Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA PEMBELAJARAN FIQIH

KELAS XI DALAM MODEL DESAIN PEMBELAJARAN BRIGGS

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu :

Mely Novasari Harahap, ST, M.Pd

Oleh :

Kelompok 4

1. Azura Afiyah Arief Silalahi ( 20.02.0087 )


2. Ira Juwita ( 20.02.0090 )
3. Juwita Hanum ( 20.02.0086 )

Semester : V-3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) UISU

PEMATANG SIANTAR

2022
Kata Pengantar

Assalamu’alakum waramatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Pada Pembelajaran Fiqih
Kelas Xi Dalam Model Desain Pembelajaran Briggs” ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Tak lupa pula shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam semoga kita
mendapat syafaat beliau di Yaumilmahsyar kelak. Aamiin.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Mely Novasari Harahap, ST, M.Pd dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengembangan bahan ajar pada pembelajaran fiqih kelas xi dalam model desain
pembelajaran briggs bagi para pembaca dan penulis terkhususnya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau
kerurangan yang pembaca temukan di makalah ini. Dan juga kami mengharapkan
adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Terimkasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Pematangsiantar, 15 November 2022

Kelompok 4

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan........................................................................................ 1
Bab II Pembahasan ....................................................................................... 2
A. Pengembangan Bahan Ajar ................................................................... 2
B. Pengembangan Bahan Ajar Pada Pembelejaran Fiqih........................... 3
C. Model Pembelajaran Briggs .................................................................. 7
D. Penerapaan Model Pembelajaran Briggs Pada Pengembangan Bahan
Ajar Fiqih ............................................................................................. 11
Bab III Penutup ............................................................................................ 13
A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
Daftar Pustaka.............................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen komponen


sistem pembelajaran. Pembelajaran memiliki makna lebih luas dari istilah
pengajaran. Kata pengajaran mengandung makna bahwa kegiatan atau prosesnya
hanya ada di dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas secara formal, kata
pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks pengajar dan pembelajaran di kelas
formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri
oleh pengajar secara fisik. Pembelajaran sebagai sebuah system memiliki
beberapa komponen, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi
pembelajaran, media pemmbelajaran, evaluasi pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam
implementasi kurikulum. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pembelajaran,
dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut seorang pengajar sudah seharusnya
mengetahui bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien diperlukan
adanya suatu inovasi untuk mengembangkan model - model pembelajaran yang
dilakukan oleh pengajar. Dalam mengembangkan model - model pembelajaran,
seorang pengajar harus tahu apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran,
dan pola-pola apa pembelajaran yang ada, kemudian apakah ciri-ciri model
pembelajaran yang dapat diterima secara umum, serta bagaimana menerapkan
model model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengembangan Bahan Ajar

Pengertian pengembangan adalah menurut kamus besar bahasa Indonesia


adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan yang mempunyai makna yang
luas adalah rancangan mengembangkan sesuatu yang telah ada dalam rangka
meningkat agar supaya menjadi lebih maju dan berkualitas. Di dalam dunia
pendidikan dapat diterjemahkan bahwa pengembangan adalah satu usaha yang
dilakukan oleh madrasah atau guru bidang studi masing masing. Bidang yang
dikembangkan dapat berupa manajemen madrasah yang meliputi delapan standar
pendidikan yang salah satunya adalah standar isi dan standar proses. Dalam
standar secara khusus adalah pengembangan yang dimaksud adalah
pengembangan bahan ajar dan proses pembelajaran yang merupakan bagian dari
kurikulum.1

Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum
yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah ditentukan.2

Bahan ajar berguna membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan


pembelajaran. Bagi pendidik bahan ajar digunakan untuk mengarahkan semua
aktivitasnya dan yang seharusnya diajarkan kepada siswa dalam proses
pembelajaran. Sedangkan bagi siswa akan dijadikan sebagai pedoman yang
seharusnya dipelajari selama proses.pembelajaran. Bahan ajar dapat berfungsi
dalam pembelajaran individul yang dapat digunakan untuk menyusun dan
mengawasi proses pemerolehan informasi peserta didik.

1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Setia, 2001), hlm 50
2
Ika Lestari. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan). (Padang: Akademia Permata, 2013), hlm 67.

2
Dengan strategi yang dipilih itu baik yang bentuknya individual maupun
klasikal, guru dapat melaksanakan tugasnya dan mempunyai kemampuan dalam
mengajar dengan mempergunakan strategi yang dipilih tersebut. Apabila kedua
hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka guru dapat dikatakan sukses
dalam melaksanakan tugasnya yaitu, mengajar. 3

B. Pengembangan Bahan Ajar pada Pembelajaran Fiqih


1. Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan bahan ajar adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk
menyusun bahan ajar. Didalamnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis terhadap
kurikulum, analisis sumber belajar, dan pemilihan serta penentuan jenis bahan ajar.
1) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum adalah suatu langkah awal dalam proses analisis
kebutuhan bahan ajar yang ditujukan guna menentukan kompetensi-
kompetensi mana saja yang membutuhkan bahan ajar. Hal ini akan
membantu guru dalam merencanakan dan mempersiapkan kegiatan
pembelajaran yang lebih matang dengan persiapan bahan-bahan ajar yang
lengkap dan tepat. Langkah-langkah pokok untuk analisis kurikulum
meliputi lima langkah:
a. Mengidentifikasi Standar Kompetensi(SK)
Stamdar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal siswa
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada sctiap tingkat dan semester.
Dalam konteks pembuatan bahan ajar maka tugas kita adalah
menentukan standar kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
b. Mengidentifikasi Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki
siswa dalam mata pekajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun
3
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan bahan ajar
dalam pendidikan agama islam (Rajawali Pers: PT Raja Grafindo Persada), hlm 126

3
indikator kompetensi. Guru mengidentifikasi kompetensi dasar yang
diharapkan bisa dikuasai oleh siswa.
c. Menyusun indikator ketercapaian hasil belajar
Indikator sebxagai kompetensi spesifik yang nantinya dijadikan dasar
pertimbangan dalam menentukan bahan ajar apa yang lepat untuk
dibuat.
d. Menentukan materi pokok
Materi pokok yakni sejumlah infomasi utama, pengetahuan,
keterampilan, atau nilai yang disusun sedemikian rupa oleh guru agar
siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Materi pokok
digunakan oleh guru sebagai acuan utama dalam menyusun konten
bahan ajar.
e. Identifikasi pengalaman belajar yang akan dilakukan oleh siswa
Hal ini adalah suatu aktivitas yang didesain oleh guru supaya
dilakukan oleh siswa agar mereka menguasai kompetensi yang telah
ditentukan melalui kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.
Pengalaman belajar harus disusun secara jelas dan operasional
sehingga langsung bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran.
2) Analisis Sumber Belajar
Analisis terhadap sumber belajar dilakukan pada beberapa aspek meliputi
ketersediaan, kesesuaian dan kemudahan dalam memanfaatkannya.
a. Ketersediaan maksudnya berkean dengan ada atau tidaknya sumber
belajar tersebut disekitar kita.
b. Kesesuaian maksudnya sumber belajar tersebut sesuai atau tidak
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Kemudahan maksudnya mudah tidaknya sumber belajar itu disediakan
maupun digunakan baik secara pengadaan maupun pengoperasiannya.
3) Langkah-Langkah Memilih dan Menentukan Bahan Ajar Beberapa
langkah pemilihan bahan ajar:
a. Mengidentifikasi aspek-aspck kompetensi yang menjadi acuan
pemilihan bahan ajar. Apakah aspek kognitif, psikomotorik atau afekif.

4
b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Apakah aspek kognitif.
psikomotorik atau afektif.
c. Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan tujuan
pembelajaran.

2. Upaya Pengembangan Bahan Ajar


Ada tiga tipe materi pembelajaran yang menyangkut peranan guru dalam
mengembangkan dan menyampaikan materi yaitu:
a. Jika guru mendesain dan mengembangkan materi pembelajaran secara
individual. Peran guru bersifat pasif. Tugasnya adalah memonitor dan
membimbing siswa dalam menyelesaikan materi dan membentuk
kompetensi.
b. Guru memilih materi pembelajaran yang telah ada dan menyesuaikan
dengan simtegi pembelajaran yang digunakan,pean gunu menjadi lebih
aktif dalam penyampaian materi dan pembentukan kompetensi.
c. Pembelajaran sangat bergantung kepada guru yaitu guru menyampaikan
semua materi pembelajaran menurut strategi yang telah dikembangkan.

3. Pembelajaran Fiqh:Konsep dan Karakteristikna


Dalam konteks pembelajaran,fiqh di sekolah adalah salah satu bagian
pelajaran pokok yang termasuk dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam(PAI)
yang diberikan pada siswa-siswa Madrasah Ibtidaiyah(MI).Madrasah
Tsanawiyah(MTs) atau Madrasah Aliyah(MA).

4. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Fiqh


Ada beberapa cara dalam menyusun bahan ajar mata pelajaran Fiqh,diantaranya:
a) Kronologis atau berurutan yaitu penyusunan materi berdasarkan urutan
waktu atau tahapan-tahapan tertentu.Kronologis dipakai untuk menyusun
materi yang mengandung urutan waktu seperti peristiwa sejarah,
perkembangan penetapan suatu hukum dan sebagainya.

5
b) Kausal atau sebab akibat,yaitu penyusunan materi berdasarkan adanya
hubungan sebab dan akibatnya. Dengan mengetahui sebab dan akibat dari
sesuatu hal siswa dapat mempertimbangkan yang akan dilakukannya.
c) Struktural artinya materi disusun berdasarkan bagian-bagian tertentu,di
mana bagian-bagian itu saling berhubungan dan membentuk sebuah
struktur pengerahuan.
d) Logis dan Psikologis,logis artinya dapat diterima oleh logika siswa.Di
awali dari materi yang sederhana menuju materi yang kompleks, dari
bagian-bagian menuju keseluruhan,dari yang nyata menuju yang
abstrak,dari benda-benda menuju teori dari materi bagaimana menuju
materi mengapa. Sebaliknya,psikologis dimulai dari yang kompleks
menuju yang sederhana,dari keseluruhan menuju ke bagian. Dalam
menyusun materi salat,dapat dimulai dari syarat wajib salat,syarat sah salat
serta rukun-rukunnya (logis), dapat pula dimulai mengapa orang itu harus
salat,baru dilanjutkan bagaimana tata caranya (psikologis).
e) Spiral, artinya materi dipusatkan pada topik atau pokok bahasan
tertentu.Dari lopik tersebut kemudian diperluas dan diperdalam.Dari topik
yang sederhana kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang
lebih kompleks.Misalnya tentang salat,disusun mulai dari pengentian
secara Bahasa dan istilah dikembangkan menjadi makna salat dalam
kehidupan atau implikasi dari salat itu dalam kehidupan sehari-
hari.Dengan demikian siswa akan lebih mendalami salat tidak sekedar
lima waktu,tapi setiap saat jiwa sabat itu tercermin dalam kehidupannya
sehari-hari.4

4
Fiki Amaly. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Fiqih. (Cirebon : Institut Agama
Bangsa Cirebon, 2020), hlm 7-13. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/451346596/Makalah-Pembelajaran-Fiqih-Pengembangan-
Bahan-Ajar-Pembelajaran-Fiqih

6
C. Model Pembelajaran Briggs
1. Pengertian model pembelajaran

Briggs (1978;23) menjelaskan, model adalah seperangkat prosedur yang


berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan
media, dan evaluasi. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud
dengan pengembangan model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang
berurutan untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran. Hasil akhir dari
pengembangan pembelajaran ialah sistem pembelajaran, yaitu materi dan strategi
belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah
dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu.5

Pengembangan instruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan


sistem dengan sasaran guru atau dosen yang akan bertindak sebagai perancang
kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang anggotanya
meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan
perancang instruksional.

Briggs berpendapat bahwa model ini sesuai untuk pengembangan program -


program latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program - program
akademis saja. Disamping itu model Briggs dirancang sebagai metodologi
pemecahan masalah instruksional.

2. Langkah Langkah Pengembangan Desain Instruksional Model Briggs


Model ini dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini dirumuskan kedalam 10
langkah yaitu :
a) Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
Langkah awal ini merupakan langkah yang paling penting, karena
pebelajar harus mengidentifikasi tujuan apa yang harus dicapai oleh
pebelajar(siswa-siswa). Langkah ini merupakan proses penentuan tujuan,

5
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1997) , hlm 110

7
kebutuhan, dan prioritas kegiatan pembelajaran. Di sini Briggs
menggunakan pendekatan bertahap 4, yaitu:
1) Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas
2) Menentukan prioritas tujuan
3) Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru,
4) Menentukan prioritas remedialnya. Dengan adanya data analisis
kebutuhan ini. penggunaan maupun cara pengalokasian waktu, sumber,
dan tenaga akan dapat diatur sebaik-baiknya.
b) Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional
yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut
pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan
yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler
secara keseluruhan
c) Perumusan tujuan
Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi
menurut tujuan- tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya
dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar
perumusan tujuan mengandung lima komponen:
1) Tindakan
2) Objek
3) Situasi
4) Alat dan batasan
5) kemampuan.
d) Analisis tugas/tujuan
Setelah tujuan dirumuskan, maka apa yang harus diajarkan sudah menjadi
jelas. Langkah berikutnya menurut rancangan sistem pembelajaran ialah
menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah
dirumuskan tersebut tersebut dapat tercapai. Untuk ini perlu diadakan
analisis tentang tiga hal yang berikut:
1) Proses informasi; untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis

8
2) Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan
belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak): untuk mengidentifikasi
kondisi belajar yang diperlukan 3) Tugas belajar untuk menentukan
prasyarat belajar dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang sesuai.
e) Penyiapan evaluasi hasil belajar
Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan
pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai.
Tes/evaluasi harus shahih (valid), karena itu harus selaras (congruent)
dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai
perkembangannya (progress) seperti halnya midterm test, tes diagnosa
seperti pre test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha
remedialnya bila dipandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif.
f) Menentukan jenjang belajar
Tahap berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang
telah dianalisis pada nomor 4 (empat). Briggs mengklasifikasikan tahap ini
dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian
strategi pembelajaran. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar
tersebut dalam uraian kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi
kegiatan belajar yang lalu, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih
(optional)
g) Penentuan kegiatan belajar
Strategi pembelajaran yang juga harus dikembangkan adalah menentukan
bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang telah
dirumuskan dapat tercapai. Penentuan strategi pembelajaran ini oleh
Briggs disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan guru
sebagai perancang kegiatan pembelajaran, dan dikembangkan dalam
strategi pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran (oleh guru), di
mana dalam tahap ini guru menjabarkan strategi dalam teknik-teknik
mengajar, sesuai dengan fungsinya sebagai penyeleksi materi/sumber
belajar. Kerangka kegiatan ini meliputi :Pemilihan media yang sesuai,

9
Perencanaan kegiatan belajar-mengajar, Pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar, dan Pelaksanaan evaluasi belajar.
h) Pemantauan bersama (monitoring) pelaksanaan kegiatan yang
direncanakan Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar
mengjar dapat dilakukan bersama antara guru sebagai perancang kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran, dan tim
pengembang pembelajaran untuk melihat apakah produk dan prosesnya
telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.
i) Evaluasi format if
Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh data guna revisi dan
perbaikan materi bahan belajar (instruction materials) yang dilakukan
menurut tiga fase; (1) uji coba satu- satu one to one), (2) uji coba pada
kelomupk kecil, kemudian (3) uji coba lapangan dalam skala yang lebih
besar.
j) Evaluasi sumatif
Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem
pembelajaran untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka
evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian secara
keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif
bukan sekedar hasil belajar, tetapi juga tujuan pembelajaran dan prosedur

Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang


melukiskan bagaimanasuatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari
awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu
program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup
mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari
tingkat sekolah. Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan
standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara
eksplisit dalam silabus dan RPP.

3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Briggs

10
Kelebihan dari model cakupan makro adalah :

a) Kelengkapan komponen di dalamnya mengandung aspek positif, yaitu


mengantisipasi masalah pembelajaran
b) Cakupan model adalah makro (kurikulum) dan mikro (KBM)
c) Pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif beserta uji coba dan revisi
member peluang perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran pada
umumnya, dan mutu KBM secara khusus.
d) Komponen KBM yang lengkap menyebabkan model ini tidak kalah
dengan model berorientasi KBM murni. Jadi, kesulitan dalam KBM dapat
ditelusuri sejak dini.
e) Adanya proses penggunaan dan penyebaran dari kurikulum ini menjadi
cirri khas model dibandingkadan model yang lain.

Kekurangan dari model pembelajaran Briggs :

a) Kegiatan penyusunan desain pembelajaran model ini memakan waktu


yang lama, tim kerjayang besar, serta anggaran yang banyak
b) Tim kerja banyak, tidak ada penjelasan siapa dan bidang apa saja yang
terlibat di dalamnya
c) Tidak semua lembaga atau organisasi pendidikan mampu
menyelenggarakan penerapan model ini untuk merancang kurikulum.

D. Penerapan Model Pembelajaran Briggs Pada Pengembangan Bahan Ajar


Fiqih Kelas XI
Dengan model pembelajaran briggs ini guru di tuntut untuk berkreeasi dan
berinovasi dalam pembelajaran fiqih yang akan diajarkan agar siswa dapat
manangkap pemblejaran yang diajarkan sesuai dengan system dan kurikulum
yang telah di tetapkan. Dengan begitu sasaran dari model briggs ini adalah guru.
Oleh karenanya guru di harapkan mampu menyusuun langkah langkah yang baik
dan benar dalam pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien.
Pada pengembangan pembelajaran fiqih kelas 11 dalam model desain

11
pembelajaran brigs juga diadakan evaluasi formatif dan sumatif dimana untuk
memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung. Penerapan
model pembelajaran briggs pada pengembangan bahan ajar fiqih kelas xi dapat
dilakukan dengan cara :

1. Yaitu dengan cara guru mengidentifikasi kebutuhan seperta didik seperti


bahan ajarnya yaitu materi pembelajaran dan berupa property yang di
butuhkan pada materi yang diajarkan.
2. Seorang guru menetapkan dan myampaikan kepada peserta didik yang
diajarnya mengenai tujuan umum maupun khusus materi pembelajaran
tersebut. Sebagai contoh umunya itu agar peerta didik mampu mengetahui
materi yang akan di ajarkan dan untuk yang khususnya agar perserta didik
mampu mengimplementasikan pada kehidupan sehari harinya.
3. Guru mencari ataupun mengidentifikasi cara alternative apabila ada suatu
kendala dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Contohnya pada
materi pernikahan dan sekolah itu tidak memilki bahan yang relevan
dengan pembelajaran maka guru harus berinovasi dan berkeasi untuk
membuat bahan ajar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan
contohnya dengan melakukan praktek langsung.
4. Guru merancang metode pembelajaran yang tepat pada peserta didik untuk
pembelajaran fiqih kelas XI sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Mencari sumber sumber pembelajaran yang berkaitan dengan
pembelajaran fiiqh kelas XI
6. Melakukan evaluasi kepada siswa baik itu sumatif maupun formatif.
Dimana setelah siswa mempraktekkan suatu materi tentang fiqih kelas XI
maka guru akan melakukan evalusi secara lisan atau tulisan baik saat
pembelajaran itu berlangsung ataupun ketika ujian UTS atau UAS.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan model pembelajaran briggs ini guru di tuntut untuk berkreeasi dan
berinovasi dalam pembelajaran fiqih yang akan diajarkan agar siswa dapat
manangkap pemblejaran yang diajarkan sesuai dengan system dan kurikulum
yang telah di tetapkan. Dengan begitu sasaran dari model briggs ini adalah guru.
Oleh karenanya guru di harapkan mampu menyusuun langkah langkah yang baik
dan benar dalam pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien.
Pada pengembangan pembelajaran fiqih kelas 11 dalam model desain
pembelajaran brigs juga diadakan evaluasi formatif dan sumatif dimana untuk
memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung.

13
Daftar Pustaka

Amaly, Fiki. 2020. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Fiqih. Cirebon :


Institut Agama Bangsa Cirebon. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/451346596/Makalah-Pembelajaran-
Fiqih-Pengembangan-Bahan-Ajar-Pembelajaran-Fiqih

Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Lestari, Ika . 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Sesuai


dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Padang: Akademia
Permata.

Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan


bahan ajar dalam pendidikan agama islam Rajawali Pers: PT Raja
Grafindo Persada.

Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai