
Keempat, agar pendidikan Islam berhasil dalam prosesnya, maka konsep hakekat manusia
dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam
perumusan teori-teori pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empiric keilmuan
dan rasional filosofis. Dalam hal ini harus difahami pula bahwa pendekatan keilmuan dan
filosofis hanya merupakan media untuk menalar pesan-pesan Allah yang absolut, baik
melalui ayat-ayat-Nya yang bersifat tekstual (quraniyah), maupun ayat-ayat-Nya yang
bersifat kontekstual (kauniyah), yang telah dijabarkan-Nya melalui sunnatullah.
4

5Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
2016) Hal: 89 s/d 91
Kelima, proses internalisasi nilainilai Islam kedalam invividu atau pribadi seseorang harus
dapat dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat
terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas yang
sanggup mengamalkn nilai dan norma Islam dalam diri insan kamil (Arifin, 2010: 158) 6

b. Pengertian Ilmu Pendidikan.


1. Pengertian Ilmu
Kita sering larut dalam memahami pengertian “ilmu” dengan knowledge atau science.
Padahal jika kita sadar sebagai muslim, dengan cara meneliti Kembali seberapa jauh
kandungan ilmu secara definitif, maka akan kita ketahui bahwa kandungan kata “ilmu” dalam
islam jauhlebihkomprehensifdari pada knowledge dan sciene.
Ilmu dalam penegertian knowledge (pengetahuan) merupakan hasil aktivitas mengetahui
yaitu tersingkapnya suatu kenyataan dalam jiwa dengan tidak ada keraguan terhadapnya
(alSyahrustani, tt :7-22), sedangkan ilmu dalam penegrtian science (ilmu pengetahuan)
menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa yang di tuntut oleh pengetahuan
(knowledge)7

Kata ilmu berasal dari Bahasa arab ,sebagai kata dasar (Masdar) dari kata kerja
“alimaya’lamu-‘ilman yang artinya pengetahuan. Kemudian untuk menunjukan pada
eksentuasi pengetahuan tertentu (ma’rifah termasuk pada eksistensi keilmuan Pendidikan
islam). Makau ntuk menyatakan sesuatu itu lazim dipakai kata “ilmu pengetahuan”
atausience, yang tentunya berbeda dengan knowledge dalam arti “ pengetahuan”. Karena
knowledge merupakan pengetahuan yang belum tersusun suatu system keilmuan lebih tepat
sebagai “proses”, sedangkan science sudah merupakan suatu “Bangunan”, atau lebih tepat di
katakan sebagai system dari berbagai pengetahuan yang sudah tersusun sedemikian rupa
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.
Definisi ilmu secara umum (baik knowledge maupun science) yaitu pengetahuan yang di
proleh setelah menerapkan metode keilmuan dalam proses berfikir, yaitu :
a. Sadarakan adanya masalah dan perumusan.
b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan.
c. Penyusunan atau klarifikasi data.
d. Perumusan dan hipotesis.
e. Duduksi dan hipotesis.Test dan pengajuan kebenaran atau verifikasi dan hipotesis. 8

6 Miftah Syarif, Jurnal At-Thariqah, Vol. 2 (Pekan Baru, Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau, 2017) h.
145-146
7 Dr. H. Mudzakkir Ali, MA, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 5, (Semarang,PKPI2 Universitas Wahid Hasyim,

Desember 2012) Hal : 1 s/d 2


8 Dr. H. Mudzakkir Ali, MA, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 5, (Semarang,PKPI2 Universitas Wahid

Hasyim,Desember 2012) Hal : 3 s/d 4


5

2. Islam menurut tarbiyah


Qodriazizy (2002 : 18) mendefinisikabahwa Pendidikan “the process of training and
developing the knowledge, skill, mind, character,etc, especially by formal sholing”yaitu
proses melatih dan mengembangkanPengetahuan, Keterampilan, Pikiran, Prilaku dan lainlain
trutama oleh sekolah formal. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan
Nasional, bahwa Pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan pesarta didik melalui kegiatan
bimbingan , pengajaran atau Latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangakan
UU No 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang
di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 9
3. Hubungan Antara Manusia Dan Pendidikan
Kajian filosofis tentang hakikat manusia dan pendidikan diawali dengan pembahasan
tentang makna “hakikat”. Hakikat secara etimologi berasal dari bahasa Arab, dengan kata
dasarnya “haq” yang berarti kebenaran yang sesungguhnya (mendasar). Apabila seseorang
menerangkan atau menjelaskan suatu benda atau sifat, maka yang dijelaskan itu adalah
ciriciri atau sifat yang mendasar dari benda atau objek tersebut.

Istilah manusia secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “man” yang
artinya manusia, kebetulan sama juga artinya dengan yang ada dalam bahasa Inggris.
Selanjutnya penggalan kata yang kedua, yaitu “nasia” yang artinya pelupa. Jadi, istilah
manusia berarti orang yang sering lupa tentang aturan atau peringatan-peringatan Tuhan.
Beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk manusia adalah sebagai berikut :
1. Al-Insan, yang artinya manusia yang punya hati (insan kamil = nurani). Ada juga manusia
yang jasadnya masih hidup, tetapi nuraninya telah “mati” karena tidak berfungsi.
2. Al-Basyar, yang artinya manusia dalam bentuk lahirnya: yaitu mahluk yang memerlukan
makan dan minum, atau yang punya badan dan anggota tubuh sebagaimana layaknya
manusia biasa.
3. An-Nas, yang artinya manusia secara umum: dalam bahasa inggris disebut people
4. Bani Adam, yang artinya: bani = anak, Adam yaitu nabi Adam; maksudnya turunan atau
anak cucu nabi Adam.
Hakikat manusia ditinjau dari sifat-sifat hakiki yang menjadi karakteristik manusia yang
membedakan nya dari mahluk lainnya, sehingga dapat dilaksanakan strategi yang tepat dalam
pendidikan. Hal ini terlihat dalam beberapa pandangan diantaranya, Psikoanalitik,
humanistic, behavioristik. Hakikat manusia juga ditinjau dari beberapa dimensi yaitu dimensi
individu, social, moral dan keberagaman yang perlu dikembangkan dari manusia melalui
pendidikan sehingga terbentuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya.

9Dr. H. Mudzakkir Ali, MA, Ilmu Pendidikan Islam,Cet: 5, (Semarang, PKPI2 Universitas Wahid Hasyim,
Desember 2012) Hal: 7 s/d 8
6

Sasaran pendidikan adalah manusia yang mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat
kompleks. Karena sangat kompleks tersebutlah maka tidak ada satu batasan yang bisa
menjelaskan hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli beraneka
ragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau
falsafah yang mendasarinya juga berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut perbedaan
pendapat para ahli tentang pendidikan dapat dijadikan bahan acuan dan analisis dalam rangka
memaknai pendidikan secara mendasar. 10

Selanjutnya perlu dipahami tentang hakikat pendidikan untuk bisa diterapkan dalam
kegiatan pendidikan. Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”
yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing, jadi
“paedagogie” artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa inggris
pendidikan diterjemahkan menjadi “education” yang berasal dari bahasa yunani “Educare”
yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh
berkembang.11

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia


itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Urusan utama pendidikan adalah manusia.
Perbuatan pendidikan diarahkan kepada manusia sebagai urusan utama pendidikan.
Pendidikan juga merupakan suatu proses interaksi manusiawi antara pendidik dengan subjek
didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Prose situ terus berlangsung dalam lingkungan
tertentu dengan menggunakan bermacam-macam tindakan yang disebut alat pendidikan. 12

10 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, Filsafat Pendidikan : The Choice Is Yours, Cet 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka
Jogjakarta, 2016) h. 67-69
11 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, Filsafat Pendidikan : The Choice Is Yours, Cet 1 (Jogjakarta, Valia

Pustaka Jogjakarta, 2016) h. 69


12 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, Filsafat Pendidikan : The Choice Is Yours, Cet 1 (Jogjakarta, Valia

Pustaka Jogjakarta, 2016) h. 70


4. Kependidikan manusia dan pendidik

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya
menguni bumi, sebelum terjadi proses pendidikan diluar dirinya, pada awalnya manusia
cenderung berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sedniri, dimana manusia berusaha
mengerti dan mencari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam ilmu
mantiq manusia disebut sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berpikir). Berpikir disini
maksudnya adalah berkata kata dan mengeluarkan pendapat serta pikiran (Anshari, 1982: 4).
Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara
sempurna. Kriteria sempurna ini tentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa,
tempat, dan waktu. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai transfer kebudayaan,
pengembangan ilmu pengetahuan akan membawa ,manusia mengerti dan memahami lebih
luas tentang masalah seperti itu. 13

Perkembangan manusia dalam pendidikan membawa dampak yang mendasar bagi


usaha-usaha pendidikan. Dalam kaitan ini, usaha pendidikan pada dasarnya diarahkan
terhadap pengembangan empat dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi keindividualan,
dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan dan dimensi keberagaman. Berbeda dari
makhlukmakhluk lain, manusia sebagai makhluk yang berderajat lebih tinggi,
diperlengkapi dengan berbagai potensi dan susnan tubuh yang memungkinkan ia
berkembang menjadi manusia seutuhnya berkembang dalam berbagai dimensi secara
mantap.

13Prof.Dr.H.Jalaluddin dan Prof.Dr.H. Abdullah Idi, M.Ed , Filsafat Pendidikan, Cet. 4, Jakarta, Rajawali Pers,
2014. Hal. 132 s/d 133
Dr.H. Chairul Anwar, M.Pd, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan, Cet. 1, Yogyakarta, Agustus 2014.
BAB II
PENUTUP
Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT,
memiliki berbagai potensi untuk tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaan ciptaan
sesuai dengan yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam Al-Quran menyebutkan manusia
dengan berbagai kata yaitu : al-Basyar, AlInsan, Al-Nas, dan Bani Adam atau Durriyat Adam.
Sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT, manusia mempunyai tugas dan fungsi sebagai
hamba Allah (abdullah) dan khalifah Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah (abdullah)
setiap manusia dituntut untuk menjadikan seluruh aktifitas hidupnya sebagai manifestasi dari
ketundukan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Sebagai khalifah Allah, setiap manusia diberikan Allah segala kemampuan untuk mengolah
dan memakmurkan bumi serta isinya, guna memenuhi segala kebutuhan hidupnya, yang
dilakukan dengan senantiasa menjaga keseimbangan alam semesta dan menjaga kelestarian
alam serta makhluk hidup lainya yang akhirnya diorientasikannyauntuk beribadah. Implikasi
penting konsep Islam tentang hakekat manusia dalam hubunganya dengan pendidikan Islam,
adalah : pertama : sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan (integrasi)
antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang
pintar secara intelektual danterpuji secara moral. Kedua : pendidikan Islam harus merupakan
upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal,
sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit, dalam kompetensi-kompetensi yang
bermuatan hard skill dan soft skill. Ketiga : pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang
kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dari satu generasi
kepada generasi berikutnya. Keempat : konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya
dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori-teori
pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional filosofis.
Kelima : proses internalisasi nilai-nilai Islam kedalam invividu atau pribadi seseorang harus
dapat dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat
terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas yang sanggup
mengamalkn nilai dan norma Islam dalam diri insan kamil.
9

DAFTAR PUSTAKA

• Chairul Anwar, M.Pd, 2014, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan, Jogjakarta,


SUKA Press

• Dr. Muhammad Kristiawan M.Pd, 2016, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta, Vila


Pustaka Jogjakarta

• Prof. Dr. H Jalaludin, Prof. Dr. H Abdullah Idi, M.Ed, 2014, Filsafat Pendidikan,
Jakarta, Rajawali Pers

• Miftah Syarif, 2017, Jurnal At - Thariqah, Pekan Baru, Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau

• Dr. H Mudzakkir Ali MA, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Semarang, PKPI 2
Universitas Wahid Hasyim

TIM PENYUSUN MAKALAH

PERINGKAS REFERENSI : NURUL ANNISA


RONAULI YANTI RITONGA
FEBRY ADHYAKSA DAMANIK

PENYUSUN HASIL RINGKAS : FEBRY ADHYAKSA DAMANIK


10

Anda mungkin juga menyukai