Oleh
1. Febry Adhyaksa Damanik (20.02.0131)
2. Nurul Annisa (20.02.0097)
3. Ronauli Yanti Ritonga (20.02.0069)
Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas terselesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, para
sahabat, dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah wa Syukurillah atas berkat Rahmat, Inayah dan Hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Pendidikan Islam dengan tema" Hakikat
Manusia Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan ". Dengan terselesaikannya pembuatan
makalah ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Hartono,S.Sos.I,M.Pem.I.
selaku dosen yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga sangat berterimakasih kepada
teman-teman kelas yang telah berpartisipasi dan memberikan motivasinya hingga
terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, karena memang
salah datangnya dari saya manusia dan kebenaran hanya milik-Nya Allah SWT. Maka dari itu
kami sangat mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini, kami juga menerima
apabila ada kritik dan saran dari bapak. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Aamiin aamiin yaa Robbal `Alamiin.
ʺfastabiqul khoirot,wassalamualaikum warahmatullahi
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I …………………………………………………………………………………1
PEMBAHASAN …………………………………………………………………………1
BAB II
PENUTUP …………………………………………………………………………………….9
ii
PENDAHULUAN
Berulang kali protes dilontarkan para Malaikat, ketika Allah hendak menciptakan Adam
sebagai bapak manusia yang akan berkembang turun-temurun di muka bumi. Berbagai
argumen dan rayuan, bujukan dikemukakan, namun Allah ke MahaKuasaan-Nya tetap
menciptakan manusia. (Lihat QS. Al-Baqarah : 30)
Hal ini dikarenakan Allah mencintai manusia, maka sebagai gantinya manusia harus
membalas cinta Allah tersebut dengan berta’abbud dan bertaqarrubkepada-Nya. Inilah salah
satu gambaran manusia yang ideal, dimana Al-Quran banyak berbicara tentang manusia
sebagai salah satu makhluk yang unik baik secara fisik maupunpsikis. Oleh karena itu, untuk
mengetahui konsep Islam tentang kakekat manusia dengah berbagai poptensinya haruslah
merujuk kepada wahyu yang diturunkan Allah kepada hambanya, karena Dialah yang
menciptakan manusia.Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurnya,
dibandingkan dengan makhluk-makhlukNya yang lain. Kesempurnaan itu dimiliki oleh
manusia, karena Allah memberikan keistimewaan berupa akal pikiran, yang tidak dimiliki
oleh makhluk lainya. Disamping itu Allah juga melengkapi kesempurnaan manusia dengan
memberinya daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir
dan memutuskan. Semua daya tersebut telah dibawa oleh manusia semenjak ia dilahirkan
dalam keadaan fitrah, sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW,
iii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Hakikat manusia secara terminologis, adalah "realitas" manusia secara obyektif, manusia
secara kenyataan yang sebenarnya, bukan semu, temporer atau kondisi labil. Hakikat manusia
dimaksudkan pada realitas manusia secara definitif, sebagaimana diisyaratkan oleh kategori
pengertian umum dari Socrates.
Terdapat kualifikasi yang berbeda dalam melihat hakikat manusia di sini. Hal ini
disebabkan oleh pendekatan-pendekatan yang dipergunakan oleh para pemikir. Oleh
karenaitu, muncullahberbagaialiranpemikirandalammelihathakikatmanusiatersebut.
Dengandemikian, apabilaberbicaratentanghakikatmanusiamenurutsuatualiranpemikiran,
makaharuslahdilihatterlebihdahulubagaimanaaliranaliranpemikirantersebutmelihathakikatma
nusia.
" Secaraterminologis, Hakikat itu sendiri adalah "realitas sesuatu atau eksistensi sesuatu
itusendiri, kenyataaneksistensisesuatu yang sebenarnya,
bukansecarasemuatautemporerataubukan pula kondisilabil." 1
Ada berbagaipaham dan aliran yang berbedapandangantentanghakikatmanusia.
Pembahasantentanghakikatmanusia,
meliputihakikatmanusiaberdasarkanbeberapapandangan, sifat-sifathakikatmanusia,
dimensihakikatmanusia dan pengembanganhakikatmanusia.
a. Pandangan Ilmu pengetahuan tentang Manusia
Hampir semua disiplin ilmu pengetahuan berusaha menyelidiki dan mengerti tentang
makluk yang bernama manusia. Begitu juga pendidikan, secara khusus tujuannya adalah
untuk memahami dan mendalami hakikat manusia. Bagi Aristoteles (384-322 SM),
manusia adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara
berdasarkan akal pikirannya (Zaini dan Ananto, 1986: 4).
Menurut tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu yang berkeluarga, selalu
bersilahturahmi dan pengabdi Tuhan. Manusia juga pemelihara alam sekitar, Wakil AllH
swt. Diatas muka bumi ini (Muntasir, 1985: 5). Manusia dalam pandangan islam selalu
berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku
pipih, berjalan dengan dua kaki, dan berbicara. Islam memandang manusia sebagai
makhluk sempurna dibandingkan dengan hewan dan makhluk ciptaan Tuhan yang lain,
karena itu manusia disuruh menggunakan akalnya dan indranya agar tidak salah
memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana kebenaran yang dibenarkan,
atau dianggap benar (Jalaluddin dan Usman Said, 1994: 28).
1Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
2016) Hal : 72
Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu (dan seharusnya) dimengerti dan
dipikirkan. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk religius, yang dengan
pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu kebenaran yang
harus dipatuhi dan diyakini (Muhaimin, 1989: 69). 2
2 Prof.Dr.H.Jalaluddin dan Prof.Dr.H. Abdullah Idi, M.Ed , Filsafat Pendidikan, Cet. 4, Jakarta, Rajawali Pers,
2014. Hal. 132 s/d 133
3 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1,(Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
4Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
2016) Hal : 86 s/d 89
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Akan terjadi di dalam proses perkembanganadaunsurdimensihakikatmanusia yang
terabaikanuntukditangani, misalnyadimensikesosialandimodifikasi oleh
pengembangandimensikeindividualanataupun domain afektifdidominasi oleh pengembangan
domain kognitif.5
5Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, FilsafatPendidikan,Cet: 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka Jogjakarta, September
2016) Hal: 89 s/d 91
Kelima, proses internalisasi nilainilai Islam kedalam invividu atau pribadi seseorang harus
dapat dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat
terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas yang
sanggup mengamalkn nilai dan norma Islam dalam diri insan kamil (Arifin, 2010: 158) 6
Kata ilmu berasal dari Bahasa arab ,sebagai kata dasar (Masdar) dari kata kerja
“alimaya’lamu-‘ilman yang artinya pengetahuan. Kemudian untuk menunjukan pada
eksentuasi pengetahuan tertentu (ma’rifah termasuk pada eksistensi keilmuan Pendidikan
islam). Makau ntuk menyatakan sesuatu itu lazim dipakai kata “ilmu pengetahuan”
atausience, yang tentunya berbeda dengan knowledge dalam arti “ pengetahuan”. Karena
knowledge merupakan pengetahuan yang belum tersusun suatu system keilmuan lebih tepat
sebagai “proses”, sedangkan science sudah merupakan suatu “Bangunan”, atau lebih tepat di
katakan sebagai system dari berbagai pengetahuan yang sudah tersusun sedemikian rupa
berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan.
Definisi ilmu secara umum (baik knowledge maupun science) yaitu pengetahuan yang di
proleh setelah menerapkan metode keilmuan dalam proses berfikir, yaitu :
a. Sadarakan adanya masalah dan perumusan.
b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan.
c. Penyusunan atau klarifikasi data.
d. Perumusan dan hipotesis.
e. Duduksi dan hipotesis.Test dan pengajuan kebenaran atau verifikasi dan hipotesis. 8
6 Miftah Syarif, Jurnal At-Thariqah, Vol. 2 (Pekan Baru, Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau, 2017) h.
145-146
7 Dr. H. Mudzakkir Ali, MA, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 5, (Semarang,PKPI2 Universitas Wahid Hasyim,
Istilah manusia secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “man” yang
artinya manusia, kebetulan sama juga artinya dengan yang ada dalam bahasa Inggris.
Selanjutnya penggalan kata yang kedua, yaitu “nasia” yang artinya pelupa. Jadi, istilah
manusia berarti orang yang sering lupa tentang aturan atau peringatan-peringatan Tuhan.
Beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk manusia adalah sebagai berikut :
1. Al-Insan, yang artinya manusia yang punya hati (insan kamil = nurani). Ada juga manusia
yang jasadnya masih hidup, tetapi nuraninya telah “mati” karena tidak berfungsi.
2. Al-Basyar, yang artinya manusia dalam bentuk lahirnya: yaitu mahluk yang memerlukan
makan dan minum, atau yang punya badan dan anggota tubuh sebagaimana layaknya
manusia biasa.
3. An-Nas, yang artinya manusia secara umum: dalam bahasa inggris disebut people
4. Bani Adam, yang artinya: bani = anak, Adam yaitu nabi Adam; maksudnya turunan atau
anak cucu nabi Adam.
Hakikat manusia ditinjau dari sifat-sifat hakiki yang menjadi karakteristik manusia yang
membedakan nya dari mahluk lainnya, sehingga dapat dilaksanakan strategi yang tepat dalam
pendidikan. Hal ini terlihat dalam beberapa pandangan diantaranya, Psikoanalitik,
humanistic, behavioristik. Hakikat manusia juga ditinjau dari beberapa dimensi yaitu dimensi
individu, social, moral dan keberagaman yang perlu dikembangkan dari manusia melalui
pendidikan sehingga terbentuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
9Dr. H. Mudzakkir Ali, MA, Ilmu Pendidikan Islam,Cet: 5, (Semarang, PKPI2 Universitas Wahid Hasyim,
Desember 2012) Hal: 7 s/d 8
6
Sasaran pendidikan adalah manusia yang mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat
kompleks. Karena sangat kompleks tersebutlah maka tidak ada satu batasan yang bisa
menjelaskan hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli beraneka
ragam, karena orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau
falsafah yang mendasarinya juga berbeda. Sehubungan dengan hal tersebut perbedaan
pendapat para ahli tentang pendidikan dapat dijadikan bahan acuan dan analisis dalam rangka
memaknai pendidikan secara mendasar. 10
Selanjutnya perlu dipahami tentang hakikat pendidikan untuk bisa diterapkan dalam
kegiatan pendidikan. Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”
yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing, jadi
“paedagogie” artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa inggris
pendidikan diterjemahkan menjadi “education” yang berasal dari bahasa yunani “Educare”
yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh
berkembang.11
10 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, Filsafat Pendidikan : The Choice Is Yours, Cet 1 (Jogjakarta, Valia Pustaka
Jogjakarta, 2016) h. 67-69
11 Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, Filsafat Pendidikan : The Choice Is Yours, Cet 1 (Jogjakarta, Valia
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya
menguni bumi, sebelum terjadi proses pendidikan diluar dirinya, pada awalnya manusia
cenderung berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sedniri, dimana manusia berusaha
mengerti dan mencari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam ilmu
mantiq manusia disebut sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berpikir). Berpikir disini
maksudnya adalah berkata kata dan mengeluarkan pendapat serta pikiran (Anshari, 1982: 4).
Tujuan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara
sempurna. Kriteria sempurna ini tentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa,
tempat, dan waktu. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai transfer kebudayaan,
pengembangan ilmu pengetahuan akan membawa ,manusia mengerti dan memahami lebih
luas tentang masalah seperti itu. 13
13Prof.Dr.H.Jalaluddin dan Prof.Dr.H. Abdullah Idi, M.Ed , Filsafat Pendidikan, Cet. 4, Jakarta, Rajawali Pers,
2014. Hal. 132 s/d 133
Dr.H. Chairul Anwar, M.Pd, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan, Cet. 1, Yogyakarta, Agustus 2014.
BAB II
PENUTUP
Hakekat manusia dalam konsep Islam adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT,
memiliki berbagai potensi untuk tumbuh dan berkembang menuju kesempurnaan ciptaan
sesuai dengan yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam Al-Quran menyebutkan manusia
dengan berbagai kata yaitu : al-Basyar, AlInsan, Al-Nas, dan Bani Adam atau Durriyat Adam.
Sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT, manusia mempunyai tugas dan fungsi sebagai
hamba Allah (abdullah) dan khalifah Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah (abdullah)
setiap manusia dituntut untuk menjadikan seluruh aktifitas hidupnya sebagai manifestasi dari
ketundukan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Sebagai khalifah Allah, setiap manusia diberikan Allah segala kemampuan untuk mengolah
dan memakmurkan bumi serta isinya, guna memenuhi segala kebutuhan hidupnya, yang
dilakukan dengan senantiasa menjaga keseimbangan alam semesta dan menjaga kelestarian
alam serta makhluk hidup lainya yang akhirnya diorientasikannyauntuk beribadah. Implikasi
penting konsep Islam tentang hakekat manusia dalam hubunganya dengan pendidikan Islam,
adalah : pertama : sistem pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan (integrasi)
antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang
pintar secara intelektual danterpuji secara moral. Kedua : pendidikan Islam harus merupakan
upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal,
sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit, dalam kompetensi-kompetensi yang
bermuatan hard skill dan soft skill. Ketiga : pendidikan Islam harus dijadikan sarana yang
kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dari satu generasi
kepada generasi berikutnya. Keempat : konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya
dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori-teori
pendidikan Islam melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional filosofis.
Kelima : proses internalisasi nilai-nilai Islam kedalam invividu atau pribadi seseorang harus
dapat dipadukan melalui peran individu maupun orang lain (guru), sehingga dapat meperkuat
terwujudnya kesatuan pola dan kesatuan tujuan menuju terbentuknya mentalitas yang sanggup
mengamalkn nilai dan norma Islam dalam diri insan kamil.
9
DAFTAR PUSTAKA
• Prof. Dr. H Jalaludin, Prof. Dr. H Abdullah Idi, M.Ed, 2014, Filsafat Pendidikan,
Jakarta, Rajawali Pers
• Miftah Syarif, 2017, Jurnal At - Thariqah, Pekan Baru, Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau
• Dr. H Mudzakkir Ali MA, 2012, Ilmu Pendidikan Islam, Semarang, PKPI 2
Universitas Wahid Hasyim