Disusun Oleh
Kelompok 6
JURUSAN TARBIYAH
PEMATANGSIANTAR
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas rahmat dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami tentang
“Hubungan Perkembangan Anak Dalam Kehidupan Sekolah, Intelegensi
Keberhasilan Anak dan Anak Berbakat dan Intervensi Dini”. Shalawat serta salam
tak lupa kami ucapkan dan hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang dalam naungan iman dan islam.
Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen yang
telah memberikan kami tugas ini. Sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat
waktu.
Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui hubungan perkembangan dengan belajar anak.
2. Dapat mengetahui anak dan kehidupan sekolah.
3. Dapat mengetahui inteligensi dan keberhasilan anak di sekolah.
4. Dapat mengetahui anak berbakat dan intervensi dini.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Perkembangan
2. Intelegensi siswa
Para ahli merumuskan defenisi intelegensi sebagai berikut:
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetika (gen yang diturunkan
orang tua) serta peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kehidupan prenatal. Meski
begitu, peran eksternal juga berpengaruh pada perkembangan anak. Misalnya,
lingkungan keluarga, faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian,
tumbuh kembang berhubungan langsung dengan gizi anak, kesejahteraan, pola
pengasuhan, pendidikan serta interaksi mereka dengan teman sebayanya.
Seiring dengan meningkatnya usia anak, gerakan anak pun semakin lincah. Anak
dapat duduk , berjalan, berdiri, berjongkok , dan gerakan-gerakan fisik lainnya.
Pendek kata, gerakan fisiknya beraneka ragam dan dengan kekuatan dan daya
tahan yang berlainan.
Di tubuh anak seperti tangan, kaki, kepala, jari-jari tangan, pinggang, dan
sebagainya mempunyai fungsi masing-masing. Anak dapat memanfaatkannya
untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu. Misalnya, tangan dan jari-
jarinya yang berjumlah sepuluh, dapat digunakan untuk mengetik sepuluh jari,
untuk olah raga badminton, untuk menulis, untuk menggambar, dan sebagainya.
Kaki dapat digunakan untuk berlari, main sepak bola, mendaki gunung, sepak
takraw, dan sebagainya.
Seiring dengan meningkatnya umur anak, maka cara berpikir anak pun
bergerak dari yang konkret menuju yang abstrak. Hal ini terjadi bila anak sudah
memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada ataulbiasa
ada, walaupun benda itu sudah ia tinggalkan, atau sudah tak digihat dan tak
didengar lagi. Di sini pandangan terhadap keberadaan benda tidak lagi bergantung
pada pengamatan belaka, tetapi sudah dalam bentuk representasi mental‘
Kemampuan anak untuk melakukan representasi mental inilah yang melicinlcan
jalan bagi anak untuk dapat berpikir abstrak. Ini terjadi dalam diri anak ketika
berumur 2 sampai 7 tahun, yaitu dalam periode perkembangan kognitif pra-
operasional. Dengan kemampuan ini anak dapat mengembangkan berbagai
tanggapan mental. Kesanggupan menyimpan tanggapan bertambah besar.
Sehingga jangan heran bila pengetahuannya juga bertambah berkat belajar dan
hasil interaksinya dengan lingkungan. Kemampuan berpikir anak dipengaruhi
kapasitas inteligensi sebagai potensi yang bersifat bawaan. Kualitas inteligensi
anak mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk struktur kognitif.
Inteligensi itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor lain dalam
perkembangannya. Misalnya, bertambahnya informasi yang disimpan dalam
memori seseorang sehingga ia mampu berpikif, banyaknya pengalaman dan
istilah-istilah memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berpikir
proporsional, dan adanya kebebasan berpikir sehingga menimbulkan keberanian
seseorang dalam menyusun hipotes-hipotesis dan kebebasan menjajaki masalah
secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan
menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Sebaliknya, pada kasus lainnya ditemukan hasil penelitian bahwa anak dengan
inteligensi yang tinggi cenderung mengalami kesukaran beradaptasi dengan anak
dengan inteligensi rata-rata normal. Hal ini disebabkan anak dengan inteligensi
yang tinggi lebih cepat menyerap, mengolah, dan menyimpan bahan pelajaran
yang diberikan daripada anak dengan inteligensi rata-rata normal.
Meski kapasitas inteligensi yang berada pada dua kutub yang ekstrem di
atas diakui hingga sekarang, namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wellman (1945) terhadap 50 kasus studi, seperti dikutip Sunarto (1999: 107),
telah disimpulkan bahwa pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan
inteligensi. Menurut Wellman, anak yang mengalami ”prasekolah” sebelum
sekolah dasar kemajuan yang lebih besar dalam rata-rata IQ mereka daripada anak
yang tidak pernah mengalami prasekolah. Semakin lama anak bersekolah di
prasekolah, misalnya sampai tiga tahun, maka inteligensi anak dapat berkembang
ke arah yang lebih berkualitas. Ini berarti bahwa pengalaman yang diperoleh di
sekolah menyumbangkan secara positif terhadap peningkatan IQ anak.
A. Kesimpulan