Anda di halaman 1dari 13

23

Pembelajaran PAI Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme di SMPN


2 Tilatang Kamang

Alif Rila1
IAIN Bukittinggi
alifrila86@gmail.com
Arifmiboy2
IAIN Bukittinggi
arifmiboy@yahoo.co.id
Supratman Zakir3
IAIN Bukittinggi
supratman@iainbukittinggi.ac.id

Abstract
Based on the phenomenon, it is concluded that the learning process of Islamic Religious Education in
Class VIII at SMP N 2 Tilatang Kamang generally only emphasizes curriculum achievement and
textual delivery, and does not develop learning abilities. For this reason, it is necessary to change the
mindset of education managers, especially teachers, as the spearhead of curriculum implementation
that directly deals with students, namely by applying the Constructivism Approach. The purpose of
this research is to improve learning outcomes of Islamic Religious Education in Class VIII at SMP N
2 Tilatang Kamang. Data collection is carried out by observation, interviews, and Observation
Sheets. The type of research is classroom action research, this research uses a qualitative and
quantitative approach which is carried out in 2 cycles collaboratively between researchers and
teachers. The research data is in the form of information about the process and results of actions
through the results of observations and recording of each action in learning Islamic Religious
Education. The research subjects are the teachers and students studied. The results of the study show
that applying the Constructivism Approach can improve learning outcomes. From the learning
outcomes in the first cycle with the percentage of student learning completeness is 66.04%, and an
increase in learning outcomes in the second cycle with the percentage of learning completeness is
80.99%. So it can be seen with the constructivism approach that student learning outcomes increase
and students feel happy using this approach.

Keywords: Learning Outcomes, Islamic Religious Education, Constructivism Approach

Abstrak
Berdasarkan observasi awal proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII di SMP N 2
Tilatang Kamang pada umumnya hanya menekankan pada pencapaian kurikulum dan penyampaian
tekstual semata, serta kurang mengembangkan kemampuan dalam belajar. Untuk itu perlu adanya
perubahan pola piker bagi pengelola pendidikan, terutama guru, sebagai ujung tombak pelaksanaan
kurikulum yang langsung berhadapan dengan siswa, yaitu dengan salah satunya menerapkan
Pendekatan Konstruktivisme.Tujuan penelitian ini natinya dapat meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII di SMP N 2 Tilatang Kamang. Pengumpulan data di
laksanakan dengan observasi, wawancara, Lembar Pengamatan. Jenis Penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research), penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif yang dilakukan dengan 2 siklus secara kolaboratif antara peneliti dan guru. Data
penelitian berupain formasi tentang proses dan hasil tindakan melalui hasil Pengamatan dan
pencatatan setiap tindakand alam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Subjek penelitian adalah
guru dan siswa terteliti. Hasil penelitian terlihat bahwa dengan menerapkan Pendekatan
Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar. Dari hasil belajar pada siklus I dengan Persentase
ketuntasan belajar siswa adalah 66,04 %, dan terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II dengan
persentase ketuntasan belajar adalah 80,99 %. Jadi dapat diketahui dengan pendekatan
24
kontruktivisme hasil belajar siswa meningkat dan siswapun merasa senang dengan menggunakan
pendekatan ini.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendidikan Agama Islam, Pendekatan Kostruktivisme

PENDAHULUAN lingkungan. Dengan bantuan struktur


Menurut teori Konstruktivisme, kognitifnya ini, subjek menyusun pengertian
subjek aktif menciptakan struktur-struktur realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi
kognitif dalam interaksinya dengan sejauh realitas tersebut disusun melalui
25

struktur kognitif yang diciptakan oleh subjek guru tidak hanya sekedar memberikan
itu sendiri.Struktur kognitif senantiasa harus pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa
diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan harus membangun sendiri pengetahuan yang
lingkungan dan organisme yang sedang ada dibenaknya (Gide, 1967). Konstruktivis
berubah. dalam pembelajaran untuk diterapkan karena
Proses penyesuaian diri terjadi secara dapat meningkatkan keaktifan dan
terus-menerus melalui proses rekonstruksi. pemahaman siswa dalam membangun
Pengetahuan itu dikonstruksikan (dibangun), gagasan dari siswa itu sendiri.
bukan dipersepsi secara langsung oleh Konstruktivisme adalah penilaian yang
indera. Semua pengetahuan, tidak peduli menyatakan bahwa peningkatan intelektual
bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, adalah siklus di mana anak-anak secara
terbentuk di dalam otak manusia, dan subyek efektif membuat kerangka kepentingan dan
yang berfikir tidak memiliki alternatif selain pemahaman realitas melalui pertemuan dan
mengontruksikan apa yang diketahuinya kolaborasi mereka.
berdasarkan pengalamannya sendiri. Inti dari konstruktivisme adalah
Semua pikiran orang didasarkan pada kemungkinan bahwa siswa harus
pengalamannya sendiri, sehingga bersifat menemukan dan mengubah data yang
subyektif. Semua pengetahuan adalah hasil kompleks sendiri jika mereka membutuhkan
konstruksi dari kegiatan atau tindakan data untuk menjadi milik mereka.
seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu Konstruktivisme adalah penilaian yang
yang ada di luar, tetapi ada dalam diri menyatakan bahwa peningkatan intelektual
seseorang yang membentuknya. Setiap adalah siklus di mana anak-anak secara
pengetahuan mengandaikan suatu interaksi efektif membuat kerangka kepentingan dan
dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan pemahaman realitas melalui pertemuan dan
objek, seseorang tidak dapat mengonstruksi kolaborasi mereka. (Pai, 2021).
pengetahuan.(Atmoko, 2017). Meningkatkan mutu pendidikan
Diterapkannya konstruktivis juga merupakan suatu proses yang harus
mempunyai tujuan dalam proses dilaksanakan secara terus menerus untuk
pembelajaran. Mengemukakan bahwa meningkatkan kualitas proses belajar
pendekatan konstruktivisme disajikan supaya mengajar dan berbagai faktor yang berkaitan
lebih merangsang dan memberi peluang dengan itu, dengan arah agar tujuan
kepada siswa untuk belajar, berfikir inovatif pendidikan dapat dicapai secara efektif dan
dan mengembangkan potensinya secara lebih efisien. Muara dari peningkatan mutu
optimal. Satu prinsip yang paling penting tidak lain adalah pencapaian tujuan
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa pendidikan, yang diujudkan kemampuan
26

yang utuh pada diri peserta didik. Proses tidak bisa dimutlakkan. Keduanya tidak bisa
belajar mengajar menempati posisi yang diharapkan mampu memecahkan seluruh
amat penting dan menentukan. Namun, perlu persoalan yang dihadapi manusia. Oleh
dicatat bahwa proses belajar mengajar karena kondisi keduanya yang serba terbatas
merupakan suatu interaksi yang bersifat itulah, akhirnya ilmu dalam Islam dirancang
manusiawi antara pendidik dan peserta didik dan dibangun di samping melalui kedua
yang penuh mengandung ketidak pastian sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan
(Suparlan, 2019). spiritual yang bersumber dari Allah SWT
Pendidikan merupakan suatu hal berupa wahyu (Saidah, 2014).
yang sangat penting dalam kehidupan Sebagai mana pendapat yang dikutip
manusia, karena melalui pendidikan tersebut oleh Abdul Mujib dalam bukunya, Guru
manusia dapat menumbuh kembangkan adalah orang yang memiliki tugas dan
potensi yang ada pada dirinya. Manusia tanggungjawab jawab besar dalam
dikatakan sebagai mahluk sosial karena perkembangan peserta didik, dengan cara
memiliki kemampuan berinteraksi dengan mengembangkan seluruh potensi yang
lingkungannya baik lingkungan fisik, dimiliki oleh peserta didik, baik potensi
maupun lingkungan sosial. Maka dari pada kognitif, afektif, dan pisikomotorik
itu, diperlukan cara ataupun metode yang (Muhibbin & Hidayatullah, 2020).
sesuai serta tidak hanya menjadikan proses Pengembangan kreativitas peserta
belajar mengajar menarik akantapi dapat didik seharusnya menjadi bagian tidak
memberikan kesempatan bagi peserta didik terpisahkan dari setiap tujuan mata pelajaran
untuk menuangkan kreatifitasnya dan selalu yang diberikan di sekolah, termasuk
ikut aktif selama kegiatan belajar pelajaran agama Islam (PAI). Membekali
berlangsung. Ajaran Islam sangat apresiasif para siswa dengan kreativitas, berarti
dengan akal manusia.Bahkan Islam memberi mereka peralatan yang diperlukan
mengakui akal manusia sebagai salah satu untuk hidup dan berkembang bukan hanya
sumber atau sarana untuk mendapatkan pada masa kini, tapi juga untuk masa depan
pengetahuan. Banyak ayat dalam Al-Qur’an (Oviyanti, 2013).
yang menyerukan agar manusia Dalam UU No. 20 Tahun 2003
menggunakan akalnya. Meskipun demikian, dijelaskan bahwa pendidikan keagamaan
akal sebagai indera memiliki keterbatasan- memiliki peran yang cukup besar dalam
keterbatasan, sehingga membutuhkan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
bantuan indera lain. Indera dan akal telah anggota masyarakat yang bisa memahami
diakui sebagai sumber atau sarana untuk dan menerapkan nilai-nilai ajaran agama atau
memperoleh pengetahuan, tetapi keduanya
27

bahkan menjadi ahli ilmu agama (Gunawan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
& Rahmah, 2019). kemampuan yang harus dimiliki oleh anak
Dalam upaya menanamkan perilaku didik setelah mereka mempelajari bahasan
keberagamaan terhadap peserta didik, maka tertentu dalam bidang studi tertentu dalam
sangat diharapkan kepada setiap lembaga satu kali pertemuan. Tujuan ini dapat
pendidikan untuk memberikan pengaruh bagi dispesifikasikan ke dalam tujuan
pembentukan jiwa keagamaan pada anak. pembelajaran umum dan khusus. Tujuan
Namun besar kecilnya pengaruh yang pembelajaran umum yaitu berupa tujuan
dimaksud sangat tergantung pada berbagai yang dicapai untuk satu semester, sedangkan
faktor yang dapat memotivasi anak untuk tujuan pembelajaran khusus adalah yang
memahami nilai-nilai agama. Sebab menjadi target pada setiap kali tatap muka.
pendidikan agama pada hakekatnya Karena hanya guru yang memahami kondisi
merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu lapangan, termasuk memahami karakteristik
pendidikan agama lebih dititik beratkan pada siswa yang akan melakukan pembelajaran
bagaimana membentuk kebiasaan yang disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan
selaras dengan tuntunan agam (Elihami & pembelajaran merupakan hak guru (Rahmah,
Syahid, 2018). 2017).
Pendidikan Agama Islam dapat Tugas utama seorang guru adalah
diartikan sebagai program yang terencana mendidik anak-anak yang mengalami proses
dalam menyiapkan peserta didik untuk pertumbuhan dan perkembangan ke arah
mengenal, memahami, menghayati, hingga kedewasaannya. Menanamkan aqidah dan
mengimani ajaran agama Islam serta diikuti akhlak sejak dini, membekali ketrampilan
tuntunan untuk menghormati penganut hidup (life skills), hingga ilmu pengetahuan
agama lain dalam hubungannya dengan dan teknologi, dapat diberikan secara
kerukunan antar umat beragama hingga bertahap sesuai dengan tingkat
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. perkembangan anak. Untuk anak usia dini,
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ketika anak baru bisa menerima sesuatu
mayoritas masyarakat memeluk agama Islam secara kongkret, maka materi dan contoh-
idealnya pendidikan agama Islam mendasari contoh yang diberikan lebih pada hal-hal
pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi nyata di sekitar mereka. Semua benda yang
suatu hal yang disenangi oleh masyarakat, ada di lingkungan kita, bahkan yang bersifat
orang tua, dan peserta didik (Heri Gunawan,, situasional sekalipun, menjadi media
2019). pembelajaran yang efektif.
Tujuan pembelajaran dapat disebut Sistem pendidikan klasikal di
juga dengan istilah tujuan kurikuler. Tujuan sekolah-sekolah formal hanya memberikan
28

pelayanan standar (rata-rata) bagi semua keinginan-keinginan atau kebutuhan-


anak, padahal kita tahu semua anak bersifat kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa
unique. Unik bermakna tidak ada dua yang dilihat seseorang sudah tentu akan
individu yang sama persis, memiliki membangkitkan minatnya sejauh apa yang
kecerdasan berbeda-beda. Bahkan Howard dilihat itu mempunyai hubungan dengan
Gardner mengidentifikasi kecerdasan jamak kepentingan orang tersebut (Munawaroh,
(multiple intelligencies) pada manusia, 2021).
(Agama & Yang, 2018) tidak tunggal Sejalan dengan apa yang termuat
sehingga tidak lagi ada anak yang boleh dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun
disebut bodoh, karena masing- masing 2003, maka senafas benar apa yang
memiliki kecerdasan berbeda-beda, baik dikemukakan oleh Moh. Roqib, bahwa
jenis maupun kadarnya. Boleh jadi tidak peserta didik adalah semua manusia, yang
berprestasi di satu bidang tetapi di bidang mana pada saat yang sama dapat menjadi
lain ia lebih unggul. pendidik sekaligus peserta didik (Roqib,
Oleh karena itu, mengingat 2009). Maka dari itu semakin jelaslah apa
pentingnya pendidikan Islam terutama bagi yang dimaksudkan dengan peserta didik,
generasi muda, semua elemen bangsa, yaitu manusia seutuhnya yang berusaha
terutama guru pendidikan Islam, perlu untuk mengasah potensi supaya lebih
membumikan kembali pendidikan Islam di potensial dengan bantuan pendidik atau
sekolah-sekolah baik formal maupun orang dewasa (Harahap, 2016).
informal (Djaelani, 2013). Atas dasar hal Dari uraian diatas peneliti tertarik
tersebut sebenarnya minat seseorang untuk mensinergikan bagaimana nantinya
khususnya minat belajar peserta didik antara pendidik dan peserta didik bisa
memegang peran yang sangat penting. mengkolaborasikan dirinya masing-masing
Sehingga perlu untuk terus ditumbuh melalui pendekatan Kontruktivisme dalam
kembangkan sesuai dengan minat yang pembelajaran, sehingga pendekatan tersebut
dimiliki seorang peserta didik. Namun bisa terlaksana sebagaimana mestinya sesuai
sebagaimana kita ketahui bahwa minat dengan ketentuan. Dan akhirnya nanti bisa
belajar peserta didik tidaklah sama, ada mencapai hasil belajar yang di inginkan serta
peserta didik yang memiliki minat belajarnya dapat mewujudkan peserta didik yang cinta
tinggi, ada yang sedang, dan bahkan rendah. akan ilmu agama dan berakhlak mulia.
Sardiman (2011) menjelaskan bahwa minat METODE PENELITIAN
sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila Untuk mewujudkan hal di atas, atau
seseorang melihat ciri-ciri atau arti untuk dapat terlaksananya pembelajaran PAI
sementara situasi yang dihubungkan dengan dan BP dengan baik dan bermakna bagi
29

siswa, guru hendaknya memahami dan yang di gunakan yaitu buku teks PAI
melaksanakan prinsip-prinsip pelajaran yang dan Budi Pekerti Kurikulum 2013
berkualitas, yakni pembelajaran yang Kelas VIII.
berpusat pada siswa (student-centered- b. Pelaksanaan Tindakan
instruction). Pembelajaran perlu di rancang Pertemuan pertama. Siswa yang
agar memberikan kesempatan dan kebebasan hadir pada pertemuan ini 15 orang.
berkreasi bagi siswa yang Pembelajaran berlangsung selama 120
berkesinambungan. Guru harus bias memilih menit. Dalam pelaksanaan tindakan,
dan menggunakan pendekatan yang sesuai peneliti bertindak sebagai praktisi
dengan materi yang di berikan dan dapat di sedangkan Wali kelas VIII melakukan
mengerti oleh siswa sehingga tujuan pengamatan terhadap tindakan yang
pembelajaran akan tercapai, serta hasil dilakukan guru dan siswa selama
belajar yang diperoleh siswa meningkat. pembelajaran berlansung.
HASIL PENELITIAN Mengawali tindakan pembelajaran
1. Siklus I ini guru menkondisikan kelas dan
a. Perencanaan menyebutkan materi yang akan di
Padatahap ini peneliti membuat pelajari yaitu menjelaskan pengertian
persiapan untuk pelaksanaan tindakan iman kepada Rasul Allah serta
pada siklus I. Persiapan tersebut menyebutkan Sifat-sifat Rasul
disusun dan diwujudkan dalam bentuk kemudian menceritakan Kisah
rencana pelaksanaan pembelajaran Perjuangan 25 Rasul, tujuan
(RPP). Pembuatan RPP ini disusun pembelajaran yang ingin di capai dan
secara kolaboratif antara peneliti dan membagi siswa menjadi beberapa
wali kelas Kelas VIII di SMP N 2 kelompok untuk mengerjakan LKS.
Tilatang Kamang berdasarkan program
semester II sesuai dengan waktu
penelitian berlangsung. Perencanaan c. Pengamatan
pada siklus I ini di susun untuk 1 kali Pengamatan terhadap tindakan di
pertemuan (3 x 40 menit) lakukan oleh guru matap elajaran PAI
Materi pelajaran di ambil dan BP dan teman sejawat sebagai
berdasarkan Kurikulum 2013 Sekolah observer. Guru mata pelajaran bertugas
Menengah Pertama mata pelajaran PAI mengamati peneliti saat melakukan
dan Budi Pekerti Kelas VIII dengan tindakan. Observer dalam
Materi Meneladani Sifat-sifat Mulia melaksanakan tugasnya di bantu
Rasul Allah SWT. Buku Panduaan dengan menggunakan lembaran
30

pengamatan. Pada tahap ini merupakan 3) Masih banyak siswa yang belum
penjabaran tentang hasil pengamatan aktif dalam kerja kelompok
yang di dapat pada siklus I. Dari hasil 4) Hasil belajar siswa belum mencapai
pengamatan yang di lakukan guru mata hasil yang di harapkan, dimana hasil
pelajaran yang di bantu teman sejawat tes akhir yang dilakukan pada siklus
terhadap proses pembelajaran yang di I di dapatkan nilai rata-rata siswa
laksanakan peneliti, dapat adalah 66,4 dan secara klasikal
dikemukakan bahwa dari 15 orang siswa mencapai tingkat ketuntasan
yang diamati ada 10 siswa yang tuntas, 66 % sedangkan tingkat ketuntasan
dan 5 orang yang tidak tuntas, dengan kelas yang di harapkan 75 %.
porsentase 66 %. Berdasarkan pengamatan tes yang
d. Refleksi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran siklus I di fokuskan aktifitas guru dan siswa belum
pada materi, Pengertian iman kepada mencapai kategori keberhasilan yang
rasulallah serta menyebutkan sifat rasul di tetapkan, dimana masih banyaknya
Allah dan kisah perjuangan 25 rasul siswa yang belum aktif dalam
dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran. Inisiatif siswa dari
Konstruktivisme. Untuk memperoleh dalam diri sendiri masih kurang untuk
data tentang pelaksanaan siklus I mengikuti pembelajaran dengan baik.
dilakukan pengamatan, tes selama Dengan demikian peningkatan
pelaksanaan tindakan di analisis dan di hasil belajar PAI dan BP dengan
diskusikan dengan pengamat sehingga menggunakan pendekatan konstruktif
diperoleh hal-hal sebagai berikut : akan peneliti lanjutkan pada siklus II
1) Pembelajaran yang di laksanakan dengan lebih baik sesuai langkah-
telah mencerminkan dengan langkah yang telah di rencanakan.
menggunakan Pendekatan
Konstruktivisme, karena secara
umum proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
2) Siswa belum terbiasa melakukan
pembelajaran dalam bentuk diskusi
kelompok sehingga pembagian
kelompok masih banyak yang
meribut dan saling memilih teman.
31

2. Siklus II pembelajaran sesuai dengan langkah-


a. Perencanaan langkah pembelajaran dengan
Hasil analisis pada siklus I menggunakan Pendekatan
menunjukkan subjek penelitian belum Konstruktivisme. Langkah
mencapai tujuan pembelajaran yang di pembelajaran selanjutnya yaitu
harapkan. Karena itu pembelajaran di menyuruh siswa duduk dalam
lanjutkan dengan siklus II. kelompok seperti kelompok
Pembelajaran pada siklus II di lakukan sebelumnya.
agar siswa lebih terbiasa dengan Guru mengelilingi setiap kelompok
pendekatan pembelajaran yang di untuk mengamati kerja sama siswa dan
lakukanya itu pembelajaran PAI dan memberikan bimbingan bagi kelompok
BP dengan menggunakan Pendekatan yang kurang mengerti dengan
Konstruktivisme dalam meningkatkan memberikan pertanyaan-pertanyaan
hasil belajar siswa melalui kegitan yang mengarahkan siswa tersebut
aktif dalam pembelajaran sehingga dalam pengerjaan LKS. Guru
pembelajaran yang di berikan menjadi menginstruksikan siswa agar
lebih bermakna. bekerjasama dalam pengerjaan diskusi
Beberapa hal peneliti lakukan pada kelompok tersebut.
tahap ini yaitu membuat RPP, c. Pengamatan
instrument pengamatan guru dan siswa Pengamatan di lakukan oleh guru
dan LKS. Materi pembelajaran yang di mata pelajaran pada waktu pelaksanaan
laksanakan pada siklus II adalah tindakan pembelajaran Meneladani
Pengertian iman kepada rasul allah Sifat-Sifat Mulia para Rasul Allah
serta menyebutkan sifat rasul Allah SWT (Praktisi). Dalam kegiatan ini
dan kisah perjuangan 25 rasul. peneliti (Praktisi) dan wali kelas
b. Pelaksanaan (observer) berusaha mengenal, dan
Siklus kedua. Pada pertemuan ini mendokumentasikan semua proses
siswa hadir 15 orang. Dalam pembelajaran dari hasil perubahan
pelaksanaan tindakan, peneliti tetap yang terjadi, baik yang di sebabkan
bertindak sebagai guru. Mengawali oleh tindakan terencana maupun di luar
tindakan guru mengkondisikan kelas perencanaan dalam penerapan
dan membuka schemata siswa dengan Pendekatan Konstruktivisme dalam
memberikan appersepsi. Apersepsi di pembelajaran PAI.
mulai dengan melakukan Tanya jawab. Hasil belajar yang di peroleh pada
Selanjutnya guru melaksanakan siklus II ini sudah mencapai nilai rata-
32

rata 80,90 secara klasikal. Sebagian Konstruktivisme dimana langkah-


siswa masih mengalami kesulitan langkah pembelajaran dengan
dalam menyelesaikan soal yang di menggunakan Pendekatan
berikan. Pada siklus II Sudah banyak Konstruktivisme
nilai siswa yang mencapai ketuntasan 2) Hasil pengamatan yang di lakukan
pada Proses pembelajaran. guru kelas VIII yang di bantu teman
Dalam kegiatan pembelajaran pada sejawat selaku pengamat terhadap
siklus II ini siswa telah serius dan aktivitas dan hasil belajar siklus II
bersemangat mengikuti proses inimencapai Kriteria keberhasilan
pembelajaran. Dari hasil pengamatan 94 % dengan rata-rata 82,35 yang
tersebut langkah-langkah kegiatan berarti masuk kategori sangat baik.
pembelajaran yang di lakukan siswa Interaksi kelas sudah bagus, yaitu
sudah sesuai dengan yang diharapkan siswa sudah mau bertanya, siswa
Hasil Pelajaran yang di peroleh pada mau mengeluarkan pendapat.
siklus II ini sudah mendapatkan 3) Suasana kelas Nampak hidup.
ketuntasan 81 %. Sedangkan tingkat 4) Diskusi kelompok dan diskusi kelas
ketuntasan kelas yang di harapkan berjalan dengan lancar.
adalah 75 %. Sehingga pembelajaran 5) Hasil belajar siswa yang di capai
dengan siklus II ini sudah di katakan sudah mencapai ketuntasan belajar
berhasil. dimana hasil terakhir yang
d. Refleksi dilakukan pada siklus II di dapatkan
Pembelajaran siklus II di fokuskan nilai rata-rata siswa adalah 80,90
pada materi Pengertian iman kepada dan secara klasikal siswa telah
rasul allah serta menyebutkan sifat mencapai tingkat ketuntasan 81%
rasul Allah dan kisahperjuangan 25 Dari analisi di atas, dapat
rasul dengan menggunakan Pendekatan disimpulkan pembelajaran pada siklus
Konstruktivisme. Untuk memperoleh II ini telah berjalan sesuai dengan yang
data tentang pelaksanaan siklus II di rencanakan. Hasil tes siklus II
dilakukan pengamatan dan tes. Hasil menunjukkan bahwa tingkat
pengamatan tes dan pelaksanaaan ketuntasan untuk kelas telah sesuai
tindakan di analisis dan di diskusikan dengan apa yang di harapkan. Maka
dengan pengamat sehingga di peroleh penelitian ini sudah dapat dikatakan
hal-halsebagai berikut: behasil.
1) Pembelajaran yang di laksanakan
telah menggunakan Pendekatan
33

PEMBAHASAN peningkatan yang memuaskan. Analisis


1. PembahasanSiklus I penilaian kognitif pada siklus II di peroleh
Pelaksanaan Pembelajaran dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81. Nilai
Pendekatan Konstruktivesme pada siklus I tertinggi adalah 100 dan nilai terendah 60.
di lakukan di kelas VIII SMP N 2 Hasil ketuntasan kelas dari 15 siswa telah
Tilatang Kamang pada pembelajaran PAI memperoleh ketuntasan 14 orang.
dan BP dengan materi Pengertian iman Sementara 1 siswa belum mencapai
kepada rasul allah serta menyebutkan sifat ketuntasan minimal, sehingga di peroleh
rasul Allah dan kisah perjuangan 25 rasul. ketuntasan kelas sebesar 91%. Oleh
Siswa dapat memahami materi tersebut karena itu peneliti tidak melanjutkan lagi
sebagai dasar untuk pengetahuannya. pada siklus berikutnya karena hasil belajar
Konstrutivisme mengharapkan telah mencapai hasil yang memuaskan.
siswa dapat mengaitkan pembelajaran Untuk melihat peningkatan hasil belajar
dengan kehidupan nyata yang di alami sisa pada siklus II dapat di lihat pada tabel
sehari-hari, akan tetapi, karena metode nilai rata-rata pada grafik di bawah ini :
diskusi dan eksprerimen belum bisa di
laksanakan dalam pembelajaran, maka 80

sebagian siswa terlihat bingung dalam 60


SIKLUS II
40
memulai pekerjaan. SIKLUS I
20
Penilai kogitif siswa pada siklus I
0
di peroleh rata-rata kelas sebesar 66. Hasil SIKLUS I SIKLUS II
ketuntasan kelas : terdapat 10 siswa yang
telah memperoleh ketuntasan, sementara 5
KESIMPULAN DAN SARAN
siswa belum mencapai ketuntasan
A. Kesimpulan
minimal, sehingga di peroleh ketuntasan
Dari paparan dan hasil penelitian
kelas sebesar 66% belum di perolehnya
dan pembahasan dalam bab III,
hasil ketuntasan belajar secara maksimal
kesimpulan yang dapat di ambil dari
di analisa karena siswa masih takut dan
peneliti ini adalah sebagai berikut :
ragu dalam mengajukan pertanyaan
1. Bentuk pelaksanaan pembelajaran PAI
mengenai materi pembelajaran yang
dan BP di sesuaikan dengan langkah-
belum di pahami.
langkah penggunaan pendekatan
2. PembahasanSiklus II
konstruktivisme adalah : pada kegiatan
Pada siklus II, pelaksanaan
awal yaitu menentukan tujuan, pada
pembelajaran PAI dengan menggunakan
kegiatan inti di sesuaikan dengan
Pendekatan Konstruktivisme mengalami
langkah-langkah konstruktivisme yaitu
34

: Mengaktifkan pengetahuan yang ada, kegiatan diskusi kelompok sehingga


pemeroleh pengetahuan yang baru, dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman pengetahuan, menerapkan keterampilan siswa dalam memahami
pengetahuan dan pengalaman yang di materi yang sedang di pelajari.
peroleh, serta refleksi. Dan pada akhir 3. Untuk guru, agar dapat mencoba untuk
yaitu tindak lanjut dan evaluasi sesuai menerapkan pendekatan yang
dengan materi yang telah di bahas melibatkan siswa aktif dalam
dalam pembelajaran. pembelajaran dan meninggalkan
2. Dengan menggunakan pendekatan pendekatan lama (konvensional)
konstruktivisme dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa dapat tertarik
PAI dan BP, hasil belajar kelas VIII untuk mengikuti pembelajaran yang di
SMP N 2 Tilatang Kamang sudah berikan.
meningkat. Peningkatan ini sudah
DAFTAR KEPUSTAKAAN
dapat di lihat pada siklus I adalah 66%
siklus II meningkat menjadi 81%. Agama, P., & Yang, I. (2018). Uswatun
Hasana. 1(1), 25–43.
Jumlah siswa yang mencapai Atmoko, T. (2017). Bab II kajian teori. BAB
ketuntasan pada siklus I sebanyak 10 2 Kajian Teori, 1, 16–72.
Djaelani STIAKIN, Hm. (2013). Peran
Siswa dari 15 orang jadi siswa yang Pendidikan Agama Islam Dalam
tidak tuntas 5 orang, dan siklus II Keluarga Dan Masyarakat. Jurnal
Ilmiah WIDYA, 100.
meningkat menjadi 14 siswa dari 15 Elihami, E., & Syahid, A. (2018). Penerapan
siswa, jadi jumlah siswa yang tidak Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam Membentuk Karakter Pribadi
tuntas 1 orang. Yang Islami. Edumaspul - Jurnal
B. Saran Pendidikan, 2(1), 79–96.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v2i
Berdasarkan kesimpulan yang 1.17
telah di peroleh dalam penelitian ini maka Gide, A. (1967). 済無No Title No Title No
Title. Angewandte Chemie International
di sarankan kepada : Edition, 6(11), 951–952., 5–24.
1. Untuk guru, agar bisa menerapkan Gunawan, Z., & Rahmah, A. (2019).
Contextual Teaching and Learning
pendekatan konstruktivisme ini dalam Approaches and Its Application in PAI
pembelajaran PAI dan BP, Dimana Learning in School. Jurnal Pedagogik,
6(2), 557–592.
dengan menggunakan pendekatan ini Harahap, M. (2016). Esensi Peserta Dididk
terbukti dapat meningkatkan hasil Dalam Perspektif Islam. Jurnal At-
Tariqah, 1(2), 140–155.
belajar PAI dan BP Siswa. Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran
2. Untuk guru, hendaknya mampu Pendidikan Agama Islam, (Bandung:, &
Alfabeta, 2013. (2019). 済無No Title
melibatkan seluruh siswa untuk aktif No Title. Journal of Chemical
dalam pembelajaran terutama dalam Information and Modeling, 53(9),
35

1689–1699.
Muhibbin, & Hidayatullah, M. A. (2020). Implikasinya Dalam Pembelajaran
Implemntasi Teori Belajar Pendidikan Agama Islam. 31–49.
Konstruktivisme Vygotsky Pada. http://repository.uinbanten.ac.id/514/5/
Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, 5(01), 1– BAB III.pdf
22. https://doi.org/10.29240/belajea.v5 Saidah, Z. (2014). Pembelajaran Pendidikan
Munawaroh, I. (2021). Pembelajaran 2. Agama Islam Berbasis Konstruktivisme
Karakter Peserta Didik. Modul Belajar Untuk Generasi Digital. 15.
Mandiri, 45–64. Suparlan, S. (2019). Teori Konstruktivisme
Oviyanti, F. (2013). Inovasi Pembelajaran dalam Pembelajaran. Islamika, 1(2),
PAI Dengan Pengembangan Model. 79–88.
Jurnal Ta’dib, XVIII(01), 107–134. https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.2
Pai, P. (2021). Konstruktivisme sebagai 08
implementasi pembelajaran pai. 13(02),
12–19.
Rahmah, N. I. (2017). Pemikiran Abraham
Harold Maslow Tentang Motivasi &

Anda mungkin juga menyukai