Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah ‫ﷻ‬. Dengan
semua rahmat-Nya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah dengan baik
dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dengan judul
“Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Dini”. Selain itu, penulisan
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang
mata kuliah yang saat ini sedang dipelajari.
Materi dalam makalah ini cukup menarik. Akan tetapi, penulis sadar
bahwa pasti masih ada kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat, baik bagi penulis sendiri
maupun bagi para pembaca.

Kisaran, 9 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian........................................................................................................2

B. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.................................................3

C. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini...................................................3

D. Optimalisasi Perkembangan pada Anak Usia Dini.........................................6

E. Biografi Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)...................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................17

A. Kesimpulan....................................................................................................17

Daftar Pustaka........................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan individu dimulai sejak masa  konsepsi, yaitu saat bertemunya


sel yang berasal dari ayah (sperma) dengan sel telur yang berasal dari ibu (ovum).
Dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya, individu mengalami interaksi
antara kemampuan dasar/pembawaan dengan lingkungan.
Anak adalah buah hati bagi setiap orang tua, anak adalah sosok
manusia kecil yang memiliki sifat unik dan memiliki rasa ingin tahu yang
sangat kuat. Anak usia dini adalah sekelompok individu yang berusia 0-6 tahun,
dimana pada usia ini sering disebut masa emas (golden age) yang hanya
terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia, sehingga
sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui
perhatian kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup dan pelayanan
pendidikan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang sangat cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia
dan terjadi sejak dalam kandungan, setiap organ dan fungsinya mempunyai
kecepatan tumbuh yang berbeda-beda.
Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa pertumbuhan dan
perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia,
mengalami proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak sama cepat
atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi bagaimanapun
juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang bersifat integral
sebagai manusia seutuhnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan


ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan
struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak,
anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan
berpikir.1
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif,
yaitu perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses
pematangan fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara
berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan
melalui proses maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses
penyempurnaan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang
terjadi secara alami. Proses learning merupakan proses belajar, melalui
pengalaman pada jangka waktu tertentu untuk menuju kedewasaan.2
Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan memiliki
rasa keingintahuan yang besar terhadap lingkungan sekitar. Hal ini ditandai
dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan mereka. Rasa ingin tahu tersebut
memberikan kesempatan kepada anak dalam belajar mengenal sesuatu.
Interaksi anak dengan lingkungannya misalnya dengan teman seumuran
maupun guru akan membuat anak belajar untuk mengembangkan aspek sosial dan
emosi mereka. Interaksi dengan teman sebaya akan memberikan
pengalaman dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, seperti bermain bersama-
sama, mau berbagi, mau mengalah dan sebagainya. Sedangkan interaksi anak
dengan lingkungan alam akan memberikan perasaan santai dan rileks. Kondisi
inilah yang sangat dibutuhkan anak dalam proses belajar dan bermain.
1
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, Erlangga, Jakarta
2
Drs. J. Agoes Achir, Perkembangan Anak dan Remaja, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus,
1979
2
B. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan


dan perkembangan anak.3
a. Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 5, yaitu :
- 0 – 2 tahun adalah masa bayi
- 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
- 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
- 12 – 14 adalah masa remaja
- 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
b. Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 3, yaitu :
- 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
- 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah
rendah
- 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari
anak menjadi dewasa

C. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam
tahun.
Anak usia 4-5 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada
pada rentangan usia lahir sampai 5 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

3
Dra. Kartini Kartono, Psikologi Anak, Penerbit Alumni, Bandung, 1979, hal.10
3
sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini
mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Selain itu, berdasarkan hasil
penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas tahun
1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh aspek perkembangan anak yang
masuk PAUD mempunyai kemampuan lebih tinggi daripada anak yang tidak
masuk PAUD. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik
dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan.
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep
diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Sesuai Standar
Kompetensi Taman Kanak-kanak (2003: 7),
Fungsi pendidikan Anak Usia Dini adalah:
1. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak;
2. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar;
3. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik;
4. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi;
5. Mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan anak;
6. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Adapun tujuannya adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai
potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap
memasuki pendidikan dasar. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan
jenjang pendidikan anak usia dini (usia 5 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk
pendidikan formal. Kurikulum PAUD ditekankan pada pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Lama masa belajar seorang murid di PAUD biasanya tergantung pada
tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor semester. Umur rata-rata
minimal kanak-kanak mulai dapat belajar di sebuah PAUD berkisar 4-5 tahun

4
sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari PAUD berkisar 5-6 tahun. Ruang
lingkup Kurikulum PAUD (2003: 7) meliputi aspek perkembangan:
1. Moral dan Nilai-nilai Agama,
2. Sosial, Emosional dan Kemandirian,
3. Kemampuan Berbahasa,
4. Kognitif,
5. Fisik/motorik, dan
6. Seni.
Tujuannya adalah meningkatkan daya cipta kanak-kanak dan memacunya
untuk belajar mengenal bermacam-macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan
nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik/motorik, kognitif, bahasa, seni,
dan kemandirian. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 Bagian Ketujuh Pasal 28, PAUD merupakan Pendidikan
Anak Usia Dini yang diformalkan sebelum masuk jenjang Taman Kanak-Kanak.
Salah satu isi ruang lingkup kurikulum prasekolah tahun 2003 yaitu
perkembangan kemampuan dasar yang terdiri dari kemampuan bahasa, kognitif,
fisik motorik, dan seni. Pengembangan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan
melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola
mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan
tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani
yang kuat, sehat dan terampil. Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan
kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat
menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak
untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan
ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk mengelompokkan serta
mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti. Pengembangan ini
bertujuan agar anak dapat dan mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil
imajinasinya dan mengembangkan kepekaan.
Seorang tokoh pendidikan, Piaget, menyebutkan setiap anak yang lahir
sudah membawa pengetahuan tertentu dalam dirinya, kemudian fungsi pendidik
adalah mencari dari lingkungan atau semesta sekitarnya “sesuatu” yang tepat
5
dengan pengetahuan tersebut agar tercapai keseimbangan. Berikut ini standar
kompetensi aspek fisik dan motorik secara lengkap.
D. Optimalisasi Perkembangan pada Anak Usia Dini

Optimalisasi perkembangan pada anak usia dini melalui upaya


pembelajaran yang diberikan pada anak perlu disesuaikan dengan taraf dan tugas
perkembangannya (Semiawan. 2002. hal. 73). Karena semua anak memang tidak
dapat disamakan karena masing-masing mempunyai sifat pembawaan sendiri-
sendiri (ciri khas dan keunikan). Sehingga dengan demikian, tidak semua
pendidikan untuk anak dapat diterapkan secara mutlak. Namun paling tidak, sifat-
sifat dan kebiasaan anak-anak secara umum banyak kesamaannya (Mahfuzh.
2004. hal. ix).
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kak Seto Mulyadi bahwa sumber
informasi yang terpenting adalah dari sisi anak (yang pada awal kehidupannya
dipahami oleh ibu, Montezzori menyebut sebagai sekolah bahasa Ibu). Sekolah
yang baik adalah baik menurut anak bukan baik menurut iklan. Misalnya saat
mendaftarkan sekolah, anak diberi kesempatan untuk melihat dan mencoba, jika
memang anak merasa ”sreg” nyaman barulah orang tua mendaftarkan anak
sekolah.
Meskipun kenyataannya banyak orang tua memilih sekolah hanya karena
keinginan orang tua yang mendasarkan pada prestise (Rakhmawati. 2007. hal. 1)
padahal harapan yang ingin diwujudkan dengan bersekolah adalah agar tugas
perkembangan dalam setiap fase dapat dilaksanakan dengan optimal oleh si anak.
Perkembangan usia anak dikategorikan dalam beberapa fase, yaitu: fase
kanak-kanak awal (2–6 tahun) dan fase kanak-kanak menengah (6 – 9 tahun) yaitu
pertama kali anak dididik di luar lingkungan keluarga. Masa tamyiz (mampu
membedakan yang baik dan buruk), dan fase kanak-kanak akhir (9–12 tahun),
masa perkembangan kecerdasan (keinginan memahami fenomena alam,
kemampuan koreksi dan memperhatikan perbedaan individu, kemampuan
konsentrasi yang meningkat, kesiapan mempelajari konsep belajar, dan
kecenderungan bebas dari kedua orang tua).

6
Istilah perkembangan dalam pengertian psikologis yang paling umum
merujuk kepada perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia
(atau binatang) di antara konsepsi (pembuahan) sampai mati. Menurut Mussen,
Conger, dan Kagan, 1979 secara umum perubahan, setidaknya perubahan yang
terjadi pada masa awal kehidupan, diasumsikan menuju (hal yang) lebih baik dan
menghasilkan perilaku yang adaptif, lebih teratur, lebih efektif, lebih kompleks,
dan tingkat yang lebih tinggi. Dan sebagian ahli menganggap perkembangan
sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan.
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
organ-organ jasmaniah. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan terletak
pada penyempurnaan fungsi psikologis organ- organ fisik yang akan berlanjut
terus hingga akhir hayat manusia. Untuk lebih memudahkan membahas
perkembangan dapat dimulai dari pengertian tumbuh kembang anak yang
sebenarnya mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan..
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing- masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Orang tidak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhannya
telah mencapai tingkat kematangan. Sehingga pertumbuhan berdampak terhadap
aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ
dan individu (psikis). Di mana perkembangan pada prinsipnya merupakan
rentetan perubahan jasmani dan rohani (fisio-psikis) manusia yang menuju ke arah
yang lebih maju dan sempurna. Dan kedua kondisi (psiko-fisik) terjadi sangat
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam setiap anak (Muhibbin Syah. 2011. hal.
11).

7
Perkembangan fisik, berkaitan dengan perubahan tubuh. Perkembangan
personal (pribadi) secara umum merupakan istilah yang digunakan untuk
perubahan pada personalitas individu. Perkembangan sosial mengarah pada
perubahan mengenai cara seorang individu berhubungan (berinteraksi) dengan
orang lain. Dan perkembangan kognitif merujuk kepada perubahan dalam cara
seseorang berpikir (Woolfolk. 2004. hal. 56). Dan pendapat secara umum yang
mengartikan perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman baik fisik maupun psikis.
Di mana ketetapan yang didasarkan pada pertimbangan lebih dominannya
penggunaan kata perkembangan (development) dalam arti psikofisik daripada
pertumbuhan (growth) dalam disiplin psikologi perkembangan (Muhibbin Syah.
2011. hal. 12).
Kata kunci yang menjadi bahasan utama dalam perkembangan adalah
perubahan (ada 2 perubahan), perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis
dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Pembahasan secara ilmiah
mengenai perubahan kualitatif dibahas dalam wacana Psikologi Perkembangan,
yaitu salah satu cabang psikologi yang membahas tingkat perkembangan,
taraf perkembangan, tugas-tugas perkembangan dan hukum-hukum
perkembangan (Muzdalifah. 2008. hal. 46). Dan ada tiga fase kehidupan manusia,
yaitu fase pre natal (sebelum kelahiran), para natal (saat kelahiran), dan post natal
(setelah kelahiran). Dan di bawah ini akan dibahas terlebih dahulu tentang fase pre
natal (sebelum kelahiran), yang dalam pembahasan Islam dikenal dengan proses
penciptaan manusia.
Perspektif psikologi islami tentang perkembangan manusia adalah
kehidupan pra-lahir, fase bayi, fase kanak-kanak, fase tamyiz, fase amrad, fase
taklif, fase futuh dan kehidupan pasca kematian (Fuad Nashori. 2005. hal. 147).
Al Quran melukiskan bagaimana Allah Swt menciptakan manusia dari materi dan
ruh. Allah telah membentuk Adam dari tanah, kemudian ditiupkan ruh dari-Nya.
Allah berfirman:
”(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ”Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah kusempurnakan

8
kejadiannya dan Ku-tiupkan kepadanya ruh (ciptaan-Ku), maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya ”(QS. 38:7-72).
Hadis Rasulullah Saw juga telah menerangkan proses penciptaan manusia
dari unsur materi dan ruh. Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah
Saw bersabda :
”Sesungguhnya salah seorang dari kalian telah dikumpulkan proses
penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh haris. Kemudian
selama empat puluh hari akan menjadi ’alaqah (segumpal darah) dan menjadi
mudhghah (sekerat daging) pada empat puluh hari lagi. Setelah itu dikirim
malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya”.
Dengan demikian, dalam karakter penciptaan manusia telah terpadu antara
sifat materi dan ruh, antara sifat hewan dan sifat malaikat, antara kebutuhan-
kebutuhan dan motivasi-motivasi fisiologis dan psikologis (yang penting bagi
kehidupan dan kelestariannya, sama seperti yang terdapat pada hewan) dan
motivasi-motivasi spiritual yang penting untuk meninggikan jiwa dan ruhnya.
Untuk mewujudkan kesempurnaan manusia, Allah Swt telah
mengutamakan manusia dari seluruh makhluk-Nya dan menjadikannya sebagai
khalifah-Nya di bumi (Muhammad ’Utsman Najati. 2005. hal. 295). Untuk lebih
lengkapnya proses penciptaan manusia dapat dilihat pada uraian selanjutnya.
Spermatozoa bertemu dengan ovum yang telah matang, lalu merobek
dindingnya dan membuahinya. Ketika itulah terjadi percampuran antara benih
laki-laki dan benih perempuan, yakni percampuran antara spermatozoa dengan
ovum. Proses inilah yang diisyaratkan Allah dalam firman-Nya:
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat” (QS. Al Insan. 76:2).
Dan Rasulullah Saw juga mengisyaratkan proses tersebut ketika beliau
ditanya oleh orang Yahudi, ”Dari materi apakah manusia tercipta?” Rasulullah
bersabda kepadanya, ”Hai Yahudi, masing-masing manusia diciptakan, yaitu
nuthfah laki-laki (spermatozoa) dan nuthfah wanita (ovum).
Al Quran mengisyaratkan semua fase perkembangan penciptaan manusia
sejak berupa sperma di dalam rahim ibu, tahapan mudhgah sampai berupa janin
yang memiliki organ tubuh sempurna. Al Qur’an juga mengisyaratkan

9
perkembangan manusia setelah dilahirkan, fase anak-anak, masa remaja, sampai
masa lanjut. Allah Ta’ala berfirman:
”Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui
lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya...” (QS. Al Hajj. 22:5).
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
”Sungguh proses penciptaan salah seorang di antara kalian dikumpulkan dalam
perut ibunya. Ia mengalami fase nuthfah selama 40 hari, sebagai ’alaqah selama
40 hari, sebagai mudhgah selama 40 hari. Kemudian ada malaikat yang dikirim
untuk meniupkan ruh padanya dan diperintahkan untuk 4 hal: rezekinya, ajalnya,
amal perbuatannya, dan sebagai orang yang celaka atau bahagia”.
Fase itulah yang dalam ilmu embriologi modern dianggap sebagai fase
perubahan gumpalan organ fisik menjadi tulang dan otot. Dan tulang-belulang
akan dibungkus dengan jaringan otot dan daging. Perbandingan ini jelas
menggambarkan adanya kesesuaian keterangan hadits dengan hasil penelitian
modern dalam ilmu embriologi pada tahapan perkembangan janin. Hadits
riwayat Ibnu Mas’ud menerangkan waktu sempurnanya penciptaan embrio dan
ditiupkannya ruh pada janin setelah 120 hari (4 bulan) dari awal proses penciptaan
tahapan nuthfah dalam perut ibu.
Ruh ditiupkan ke dalam janin sehingga menjadi makhluk baru.
Makhluk baru ini mampu bergerak dan mendengar. Mulai itulah jantungnya tidak
pernah lagi berhenti berdenyut. Fenomena ini yang diisyaratkan Allah Swt dalam
Al Quran: ”Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Mahasucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik” (QS. Al Mukminun. 23:14).
Keterangan dalam hadits riwayat Ibnu Mas’ud ternyata sesuai dengan hasil
penelitian embriologi. Embrio dalam perut ibu mulai bisa bergerak kira-kira pada
akhir bulan ketiga dan awal bulan keempat sejak ovum dibuahi sperma.

10
Setelah dilahirkan, anak akan mengalami beberapa fase perkembangan
sampai ia benar-benar menjadi seorang pemuda yang matang. Para psikolog telah
membagi tahap perkembangan pada anak menjadi beberapa fase:
1. Fase menyusu, dimulai sejak lahir sampai usia dua tahun. Sebagian psikolog
ada yang membagi fase ini menjadi dua bagian. Pertama, fase bayi yang
baru berusia dua minggu pertama setelah kelahiran. Kedua, fase menyusu
yang dimulai sejak dua minggu pertama sampai pada usia dua tahun.
2. Fase kanak-kanak awal, dimulai sejak usia 2 tahun sampai usia 6 tahun.
3. Fase kanak-kanak menengah, dimulai sejak usia 6 tahun sampai 9 tahun.
4. Fase kanak-kanak akhir, dimulai sejak usia 9 tahun sampai 12 tahun.
Pembahasan tentang fase-fase perkembangan sangat diperlukan, karena
usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia
dewasa nantinya. Sehingga sangat penting adanya upaya untuk mengoptimalkan
perkembangan psikofisik anak yang meliputi: a. Perkembangan motor, yaitu
proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka
ragam keterampilan fisik, b. Perkembangan kognitif, yaitu perkembangan fungsi
intelektual atau kemampuan kecerdasan anak, dan c. Perkembangan sosial dan
moral, yaitu proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-
perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain sebagai
individu maupun sebagai kelompok (Muhibbin Syah. 2011. hal. 12).
Pembahasan perkembangan juga dapat berdasarkan kepada fase menyusu
yang berakhir pada penghujung tahun kedua, biasanya si anak masih bergantung
pada air susu ibu. Proses menyapih pada umumnya diterapkan setelah anak
berusia dua tahun, sesuai dengan keterangan Al Quran: ”Para ibu hendaklah
menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan” (QS. Al Baqarah. 2:233).
Setelah proses menyapih, anak tidak lagi menyandarkan kebutuhan
makanan dari air susu ibu. Ia sudah mampu mengonsumsi makanan lain yang
sesuai dengan usianya. Oleh karena itu, ketika ada seorang wanita Al-
Ghamadiyyah yang sedang hamil datang kepada Rasulullah Saw untuk mengakui
perbuatan zinanya, beliau menangguhkan hukuman baginya sampai ia melahirkan
11
dan selesai penyapihan anaknya. Rasulullah menunggu sampai anak wanita itu
bisa mengonsumsi roti. Baru setelah itu beliau melaksanakan hadd zina bagi
wanita tersebut.
Fase kanak-kanak menengah dimulai dari usia pertama kali anak- anak
berangkat ke sekolah untuk belajar di luar lingkungan keluarga. Fase kanak-kanak
menengah juga merupakan masa awal mereka bergabung dengan komunitas sosial
di tengah-tengah sekolah dan di antara para staf pendidik. Pada fase ini, wawasan
anak mulai terbuka. Selain itu juga mulai memasuki masa tamyiz (mampu
membedakan hal yang baik dan buruk). Dalam hal ini, hasil kajian psikologi
sesuai dengan substansi hadis Rasulullah Saw yang membicarakan awal masa
tamyiz pada fase kanak-kanak, yaitu usia 7 tahun. Rasulullah Saw menganggap
usia 7 tahun sebagai masa awal anak-anak mulai belajar salat. Rasulullah Saw
bersabda:
”Perintahkan anak-anak kalian untuk melaksanakan salat ketika mereka sudah
berusia 7 tahun! Dan pukullah mereka jika tidak melaksanakan salat ketika sudah
berusia 10 tahun! Dan pisahkanlah mereka (antara yang laki-laki dan
perempuan) dalam tempat tidur mereka” (Muhammad ’Utsman Najati. 2005.
hal. 279).
Fase kanak-kanak terakhir, merupakan masa perkembangan kecerdasan.
Fase inilah yang menentukan separo kecerdasan seorang anak pada masa
mendatang. Begitu juga dengan perkembangan kemampuan koreksi,
memperhatikan perbedaan individu, kemampuan konsentrasi, dan kemampuan
mempelajari beberapa konsep juga terus mengalami kemajuan. Misalnya: konsep
tentang salah (tidak boleh) dan benar (boleh). Kesiapan anak untuk mempelajari
konsep-konsep belajar juga semakin matang, sebagaimana tampak pada perasaan
pribadi dan kecenderungannya untuk bebas dari kedua orang tuanya.
Yang perlu diingat dalam memahami kejiwaan anak untuk memudahkan
pembelajaran adalah bahwa keberhasilan anak pada usia dini (khususnya
dalam pembelajaran Islam) akan memudahkan pembelajaran Islam di masa-
masa yang akan datang. Diharapkan anak usia dini paham terhadap Islam yang
dapat diwujudkan atau dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya di masa
eksplorasi ini anak dapat memperoleh peneguhan kesaksiannya kepada Allah Swt

12
melalui kekayaan alam semesta yang dilihatnya secara langsung. Alam yang kaya
dengan warna, matahari yang cerah, bulan yang lembut, bintang yang menebar di
mana saja, semut yang kecil dan gesit, sapi yang menangis saat harus berpisah
dengan anaknya adalah peristiwa- peristiwa yang dapat dimaknai secara tauhid.
Apa yang dilihat anak dapat dimaknai sebagai ciptaan Allah Swt.
Contoh-contoh konkret tentang Islam yang didapatkan anak usia dini
adalah sesuai dengan karakteristiknya yaitu meniru atau mengimitasi apapun
yang dilakukan/dijelaskan orang dewasa (guru dan orang tua) sehingga
pemahaman tentang Islam tidak hanya dalam ranah kognitif, tapi juga afektif,
konatif dan psikomotor anak. Artinya, secara logika anak memahami bahwa Islam
adalah agama yang benar, secara perasaan ada rasa bahagia dan bangga karena
telah beragama Islam, secara konatif selalu ada keinginan untuk mengabdi kepada
Allah Swt dan keinginan melakukan kebaikan antar sesama manusia, dan secara
psikomotorik menjadi orang Islam yang senantiasa melakukan perbuatan-
perbuatan yang mencerminkan ”identitas” orang Islam. Oleh karena itu,
dengan memahami perkembangan dan karakteristik anak usia dini maka
pendidikan agama (Islam) dapat disampaikan dan dipahami oleh anak, yang pada
akhirnya dapat melewati fase usia dini dengan optimal agar di fase-fase
berikutnya dapat menjalani semua tugas perkembangan (fisik, psikis, sosial,
keberagamaan) dan menjadi
manusia yang paripurna.

E. Biografi Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1. Pandangan Pestalozzi
Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli
pendidikan Swiss yang hidup antara 1746-1827. Pestalozzi
adalah seorang tokoh yang memiliki pengaruh cukup besar
dalam dunia pendidikan. Pestalozzi berpandangan bahwa
anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik.

13
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara
bertahap dan berkesinambungan.
Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa masing-masing tahap partumbuhan
dan perkembangan seorang individu haruslah tercapai dengan sukses sebelum
berlanjut pada tahap berikutnya.
Permasalahan yang muncul dalam suatu tahap perkembangan akan
menjadi hambatan bagi individu tersebut dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya dan hal ini akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada
tahap berikutnya.
Pestalozzi memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pendidikan adalah
berdasarkan pengaruh panca indera, dan melalui pengalaman-pengalaman
tersebut potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikembangkan.
Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai
konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman antara lain dengan
menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya.
Dalam pandangan Pestalozzi kecintaan yang diberikan ibu kepada
anaknya akan memberikan pengaruh terhadap keluarga, serta menimbulkan rasa
terima kasih dalam diri anak. Pada akhirnya, rasa terima kasih tersebut akan
menimbulkan kepercayaan anak terhadap Tuhan. Dari uraian di atas, nampak
bahwa Pestalozzi menghendaki bentuk pendidikan yang harmonis yang
seimbang antara jasmani, rohani, social dan agama.
2. Pandangan Maria Montessori
Maria Montessori hidup sekitar tahun 1870-
1952. Ia adalah seorang dokter dan ahli tentang
manusia yang berasal dari Italia. Pemikiran-pemikiran
serta metode yang dikembangkannya masih populer di
seluruh dunia.
Pandangan Montessori tentang anak tidak
terlepas dari pengaruh pemikiran ahli yang lain yaitu
Rousseau dan Pestalozzi yang menekankan pada

14
pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih agar potensi yang
dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.
Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/PAUD
sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan
merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi,
kemandirian dan pengarahan diri. Menurut Montessori, persepsi anak tentang
dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan.
Montessori mengembangkan alat-alat belajar yang memungkinkan anak
untuk mengeksplorasi lingkungan. Pendidikan Montessori juga mencakup
pendidikan jasmani, berkebun dan belajar tentang alam.
Montessori menyatakan bahwa dalam perkembangan anak terdapat masa
peka, suatu masa yang ditandai dengan begitu tertariknya anak terhadap suatu
objek atau karakteristik tertentu serta cenderung mengabaikan objek yang
lainnya. Pada masa tersebut anak memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara
spontan meminta kepuasan.
3. Pandangan Froebel
Froebel yang bernama lengkap Friendrich Wilheim August Froebel, lahir
di Jerman pada tahun 1782 dan wafat pada tahun 1852. Pandangannya tentang
anak banyak dipengaruhi oleh Pestalozzi serta para filsuf Yunani. Froebel
memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang
buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh
anak tersebut.
Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika
tidak dibina dan dikembangkan.
Tahun-tahun pertama dalam kehidupan seorang anak amatlah berharga
serta akan menentukan kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh karena
itu masa anak merupakan masa emas (The Golden Age) bagi penyelenggaraan
pendidikan. Masa anak merupakan fase/tahap yang sangat fundamental bagi
perkembangan individu karena pada fase/tahap inilah terjadinya peluang yang
cukup besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang.
15
Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupannya,
sangatlah penting, karena kehidupan yang dialami oleh anak pada masa
kecilnya akan menentukan kehidupannya di masa depan.
4. Pandangan J.J. Rousseau
Jean Jacques Rousseau yang hidup antara Tahun 1712 sampai dengan
tahun 1778, Dilahirkan di Geneva, Swiss, tetapi sebagian besar waktunya
dihabiskan di Perancis. Rousseau menyarankan konsep “kembali ke alam” dan
pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak. Bagi Rousseau
pendekatan alamiah berarti anak akan berkembang secara optimal, tanpa
hambatan.
Menurutnya pula bahwa pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan
dan memacu berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas dan rasa
ingin tahu. Rousseau percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol
terhadap pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan melalui indera,
tetapi kita tetap tidak dapat mengontrol pertumbuhan yang sifatnya alami.
Rousseau memiliki keyakinan bahwa seorang ibu dapat menjamin
pendidikan anaknya secara alamiah. Ia berprinsip bahwa dalam mendidik
anak, orang tua perlu memberi kebebasan pada anak agar mereka dapat
berkembang secara alamiah.
5. Pandangan Jean Piaget dan Lev Vigotsky
Pandangan konstruktivis dimotori oleh dua orang
ahli psikilogi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Pada
dasarnya paham konstruktivis ini mempunyai asumsi
bahwa anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif.
Anak mengkonstruksi / membangun pengetahuannya
berdasarkan pengalamannya.
Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara
membangunnya sendiri secara aktif melalui
interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan.

16
Menurut paham ini anak bukanlah individu yang bersifat pasif, yang hanya
menerima pengetahuannya dari orang lain. Anak adalah makhluk belajar yang
aktif yang dapat mengkreasi/mencipta dan membangun pengetahuannya sendiri.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan tentang optimalisasi perkembangan anak usia diri


memberikan informasi tentang pentingnya pentingnya lingkungan untuk
menstimulasi seluruh potensi daya yang telah “dibekalkan” Allah Swt kepada
manusia untuk mengenal alam semesta. Optimalisasi perkembangan usia dini
sangat menentukan perkembangan pada usia selanjutnya. Karena teori
“tabularasa” menuntut orang tua (keluarga sebagai lingkungan pertama dan
utama) untuk memberikan pengalaman dan pendidikan yang baik (perbedaan
perilaku boleh atau tidak boleh) agar fase anak usia dini yang disebut golden age
menentukan kesuksesan di masa depan. Pemahaman manusia sempurna adalah
ketika dapat teroptimal seluruh daya yang dimiliki

18
Daftar Pustaka

Anggraini, W., & Kuswanto, C. W. (2019). Teknik Ceklist Sebagai Asesmen


Perkembangan Sosial Emosional Di Ra. 2(2), 61–70.
Http://Ejournal.Radenintan.Ac.Id/Index.Php/Al-Athfaal P-Issn

Arumsari, A. D., & Putri, V. M. (2020). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini.
Motoric, 4(1), 154–160.Https://Doi.Org/10.31090/M.V4i1.1039

Aspi, M., & Syahrani. (2022). Profesional Guru Dalam Menghadapi Tantangan
Perkembangan Teknologi Pendidikan. Adiba: Journal Of Education, 2(1),
64–73.

Dabis, Y. (2019). Asesmen Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini.


Jambura Early Childhood Education Journal, 1(2), 55–65.
Https://Doi.Org/10.37411/Jecej.V1i2.59

Efiawati, E., Fauziyah, D. N., Syafrida, R., & Parapat, A. (2021). Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini Di Paud Mpa Daycare. Al-Athfaal: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 172–186.
Https://Doi.Org/10.24042/Ajipaud.V4i2.9676

Falera, A. (2021). Pengembangan Aplikasi Pencatatan Penilaian Anak Bagi Guru


Paud. Journal Ashil, 2(1), 1–5.
Fitri, A. (2017). Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini. Jurnal Ilmiah Potensia, 2(1), 1–13.
Https://Doi.Org/10.33369/Jip.2.1

Fridani, L. (2013). Perencanaan Asesmen Perkembangan Pada Anak Usia Dini.


Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini, 1, 101–132. Http://Ejournal.Uin-
Suka.Ac.Id/Tarbiyah/Index.Php/Goldenage/Article/View/1251

Jaya, P. R. P. (2019). Pengolahan Hasil Penilaian Pendidikan Anak Usia Dini.


Jurnal Lonto Leok Pendidikan Anak Usia Diini, 2(1), 76–83.

Kemala, A., & Rohman, A. (2021). Penilaian Perkembangan Anak Selama Belajar
Dari Rumah Di Era Pandemic Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 6(2), 1044–1053.
Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V6i2.1129

Khadijah, K., & Amelia, N. (2020). Asesmen Perkembangan Kognitif Anak Usia
5-6 Tahun. Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1),
69–82. Https://Doi.Org/10.24042/Ajipaud.V3i1.6508

19
La Ode Anhusadar, E. 2013. (2013). Assessment Dalam Pendidikan Anak Usia
Dini. 6(55), 58–70.

Maryani, K. (2020). Penilaian Dan Pelaporan Perkembangan Anak Saat


Pembelajaran Di Rumah Di Masa Pendemi Covid-19. Murhum : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 41–52.
Https://Doi.Org/10.37985/Murhum.V1i1.4

Purwanti, R. D., Pratiwi, D. D., & Rinaldi, A. (2016). Pengaruh Pembelajaran


Berbatuan Geogebra Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau
Dari Gaya Kognitif. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 115–
122. Https://Doi.Org/10.24042/Ajpm.V7i1.131

Puspitasari, E., Novianti, R., & N, Z. (2021). Pengembangan Sistem Penilaian


Pembelajaran Paud Melalui Aplikasi Saka. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1346–1356.
Https://Doi.Org/10.31004/Obsesi.V6i3.1726

Setyawan, C. F., Sudirman, D. F., Sari, D. P., Rizki, F., Eva, N., Psi, S., & Psi,
M. (2021). Asesmen Perkembangan Sosio Emosinal Pada Anak Usia Dini.
Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental Dalam Penyelesaian Pandemi,
April, 58–70.

Supandi, A., Sahrazad, S., Wibowo, A. N., & Widiyarto, S. (2020). Analisis
Kompetensi Guru: Pembelajaran Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional
Bahasa Dan Sastra Indonesia (Prosiding Samasta), 1–6.

Suyadi, S. (2017). Perencanaan Dan Asesmen Perkembangan Pada Anak Usia


Dini. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 1(1),
65–74. Https://Doi.Org/10.14421/Jga.2016.11-06

Syafi’i, I., & Ulkhatiata, I. T. (2021). Asesmen Perkembangan Sosial Emosiaonal


Melalui Teknik Checlist Di PAUD Aisyiyah 8 Melirang. Jiec : Journal Of
Islamic Education For Early Childhood, 3(1), 1–9.

Viana, R. O., & Jauhari. (2017). Jurnal Anak Usia Dini Dan Pendidikan Anak
Usia Dini. Pedagogi, 3, 58–69. Wahyono, H. (2019). Pemanfaatan
Teknologi Informasi Dalam Penilaian Hasil Belajar Pada Generasi

Milenial Di Era Revolusi Industri 4 . 0. Proceeding Of Biology Education, 3(1),


192–201.

Zahratur Rahma, S. F. (2021). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini Di Era


Covid-19. Yaa Bunayya, 5(1), 34–43.

20
Zahro, I. F. (2015). Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Tunas
Siliwangi, 1(1), 92–111.

21

Anda mungkin juga menyukai