Alif Rila1
IAIN Bukittinggi
alifrila86@gmail.com
Arifmiboy2
IAIN Bukittinggi
arifmiboy@yahoo.co.id
Supratman Zakir3
IAIN Bukittinggi
supratman@iainbukittinggi.ac.id
Abstract
Based on the phenomenon, it is concluded that the learning process of Islamic Religious Education in
Class VIII at SMP N 2 Tilatang Kamang generally only emphasizes curriculum achievement and
textual delivery, and does not develop learning abilities. For this reason, it is necessary to change the
mindset of education managers, especially teachers, as the spearhead of curriculum implementation
that directly deals with students, namely by applying the Constructivism Approach. The purpose of
this research is to improve learning outcomes of Islamic Religious Education in Class VIII at SMP N
2 Tilatang Kamang. Data collection is carried out by observation, interviews, and Observation
Sheets. The type of research is classroom action research, this research uses a qualitative and
quantitative approach which is carried out in 2 cycles collaboratively between researchers and
teachers. The research data is in the form of information about the process and results of actions
through the results of observations and recording of each action in learning Islamic Religious
Education. The research subjects are the teachers and students studied. The results of the study show
that applying the Constructivism Approach can improve learning outcomes. From the learning
outcomes in the first cycle with the percentage of student learning completeness is 66.04%, and an
increase in learning outcomes in the second cycle with the percentage of learning completeness is
80.99%. So it can be seen with the constructivism approach that student learning outcomes increase
and students feel happy using this approach.
Abstrak
Berdasarkan observasi awal proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII di SMP N 2
Tilatang Kamang pada umumnya hanya menekankan pada pencapaian kurikulum dan penyampaian
tekstual semata, serta kurang mengembangkan kemampuan dalam belajar. Untuk itu perlu adanya
perubahan pola piker bagi pengelola pendidikan, terutama guru, sebagai ujung tombak pelaksanaan
kurikulum yang langsung berhadapan dengan siswa, yaitu dengan salah satunya menerapkan
Pendekatan Konstruktivisme.Tujuan penelitian ini natinya dapat meningkatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam di Kelas VIII di SMP N 2 Tilatang Kamang. Pengumpulan data di
laksanakan dengan observasi, wawancara, Lembar Pengamatan. Jenis Penelitian adalah Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research), penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif yang dilakukan dengan 2 siklus secara kolaboratif antara peneliti dan guru. Data
penelitian berupain formasi tentang proses dan hasil tindakan melalui hasil Pengamatan dan
pencatatan setiap tindakand alam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Subjek penelitian adalah
guru dan siswa terteliti. Hasil penelitian terlihat bahwa dengan menerapkan Pendekatan
Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar. Dari hasil belajar pada siklus I dengan Persentase
ketuntasan belajar siswa adalah 66,04 %, dan terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II dengan
persentase ketuntasan belajar adalah 80,99 %. Jadi dapat diketahui dengan pendekatan
24
kontruktivisme hasil belajar siswa meningkat dan siswapun merasa senang dengan menggunakan
pendekatan ini.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendidikan Agama Islam, Pendekatan Kostruktivisme
struktur kognitif yang diciptakan oleh subjek guru tidak hanya sekedar memberikan
itu sendiri.Struktur kognitif senantiasa harus pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa
diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan harus membangun sendiri pengetahuan yang
lingkungan dan organisme yang sedang ada dibenaknya (Gide, 1967). Konstruktivis
berubah. dalam pembelajaran untuk diterapkan karena
Proses penyesuaian diri terjadi secara dapat meningkatkan keaktifan dan
terus-menerus melalui proses rekonstruksi. pemahaman siswa dalam membangun
Pengetahuan itu dikonstruksikan (dibangun), gagasan dari siswa itu sendiri.
bukan dipersepsi secara langsung oleh Konstruktivisme adalah penilaian yang
indera. Semua pengetahuan, tidak peduli menyatakan bahwa peningkatan intelektual
bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, adalah siklus di mana anak-anak secara
terbentuk di dalam otak manusia, dan subyek efektif membuat kerangka kepentingan dan
yang berfikir tidak memiliki alternatif selain pemahaman realitas melalui pertemuan dan
mengontruksikan apa yang diketahuinya kolaborasi mereka.
berdasarkan pengalamannya sendiri. Inti dari konstruktivisme adalah
Semua pikiran orang didasarkan pada kemungkinan bahwa siswa harus
pengalamannya sendiri, sehingga bersifat menemukan dan mengubah data yang
subyektif. Semua pengetahuan adalah hasil kompleks sendiri jika mereka membutuhkan
konstruksi dari kegiatan atau tindakan data untuk menjadi milik mereka.
seseorang. Pengetahuan bukanlah sesuatu Konstruktivisme adalah penilaian yang
yang ada di luar, tetapi ada dalam diri menyatakan bahwa peningkatan intelektual
seseorang yang membentuknya. Setiap adalah siklus di mana anak-anak secara
pengetahuan mengandaikan suatu interaksi efektif membuat kerangka kepentingan dan
dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan pemahaman realitas melalui pertemuan dan
objek, seseorang tidak dapat mengonstruksi kolaborasi mereka. (Pai, 2021).
pengetahuan.(Atmoko, 2017). Meningkatkan mutu pendidikan
Diterapkannya konstruktivis juga merupakan suatu proses yang harus
mempunyai tujuan dalam proses dilaksanakan secara terus menerus untuk
pembelajaran. Mengemukakan bahwa meningkatkan kualitas proses belajar
pendekatan konstruktivisme disajikan supaya mengajar dan berbagai faktor yang berkaitan
lebih merangsang dan memberi peluang dengan itu, dengan arah agar tujuan
kepada siswa untuk belajar, berfikir inovatif pendidikan dapat dicapai secara efektif dan
dan mengembangkan potensinya secara lebih efisien. Muara dari peningkatan mutu
optimal. Satu prinsip yang paling penting tidak lain adalah pencapaian tujuan
dalam psikologi pendidikan adalah bahwa pendidikan, yang diujudkan kemampuan
26
yang utuh pada diri peserta didik. Proses tidak bisa dimutlakkan. Keduanya tidak bisa
belajar mengajar menempati posisi yang diharapkan mampu memecahkan seluruh
amat penting dan menentukan. Namun, perlu persoalan yang dihadapi manusia. Oleh
dicatat bahwa proses belajar mengajar karena kondisi keduanya yang serba terbatas
merupakan suatu interaksi yang bersifat itulah, akhirnya ilmu dalam Islam dirancang
manusiawi antara pendidik dan peserta didik dan dibangun di samping melalui kedua
yang penuh mengandung ketidak pastian sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan
(Suparlan, 2019). spiritual yang bersumber dari Allah SWT
Pendidikan merupakan suatu hal berupa wahyu (Saidah, 2014).
yang sangat penting dalam kehidupan Sebagai mana pendapat yang dikutip
manusia, karena melalui pendidikan tersebut oleh Abdul Mujib dalam bukunya, Guru
manusia dapat menumbuh kembangkan adalah orang yang memiliki tugas dan
potensi yang ada pada dirinya. Manusia tanggungjawab jawab besar dalam
dikatakan sebagai mahluk sosial karena perkembangan peserta didik, dengan cara
memiliki kemampuan berinteraksi dengan mengembangkan seluruh potensi yang
lingkungannya baik lingkungan fisik, dimiliki oleh peserta didik, baik potensi
maupun lingkungan sosial. Maka dari pada kognitif, afektif, dan pisikomotorik
itu, diperlukan cara ataupun metode yang (Muhibbin & Hidayatullah, 2020).
sesuai serta tidak hanya menjadikan proses Pengembangan kreativitas peserta
belajar mengajar menarik akantapi dapat didik seharusnya menjadi bagian tidak
memberikan kesempatan bagi peserta didik terpisahkan dari setiap tujuan mata pelajaran
untuk menuangkan kreatifitasnya dan selalu yang diberikan di sekolah, termasuk
ikut aktif selama kegiatan belajar pelajaran agama Islam (PAI). Membekali
berlangsung. Ajaran Islam sangat apresiasif para siswa dengan kreativitas, berarti
dengan akal manusia.Bahkan Islam memberi mereka peralatan yang diperlukan
mengakui akal manusia sebagai salah satu untuk hidup dan berkembang bukan hanya
sumber atau sarana untuk mendapatkan pada masa kini, tapi juga untuk masa depan
pengetahuan. Banyak ayat dalam Al-Qur’an (Oviyanti, 2013).
yang menyerukan agar manusia Dalam UU No. 20 Tahun 2003
menggunakan akalnya. Meskipun demikian, dijelaskan bahwa pendidikan keagamaan
akal sebagai indera memiliki keterbatasan- memiliki peran yang cukup besar dalam
keterbatasan, sehingga membutuhkan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
bantuan indera lain. Indera dan akal telah anggota masyarakat yang bisa memahami
diakui sebagai sumber atau sarana untuk dan menerapkan nilai-nilai ajaran agama atau
memperoleh pengetahuan, tetapi keduanya
27
bahkan menjadi ahli ilmu agama (Gunawan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
& Rahmah, 2019). kemampuan yang harus dimiliki oleh anak
Dalam upaya menanamkan perilaku didik setelah mereka mempelajari bahasan
keberagamaan terhadap peserta didik, maka tertentu dalam bidang studi tertentu dalam
sangat diharapkan kepada setiap lembaga satu kali pertemuan. Tujuan ini dapat
pendidikan untuk memberikan pengaruh bagi dispesifikasikan ke dalam tujuan
pembentukan jiwa keagamaan pada anak. pembelajaran umum dan khusus. Tujuan
Namun besar kecilnya pengaruh yang pembelajaran umum yaitu berupa tujuan
dimaksud sangat tergantung pada berbagai yang dicapai untuk satu semester, sedangkan
faktor yang dapat memotivasi anak untuk tujuan pembelajaran khusus adalah yang
memahami nilai-nilai agama. Sebab menjadi target pada setiap kali tatap muka.
pendidikan agama pada hakekatnya Karena hanya guru yang memahami kondisi
merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu lapangan, termasuk memahami karakteristik
pendidikan agama lebih dititik beratkan pada siswa yang akan melakukan pembelajaran
bagaimana membentuk kebiasaan yang disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan
selaras dengan tuntunan agam (Elihami & pembelajaran merupakan hak guru (Rahmah,
Syahid, 2018). 2017).
Pendidikan Agama Islam dapat Tugas utama seorang guru adalah
diartikan sebagai program yang terencana mendidik anak-anak yang mengalami proses
dalam menyiapkan peserta didik untuk pertumbuhan dan perkembangan ke arah
mengenal, memahami, menghayati, hingga kedewasaannya. Menanamkan aqidah dan
mengimani ajaran agama Islam serta diikuti akhlak sejak dini, membekali ketrampilan
tuntunan untuk menghormati penganut hidup (life skills), hingga ilmu pengetahuan
agama lain dalam hubungannya dengan dan teknologi, dapat diberikan secara
kerukunan antar umat beragama hingga bertahap sesuai dengan tingkat
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. perkembangan anak. Untuk anak usia dini,
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ketika anak baru bisa menerima sesuatu
mayoritas masyarakat memeluk agama Islam secara kongkret, maka materi dan contoh-
idealnya pendidikan agama Islam mendasari contoh yang diberikan lebih pada hal-hal
pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi nyata di sekitar mereka. Semua benda yang
suatu hal yang disenangi oleh masyarakat, ada di lingkungan kita, bahkan yang bersifat
orang tua, dan peserta didik (Heri Gunawan,, situasional sekalipun, menjadi media
2019). pembelajaran yang efektif.
Tujuan pembelajaran dapat disebut Sistem pendidikan klasikal di
juga dengan istilah tujuan kurikuler. Tujuan sekolah-sekolah formal hanya memberikan
28
siswa, guru hendaknya memahami dan yang di gunakan yaitu buku teks PAI
melaksanakan prinsip-prinsip pelajaran yang dan Budi Pekerti Kurikulum 2013
berkualitas, yakni pembelajaran yang Kelas VIII.
berpusat pada siswa (student-centered- b. Pelaksanaan Tindakan
instruction). Pembelajaran perlu di rancang Pertemuan pertama. Siswa yang
agar memberikan kesempatan dan kebebasan hadir pada pertemuan ini 15 orang.
berkreasi bagi siswa yang Pembelajaran berlangsung selama 120
berkesinambungan. Guru harus bias memilih menit. Dalam pelaksanaan tindakan,
dan menggunakan pendekatan yang sesuai peneliti bertindak sebagai praktisi
dengan materi yang di berikan dan dapat di sedangkan Wali kelas VIII melakukan
mengerti oleh siswa sehingga tujuan pengamatan terhadap tindakan yang
pembelajaran akan tercapai, serta hasil dilakukan guru dan siswa selama
belajar yang diperoleh siswa meningkat. pembelajaran berlansung.
HASIL PENELITIAN Mengawali tindakan pembelajaran
1. Siklus I ini guru menkondisikan kelas dan
a. Perencanaan menyebutkan materi yang akan di
Padatahap ini peneliti membuat pelajari yaitu menjelaskan pengertian
persiapan untuk pelaksanaan tindakan iman kepada Rasul Allah serta
pada siklus I. Persiapan tersebut menyebutkan Sifat-sifat Rasul
disusun dan diwujudkan dalam bentuk kemudian menceritakan Kisah
rencana pelaksanaan pembelajaran Perjuangan 25 Rasul, tujuan
(RPP). Pembuatan RPP ini disusun pembelajaran yang ingin di capai dan
secara kolaboratif antara peneliti dan membagi siswa menjadi beberapa
wali kelas Kelas VIII di SMP N 2 kelompok untuk mengerjakan LKS.
Tilatang Kamang berdasarkan program
semester II sesuai dengan waktu
penelitian berlangsung. Perencanaan c. Pengamatan
pada siklus I ini di susun untuk 1 kali Pengamatan terhadap tindakan di
pertemuan (3 x 40 menit) lakukan oleh guru matap elajaran PAI
Materi pelajaran di ambil dan BP dan teman sejawat sebagai
berdasarkan Kurikulum 2013 Sekolah observer. Guru mata pelajaran bertugas
Menengah Pertama mata pelajaran PAI mengamati peneliti saat melakukan
dan Budi Pekerti Kelas VIII dengan tindakan. Observer dalam
Materi Meneladani Sifat-sifat Mulia melaksanakan tugasnya di bantu
Rasul Allah SWT. Buku Panduaan dengan menggunakan lembaran
30
pengamatan. Pada tahap ini merupakan 3) Masih banyak siswa yang belum
penjabaran tentang hasil pengamatan aktif dalam kerja kelompok
yang di dapat pada siklus I. Dari hasil 4) Hasil belajar siswa belum mencapai
pengamatan yang di lakukan guru mata hasil yang di harapkan, dimana hasil
pelajaran yang di bantu teman sejawat tes akhir yang dilakukan pada siklus
terhadap proses pembelajaran yang di I di dapatkan nilai rata-rata siswa
laksanakan peneliti, dapat adalah 66,4 dan secara klasikal
dikemukakan bahwa dari 15 orang siswa mencapai tingkat ketuntasan
yang diamati ada 10 siswa yang tuntas, 66 % sedangkan tingkat ketuntasan
dan 5 orang yang tidak tuntas, dengan kelas yang di harapkan 75 %.
porsentase 66 %. Berdasarkan pengamatan tes yang
d. Refleksi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran siklus I di fokuskan aktifitas guru dan siswa belum
pada materi, Pengertian iman kepada mencapai kategori keberhasilan yang
rasulallah serta menyebutkan sifat rasul di tetapkan, dimana masih banyaknya
Allah dan kisah perjuangan 25 rasul siswa yang belum aktif dalam
dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran. Inisiatif siswa dari
Konstruktivisme. Untuk memperoleh dalam diri sendiri masih kurang untuk
data tentang pelaksanaan siklus I mengikuti pembelajaran dengan baik.
dilakukan pengamatan, tes selama Dengan demikian peningkatan
pelaksanaan tindakan di analisis dan di hasil belajar PAI dan BP dengan
diskusikan dengan pengamat sehingga menggunakan pendekatan konstruktif
diperoleh hal-hal sebagai berikut : akan peneliti lanjutkan pada siklus II
1) Pembelajaran yang di laksanakan dengan lebih baik sesuai langkah-
telah mencerminkan dengan langkah yang telah di rencanakan.
menggunakan Pendekatan
Konstruktivisme, karena secara
umum proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
2) Siswa belum terbiasa melakukan
pembelajaran dalam bentuk diskusi
kelompok sehingga pembagian
kelompok masih banyak yang
meribut dan saling memilih teman.
31
1689–1699.
Muhibbin, & Hidayatullah, M. A. (2020). Implikasinya Dalam Pembelajaran
Implemntasi Teori Belajar Pendidikan Agama Islam. 31–49.
Konstruktivisme Vygotsky Pada. http://repository.uinbanten.ac.id/514/5/
Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, 5(01), 1– BAB III.pdf
22. https://doi.org/10.29240/belajea.v5 Saidah, Z. (2014). Pembelajaran Pendidikan
Munawaroh, I. (2021). Pembelajaran 2. Agama Islam Berbasis Konstruktivisme
Karakter Peserta Didik. Modul Belajar Untuk Generasi Digital. 15.
Mandiri, 45–64. Suparlan, S. (2019). Teori Konstruktivisme
Oviyanti, F. (2013). Inovasi Pembelajaran dalam Pembelajaran. Islamika, 1(2),
PAI Dengan Pengembangan Model. 79–88.
Jurnal Ta’dib, XVIII(01), 107–134. https://doi.org/10.36088/islamika.v1i2.2
Pai, P. (2021). Konstruktivisme sebagai 08
implementasi pembelajaran pai. 13(02),
12–19.
Rahmah, N. I. (2017). Pemikiran Abraham
Harold Maslow Tentang Motivasi &