Anda di halaman 1dari 13

Makalah Media dan Metode Pembelajaran IPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah
metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan, ternasuk karakteristik
siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama
media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan minat dan keinginan yang baru, motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa. Seperti yang telah banyak kita temukan bahwa gaya megajar yang kurang
disukai oleh siswa akan berpengaruh pada tinggi-rendahnya minat belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu, sehingga yang menjadi tujuan dari pembelajaran bisa
tercapai secara maksimal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis akan membahas masalah umum yaitu
Bagaimana media dan metode pembelajaran Ips. Berikut adalah sub masalah
yang akan penulis bahas :

1)

Apa yang dimaksud media dan metode mengajar?

2)

Apa fungsi media pembelajaran ?

3)

Apa saja jenis-jenis media pembelajaran ?

4)

Apa saja kriteria pemilihan metode pembelajaran ips di SD?

5)

Apa saja metode pembelajaran ips di SD?

C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari media pembelajaran dan Metode
mengajar

2.

Untuk megetahui fungsi media pembelajaran

3.

Untuk mengetahui jenis-jenis media pembelajaran

4.

Untuk mengetahui kriteria metode pembelajaran ips

5.

Untuk mengetahui metode pembelajaran ips

D.

Manfaat

1.

Dapat memahami pengertian media pembelajaran dan metode mengajar

2.

Dapat memanfaatkan kelebihan-kelebihan pada setiap media pembelajaran

3.
Dapat menggunakan berbagai jenis media pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar
4.
Dapat mempermudah guru dalam penggunaan setiap metode
pembelajaran IPS

BAB II
PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN MEDIA DAN METODE MENGAJAR

1. Pengertian Media Pembelajaran


Kata media berasal daribahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara, atau pengantar. Selain itu, kata media juga berasal dari
bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium, dan secara harfiah
berarti perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan
dengan penerima pesan.
Menurut Gerlach dan ely (dalam Hamdani 2010 : 243)) media apabila dipahami
secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi agar sisw mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan,
atau sikap. Secara lebih khusus, diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis,
atau eletronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual dan verbal.

Sedangkan Education Assiciation (NEA) mendefinisikan media sebagai benda


yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa, yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media
yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau
mengadung maksud-maksud pengajaran.

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu


bagi guru untuk mengajar dan media yang digunakan pun baru sebatas alat
bantu visual. Sekitar abad ke-20, usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan
alat audio mulai dilakukan sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya
dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media
pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan
internet.
Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembeljaran
juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
memadatkan informasi.
2. Pengertian Metode mengajar
Kata metode berasal dari bahasa latin yaitu methodo yang berarti jalan.
Dengan demikian metode bersangkut paut dengan pemilihan jalan, arah atau
pola dalam berbuat sesuatu untuk mencapai sesuatu tujuan. Sedangkan
mengajar dapat diartikan sebagai suatu proses membawa anak didik dari suatu
tingkat kecakapan tertentu ke tingkat kecakapan yang menjadi tujuan
pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut Winarno Surachmad (1976:76), menyatakan
bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan mengajar diartikan sebagai penciptaan suatu
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (T. Raka Joni.
1980:1).
Dengan demikian metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh
seorang pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya (E.
Kusmana. 1974:1). Lebih jelas lagi ditegaskan oleh Winarno Surachmad (1961),
bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan proses belajar mengajar,
atau bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada muridmurid di sekolah.
Kegiatan pembelajaran yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi
sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru
berusaha

mengatur lingkungan kelas agar anak didiknya termotivasi untuk belajar. Guru
berusaha dengan seperangkat pengetahuan dan pengalamannya
mempersiapkan program pembelajaran dengan baik dan sistematis. Usaha
tersebut dimaksudkan agar anak didiknya memiliki kecakapan, pengetahuan,
dan kepribadian yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan caracara tertentu. Cara-cara yang ditempuh oleh guru itulah yang disebut sebagai
metode pembelajaran.
B. FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua unsur ini sangat berkaitan, penentuan
metode mengajar akan mempengaruhi media pembelajaran yang digunakan,
banyak hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, seperti tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi
antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dari pengertian di atas, secara
umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah bentuk
saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan
pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar. Menurut Hamalik, pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap
siswa.
Menurut Gerlach & Ely (dalam Hamdani 2010: 246) Tiga kelebihan
kemampuan adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek
atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian disimpan,
dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan dan diamati kembali seperti kejadian
aslinya.
2.
Kemampuan menipulatif, artinya dapat menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagi perubahan (manipulasi) sesuai dengan keperluan,
misalnya ukuran, kecepatan, warnanya diubah, serta dapat pula diulang-ulang
penyajiannya.
3.
Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang
besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serampak, misalnya siaran TV
atau Radio.

Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai


berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2.

Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi


sikap pasif anak didik. Sehingga dapat menimbulkan kegairahan belajar;
memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan; dan memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri
menurut kemampuan dan minatnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa beberapa pendidik atau guru
mempunyai gaya yang berbeda dalam mengadakan pembelajaran, yang
menyebutkan bahwa gaya atau model pembelajaran guru yang diadakan akan
lebih bermanfaat dengan menggunakan media, serta pembelajaran yang
diadakan akan lebih efektif dengan menggunakan media yang berbeda secara
berkelanjutan. Maksudnya adalah pembelajaran akan lebih efektif jika
penggunaan media pembelajaran tersebut tidak monoton, tetapi diavariasikan
dengan media yang lainnya secara bervariasi.

C. JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN


Media yang digunakan dalam pembelajaran beraneka ragam. Seseorang guru
harus dapat memilih salah satu media pembelajaran yang akan digunakan.
Penggunaan atau pemilihan media harus disesuaikan dengan materi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Media pembelajaran dikelompokan menjadi tiga yaitu :
1. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara
dan program radio adalah bentuk media audio. Pengguaan media audio dalam
pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan meteri ajaran tentang
mendengarkan.
Media Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera
pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat
menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal
(bunyi-bunyian dan vokalisasi).
2. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh
para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media
visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals)
dan media yang dapat diproyeksikan (Project Visuals).

Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still pictures) atau
bergerak (mition picture). Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan adalah
gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia,
binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan atau isi
pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang diproyeksikan
adalah media yang menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar
atau tulisan tampak pada layar (screen).
3. Media Audio-Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan
visual atau bisa disebut media pandang-dengar. Audio visual akan mejadikan
penyajian bahan ajar kepada siswa semakin mantap dan optimal. Selain itu,
media dalam batas-batas terbentuk dapat juga melakukan peran dan tugas guru.
Sebab, penyajian materi bisa diganti oleh media, dan guru bisa beralih menjadi
fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi bara siswa untuk belajar.
Contoh media audio visual, diantaranya program vedio atau televisi, vedio atau
televisi intruksional, dan program slide suara (soundslide).
Media audio-visual disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media
yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video
terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur
audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui
pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar
melalui bentuk visualisasi.

D. KRITERIA MENENTUKAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD


Anda sudah belajar tentang macam-mcam metode yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPS di SD. Permasalahan yng timbul sekarang adalah bagaimana
Anda memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan kepada siswa.
Berhubungan dengan hal tersebut menurut Cheppy HC (tt;80) ada tiga
kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan metode, antara lain:

1.

Tujuan

Tujuan merupakan landasan utama untuk menentukan metode sesuai dengan


tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya jika guru akan mengembangkan sikap
dalam kehidupan keluarga, maka metode yang dipilih adalah sosiodrama
2.

Kebutuhan dan minat anak

Kebutuhan individu itu berbeda-beda, misalnya beberapa anak memerlukan


pengalaman tertentu, sedang yang lain memerlukan aktivitas tertentu pula.
Sebagai guru harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak untuk menentukan
rencana kegiatan pembelajaran. Pada kelas rendah, diperlukan aktivitas yang
bertumpu pada bahan-bahan buku bacaan, sosiodrama, permainan, membaca

cerita, dan penyusunan bagan. Minat anak sebagian juga ditentukan oleh
metode yang digunakan guru. Siswa yang gemar mengkoleksi perangko dan
pakaian adat akan berbeda dengan siswa yang gemar membaca ataupun melalui
akting. Oleh karena itu dengan mengenal perbedaan-perbedaan siswa tersebut,
guru akan mudah untuk menentukan metode yang akan digunakan.
3.

Cara Penampilan Guru

Kepribadian guru dapat dilihat melaluai penampilannya waktu mengajar. Dalam


beberapa hal ia telah mengembangkan cara mengajar yang mengesankan, di
lain pihak ia memang pandai memilih metode yang tepat, sehingga kegiatan
pembelajaran menyenangkan. Guru seperti itulah yang harus tampil di kelas
untuk mengajar mata pelajaran IPS. Guru hendaknya memiliki keterampilan
memilih metode, dan memiliki keberanian untuk mencoba berbagai metode
sebagai variasi dalam mengajar. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar
akan tampak dalam metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka
dari itu metode mengajar merupakan hal yang dominan, karena meskipun materi
cukup, alat-alat memenuhi syarat, kalau faktor penggunaan metode kurang
tepat, maka hasil pembelajarannya akan rendah. Menurut Husein Akhmad, dkk
(1981;58) seorang guru IPS dalam memilih metode hendaknya memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:

1.

Pengajar (guru)

Seorang guru dalam memilih metode hendaknya mempertimbangkan:


pengetahuan yang dikuasai, pengalaman mengajar, dan personalitas yang
dimiliki. Personalitas yang cocok dengan siswa akan mendorong kegiatan
belajar, karena terbinanya sarana komunikasi yang efektif.
2.

Siswa

Cara-cara yang dipilih guru hendaknya memperhitungkan lingkungan siswa dari


mana ia berasal, tingkat intelektual dan latar belakang siswa, pengalaman
praktik siswa serta lingkungan dan budaya siswa.
3.

Tujuan yang akan dicapai

Tujuan yang akan dicapai merupakan pedoman bagi guru dalam memilih bahan
yang akan disajikan dan memikirkan metode apa yang paling efektif.
4.

Materi/bahan

Materi itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, karenanya menuntut


cara mengajar yang serasi dengan materi tersebut. Metode untuk materi yang
bersifat abstrak akan berbeda dengan metode untuk materi yang bersifat
konkrit.
5.

Waktu

Masalah waktu harus diperhatikan dalam memilih metode antara lain: waktu
untuk persiapan, waktu yang tersedia untuk mengajar, waktu yang menunjukkan
saat mengajar apakah mengajar pagi hari, siang hari atau sore hari.

6.

Fasilitas yang tersedia

Fasilitas yang tersedia akan menentukan seberapa jauh orang dapat leluasa
dalam memilih metode pengajaran. Setelah guru menentukan metode yang
tepat bagi suatu materi tertentu, hendaknya metode tersebut dijadikan sebagai
alat untuk menyajikan bahan pelajaran dan sekaligus sebagai alat bantu siswa
untuk mempermudah proses belajar mengajar.

E. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD


1. Contectual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Contectual Teaching and Learning CTL, merupakan konsep belajar
yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa. Hal ini akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk siswa bekerja dan mengalami secara langsung, bukan hanya sekedar
mentransfer pengetahuan guru kepada siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat aliran kontruktivisme yang menekankan bahwa
kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggungjawab atas hasil
belajarnya, membuat penalaran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari
makna, dan membandingkan dengan apa yang telah diketahui dengan apa yang
diperlukan dalam pengalaman yang baru.
2. Cooperative Learning
Falsafah yang mendasari model pembelajaran Cooperative Learning bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa kerja sama kehidupan manusia
akan terganggu, karena manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dan
kerjasama dengan orang lain.
Menurut Thomson, dkk. (1995), di dalam pembelajaran cooperative learning,
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lain. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari
4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogin. Maksud kelompok heterogin
adalah terdiri dari bermacam-macam latar belakang kemampuan siswa, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, dan latar belakang social budaya.
Teknik-teknik Pembelajaran Cooprarative Learning :
a) Teknik Mencari Pasangan
Teknik ini digunakan untuk memahami suatu konsep atau informasi tertentu
yang harus ditemukan siswa. Keunggulannya adalah siswa dapat mencari
pasangan sambil belajar menggali satu konsep atau tema dalam suasana yang
menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkat usia anak. Adapun caranya guru menyiapkan beberapa
kartu yang berisi beberapa konsep atau topik tertentu, setiap siswa mendapat
satu kartu. Kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu

yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang bertuliskan


Jakarta akan berpasangan dengan pemegang kartu bertuliskan Ibu kota
Negara Republik Indonesia Pemegang kartu rempah-rempah berpasangan
dengan kartu Maluku. Siswa dapat bergabung dengan dua atau tiga pemegang
kartu yang cocok sehingga dapat melengkapi pemahaman konsep atau 32 topic
di kartu masing-masing.

b) Bertukar Pasangan
Teknik ini dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan
semua tingkatan usia anak didik. Caranya adalah, guru memberi tugas kepada
siswa untuk dikerjakan dengan pasangannya dalam (kelompok), setelah selesai
setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain untuk berdiskusi untuk
mengukuhkan jawaban. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan
kemudian dibagikan kepada pasangan semula
c) Berpikir Berpasangan Berempat
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja
sama dengan siswa lain. Keunggulannya adalah optimalisasi partisipasi siswa,
karena setiap siswa dapat tampil beberapa kali untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasinya kepada siswa lain. Teknik ini juga dapat diterapkan pada semua
mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Caranya adalah, guru
membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada
semua kelompok. Setiap siswa mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri,
kemudian bergabung dengan rekan lain dari anggota kelompoknya untuk
berdiskusi. Setelah selesai, kedua pasangan bergabung kembali dengan
kelompoknya. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya
kepada anggota kelompok berempat.
d) Keliling Kelompok
Teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan
usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya. Caranya adalah,
salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan
pandangan dan pemikirannya tentang tugas yang sedang mereka kerjakan.
Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya, demikian seterusnya,
giliran berbicara dapat diatur menurut arah jarum jam atau dari kiri kekanan
atau sebaliknya.
e) Jigsaw
Teknik ini dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara. Guru memperhatikan skemata atau latar
belakang siswa dan membantu mengaktifkan siswa agar pembelajaran menjadi
lebih bermakna. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu, mereka
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.

3. Metode Karyawisata
Suryobroto(1986:51) memberi batasan karyawisata sebagai kegiatan belajar
mengajar dengan mengunjungi obyek yang sebenarnya yang ada hubungannya
dengan pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja
(1980:113), menyatakan bahwa karyawisata adalah suatu kunjungan ke obyek
tertentu di luar lingkungan sekolah, di bawah bimbingan guru IPS, yang
bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut metode karyawisata dapat dilaksanakan
dengan mengadakan perjalanan dan kunjungan yang hanya beberapa jam saja
ke tempat atau daerah yang tidak begitu jauh dari sekolah, asalkan maksudnya
memenuhi tujuan instruksional IPS.
Kelebihan Metode Karyawisata :
1)
Siswa dapat mengamati obyek secara nyata dan bervariasi, seperti
peninggalansejarah, pasar, pantai, pabrik, kalurahan, kecamatan.
2)
Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah-masalah dengan cara
melihat, mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang
dipelajari.
3)

Siswa dapat pula mendapatkan informasi langsung dari nara sumber.

Kelemahan Metode Karyawisata


1)

Jika terlalu sering dilaksanakan akan mengganggu rencana pelajaran.

2)

Perlu pengawasan dan bimbingan guru.

3)
Jika obyek yang akan dikunjungi terlalu jauh letaknya, menyulitkan
transportasi dan pembiayaan.
4. Metode Role Playing ( Bermain Peran)
Berbicara masalah metode role playing tidak bisa lepas dari metode sosiodrama,
sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yang sukar
dipisahkan satu sama lainnya. Role playing adalah salah satu bentuk permainan
pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai,
dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain
(Husein Achmad. 1981:80).
Melalui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif
meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan
nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan.
Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketikasiswa memainkan peran di depan
kelas. Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap
pelajaran IPS yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.

Tujuan dan Manfaat Role Playing(menurut Shaftel) :


1)
Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita
hidup.
2)
3)

Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan.


Pembentukan konsep secara mandiri.

4)
Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis,
analisis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain.
5)
Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara
berfikirnya, dan perbuatannya.
5. Metode simulasi
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep, prinsip atau sesuatu
keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.
(B. Suryobroto,1986:63). Manfaat metode simulasi menurut Nesbitt, permainan
simulasi yang diselenggarakan dengan baik dapat merangsang timbulnya
berbagai alur-pikiran yang dapat diteruskan dengan pengkajian-pengkajian lebih
lanjut.
Kelebihan Metode Simulasi:
1)
Aktivitas simulasi menyenangkan siswa, sehingga siswa terdorong untuk
ikut berpartisipasi.
2)
Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan
yang sebenarnya.
3)
Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab walaupun mengenai
abstraksi tetapi dikerjakan dalam bentuk aktivitas.
4)
Strategi ini menimbulkan respon yang positip dari siswa yang lamban,
kurang cakap dan kurang motivasinya.
5)
Simulasi menimbulkan berpikir kritis siswa, sebab mereka terlibat dalam
analisis atau proses kemajuan simulasi.
Kelemahan Metode Simulasi:
1.

Simulasi menghendaki banyak imaginasi dari guru dan siswa.

2.
Menghendaki pengelompokkan siswa yang fleksibel, begitu juga ruang
kelas atau gedung yang memadai.
3.
Sering mendapatkan kritikan dari orang tua siswa, karena aktivitasnya
melibatkan permainan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara harfiah media berarti perantara atau pengatar, yaitu perantara atau
pengatar sumber pesan dengan penerima pesan sedangkan prestasi belajar
merupaka tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menolak, menerima
dan informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan metode mengajar adalah metode yang dipergunakan oleh seorang
pengajar untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajarannya
Media pembelajaran berfungsi untuk memperjelas penyajian pesan, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera serta dapat dapat mengatasi sikap
pasif siswa. Peranan media pembelajaran ada dua macam yaitu peranan media
belajar dalam KBM di kelas dan kegunaan media dalam situasi-situasi KBM
tertentu. Jenis-jenis media pembelajaran terdiri dari media audio, audio visual,
dan media audio-visual.
Kriteria dalam menentukan metode pembelajaran IPS ada dua macam yaitu: 1)
Tujuan 2) Kebutuhan dan minat anak, dan 2) Cara penampilan guru. Sedangkan
metode-metode yang dapat digunakan adalah 1) metode Contectual Teaching
and Learning (CTL), 2) Cooperative Learning, 3) metode karya wisata 4) Role
playing (bermain peran), dan 5) metode simulasi.

B. SARAN
Diharapkan kepada para pendidik untuk lebih memperhatikan penggunaan
media yang cocok dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih mudah
memahami materi yang disampaikan dan dapat mengatasi rendahya prestasi
belajar yang dialami oleh siswa khususnya pada mata pelajaran Ips di sekolah
dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai