Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR PADA

PEMBELAJARAN FIQIH KELAS XII DALAM MODEL


DESAIN PEMBELAJARAN DICK AND CAREY

Disusun Guna Memenuhi Tugas :


Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Mely Novasari Harahap, S.T, M.Pd

Oleh :
KELOMPOK 1
1. INDAH NUR FAZRIAH (20.02.0068)
2. RIRIN SYAHRU SINAGA (20.02.0075)
3. SHAFIRA ANGGRAINI (20.02.0092)
SEMESTER V-3

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”
PEMATANG SIANTAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua unsur ini saling berkaitan. Pemilihan
salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran
yang sesuai, meskipun ada aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih suatu
media dalam pembelajaran. Seperti tujuan, jenis tugas, dan respon yang diharapkan
pebelajar kuasai setelah pembelajaran berlangsung dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik pebelajar. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah
satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang
turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata diciptakan
oleh guru.
Di era globalisasi ini, pemanfaatan sumber belajar tidak hanya berfokus
pada guru. Sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Namun karena pengelolaan dan penyediaan sumber belajar yang tidak tepat
membuat sumber-sumber yang sebenarnya tersedia melimpah itu tidak
termanfaatkan. Berdasarkan hal tersebut, seorang pendidik hendaknya berupaya
menciptakan, menyajikan serta menggunakan sumber belajar yang bervariasi
sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal,
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila
sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang
dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar.1
Mata pelajaran fiqih yang ada di Madrasah Aliyah pada Kelas XII adalah
salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan
dari fiqih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah.

1
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 171.

1
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta
memperkaya kajian fiqih, baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah,
yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah ushul fiqih serta menggali
tujuan dan hikmah-hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan kependidikan
yang lebih tinggi serta untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
Dalam rangka menyediakan bahan ajar yang memadai sebagai upaya
mengoptimalkan proses pembelajaran mata pelajaran Fiqih, maka salah satu cara
yang dapat ditempuh adalah memperbaiki rancangan pembelajaran dengan
penyusunan pengembangan media dan sumber belajar pada pembelajaran Fiqih
yang memudahkan siswa untuk belajar. Bahwa desain pembelajaran ini akan
memudahkan siswa untuk belajar. Apabila siswa merasa mudah dalam belajar, hal
ini akan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Pada pembelajaran fiqih kelas XII biasanya sumber belajar disajikan sesuai
dengan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Dengan memanfaatkan
sumber belajar yang beragam dapat membantu guru meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran di kelas. Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya
untuk menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber belajar yang paling
utama, hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 64
dan surah Shad ayat 29, yang berbunyi:

Artinya : “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) ini,


melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS.
An-Nahl : 64).

Artinya : “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayatayat-Nya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shad : 29)
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa sumber belajar yang paling utama
yang dijadikan sebagai rujukan pendidikan hanyalah Al-Qur’an. Namun masih

2
banyak lagi sumber lain yang bisa dijadikan sebagai rujukan selain sumber pokok
yang dijelaskan di atas. Maka dalam hal ini Allah SWT mendorong manusia agar
mempelajari semua ciptaan-Nya, sesuai dengan aturan-aturan yang telah
ditetapkan-Nya. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang berbicara kepada
setiap orang sesuai dengan tingkat kecerdasan dan penalarannya dan memberikan
pandangan hidup menyeluruh baik yang mencakup dunia kebendaan maupun dunia
spiritual.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu media pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.2 Media yang dimaksud adalah
media pembelajaran sehingga teori pengembangan yang digunakan adalah
teori pengembangan pembelajaran. Selain media, dalam suatu proses belajar
mengajar guru juga di tuntut untuk menggunakan RPP yang merupakan suatu
acuan rencana kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung. Alat penilaian juga perlu untuk melihat sejauh mana pencapaian
tujuan oleh siswa. Dengan demikian, pengembangan media pembelajaran juga
dilengkapi dengan RPP dan tes hasil belajar sebagai syarat dalam suatu proses
pembelajaran.
1. Keterbatasan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran
a. Keterbatasan Media
Pada saat ini, ketersediaan media pembelajaran di berbagai sekolah
masih kurang dan belum merata. Ada sekolah yang mampu menyediakan
beragam media pembelajaran dalam jumlah yang relatif banyak, ada juga
yang masih belum memiliki ragam dan jumlah media pembelajaran yang
diperlukan. Hal ini menyebabkan ragam dan jumlah media yang
digunakanpun beragam. Ada guru yang menggunakan media yang
beragam dan banyak secara maksimal, tetapi ada juga yang
menggunakannya secara minimal. Media yang sering digunakan adalah
media cetak (diktat, modul, handout, buku teks, poster, majalah, surat
kabar, dll.), sementara itu, media sederhana yang tetap banyak
dimanfaatkan adalah papan tulis. Media audio visual (overhead
transparancy, video/film, kaset audio, siaran TV/Radio), dan media
elektronik (komputer, internet) masih belum secara intensif dimanfaatkan,

2
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 3

4
meskipun di beberapa tempat sudah mulai digunakan. Media cetak
merupakan media pembelajaran yang sering digunakan dalam
pembelajaran, karena mudah untuk dikembangkan maupun dicari dari
berbagai sumber. Namun, kebanyakan media cetak sangat tergantung
kepada verbal symbols (kata-kata) yang bersifat sangat abstrak, yang pada
gilirannya menuntut kemampuan abstraksi yang sangat tinggi dari peserta
didik. Hal ini dapat menyulitkan mereka. Pada kondisi dimana ragam dan
jumlah media pembelajaran yang tersedia masih sangat kurang, maka
perlu dilakukan pengembangan dan produksi media pembelajaran secara
bertahap oleh pendidik sendiri, berkelompok, dan atau melibatkan pihak
lain (internal maupun eksternal) – peserta didik, pengelola pendidik,
industri, masyarakat, agen donor, dll. Namun, mayoritas pendidik tidak
mengembangkan media dengan berbagai alasan.
b. Pemanfaatan Media
Dalam hal pemanfaatan media, selain kreativitas pendidik,
pertimbangan instruksional juga menjadi salah satu faktor yang
menentukan. Hasil penelitian menunjukkan seringkali guru atau dosen
menggunakan media pembelajaran “seadanya” tanpa pertimbngan
pembelajaran (instructional consideration).3 Ada kalanya digunakan
media canggih, semata-mata karena media tersebut sudah tersedia,
walaupun sesungguhnya tidak diperlukan dalam pembelajaran.
Pemanfaatan media pembelajaran dikaitkan sangat erat dengan
peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Pemanfaatan media
pembelajaran oleh pendidik diharapkan dapat menciptkan pengalaman
belajar yang lebih bermakna, memfasilitasi proses interaksi antara peserta
didik dengan pendidik, sesama peserta didik, dan peserta didik dengan ahli
bidang ilmu yang relevan di mana saja, serta memperkaya pengalaman
belajar mahasiswa. Hal ini dipercaya mampu mengubah suasana belajar
yang pasif menunggu, dan pendidik sebagai sumber ilmu satu-satunya,

3
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya), (Jakarta: CV. Rajawali, 1986) hlm. 3.

5
menjadi siswa aktif berdiskusi dan mencari melalui beragam sumber
belajar yang tersedia, sementara pendidik berperan menjadi fasilitator
yang sama-sama terlibat dalam proses belajar. Ketersediaan aneka ragam
media dan teknologi pembelajaran bermakna bukan hanya bagi pendidik,
tetapi juga bagi peserta didik, karena media dan teknologi pembelajaran
dapat membantu peserta didik secara luwes untuk mencapai tujuan
belajarnya. Pengembangan media pembelajaran sangat penting artinya
untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan persediaan media yang ada.
Di samping itu, media yang dikembangkan sendiri oleh guru atau pendidik
dapat menghindari ketidak-tepatan (mistatch) karena dirancang sesuai
kebutuhan, potensi sumber daya dan kondisi lingkungan masing-masing.
Lebih dari itu, juga dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan
inovasi para pendidik sehingga dihasilkan profesionalitas pendidik.
2. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran
a. Menyusun Rancangan Media
Secara garis besar kegiatan pengembangan media pembelajaran
terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan
perencanaan, produksi dan penilaian.4 Sementara itu, dalam rangka
melakukan desain atau rancangan pengembangan program media.
Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang
harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6 (enam)
langkah sebagai berikut:5
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
2. Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective)
dengan operasional dan khas
3. Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang
mendukung tercapainya tujuan
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.

4
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Amplikasinya (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008) hlm. 208-209
5
Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan (Pengertian, dan Pemanfaatan). (Jakarat : CV.
Rajawali, 1986 hlm. 4-5

6
5. Menulis naskah media
6. Mengadakan tes dan revisi.
B. Pengembangan Sumber Belajar
Dalam pengetian yang sederhana sumber belajar adalah guru dan bahan-bahan
pengajaran baik buku - buku pelajaran dan semacamnya. Sumber belajar juga di
definisikan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk
media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari
kurikulum.6
Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan media
pembelajaran. Apabila media pembelajaran kita pahami dalam arti penyalur pesan,
maka tidak semua sumber belajar dapat menjadi media belajar. Namun, sejauh
media itu dapat dijadikan sumber pesan dan informasi, maka dia juga bias dijadikan
sumber belajar.
Pada hakikatnya sumber belajar begitu luas dan kompleks, lebih dari sekedar
media pembelajaran. Segala hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan
dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan
menjadi sumber belajar. Dengan pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya
sumber tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya.7
1. Ciri – Ciri Sumber Belajar
Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sumber belajar harus mampu memberikan kekuatan dalam proses
belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal.
b. Sumber belajar harus mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif,
yaitu dapat mengubah dan membawa perubahan yang sempurna
terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.
c. Dengan adanya klasifikasi sumber belajar, maka sumber belajar
yang dimanfaatkan mempunyai ciri-ciri;

6
Abdul Majid, Perencanaan pembelajaran Mengembangkan Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 12
7
Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT. Prestasi
Pustakarya, 2012), hlm. 130

7
1) tidak terorganisasi dan tidak sistematis baik dalam bentuk
maupun isi,
2) tidak mempunyai tujuan pembelajaran yang eksplisit,
3) hanya dipergunakan untuk keadaan dan tujuan tertentu atau
secara insidental, dan
4) dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran.
d. Sumber belajar yang dirancang (resources by designed) mempunyai
ciri-ciri yang spesifik sesuai dengan tersedianya media.8
e. Sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri (terpisah),
tetapi juga dapat dipergunakan secara kombinasi (gabungan).
f. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber belajar
yang dirancang (by designed), dan sumber belajar yang tinggal
pakai/jadi (by utilization). Sumber belajar yang dirancang adalah
sesuatu yang memang dari semula dirancang untuk keperluan
belajar, sedangkan sumber belajar yang tinggal pakai/jadi adalah
sesuatu yang pada mulanya tidak dimaksudkan untuk kepentingan
belajar, tetapi kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.9
2. Prinsip Pengembangan Sumber Belajar
Komponen sumber belajar menurut AECT (Donal P. Ely and Tjeerd
Plomp, dibagi menjadi dua, yaitu: (1) reources by design, those resources
whih have been specifically developed as “instructional system
component” in order to facilitate purpoaive formal learning, and (2)
resources by utilization, those resources which have not specifically been
designed for instruction but which can be discovered, applied and used for
learning purposes”.10 (1) Artinya sumber daya dengan desain, sumber
daya yang telah secara khusus dikembangkan sebagai "komponen sistem
instruksional" untuk memfasilitasi pembelajaran formal purpoaive, dan (2)

8
B. P. Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014),
hlm. 23
9
Ani Cahyadi, Pengembangan Media dan Sumber Belajar : Teori dan Prosedur, (Serang
: Laksita Indonesia, 2019),hlm 78
10
Donald P. Ely and Tjeerd Plomp (editor), Clasic Writings on Instructional Technology,
(America: Libraries Unlimiter, Inc., 1996), hlm. 6

8
sumber daya dengan pemanfaatan, sumber daya yang belum secara khusus
dirancang untuk pengajaran tetapi dapat ditemukan , diterapkan dan
digunakan untuk tujuan pembelajaran”
Prinsip pengembangan sumber belajar mencakup tiga hal sebagai
berikut:
1. Dasar Pengembangan
Perlunya mengembangkan sumber belajar di satuan
pendidikan didasari oleh pertimbangan berikut ini:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni begitu cepat sehingga bahan pelajaran yang
ada dalam buk teks pelajaran tidak dapat
mengikutinya pada waktu yang bersamaan.
b. Waktu yang tersedia untuk belajar secara tatap
muka antara pembelajar dan pemelajar terbatas
dan tidak cukup mencakup semua pokok bahasan
secara tuntas sehingga tidak mecapai kompetensi
yang ditetapkan.
c. Masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda dan tidak mungkin dipenuhi
semuanya di dalam kelas.
d. Siswa perlu dilatih mencari, menemukan,
mengolah, dan menggunakan informasi secara
mandiri.
e. Sumber belajar yang ada perlu dimanfaatkan
secara terintegrasi dan optimal dengan proses
pembelajaran di kelas untuk efektifitas dan
efesiensi proses pembelajaran.
f. Pusat sumber belajar dapat dijadikan sebagai
penggerak dalam mengatasi berbagai masalah
belajar dan belajar dengan cara-cara yang kreatif

9
dan inovatif dengan berorientasi pada kepentingan
siswa.
2. Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan sumber belajar dapat dilihat
dari dua konteks, yaitu secara umum dan khusus. Secara
umum berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar pemelajar secara individu dan keseluruhan dengan
menggunakan aneka sumber belajar.
Secara khusus tujuan pengembangan sumber belajar
dapat dilihat sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar sesuai
dengan gaya belajarnya.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
sumber belajar sesuai dengan karakteristiknya.
c. Memberikan kemampuan kepada siswa menggunakan
berbagai sumber.
d. Mengatasi masalah individual pemelajar dalam belajar
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan berbagai model pembelajaran
f. Membantu pembelajar mengatasi masalah-masalah
dalam pengembangan sistem pembelajaran.
g. Mendorong penggunaan pendekatan pembelajaran
yang baru, kreatif, dan inovatif.
h. Mendorong terciptanya proses pembelajaran yang
menyenangkan.
i. Mensinergikan penggunaan semua sumber belajar
sehingga tujuan belajar tercapai secara efektif dan
efesien.

3. Pemilihan dan Penggunaan Sumber Belajar

10
Oleh karena setiap anak merupakan individu yang
unik (berbeda satu sama lain), maka sedapat mungkin guru
memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswa. Dengan begitu maka diharapkan
kegiatan mengajar benar-benar membuahkan kegiatan
belajar pada diri setiapsiswa. Hal ini dapat dilakukan kalau
guru berusaha menggunakan berbagai sumber belajar secara
bervariasi dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin
kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber-sumber
belajar yang ada. Hal yang perlu diperhatian adalah, agar bisa
terjadi kegiatan belajar pada siswa, maka siswa harus secara
aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin
terjadi jika ada interaksi antara siswa dengan sumber-sumber
belajar. 11
Guru berfungsi mengkomunikasikan informasi pada
siswa.12 Fungsi ini dilaksanakan dengan cara menggunakan
dirinya sendiri sebagai suatu media komunikasi,
menggunakan saluran-saluran sensori seperti: suara,
penglihatan, peradaban, fungsi lainnya adalah melakukan
observasi dan evaluasi apa yang terjadi dalam proses belajar.
Peran guru adalah menyediakan, menunjukkan,
membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat
berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada.
Bukan hanya sumber belajar yang berupa orang, melainkan
juga sumber-sumber belajar yang lain. Bukan hanya sumber
belajar yang sengaja dirancang khusus, melainkan juga
sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan. Semua sumber

11
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Media
Group, 2008), hlm. 205
12
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 252

11
belajar itu dapat kita temukan, kita pilih dan kita manfaatkan
sebagai sumber belajar bagi siswa kita. Wujud interaksi
antara siswa dengan sumber belajar dapat bermacam-macam.
Cara belajar dengan mendengarkan ceramah dari guru
memang merupakan salah satu wujud interaksi tersebut.
Namun belajar hanya dengan mendengarkan saja, patut
diragukan efektifitasnya. Belajar hanya akan efektif jika si
belajar diberikan banyak kesempatan untuk melakukan
sesuatu, melalui multi metode dan multi media. Melalui
berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat
banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki siswa.13
C. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau
pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.14 Pembelajaran juga
diartikan sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi,
slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari
ruangan kelas, perlengkaan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan
sebagainya.15 Jadi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

13
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Media
Group, 2008), hlm. 200
14
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 128
15
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57.

12
Fiqih menurut bahasa berasal dari “faqiha yafqahu-fiqhan” yang berarti
mengerti atau paham. Paham yang dimaksudkan adalah upaya aqliah dalam
memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Al-fiqh menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu dengan mengerti
(al-ilm bisyai’i ma’a al-fahm). Ibnu Al-Qayyim mengatakan bahwa fiqh lebih
khusus daripada paham, yakni pemahaman mendalam terhadap berbagai
isyarat Al-Qur’an, secara tekstual maupun kontekstual. Tentu saja, secara
logika, pemahaman akan diperoleh apabila sumber ajaran yang dimaksudkan
bersifat tekstual, sedangkan pemahaman dapat dilakukan secara tekstual
maupun kontekstual. Hasil dari pemahaman terhadap teks-teks ajaran Islam
disusun secara sistematis agar mudah diamalkan.16 Oleh karena itu, ilmu fiqih
merupakan ilmu yang mempelajari ajaran Islam yang disebut dengan syariat
yang bersifat amaliah (praktis) yang diperoleh dari dalil-dalil yang sistematis.
Mata pelajaran Fiqih merupakan mata pelajaran bermuatan pendidikan
agama Islam yang memberikan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam segi
hukum Syara’ dan membimbing peserta agar memiliki keyakinan dan
mengetahui hukum-hukum dalam Islam dengan benar serta membentuk
kebiasaan untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan pembelajaran fiqih berarti proses belajar mengajar
tentang ajaran Islam dalam segi hukum Syara’ yang dilaksanakan di dalam
kelas antara guru dan peserta didik dengan materi dan strategi pembelajaran
yang telah direncanakan.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah
Ruang lingkup pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah meliputi :
1. Kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam;
2. Hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji,
hikmah dan cara pengelolaannya;
3. Hikmah kurban dan akikah;
4. Ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah;

16
Beni Ahmad Saebani dan Januri, Fiqh Ushul Fiqh,(Bandung: Pustaka Setia, 2008),
hlm.13

13
5. Hukum Islam tentang kepemilikan;
6. Konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya;
7. Hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta
hikmahnya;
8. Hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta hikmahnya;
9. Hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta hikmahnya;
10. Riba, bank dan asuransi;
11. Ketentuan Islam tentang jinaayah, Huduud dan hikmahnya;
12. Ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya;
13. Hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam tentang
siyaasah syar’iyah;
14. Sumber hukum Islam dan hukum taklifi;
15. Dasar-dasar istinbaath dalam fikih Islam; kaidah-kaidah usul fikih dan
penerapannya.
3. Tujuan Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah
Komponen tujuan pemberlajaran fiqih di Madrasah Aliyah dapat dilihat
sebagai berikut:
a. “Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara
pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun
muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan
sosial”.
b. “Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran
agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya”.17

17
Lampiran III c Bab VIII SK-KD PAI dan Bahasa Arab tk. MA Permenag No. 2 tahun
2008, hlm. 84.

14
D. Model Desain Pembelajaran Dick and Carey
1. Pengertian Model Desain Pembelajaran Dick and Carey
Model Desain pembelajaran Dick dan Carey merupakan model desain
pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System
Approach). Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem
pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan
evaluasi. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk terdiri
atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan
aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Dick dan Carey memasukan unsure
kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap
stimulus yang dihadirkan.18
Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses
yang sistematis yang menyeluruh. Hal ini dipelukan untuk dapat menciptakan
desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam
mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
2. Langkah – Langkah Model Desain Pembelajaran Dick and Carey
Komponen-komponen sekaligus langkah-langkah utama dari model
desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dkk yang terdiri atas:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran hal yang perlu
dilakukan dalam kegiatan ini adalah menentukan kemampuan atau
kompetensi yang perlu dimiliki oleh siswa setelah menempuh program
pembelajaran. Hal ini diistilahkan dengan tujuan pembelajaran atau
instructional goal.
Rumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan baik dari
rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus maupun dari
hasil analisys kinerja atau performance analysis. Rumusan tujuan
pembelajaran dapat dihasilkan melalui proses analisis kebutuhan atau

18
Desain Pembelajaran Model Dick dan Carey.docx | Zainul Mustofa - Academia.edu,
diakses pada Kamis 10 November 2022, pukul 19.30 wib

15
need analysis dan penglaman-pengalaman tentang kesulitan-kesulitan
yang diahadapi oleh siswa.
Selain itu tujuan pembelajaran dapat juga dirumuskan dengan
menggunakan analisyis tentang cara seseorang melakukan tugas atau
pekerjaan yang spesifik dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan
untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut, atau istilah ini disebut
dengan istilah analysis tugas atau Task analysis.
2. Melakukan analisis instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah analysisi instruksional, yaitu sebuah proses proses
yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan
relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atas
tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instruksional beberapa
langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi kompetensi berupa
pengetahuan (cognitive), keterampilan (Phsycomotor) dan sikap
(attitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
4. Analisis Siswa dan Konteks
Dalam model Dick dan Carry analisis terhadap siswa yang akan
belajar dan konteks pembelajaran. Kedua langkah ini dapat dilakukan
secara bersama-sama atau paralel. Analisis konteks meliputi kondisi-
kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari oleh siswa dan
situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh siswa untuk
menerapkan keterampilan yang dipelajari.
Analisis terhadap karakteristik siswa meliputi kemampuan actual
yang yang dimiliki oleh siswa, gaya belajar (learning styles), dan sikap
terhadap aktivitas belajar. Identifikasi yang akurat tentang
karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang
program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang akan digunakan.

16
5. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
Berdasarkan analisis instruksional, seorang perancang desain sistem
pembelajaran perlu mengembangkan kompetensi atau tujuan
pembelajaran spesifik (instructional objectives) yang perlu dikuasai
oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat umum
(instructional goal). Dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang
bersifat berspesifik, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian:
a) Menentukan pengetahuan keterampilan yang perlu dimiliki oleh
siswa setelah menepuh proses pembelajaran.
b) Kondisi yang dieprlukan agar siswa dapat melakukan unjuk
kemampuan dari pengetahuan yang telah dipelajari
c) Indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam menempuh proses pembelajaran
6. Mengembangkan instrument penelitian
Berdasarkan tujuan kompetensi khusus yang telah
dirumuskan,langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat atau
instrumem penilaian yang mampu mengukur pencapaian hasil belajar
siswa, hal ini dikenal dengan istilah evaluasi hasil belajar.
Hal yang penting dalam menentukan instrument evaluasi yang akan
digunakan adalah instrument harus dapat mengukur performance siswa
dalam mencapau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
7. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktifitas pra-
pembelajaran, penyajian materi pembelajara, dan aktivitas tindak lanjut
dari kegiatan pembelajaran.
Penentu strategi pembelajaran harus didasarkan pada faktor-faktor
berikut:
a) Teori terbaru tentang aktifitas pembelajaran
b) Penelitian tentang hasil belajar

17
c) Karekteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran
d) Materi atau substansi yang perlu dipelajari oleh siswa
e) Karakterisitik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan
pembelajaran
8. Penggunaan Bahan Ajar
Istilah bahan ajar sama dengan media pembelajaran, yaitu sesuatu
yang dapat membawa informasi dan pesan dari sumber belajar kepada
siswa, bahan ajar yang dapat digunakan adalah buku teks, buku
panduan, modul, program audio video, bahan ajar berbasis komputer,
program multimedia, dan bahan ajar yang digunakan pada sistem
pendidikan jarak jauh.
9. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang
terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Hasil
dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan untuk
memperbaiki draf program.
Tiga jenis evaluasi formatif:
a. Evaluasi perorangan (on to one evaluation)
b. Evaluasi kelompok sedang (small group evaluation)
c. Evaluasi lapangan/field trial
Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan untuk
melakukan kontak langsung dengan satu atau tiga orang calon
pengguna program untuk memperoleh masukan tentang pemahaman
dan daya tarik program. Evaluasi kelompok dialakukan kecil dilakukan
untuk menguji cobakan program terhadap sekelompok kecil calon
pengguna yang terdiri dari 10-15 orang siswa.
Evaluasi ini dilakukan untuk memperoleh masukan yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kualitas program. Evaluasi lapangan
adalah uji coba program sebelum program tersebut digunakan dalam
situasi pembelajaran yang sesungguhnya.

18
10. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Langkah terakhir dari proses desain adalah melakukan revisi
terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur
evaluasi foramtif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran,
evaluasi tidak hanya dilakukan pada draf program pembelajaran saja,
tetapi juga pada aspek-aspek desain sistem pembelajaran yang
digunakan dalam program, seperti analisis instruksional, entry behavior
dan karakteristik siswa. Prosedur evaluasi formatif perlu dilakukan
pada semua aspek program pembelajaran dengan tujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas program tersebut.
11. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Evaluasi merupakan jenis evaluasi yang berbeda dengan evaluasi
formatif. Evaluasi ini dianggap puncak dalam aktifitas desain
pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey. Evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif
dan direvisi sesuai dengan standar yan digunakan oleh perancang.
Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi
melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk
menyatakan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong kedalam proses
desain sistem pembelajaran.19
Langkah desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carrey
merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan sistem dalam
mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain
pembelajaran memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Desain Pembelajaran Dick and
Carrey
a. Kelebihan Model Dick dan Carrey :
1. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti

19
Desain Pembelajaran Model Dick dan Carey.docx | Zainul Mustofa - Academia.edu,
diakses pada Kamis 10 November 2022, pukul 19.30 wib

19
2. Teratur, efektif dan Efisien dalam pelaksanaa
3. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci,
sehingga mudah diikuti
4. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut
merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan
maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional
tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya
5. Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir
mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan
pembelajaran.
b. Kekurangan Model Dick dan Carrey :
1. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
2. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan
sesuai dengan langkah-langkah tersebut
3. Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar
4. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan
kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
6. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi
pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan
pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar
(validasi).
7. Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.

E. Pengembangan Media dan Sumber Belajar pada Pembelajaran Fiqih


Kelas XII dalam Model Desain Pembelajaran Dick and Carrey
Sebagai seorang guru, yang akan merancang bagaimana proses pembelajaran
itu menarik dan mempunyai arti bagi siswa, untuk itu media dan sumber belajar
pada pembelajaran fiqih kelas XII dalam model desain pembelajaran dick and
carrey yaitu sebagai berikut :

20
1. Mengidentiikasi Tujuan Umum Pada Pembelajaran Fiqih kelas XII
Skema model pembelajaran Dick and Carrey menggambarkan bahwa
langkah mengidentiikasi tujuan umum pembelajaran merupakan dasar
untuk menentukan langkah ke 2 dan ke 3. Dick and Carrey menjelaskan
bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat
dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3, tujuan
pembelajaran Fiqih sebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Berikut adalah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh:
1) Siswa dapat mengatur waktu dan pemusatan perhatian pada tujuan yang
ingin dicapai.
2) Guru dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya, dan
strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Melaksanakan Analisis Pada Pembelajaran Fiqih kelas XII
Dick and Carry mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah
diidentiikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan
bawahan (subordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar
menguasainya dan langkah – langkah prosedural bawaan yang ada harus
diikuti anak didik untuk dapat belajar mata pelajaran tertentu. Menganalisis
subordinate skills sangatlah diperlukan karena apabila keterampilan
bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan, akan ada banyak anak
didik yang tidak memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
Dengan demikian, pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya,
apabila keterampilan bawaaan berlebihan, pembelajaran akan memakan

21
waktu lebih lama dari semestinya dan keterampilan yang tidak perlu
diajarkan malah mengganggu anak didik dalam belajar menguasai
keterampilan yang diperlukan. Cara untuk mengidentiikasi subordinate
skills pembelajaran fiqih kelas XII dengan cara memilih keterampilan
bawahan yang berhubungan langsung dengan ranah tujuan pembelajaran.
Teknik analisis keterampilan bawahannya dengan menggunakan
pendekatan hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui dan
dilakukan oleh anak didik sehingga dengan usaha pembelajaran, sedikit
mungkin untuk dipelajari atau dikuasai.
3. Mengidentiikasi Tingkah Laku dan Karakteristik Siswa Pada Pembelajaran
Fiqih kelas XII
Mengidentiikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk
dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan strategi dan pemilihan
bahan ajar. Dalam pengajaran fiqih kelas XII, mengidentifaksi tingkah laku
dan karakteristik siswa merupakan pondasi untuk merencanakan metode
dan media pembelajaran. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik
siswa akan berpengaruh pada kualitas hasil pembelajaran
4. Merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran Fiqih kelas XII
Dalam pembelajaran fiqih kelas XII tujuan pembelajaran secara
khusus menerapkan aturan-aturan atau hukum-hukum dalam kehidupan.
5. Mengembangkan Instrumen Penelitian Pembelajaran Fiqih kelas XII
Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa dalam
pembelajaran guru dapat melakukan penilaian melalui tes dan non tes.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran Fiqih kelas XII
Dalam strategi pembelajaran Fiqih, terdapat variabel metode
pembelajaran yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (a)
strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b) strategi penyampaian
pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi
pengorganisasian isi pembelajaran adalah metode untuk mengorganisasikan
isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Istilah

22
mengorganisasi mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu.
Sementara itu, strategi penyampaian pembelajaran adalah metode untuk
menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar untuk menerima serta
merespon masukan yang berasal dari pebelajar. Adapun startegi
pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara
pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
7. Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran Fiqih kelas XII
Untuk keperluan program pengembangan mata pelajara fiqih,
misalnya standar kompetensi membaca pemahaman, khususnya untuk
material pembelajarannya dipilih dari beberapa buku yang sesuai dengan
keperluan pembelajaran. Hal ini dilakukan karena kurangnya literatur
pendukung yang baik.
8. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif Pada Pembelajaran Fiqih
kelas XII
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
kesesuaian antara bahan ajar yang tersaji dengan tujuan yang telah
digariskan. Selain itu, pelaksanaan evaluasi terhadap bahan ajar dapat juga
dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara memperhatikan respon siswa terhadap bahan ajar tersebut.
Guru dapat mencatat respon siswa terhadap bahan ajar yang diberikan.
Dengan adanya evaluasi terhadap bahan ajar, pengembangan bahan ajar
Fiqih pada Kelas XII dapat dilakukan dengan mudah. Setelah ada evaluasi,
pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang telah
dilakukan. Dengan demikian akan terjadi pengembangan bahan ajar dengan
sendirinya
9. Merevisi Bahan Pembelajaran Fiqih kelas XII
Dalam pembelajaran Fiqih Kelas XII, merevisi bahan pembelajaran
perlu untuk dilakukan. Hal ini ditujukan untuk menyempurnakan bahan
pembelajaran sehingga lebih menarik, efektif bila digunakan dalam

23
keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
10. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Melalui evalusai sumatif, suatu desain pembelajaran yang memiliki
dasar keputusan penilaian yang didasarkan pada keefektifan dan eisiensi
dalam kegiatan belajar mengajar dapat ditetapkan dan diberikan nilai.
Evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan di awal yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila
semua tuuan sudah dapat dicapai, efektivitas pelaksanaan kegiatan
pembelajaran mata pelajaran tertentu diangggap berhasil dengan baik.
Demikian pula jika keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu yang
relatif pendek, aka dari segi eisiensi pembelajaran dapat dicapai. Dan
terakhir, jika dengan rancangan pembelajaran ini mungkin dengan
memberlakukan strategi yang baik, aktivitas belajar siswa meningkat, maka
dari segi keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai.

F. Materi Fiqih tentang “Ushul Fiqh”


1. Pengertian Ushul Fiqh
Frasa “ushul fiqih” ditinjau secara bahasa terdiri dari dua suku kata,
yaitu “ushul” dan “fiqih”. Kata ushulُُُُ)‫ (األصول‬adalah bentuk jamak dari kata
al-ashl ( ‫( األصل‬yang berarti sesuatu yang menjadi dasar atau landasan bagi
lainnya. Adapun kata al-fiqh ُُ)‫( الفقه‬sebagaimana yang diuraikan tersebut,
berarti paham atau mengerti secara mendalam.20
Adapun secara istilah, ushul fiqih sebagaimana dijelaskan oleh
Muhammad al-Syaukani :

20
https://islam.nu.or.id/syariah/pengertian-dan-cakupan-kajian-ushul-fiqih-Pt6or diakses
pada Rabu, 16 November 2022, pukul 20.00 wib

24
Artinya: Fungsi ushul fiqih adalah mengetahui kaidah-kaidah yang
dapat digunakan sebagai alat untuk menggali (istimbath) hukum-hukum
furu’ dari dalil-dalilnya yang rinci dan jelas.
Definisi di atas menyimpulkan bahwa ushul fiqih merupakan sarana
atau alat yang dapat digunakan untuk memahami nash al-Qur’an dan as-
Sunnah agar dapat menghasilkan hukum-hukum syara’. Dengan kata lain,
ushul fiqih merupakan metodologi atau teori yang tidak hanya digunakan
untuk memahami hukum-hukum syara’ saja, melainkan juga dapat
berfungsi untuk menetapkan dan menghasilkan hukum-hukum syara’ yang
bersifat furu’iyah.
2. Obyek Pembahasan Ushul Fiqh
Obyek Pembahasan Ushul Fiqh Obyek pembahasan ilmu ushul fiqh
adalah syari’at yang bersifat kulli atau yang menyangkut dalil-dalil hukum.
Baik dalil-dalil hukum ini menyangkut dalildalil hukum nash yang terdapat
dalam al-Qur’an dan al-Hadis ataupun dalil-dalil yang ijtihadiyah.21
Dalil-dalil yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits kajiannya berkaitan
dengan berbagai bentuk karakteristik lafazd nash, yaitu :
a. Lafadz nash dari segi bentuknya
b. Lafadz nash dari segi cakupan maknanya
c. Lafadz nash dari dilalahnya
d. Lafadz nash dari segi jelas dan tidak jelasnya serta macam-macam
tingkatannya
e. Lafadz nash dari segi penggunaannya
f. Hukum syara’ dalam kaitannya dengan makna hukum, pembagian
hukum dan obyek serta subyek hukum.
Dalil-dalil ijtihadiyah ini merupakan dalil-dalil yang dirumuskan
berdasarkan ijtihad ulama’. Dalil-dalil tersebut seperti :
a. Al-Ijmak
b. Al-Qiyas

21
https://islam.nu.or.id/syariah/pengertian-dan-cakupan-kajian-ushul-fiqih-Pt6or diakses
pada Rabu, 16 November 2022, pukul 20.00 wib

25
c. Al-Istihsan
d. Al-Maslahah Mursalah
e. Al-Istishab
f. Sadzudz Dzari’ah
g. Al-‘Urf h. Syar’u Man Qablana
i. Mazhab Sahabi
3. Tujuan Pembelajaran Ushul Fiqh
Mengingat posisi ushul fiqih ini sangat vital dalam hukum Islam, maka
mengetahui tujuan mempelajari ushul fiqih ini sangat penting. Para ulama
telah menyimpulkan bahwa mempelajari ushul fiqih sesungguhnya akan
membawa seorang muslim sampai pada pemahaman tentang seluk-beluk
dan proses penetapan hukum dan dalil-dalil yang melandasinya. Disamping
itu, mempelajari ushul fiqih untuk menjadikan kita paham secara mendalam
tentang berbagai ketentuan hukum seperti ibadah, mu’amalah dan ‘uqubah.
Ketiga aspek ini merupakan bidang garapan atau telaah dari ushul fiqih yang
proses penetapan dan penerapannya sangat penting untuk dipelajari
manusia. Kita tidak akan mungkin paham secara baik jika tidak mempelajari
ushul fiqih. Oleh karena itu tujuan mempelajari ushul fiqih itu sendiri
sesungguhnya agar kita mampu menyelami hukum-hukum Allah Swt
dengan baik dan benar agar dapat diterapkan dalam kehidupan nyata setiap
hari.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan media pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu media pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
Sumber belajar adalah guru dan bahan-bahan pengajaran, baik buku - buku
pelajaran dan semacamnya. Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas
dibandingkan media pembelajaran. Apabila media pembelajaran kita pahami
dalam arti penyalur pesan, maka tidak semua sumber belajar dapat menjadi media
belajar.
Pembelajaran fiqih berarti proses belajar mengajar tentang ajaran Islam
dalam segi hukum Syara’ yang dilaksanakan di dalam kelas antara guru dan
peserta didik dengan materi dan strategi pembelajaran yang telah direncanakan.
Model Desain pembelajaran Dick dan Carey merupakan model desain
pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach).
Dapat disimpulkan pengembangan media dan sumber belajar pada
pembelajaran Fiqih kelas XII dalam model desain pembelajaran Dick and Carrey,
diketahui bahwa pengembangan model ini sangat tepat diaplikasikan dalam
pengajaran Fiqih pada Kelas XII. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran
Dick and Carrey mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan
pembelajaran, sehingga model ini tepat diaplikasikan dalam mata pelajaran yang
berbasis keterampilan. Selain hal tersebut, model Dick dan Carrey memiliki 10
langkah pembelajaran yang sistematis, dari mengidentiikasi tujuan umum
pembelajaran sampai melaksanakan evaluasi. Hal ini membuat model ini sebagai
model yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang bersifat sistematis.

27
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,Azhar. 2013. Media Pembelajaran,. Jakarta: Rajawali Pers.
B. P. Sitepu, 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Cahyadi, Ani. 2019. Pengembangan Media dan Sumber Belajar : Teori dan
Prosedur, Serang : Laksita Indonesia.
Desain Pembelajaran Model Dick dan Carey.docx | Zainul Mustofa -
Academia.edu, diakses pada tanggal 10 November 2022, pukul 19.30
wib
dkk, Sadiman, Arief S., 1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya), Jakarta: CV. Rajawali
Donald P. Ely and Tjeerd Plomp (editor),1996. Clasic Writings on Instructional
Technology, America: Libraries Unlimiter, Inc.
Hamalik, Oemar, 2001. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Januri, dan Saebani, Ahmad, Beni. 2008. Fiqh Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia.
Lampiran III c Bab VIII SK-KD PAI dan Bahasa Arab tk. MA Permenag No. 2
tahun 2008
Majid, Abdul, 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi
Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2012. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Musfiqon, 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, Jakarta: PT.
Prestasi Pustakarya.
Sanjaya, Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Media Group.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2011. Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers
Warsita, Bambang, 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Amplikasinya.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
https://islam.nu.or.id/syariah/pengertian-dan-cakupan-kajian-ushul-fiqih-Pt6or
diakses pada Rabu, 16 November 2022, pukul 20.00 wib

28

Anda mungkin juga menyukai