Disusun Oleh:
Nama : SOFIYYAH
Npm : 20.02.0079
Npm : 20.02.0069
Semester IV-3
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara konseptual pendidikan nasional mendukung gagasan tentang
pendidikan terpadu sebagaimana tertuang dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tersebut menunjukkan
betapa pentingnya keterpaduan dalam mengembangkan kualitas manusia
pada semua dimensinya.
Membangun manusia yang cerdas harus bersamaan dengan
memantapkan keimanan dan ketakwaan agar kecerdasan manusia tetap
dalam sikap tunduk dan pengakuan akan keberadaan Tuhan.
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai
dengan penanaman budi pekerti yang luhur agar manusia yang
berpengetahuan tetap bersikap rendah hati sehingga terjadi keseimbangan
antara kesehatan jasmani dan rohani.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengembangan?
2. Apa pengertian pengembangan pembelajaran?
3. Apa pengertian kecakapan?
4. Bagaimana pengembangan kecakapan siswa?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar memahami pengertian pengembangan
2. Agar memahami pengertian pengembangan pembelajaran
3. Agar memahami pengertian kecakapan
4. Agar memahami perkembangan kecakapan siswa
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kecakapan
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan
kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah
suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis
dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang dilaksanakan
dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan
kompetensi peserta didik. Maka pengembangan pembelajaran lebih
realistik, bukan sekedar idealisme pendidikan yang sulit diterapkan
dalam kehidupan.
P. Siagian, menyatakan pengembangan (development) meliputi
kesempatan belajar yang bertujuan untuk lebih meningkatkan
pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) yang diperlukan dalam
pekerjaan yang sedang dijalani. Pengembangan lebih difokuskan untuk
jangka panjang. Selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan
karyawan sesuai dengan pertumbuhan dan perubahan organisasi.
Secara konseptual pendidikan nasional mendukung gagasan tentang
pendidikan terpadu sebagaimana tertuang dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan tersebut jelas mengisyaratkan betapa pentingnya keterpaduan
dalam mengembangkan kualitas manusia pada semua dimensinya.
Membangun manusia yang cerdas harus bersamaan dengan
memantapkan keimanan dan ketaqwaan agar kecerdasan manusia tetap
dalam sikap ketundukan dan pengakuan akan keberadaan tuhan.
2
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai
dengan penanaman budi pekerti luhur agar manusia yang
berpengetahuan tetap bersikap rendah hati sehingga terjadi
keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.
Tantangan kehidupan di masa yang akan datang menuntut manusia
untuk hidup secara mandiri sehingga siswa harus di bekali dengan
kecakapan melalui muatan, proses pembelajaran dan aktivitas lain di
sekolah. Pada hakikatnya pendidikan yang berorientasi kecakapan
adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Selain itu
pendidikan yang seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan
potensi siswa sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem
yang sedang dihadapinya.1
3
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik.3
Tugas utama guru dalam pembelajaran adalah mengantarkan
peserta didik pada prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya. Guru
diharapkan dapat memahami konsep perkembangan perilaku dan
pribadi peserta didik, dan dapat memahami konsep potensi peserta
didik dan pengembangannya serta menentukan pembelajaran yang
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.4
Pengembangan pembelajaran adalah usaha meningkatkan kualitas
proses pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan
substitusinya. Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang
disesuaikan dengan perkembangan pengetahuan, sedangkan secara
metodologis dan substansinya berkaitan dengan pengembangan
strategi pembelajaran, baik secara teorotis maupun praktis.
Clarence Schauer menyebut pengembangan pembelajaran sebagai
perencanaan secara akal sehat untuk mengidentifikasikan masalah
belajar dan mengusahakan pemecahan masalah tersebut dengan
menggunakan suatu rencana terhadap pelaksanaan, evaluasi, uji coba,
umpan balik dan hasilnya.
Menurut pendekatan model Dick dan Carey terdapat beberapa
komponen yang akan dilewati dalam proses pengembangan dan
perancangan pembelajaran yang berupa urutan langkah-langkah
sebagai berikut ini:
a. Identifikasi tujuan (identity instructional goals)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan
agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan
program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mengacu pada
kurikulum tertentu atau juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil
3
Andrew Fernando, dkk, Pengembangan Media Pembelajaran, (Yayasan Kita Menulis,
2020), hlm. 53-54
4
Elly Herliani, Pengembangan Potensi Peserta Didik, hlm. 147
4
need analysis, atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan
belajar siswa di dalam kelas.
b. Melakukan analisis instruksional (conducting a goal analysis)
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan
ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang
dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus
lagi yang harus dipelajari. Dalam melakukan analisis instruksional
kompetensi yang diharapkan berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Analisis ini akan menghasilkan chart atau diagram
tentang keterampilan-keterampilan atau konsep dan menunjukkan
keterkaitan antara keterampilan atau konsep tersebut.
c. Mengidentifikasi tingkah laku awal atau karakteristik siswa
(identity entry behaviours, characteristic)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan
yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati,
juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki
siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk
diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
d. Merumuskan tujuan kinerja (write performance objectives)
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang
tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan
khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran.
e. Pengembangan tes acuan patokan (developing criterian-referenced
test items)
Pengembangan tes acuan patokan didasarkan pada tujuan yang
telah dirumuskan, pengembangan butir assesmen untuk mengukur
kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan.
f. Pengembangan strategi pengajaran (develop instructional strategy)
5
Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan
mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
akhir. Strategi akan meliputi aktivitas prainstruksional,
penyampaian informasi, dan praktek.
g. Pengembangan atau memilih pengajaran (develop and select
instructional materials)
Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk
menghasilkan pengajaran/bahan ajar yang akan digunakan.
h. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (design and
conduct formative evaluation)
Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan
digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
program pembelajaran. Hasil dari evaluasi formatif dapat
digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki draft
program.
i. Menulis perangkat (design and conduct summative evaluation)
Hasil hasil pada tahap diatas dijadikan dasar untuk menulis
perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi
dan diuji cobakan di kelas atau diimplementasikan di kelas.
j. Revisi pengajaran (instructional revitions)
Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum
dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang
dimiliki oleh program pembelajaran.
k. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif (design and
conduct summative evaluation)
Evaluasi sumatif meruapakan jenis evaluasi yang berbeda
dengan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai
dengan standar yang digunakan oleh perancang.
3. Pengertian Kecakapan
6
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian kecakapan ialah
kemampuan, kesanggupan, kepandaian atau kemahiran mengerjakan
sesuatu. Dalam hal lain pengertian kecakapan adalah keterampilan
sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuannya
sebagai bekal untuk selanjutnya atau prakarsa sendiri menambah,
meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama, maupun
lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan
manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri. Jadi,
pengembangan kecakapan merupakan suatu proses upaya
menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan kemampuan,
kepandaian atau kemahiran mengerjakan sesuatu. Dimana dalam hal
ini kecakapan yang dimaksud ialah kecakapan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Dalam mengembangkan kecakapan belajar perlu memperhatikan
fase belajar sebagaimana dikemukakan oleh Gagne yaitu:
1. Motivasi
2. Perhatian (attention, alertness)
3. Pengolahan
4. Umpan balik
7
kecakapan kognitif tentu dapat berbeda antar siswa, guru perlu
memperhatikan kecerdasan dan gaya belajar anak. Adapun gaya
belajar setiap anak juga mungkin berbeda, ada yang lebih senang
belajar visual atau audio atau kinestetis.
4. Pengembangan Kecakapan Siswa
1. Kognitif
Pada tahap kognitif ini terdir dari: tingkat pengetahuan, tingkat
pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis
dan tingkat evaluasi. Kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran
tersendiri. Orang yang mempunyai kemahiran ini, mampu
mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung
dalam dirinya sendiri.5 Bagaimana ia memusatkan perhatian,
bagaimana ia belajar, bagaimana ia menggali dari ingatan,
bagaimana ia menggunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya,
khususnya bila menghadapi masalah. Sasaran dari belajar
pengaturan kegiatan kognitif adalah sistematisasi arus pikiran
sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Dalam
psikologi modern sistematisasi dan pengaturan kegiatan mental
yang kognitif ini dipandang sebagai suatu proses kontrol.
Berikut ini fase belajar yang dapat digunakan oleh seorang guru
dalam mengembangkan kecakapan belajar pada ranah kognitif,
diantaranya yaitu:
a) Guru membuat perhatian siswa terpusat pada tugas belajar
yang dihadapi. Hal-hal tersebut dapat diusahakan melalui
5
Salamun, dkk, Inovasi Pengembangan Pembelajaran, (Yayasan Kita Menulis, 2021), hlm.
26-31.
8
penjelasan kegunaan materi bahasan, dengan memberikan
contoh tentang tujuan yang akan dicapai sehingga siswa
mau belajar dan berminat mengikuti proses belajar
mengajar.
b) Guru mengarahkan perhatian siswa kepada unsur-unsur
pokok dalam materi pelajaran. Hal ini dapat dilakukan
dengan menunjukkan kejadian tertentu dalam sesuatu
demonstrasi, dengan menunjukkan bagian dari buku
pelajaran misalnya, menguraikan pendahuluan dan
sebagainya.
c) Peran guru dalam hal ini adalah membantu siswa untuk
mencerna materi pelajaran dan menuangkan ke dalam
bentuk suatu rumusan verbal, skema atau bagan, dan guru
memberikan petunjuk bagaimana mengambil inti atau
membuat skema atau merumuskan konsep dan kaidah. Hal
ini yang bisa digunakan seorang guru yaitu memberikan
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang terarah guna
membantu siswa menggali informasi yang telah tersimpan
dalam memori.
d) Kegiatan terakhir yang bisa dilakukan oleh guru ialah
segera memberikan umpan balik terhadap suatu prestasi
yang ditunjukkan oleh siswa. Seseorang yang memiliki
kognitif yang baik, tidak hanya menguasai bidangnya,
tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat. Keputusan-
keputusannya menunjukkan warna kemahiran seseorang
yang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau
akhlak yang luhur.
2. Afektif
Tahap afektif terdiri dari: kemampuan menerima, kemauan
menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya ketekunan dan
ketelitian. Apabila konsep bermain memberikan kebebasan dan
9
belajar mengajak siswa untuk memahami, maka bersikap adalah
cara mempertahankan prinsip dan menunjukkan keinginan yang
lahir dari dalam diri secara bertanggungjawab.
Sebetulnya konsep pembelajaran yang terlalu menekankan pada
aspek penalaran atau penghafalan akan sangat berpengaruh
terhadap sikap yang dimunculkan siswa. Menghafal tentu ada
gunanya. Namun jika kemudian menjadi dominan dan mata
pelajaran harus dihafal, maka akan melahirkan para siswa yang
kurang kreatif dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya
sendiri. Mengajarkan sikap lebih pada soal memberikan suatu
keteladanan, bukan hanya pada tataran teoritis.
Menurut Kenneth dala rosyada (2004) dalam sikap terdapat
beberapa indikator-indikator kecakapan yang dapat dijadikan
ukuran atau standar antara lain:
Penerimaan
Tanggapan
Penanaman nilai
Pengorganisasian nilai-nilai
Karakteristik kehidupan
10
a. Proses pengkondisian
Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa dapat
memperoleh sikap-sikap baik yang positif maupun sikap-sikap
yang negatif. Meskipun siswa dan guru terkadang tidak
menyadarinya. Suasana sekolah yang kondusif, proses
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, pencitraan
yang baik terhadap mata pelajaran melahirkan perasaan yang
senang siswa terhadap guru, bahkan perasaan senang tersebut dapat
dipindahkan ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut.
Sebaliknya seorang guru yang bertindak galak dan kerap
menyinggung perasaan siswa, lama kelamaan perasaan benci akan
tumbuh dan akan pindah ke mata pelajaran yang dipegang oleh
guru tersebut. Secara kongkrit proses pengkondisian atas sikap
siswa di sekolah dapat dimanipulasi juga oleh guru. Misalnya bila
siswa memperoleh suatu prestasi, ia mungkin diperbolehkan untuk
melakukan sesuatu yang lain yang disukainya atau memberikan
hadiah yang berupa buku dan sebagainya, atau mungkin pujian
dengan bahasa yang sopan dan tepat.
b. Belajar dari model
Proses pembentukan sikap melalui imitasi terhadap seseorang
yang dihormati, dipercaya dan dikagumi senantiasa terlihat pada
siswa. Prinsip modeling ini sejalan dengan ungkapan Ki Hajar
Dewantara ‘ing ngarsa sung tulada’. Sarason (1972) dan Bandura
(1977) juga mengungkapkan hal yang sama dengan memberikan
penekanan terhadap pentingnya modeling atau keteladanan yang
merupakan cara paling ampuh dalam mengubah sikap atau perilaku
seseorang.
3. Psikomotor
Pada tahapan psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan,
mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi dan originasi.
11
Belajar keterampilan motorik merupakan kemampuan untuk
merangkaikan sejumlah gerak-gerik jasmani sampai menjadi satu
keseluruhan yang harus dilakukan. Walaupun belajar keterampilan
motorik mengutamakan gerakan persendian dalam tubuh, namun
diperlukan pengamatan melalui indera dan secara kognitif, yang
melibatkan pengetahuan dan pengalaman.
Mengingat ciri khas dari belajar keterampilan motorik, maka
latihan memegang peranan pokok untuk mendarah dagingkan
keterampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan dan
pembiasaan, maka tidak mungkin seseorang menguasai
keterampilannya menjadi miliknya. Bila diruntut, maka hal-hal
yang perlu dikembangkan dalam kecakapan psikomotor akan
dipahami sebagai berikut:
a. Keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha yang
kontinyu dan banyak sekali latihan. Untuk itu usaha
memotivasi siswa agar selalu “mood” dalam menjalaninya
sangat diperlukan.
b. Belajar keterampilan selalu menuntut pengamatan terhadap
lingkungan untuk menentukan posisi fisik. Pengkonsentrasian
perlu ditekankan agar mendapatkan hasil yang maksimal tanpa
menyebabkan disfungsi keadaan fisik.
c. Mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri, baik
sub keterampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik,
disertai koordinasi yang dilakukan ketika siswa mengolah
informasi teoritis ke dalam aplikasi kegiatan motorik.
d. Tahapan berikutnya ialah penggalian program mental yang
tersimpan dalam ingatan jangka panjang, diperkirakan secara
langsung akan menjadi masukan bagi fase prestasi.
12
namun peran orangtua dirumah pun sangat dibutuhkan. Ada
beberapa tujuan pengembangan kecakapan siswa, diantaranya:
a. Fase motivasi
Memberikan kesadaran kepada siswa tentang tujuan yang harus dicapai
sehingga siswa bersedia untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan. Jadi
peran guru adalah memberikan motivasi belajar bagi siswa dan
mengingatkan akan tujuan yang harus dicapai.
b. Fase menaruh perhatian
Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan untuk membentuk
pola-pola perceptual tertentu dengan memperhatikan hal-hal yang akan
dipelajari sehingga konsentrasi terjamin.
c. Fase pengelolaan
Siswa dapat memahami informasi yang di dapat dalam jangka pendek
dan mengolah informasi tersebut untuk diambil manfaatnya. Dalam hal ini
siswa hasus mengingat kembali siasat atau cara yang pernah digunakan
sehingga terpilih siasat mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak
13
tersedia maka siswa harus kreatif menciptakan ide baru paling tidak
mengarah kepada tujuan yang dimaksud.
d. Fase umpan balik
Mendapatkan konfirmasi tepat atau tidaknya penyelesaian yang
dikemukakan, karena komunikasi ini dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi siswa untuk berusaha keras memeras otak lagi pada
lain kesempatan.
a. Perhatian (attention)
Siswa khusus memperhatikan hal-hal yang akan dipelajari.
b. Menggali (motivation)
Siswa sadar akan tujuan instruksional dan bersedia melibatkan diri.
c. Menggali (retrieval to working memory)
Siswa mengingat kembali dari ingatan jangka panjang apa yang sudah
pernah diketahui atau dipahami, dikuasai tentang pokok bahasan yang
sedang dipelajari.
d. Berpresepsi selektif (selective perception)
Siswa mengamati unsur-unsur dalam perangsang yang relevan bagi pokok
bahasan dan siswa memperoleh pola perceptual.
e. Mengolah informasi (encoding, entrey to storage)
Siswa memberikan makna pada pola perseptual dengan membuat
informasi yang sungguh berarti, anatara lain dengan menghubungkannya
dengan informasi lama yang sudah digali dari ingatan jangka panjang.
f. Menggali informasi (responding to question or task)
Siswa membuktikan melalui suatu prestasi kepada guru dan diri sendiri
bahwa pokok bahasan telah dikuasai dengan memberikan indikasi bahwa
tujuan instruksional khusus pada dasarnya telah tercapai.
14
g. Mendapatkan umpan balik (feed back, reinforcement)
Siswa mendapat penguatan dari guru kalau prestasinya tepat, dan
mendapat koreksi kalau prestasinya salah.
h. Memantapkan hasil belajar (frequent retrieval transper)
Siswa mengajarkan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa
mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali.
6
Salamun, dkk, Inovasi Pengembangan Pembelajaran, (Yayasan Kita Menulis, 2021), hlm.
31-38.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengembangan pembelajaran adalah usaha meningkatkan kualitas
proses pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan substitusinya.
Manusia diberikan kelebihan akal maka dengan akal tersebut manusia
dapat berkembang dengan menggali potensi yang ada pada dirinya. Agar
potensi tersebut bisa berjalan dengan baik maka diperlukan materi
pengembangan kecakapan.
Pengembangan kecakapan siswa merupakan suatu proses upaya
menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan kemampuan,
kepandaian atau kemahiran siswa dalam mengerjakan sesuatu.
16
DAFTAR PUSTAKA
17