Anda di halaman 1dari 37

Oeang Republik Indonesia

Seri 1, '1945 '


Uang ORI pertama kali dicetak pada tahun 1946 dan mulai diberlakukan pertama kali di
Jawa pada 10 Oktober 1946 dengan pecahan 1, 5 dan 10 sen, ditambah ½, 1, 5, 10,
dan 100 rupiah.

Tampak Depan Tampak Belakang

1 Sen
1945

5 Sen
1945

10 Sen
1945

1/2 Rupiah
1945

1 Rupiah
1945

5 Rupiah
1945

10 Rupiah
1945

100 Rupiah
1945

Seri 2, '1 Januari 1947 '


Seri kedua dari ORI diterbitkan dari 'Yogyakarta', karena saat itu ibu kota negara
Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Uang seri ke-2 ini dicetak dengan
emisi 1 Januari 1947 dengan pecahan 5, 10, 25, dan 100 rupiah.

Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1947

10 Rupiah
1947

25 Rupiah
1947

100 Rupiah
1947

Seri 3, '26 Juli 1947 '


Untuk edisi baru berikutnya adalah dengan emisi 26 Juli 1947 yang terdiri dari pecahan
½, 2 ½, 25, 50, 100, dan 250 rupiah.

Tampak Depan Tampak Belakang

1/2 Rupiah
1947

2 1/2 Rupiah
1947

25 Rupiah
1947
50 Rupiah
1947

100 Rupiah
1947

250 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~ ~Maap, belum dapet potonya~
1947

Seri 4, '23 Agustus 1948 '


Uang kertas baru dikeluarkan oleh pemerintah nasional pada tahun 1948, dalam
pecahan yang aneh seperti 40, 75 100, dan 400 rupiah, ditambah sebuah uang 600
rupiah.

Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda merebut Yogyakarta kembali sehingga


kantor pusat bank sentral Republik Bank Negara Indonesia kembali menjadi ke De
Javasche Bank dan kantor DJB juga dibuka kembali di Surakarta dan Kediri .

Direncanakan pada tahun 1949 untuk merevaluasi nilai tukar rupiah (yang
saat itu banyak beredar di Jawa). Untuk itu, " Rupiah Baru " dicetak dan tidak diterbitkan
di Jawa, tetapi di daerah di luar Jawa seperti beberapa dikeluarkan di Sumatera, Irian
dan lainnya. Pecahan yang dicetak adalah 10 sen (biru atau merah), ½ (hijau atau
merah), 1 (ungu atau hijau), 10 (hitam atau coklat), 25, dan 100 rupiah.

Tampak Depan Tampak Belakang

40 Rupiah
1948

75 Rupiah
1948

100 Rupiah
1948
400 Rupiah
1948

600 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~
1948

1950 dan seterusnya: setelah kemerdekaan Indonesia diakui


1950-1952: Gulden / roepiah
-> Uang dengan pecahan rendah

Pihak Belanda pada tahun 1947 mengeluarkan uang dengan menggunakan bahasa
Indonesia yaitu 10 sen dan 25 sen. Dikarenakan kurangnya mata uang dan juga karena
desain mereka relatif masih ramah dan pantas untuk digunakan di republik ini, maka
pemerintah Indonesia masih mencetak uang tersebut dan disahkan sampai mata uang
rupiah Indonesia seluruhnya selesai dicetak hingga jumlahnya cukup untuk
menggantikan uang dari belanda tersebut.

Tampak Depan Tampak Belakang

10 Sen
1947

25 Sen
1947

-> Uang dari De Javasche Bank

Perundingan damai dengan Belanda dinegosiasikan di Den Haag pada bulan November
1949, menghasilkan kesepakatan salah satunya bahwa De Javasche Bank menjadi
bank sentral atau bank utama di Indonesia , dan cetakan pertama rupiah yang
dikeluarkan pasca kemerdekaan setidaknya harus sama seperti mata uang keluaran
sebelumnya. Maka diputuskan bahwa De Javasche sebagai Bank tanggal hanya akan
merevisi uang dibagian warna, seperti uang kertas 5 gulden berubah dari ungu ke
merah dan hijau, 10 gulden dari hijau ke ungu, dan 25 gulden dari merah ke hijau.
Selain itu, 50 gulden, 100 gulden, 500 gulden, dan 1000 gulden mulai ditambahkan, dan
tertulis tahun emisi 1946.

Karena adanya uang kertas 10 dan 25 sen (yang masih menjadi alat pembayaran yang
sah dan masih akan terus dicetak), maka terjadi kesenjangan antara 25 sen Indonesia
dan 5 gulden De Javasche Bank. Maka diisilah dengan cetakan 1/2 rupiah, 1 rupiah,
dan 2 ½ rupiah, yang semua tertulis tahun emisi 1948. Kata-kata di uang kertas ini mirip
dengan pecahan 5 gulden keatas, tapi teks bahasa Indonesia ('roepiah') ditempatkan di
atas tulisan berbahasa Belanda ('gulden').

Uang kertas itu semua diprint / dicetak oleh Johan Enschede en Zonen (the Dutch
printer).

Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1946

10 Rupiah
1946

25 Rupiah
1946

50 Rupiah
1946

100 Rupiah
1946

500 Rupiah
1946
1000 Rupiah
1946

1/2 Rupiah
1948

1 Rupiah
1948

2 1/2 Rupiah
1948

Uang Lainnya (unik)

10 Sen Baru
1949

100 Rupiah Baru


1949

Republik Indonesia Serikat money


"Republik Indonesia Serikat" atau RIS mengeluarkan undang-undang pada tanggal 2
Juni 1950 yang memungkinkan Indonesia untuk mengeluarkan uang kertas baru, yaitu
pecahan 5 dan 10 rupiah. Namun hal ini tidak bertahan lama, karena RIS dibubarkan
pada 17 Agustus 1950 (5 tahun setelah deklarasi kemerdekaan yang sebenarnya).

Uang uang tersebut dicetak oleh Thomas De La Rue dari Inggris dan memiliki tanggal
emisi '1 Januari 1950 ' yang tertulis pada uang kertas tersebut.

Tampak Depan Tampak Belakang


5 Rupiah
1950

10 Rupiah
1950

Nasionalisasi De Javasche Bank: Uang kertas pertama Republik Indonesia


Dengan nasionalisasi De Javasche Bank melalui Undang-Undang Darurat tahun 1951,
telah ditetapkan bahwa pemerintah akan mampu mengeluarkan uang pecahan 1 dan 2
½ rupiah. Dengan demikian, uang kertas ' Republik Indonesia ' tahun emisi 1951
dikeluarkan pada pecahan 1 dan 2 ½ rupiah.

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, pertama seri (lanskap), 1951, dicetak oleh Perusahaa
Percetakan Uang Kertas Keamanan (AS)
Tampak Depan Tampak Belakang

1 Rupiah
1951

2 1/2 Rupiah
1951

Pembentukan Bank Indonesia dari De Javasche Bank: kedua Republik Indonesia uang
kertas
Dengan transformasi dari DJB menjadi Bank Indonesia, Undang-Undang Darurat tahun
1951 diperbaharui menjadi Undang-undang Mata Uang 1953, dan uang kertas 1 dan 2
½ rupiah tahun emisi 1951 dikeluarkan kembali dengan ditambah tanda tangan Menteri
Keuangan dan tahun emisi 1953.

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri kedua (lanskap), 1953, dicetak oleh Perusahaan
Percetakan Uang Kertas Keamanan (AS)
Tampak Depan Tampak Belakang

1 Rupiah
1953
2 1/2 Rupiah
1953

1953-1954: Uang Kertas Pertama Bank Indonesia


Uang kertas baru dari De Javasche Bank yang telah dinasionalisasi menjadi ' Bank
Indonesia ' telah siap diedarkan dengan tahun emisi 1952 dalam pecahan mulai dari 5,
10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah, ditandatangani oleh Indra Kasoema sebagai
Direktur, dan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Gubernur. Uang kertas mulai beredar
dari Juli 1953 sampai November 1954.

1952; Uang Kertas Bank Indonesia (' seri budaya ')


Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1952

10 Rupiah
1952

25 Rupiah
1952

50 Rupiah
1952

100 Rupiah
1952
500 Rupiah
1952

1000 Rupiah
1952

Meski telah memiliki uang kertas baru sendiri dan uang kertas yang bertuliskan nama
DJB seharusnya tidak lagi dicetak, namun pada kenyataannya uang bertuliskan DJB
beredar sejak 1950. Sehingga beberapa Uang kertas DJB tua dicabut, diantaranya
sebagai berikut:

 2 Maret 1956: Uang kertas 1000 gulden emisi '1946 ' yang berasal dari tahun
1950 ditarik dari peredaran dan efektif pada tanggal 5 Maret 1959, karena pemalsuan
merajalela.
 22 November 1957: Uang kertas DJB pecahan 1 dan 2 ½ rupiah emisi '1948 '
ditarik, efektif 1 Desember 1957, karena denominasi uang kertas adalah hak penerbitan
pemerintah di bawah Undang-undang Mata Uang 1914 yang berlaku dan karenanya De
Javasche Bank sudah tidak lagi memiliki otoritas untuk menangani masalah uang.
Beberapa uang kertas pemerintah Hindia Belanda (semua pecahan rendah) yang masih
sah dan kemudian dicabut antara lain sebagai berikut:

 1 Januari 1954: semua uang kertas pemerintah 'Nederlandsch Indie' pecahan 1 /


2, 1, dan 2 ½ gulden ditarik dari peredaran karena semua uang itu berasal dari awal
Perang Dunia 2, 1940
 1 Januari 1957: Uang kertas ' Indonesia ' pecahan 10 sen dan 25 sen '1947'
ditarik (uang ini dikeluarkan oleh Republik Indonesia)
Pada tahun 1954, pemerintah Indonesia mendesain ulang uang kertas pecahan 1 dan 2
½ rupiah, kemudian mengganti tahun emisi dan tanda tangan Menteri Keuangan yang
baru di tahun 1956.

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri ketiga (orang etnis), 1954, dicetak oleh Pertjetaka
Kebajoran
Tampak Depan Tampak Belakang

1 Rupiah
1954
2 1/2 Rupiah
1954

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri keempat (orang etnis), 1956, dicetak oleh Pertjetak
Kebajoran

1 Rupiah
1956

2 1/2 Rupiah
1956

1958-1959 seri Hewan - Seri Kedua dari Uang Kertas Bank Indonesia
Pada tahun 1957, Gubernur Bank Indonesia Sjafruddin Prawiranegara menugaskan
Thomas De La Rue & Co untuk membuat uang kertas seri baru. Namun, karena
keterlibatan Syafruddin dengan PRRI maka ia digantikan oleh Loekman Hakim pada
Januari 1958 sebagai gubernur . Spesimen yang diproduksi dalam pecahan 5, 10, 25,
50, 100, 500, 1000, dan 5000 rupiah, dan yang pertama kali diedarkan adalah pecahan
100 dan 1000 rupiah.

Masalah keuangan agak terganggu oleh devaluasi mata uang pada 24 Agustus 1959,
sehingga 500 (harimau) dan 1000 (gajah) rupiah didevaluasi menjadi 50 (buaya) dan
100 rupiah (tupai) pada September 1959. Untuk 2500 dan 5000 rupiah dinyatakan tidak
perlu untuk devaluasi. Untuk 2500 Rupiah pada akhirnya terbit tiga tahun kemudian
karena inflasi yang terus naik, sedangkan mata uang pecahan 5000 rupiah tidak pernah
diterbitkan. Pecahan 10 dan 25 rupiah hanya diedarkan selama 3 hari, meskipun
mereka tetap menjadi alat pembayaran yang sah.

Di samping 8 uang kertas yang sedang didesain, Loekman juga menugaskan membuat
uang kertas baru, 2500 rupiah. Terlepas dari uang kertas 100 dan 1000 rupiah, uang
kertas pecahan yang juga tinggi yaitu 500 rupiah dirilis pada tanggal 6 Januari 1959.

Seri Hewan (not dated, pertama dicetak 1957, kecuali untuk 2500 rupiah), semua dicetak Thomas De
Rue
Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1957
10 Rupiah
1957

25 Rupiah
1957

50 Rupiah
1957

100 Rupiah
1957

500 Rupiah
1957

1000 Rupiah
1957

2500 Rupiah
1957

5000 Rupiah
1957

1959: Indonesia Pertama dirancang catatan, seri 'kerajinan'


8 September 1959, Indonesia murni pertama kali merancang uang kertas dan
diterbitkan oleh percetakan negara 'Pertjetakan Kebajoran' yaitu uang kertas pecahan 5
dan 100 rupiah.
Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1958

100 Rupiah
1958

1960: Uang Kertas Bunga Thomas De La Rue dan Burung


Satu lagi rangkaian uang kertas baru, kali ini dengan seri 'bunga' yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia pada tahun 1960 (memperlihatkan bunga di bagian depan dan burung
di sebaliknya), tertanggal emisi 1 Januari 1959, namun diterbitkan pada tahun 1960.
uang uang kertas ini dicetak oleh Thomas De La Rue & Co Ltd dari Inggris.

Seri bunga dan burung, tertanggal '1 Januari 1959 ', diterbitkan pada tahun 1960, dicetak oleh Thomas
La Rue
Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1959

10 Rupiah
1959

25 Rupiah
1959

50 Rupiah
1959

100 Rupiah
1959
500 Rupiah
1959

1000 Rupiah
1959

2500 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~ ~Maap, belum dapet potonya~
1959

1960-1961: uang kertas Pemerintah


Sebuah desain uang kertas pemerintah Indonesia yang baru untuk pecahan 1 dan 2 ½
rupiah diterbitkan pada tahun 1960 memperlihatkan buruh tani, tertanggal emisi 1961
dengan tanda tangan Menteri Keuangan yang baru.

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri kelima (tema pertanian), 1960, dicetak oleh Pertjeta
Kebajoran
Tampak Depan Tampak Belakang

1 Rupiah
1960

2 1/2 Rupiah
1960

Uang Kertas Pemerintah: Republik Indonesia, seri keenam (tema pertanian), 1961, dicetak oleh
Pertjetakan Kebajoran

1 Rupiah
1961

2 1/2 Rupiah
1961

1961-1964: seri Lengkap kerajinan


Indonesia juga mengeluarkan uang kertas dengan seri kerajinan tangan menggantikan
TDLR pada tahun 1961 dan 1962, dengan pecahan 5 sampai 1000 rupiah.
Uang kertas dengan gambar Kerajinan / rumah asli Indonesia , dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran,
diterbitkan tahun 1959, 1961, 1962, 1963, 1964 - seri pertama
Tampak Depan Tampak Belakang

5 Rupiah
1958

10 Rupiah
1958

25 Rupiah
1958

50 Rupiah
1958

100 Rupiah
1958

500 Rupiah
1958

1000 Rupiah
1958

5000 Rupiah
1958
10000 Rupiah
1964

Karena terjadinya inflasi, Uang kertas pecahan 2.500 rupiah dengan desain 'hewan'
akhirnya diterbitkan pada bulan September 1962, kemudian menjadi pecahan teratas.
Suatu respon lanjutan terhadap inflasi yang datang maka diterbitkannya pecahan 5000
(coklat) rupiah tertanggal emisi 1958 pada bulan Oktober 1963. Pada bulan Agustus
1964, dirasa perlu untuk menambahkan uang kertas 10.000 rupiah (merah), tertanggal
emisi '1964 ', melengkapi seri buruh kasar (manual workers).

1965: Pembaruan Uang Kertas seri Kerajinan


Pada tahun 1965, di tengah inflasi yang melonjak, semua uang kecuali 5 rupiah
kebawah dan 500 rupiah dengan seri kerajinan tangan direvisi dan diterbitkan kembali.

Uang kertas dengan gambar Kerajinan / rumah asli Indonesia , dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran,
diterbitkan tahun 1965 - seri kedua
Tampak Depan Tampak Belakang

10 Rupiah
1963

25 Rupiah
1964

50 Rupiah
1964

100 Rupiah
1964

100 Rupiah
1964
1000 Rupiah
1958

5000 Rupiah
1958

10000 Rupiah
1964

10000 Rupiah
1964

1965-1968: seri pertama uang kertas (' Soekarno ')

Hiperinflasi awal tahun 1960-an mengakibatkan pembacaan 'rupiah baru' dianggap


hanya senilai 1.000 rupiah lama.

Penarikan uang lama berarti sama dengan penerbitan uang kertas baru, dengan
Keputusan Presiden 13 Desember 1965. Keputusan resmi Bank Indonesia untuk
menerbitkan uang kertas fraksional untuk pertama kalinya (meski uang pecahan 1 dan 2
½ rupiah masih dikeluarkan oleh pemerintah sendiri), dalam pecahan 1, 5, 10, 25, dan
50 sen tertanggal emisi 1964 menampilkan gambar para 'sukarelawan'. Tetapi
kenyataannya bahwa rupiah hanya didevaluasi 10, bukan 1000 kali, sehingga
membuatnya tidak berharga pada saat penerbitan dan jutaan uang kertas tidak pernah
diedarkan.

Semua uang kertas yang tersisa menampilkan Presiden Soekarno pada bagian depan,
dan berbagai penari disebaliknya; seri ini diterbitkan oleh ' Republik Indonesia (ORI) '
dalam pecahan 1 dan 2 ½ rupiah tertanggal emisi 1964, dan Bank Indonesia tertanggal
emisi 1960 dalam bentuk pecahan 5, 10, 25, 50 , dan 100 rupiah; Uang kertas mulai dari
pecahan 500 sampai 10.000 rupiah dianggap tidak perlu dikeluarkan karena terjadinya
devaluasi.

Untuk menyelesaikan masalah devaluasi, uang kertas lama ditarik kembali selama
tahun 1965-1966.

Pada tahun 1967, karena sifat yang terbatas dari devaluasi, maka dirasa perlu untuk
menambahkan pecahan 500 dan 1.000 rupiah namun dalam desain yang sama.

the 'New Rupiah' (1965 devaluasi), Republik Indonesia


Tampak Depan Tampak Belakang

1 Rupiah
1961

2 1/2 Rupiah
1961

1 Rupiah
1964

2 1/2 Rupiah
1964

the 'New Rupiah' (1965 devaluasi, ditambah penambahan denominasi 1967), Bank Indonesia

1 Sen
1964

5 Sen
1964

10 Sen
1964

25 Sen
1964
50 Sen
1964

5 Rupiah
1960

10 Rupiah
1960

25 Rupiah
1960

50 Rupiah
1960

100 Rupiah
1960

500 Rupiah
1960

1000 Rupiah
1960

2500 Rupiah
1960
5000 Rupiah
1960

1968-1970: Uang kertas seri kedua ('Sudirman')

Pada tahun 1968 masa Orde Baru Suharto telah dibentuk, dan Bank Indonesia sejak
1968 diberi hak tunggal untuk mengeluarkan / mengedarkan uang kertas (termasuk
uang di bawah 5 rupiah) serta uang logam (yang sebelumnya menjadi persoalan
pemerintah pusat) dengan demikian ORI sudah tidak diterbitkan lagi.

Oleh karena itu, edisi uang kertas baru dari pecahan 1 sampai 1.000 rupiah, tertanggal
emisi 1968 semuanya dari Bank Indonesia. Uang kertas baru kali ini menampilkan
pahlawan revolusi Jenderal Sudirman, didukung oleh berbagai macam pemandangan
berbagai industri. Uang kertas itu diterbitkan pada tahun 1968 dan 1969. Pada tahun
1970, uang kertas dengan tema yang sama (tapi menggunakan watermark yang
berbeda) pecahan 5.000 dan 10.000 rupiah juga diedarkan, sehingga memulihkan
pecahan uang yang sama dengan yang telah beredar sebelum terjadi devaluasi tahun
1965.

Uang kertas edisi Sudirman / industri, '1968', Bank Indonesia: Uang kertas seri Kedua pasca-devalua
Dicetak oleh PN Pertjetakan Kebajoran
Tampak Depan Tampak Belakang

1 Rupiah
1968

2 1/2 Rupiah
1968

5 Rupiah
1968

10 Rupiah
1968
25 Rupiah
1968

50 Rupiah
1968

100 Rupiah
1968

500 Rupiah
1968

1000 Rupiah
1968

5000 Rupiah
1968

10000 Rupiah
1968

Seri Diponegoro (tidak diterbitkan)

Sebuah seri baru uang kertas Indonesia kali ini dimulai dari pecahan 100 rupiah,
didesain dengan tema Diponegoro pada tahun 1971 (tapi dicetak tanpa tanggal emisi),
namun seri ini tidak pernah diterbitkan, meskipun uang kertas pecahan 1000 rupiah
pada seri ini kemudian ditambahkan tanggal emisi dan diterbitkan pada tahun 1976
(lihat di bawah), namun bagian belakang pada uang pecahan 5000 rupiah (seri ini ) juga
digunakan untuk uang kertas 5000 rupiah tahun 1976, tetapi dengan desain bagian
depan yang baru (bukan diponegoro lagi).

Rangkaian pembatalan uang kertas ini adalah yang terakhir di Indonesia dengan tema
yang konsisten, yaitu uang kertas baru biasanya mempertahankan warna yang sama
dengan yang lama dari pecahan yang sama.

Uang kertas edisi Sudirman / industri, '1968', Bank Indonesia: Uang kertas seri Kedua pasca-devalua
Dicetak oleh PN Pertjetakan Kebajoran
Tampak Depan Tampak Belakang

100 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~
1971

500 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~
1971

1000 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~
1971

5000 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~
1971

10000 Rupiah
~Maap, belum dapet potonya~
1971

1976-1978: Uang Kertas seri ketiga; rupiah baru

Karena pemalsuan uang kertas seri Sudirman yang merajalela, semua uang kertas
pecahan 1.000, 5.000 dan 10.000 rupiah didesain ulang, tertanggal emisi 1975 dan
diterbitkan pada tahun 1976. Uang kertas Sudirman 1000 rupiah keatas ditarik dari
peredaran secara resmi tanggal 1 September 1977.

Pendesainan ulang uang kertas pecahan 100 dan 500 rupiah diikuti pada tahun 1978,
sehingga melengkapi seri ketiga dari uang kertas yang akan diterbitkan sejak devaluasi
mata uang tahun 1965.

Uang kertas edisi Sudirman / industri, '1968', Bank Indonesia: Uang kertas seri Kedua pasca-devalua
Dicetak oleh PN Pertjetakan Kebajoran
Tampak Depan Tampak Belakang
100 Rupiah
1977

500 Rupiah
1977

1000 Rupiah
1975

5000 Rupiah
1975

10000 Rupiah
1975

Selama periode tahun 1970-an, Bank Indonesia mengeluarkan 6 macam pecahan yang
terdiri dari:

 100 badak - 1977


 500 anggrek - 1977
 1000 Diponegoro - 1975
 5000 nelayan - 1975
 10000 relief candi Borobudur - 1975
 10000 gamelan - 1979 (Lihat dibawah)
Dari ke 6 macam uang kertas ini yang paling sulit ditemukan dan tentu saja bernilai
paling tinggi adalah pecahan 10.000 relief candi Borobudur karena mempunyai motif
dan gambar yang sangat menarik selain bergambar relief candi Borobudur di bagian
depan juga gambar barong di bagian belakang sehingga sangat digemari oleh kolektor
mancanegara.

1979-1982: Uang Kertas rupiah baru Seri 4

Pada tahun 1979, uang kertas pertama kali yang perlu diganti lagi adalah 10.000 rupiah
(pada saat itubernilai sekitar US $ 16). Selanjutnya uang kertas didesain ulang dan
diikuti disemua pecahan kecuali 100 rupiah pada tahun 1980 dan 1982.

Uang kertas rupiah '1979 ', '1980', '1982', dicetak oleh Perum Peruri
Tampak Depan Tampak Belakang

500 Rupiah
1982

1000 Rupiah
1980

5000 Rupiah
1980

10000 Rupiah
1979

1985-1988: Uang Kertas rupiah baru seri 5

Uang kertas 100 rupiah yang berasal dari tahun 1977 akhirnya digantikan pada tahun
1985, penggantian semua uang pecahan diikuti pada tahun 1985, 1987 dan 1988.

Uang kertas rupiah '1979 ', '1980', '1982', dicetak oleh Perum Peruri
Tampak Depan Tampak Belakang

100 Rupiah
1984

500 Rupiah
1988

1000 Rupiah
1987
5000 Rupiah
1986

10000 Rupiah
1985

1992: Seri keenam uang kertas rupiah baru

Di tahun 1992 terlihat suatu perbaikan yang lengkap dari semua pecahan uang kertas
untuk pertama kalinya sejak 1968. Selain itu, pecahan baru uang kertas 20.000 rupiah
juga ditambahkan dengan nilai US $ sekitar $ 10 pada saat itu. ini adalah pecahan baru
pertama sejak 10.000 rupiah diterbitkan pada bulan April 1970 (saat itu senilai sekitar
US $ 26).

Sebelum tahun 1990-an di bagian bawah setiap uang kertas tercantum tulisan seperti
berikut:

HERU SEOROSO DEL pada pecahan 100 rupiah 1984

SOERIPTO DEL pada pecahan 500 rupiah 1988

Kata Del berasal dari kata delineavit yang berarti "di gambar oleh", sehingga Soeripto
DEL artinya "di gambar oleh Soeripto" demikian juga dengan Heru Soeroso DEL artinya
"di gambar oleh Heru Soeroso".

Dari sinilah edisi ke depannya, sejak memasuki tahun 1990-an, maka uang kertas kita
tidak lagi mencantumkan kata-kata tersebut. Sebagai gantinya uang kertas Indonesia,
tahun emisi dituliskan dalam bentuk teks kecil di tepi uang kertas (pojok bawah), dan
tahun yang paling menonjol pada uang kertas ituadalah tahun kewenangan (misalnya,
"Direksi 1992").
1000 Rupiah - 1992 Series printed in year 1994.
Date of Authority printed in the middle of the note "PERUM PERCETAKAN UANG RI IMP 1994"
represents The Indonesia Currency mint 1994

Cetakan Rupiah seri '1992', dicetak oleh Perum Peruri


Tampak Depan Tampak Belakang

100 Rupiah
1992

500 Rupiah
1992

1000 Rupiah
1992

5000 Rupiah
1992
10000 Rupiah
1992

20000 Rupiah
1992

1993: Peringatan Soeharto - 50.000 rupiah

Pada tahun 1993 sebuah uang kertas 50.000 rupiah (bernilai sekitar US $ 22)
diterbitkan untuk merayakan "25 Tahun Pembangunan" dibuat dengan bahan polimer
dan berhologram, uang ini diterbitkan secara terbatas hanya lima juta lembar saja, dan
dalam bungkus penyajian / cover / folder dijelaskan rencana 25-tahun pertumbuhan
sejak tahun 1969, dengan harga nilai nominal ganda : 100.000 rupiah.
Desain inimenampilkan Soeharto di bagian depan dan bandara Soekarno-Hatta di
bagian belakang, dengan sebuah pesawat yang sedang lepas landas melambangkan
pertumbuhan Indonesia. Namun, diyakini karena penjualan yang buruk, beberapa uang
polimer dikurangi. Sebuah versi lain berbahan kertas namun dengan desain serupa juga
dicetak pada tahun 1993 dan 1994.

Rp50,000 Polymer note issued with folder


is the first Indonesian Polymer Banknote

Uang kertas Rupiah seri Soeharto '1993'


Tampak Depan Tampak Belakang

50000 Rupiah
1993

50000 Rupiah
(polimer)
1993
1995: penambahan benang pengaman pada uang kertas 1992/1993 ke atas

Pada tahun 1995 menjadi tahun pengenalan bagi benang pengaman untuk uang kertas
Indonesia, sebuah fitur baru di semua uang kertas pecahan besar (10.000 keatas)
dengan '1995 Direksi' dan yang lebih baru. Uang kertas 20.000 rupiah (tahun emisi
1992) dan 50.000 (emisi 1993) juga diberi benang pengaman.

Uang kertas '1995' pembaruan benang pengaman, dicetak oleh Perum Peruri
Tampak Depan Tampak Belakang

20000 Rupiah
1995

50000 Rupiah
1995

Perbaruan untuk pecahan tinggi, diperkenalkannya 100.000 rupiah

Uang kertas pecahan tinggi, 10.000, 20.000 dan 50.000 rupiah diganti pada tahun 1998
dan 1999. Ditambahkan juga sebuah uang polimer baru 100.000 rupiah (pada
saat itu hanya bernilai sekitar US $ 10) diimpor dari Australia. Uang 100.000 ini tidak lagi
dicetak menyusul pengenalan desain baru pada tahun 2004-2005 dan tidak lagi menjadi
alat pembayaran yang sah sejak 31 Desember 2008, meskipun uang 100.000 ini tetap
dapat ditukarkan di kantor Bank Indonesia hingga 10 tahun lebih lanjut.

Dalam menerbitkan uang polimer, Indonesia mempunyai maksud tertentu, dan inilah
penjelasannya :

Bank Indonesia akan mengeluarkan uang dalam pecahan Rp100.000 pada


tanggal 1 November 1999 sebagai alat pembayaran resmi. "Uang itu akan
dibuat dari substrat polimer (plastik) yang lebih tahan lama dan sulit untuk
dipalsukan dari pada bahan kertas" dikutip dari gubernur Bank Indonesia,
Syahril Sabirin. Untuk menghindari penipuan, uang tersebut telah dilengkapi
dengan elemen anti pemalsuan yang dapat dilihat secara kasat mata dan
dapat disentuh agar masyarakat akrab dengan keaslian uang.

Gubernur Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerbitan uang dengan emisi


baru iniadalah untuk mempermudah dan mempercepat transaksi tunai.
Gambar utama di depan uang adalah Dr Ir. Soekarno dan Dr H. Mohammad
Hatta, sementara di sisi lainnya bergambar gedung DPR yang bertujuan untuk
mempromosikan penghargaan kami kepada keduanya dan lembaga tertinggi
untuk nilai demokratis mereka.

Penerbitan diumumkan dalam Berita Negara tahun 1999 nomor 206,


sementara itubank-bank, kantor pos dan kantor kantor pelayanan masyarakat
akan menerima poster uang sebagai pengumuman penerbitan di kantor
mereka dan di tempat umum lainnya. Pengumuman ini juga tersedia di situs
web Bank Indonesia.

Jakarta, 27 Oktober 1999


BIRO GUBERNUR
Uang kertas '1995' pembaruan benang pengaman, dicetak oleh Perum Peruri
Tampak Depan Tampak Belakang

10000 Rupiah
1998

20000 Rupiah
1998

50000 Rupiah
1999

100000 Rupiah
1999

Uang pecahan 100.000 rupiah bergambar Sukarno Hatta ini merupakan uang polimer
kedua yang diterbitkan oleh Indonesia. Sampai saat ini sekitar 36 negara yang sudah
menerbitkan uang berbahan dasar polimer, sehingga mengoleksi uang polimer sudah
menjadi cabang numismatik tersendiri.

Seri saat ini


Uang pecahan rendah, 2000 dan 2001

Pecahan rendah, 1.000 dan 5.000 rupiah diperbarui pada tahun 2000 dan 2001 dengan
gambar pahlawan nasional, dan terus akan dicetak hingga hari ini. Pecahan terendah
sebelumnya, 100 dan 500 rupiah sudah tidak ada lagi karena rupiah telah jatuh nilainya
hingga 80% dibanding pecahan edisi sebelumnya pada tahun 1992.

Rupiah seri 2000, 2001


Tampak Depan Tampak Belakang
1000 Rupiah
2000

5000 Rupiah
2001

Pembaruan pecahan tinggi 2004/2005

Uang kertas pecahan 10.000 - 100.000 diganti pada tahun 2004 dan 2005, dan uang
100.000 kembali ke desain kertas dan dicetak di Indonesia . sebagai catatan, polimer
ternyata menyulitkan mesin bank untuk melakukan penghitungan, dan sebaiknya semua
uang kertas diberi perangkat anti-pemalsuan saja (tidak dibuat dengan bahan polimer).

Rupiah seri '2004', '2005' - Printed by Perum Peruri


Tampak Depan Tampak Belakang

10000 Rupiah
2005

20000 Rupiah
2004

50000 Rupiah
2005

100000 Rupiah
2004

Uang kertas baru 2000 rupiah

Setelah tertunda beberapa kali, menyusul pengumuman awal bahwa uang kertas
pecahan 2000 rupiah akan menggantikan uang 1000 rupiah sebagai pecahan terendah,
pecahan baru, 2.000 rupiah akhirnya resmi dirilis, dan beredar bersamaan dengan
pecahan lainnya pada bulan Juli 2009. Selain uang pecahan 2000 rupiah ini, Bank
Indonesia mengeluarkan uang kertas baru yang ditandatangani oleh Budiono. Walaupun
bergambar sama, uang kertas 2009 mempunyai beberapa ciri yang berbeda antara lain
:

1. Tanda tangan Gubernur BI yang berbeda


2. Tahun di bagian depan tercetak 2009
3. Tahun emisi yang tercetak di bagian bawah uang masih tetap sesuai
dengan tahun pertama kali uang itu diterbitkan.
Rupiah seri '2009' (Gubernur : Boediono) - Printed by Perum Peruri

1000 Rupiah
2009

5000 Rupiah
2009

10000 Rupiah
2009

20000 Rupiah
2009

50000 Rupiah
2009

100000 Rupiah
2009

Rupiah seri '2009' (Gubernur : Miranda S. Goeltom) - Printed by Perum Peruri


Tampak Depan Tampak Belakang

2000 Rupiah
2009

Dengan demikian uang yang berlaku hingga saat ini (Des 2011) bisa dibilang dari seri
2000. Di seri ini, pecahan uang kertas (dari tahun 2000) memiliki pola yang sama (mirip)
sehingga menyerupai satu seri. Mungkin dengan demikian kita bisa menyebut seri tahun
2000-an ini dengan seri pahlawan.

Sampai saat ini berarti semua pecahan uang kertas telah diganti dengan uang baru
yang lebih baik dalam segala hal termasuk desain, kualitas maupun keamanannya.

Uang kertas bersambung / belum dipotong (Uncut)


Pada tahun 2004 dan 2005 bersamaan dengan dikeluarkannya uang baru, Bank
Indonesia menerbitkan uang kertas bersambung (uncut) untuk yang pertama kalinya
yang terdiri dari pecahan 10.000, 20.000, 50.000 dan 100.000 rupiah dalam edisi yang
sangat terbatas.

Kemudian pada tahun 2009 bersamaan pula dengan dikeluarkannya uang baru
pecahan 2000 rupiah, Bank Indonesia juga menerbitkan uang kertas bersambung untuk
pecahan 2000 rupiah. Masing-masing pecahan uang bersambung terdiri dari 2 tipe
uncut yaitu 2 lembar (2x) dan 4 lembar (4x). Setiap uang uncut dilengkapi dengan folder
/ wadah mewah yang berisi penjelasan dan sertifikat keaslian dan hanya diterbitkan
secara terbatas (limited edition).

Saat ini sangat sulit menemukan jenis uncut yang beredar di pasaran, rupanya semua
uncut yang adasudah di tangan para kolektor, harganya pun sudah tidak jelas lagi.

Uncut Series

2000 Rupiah
2009

Dua uang kertas Rp 2000 bersambung seharga Rp 50,000


2000 Rupiah
2009

4 uang kertas Rp 2000 bersambung seharga Rp 80,000

10000 Rupiah
2005

2 uang bersambung Rp 10,000 seharga Rp 70,000

10000 Rupiah
2005

4 uang bersambung Rp 10,000 seharga Rp 200,000

20000 Rupiah
2004

2 uang bersambung Rp 20,000 seharga +/- Rp 300.000


20000 Rupiah
2004

4 uang bersambung Rp 50,000


harga belum diketahui

50000 Rupiah
2005

2 uang bersambung Rp 50,000 seharga Rp 140,000

50000 Rupiah
2005

4 uang bersambung Rp 50,000 seharga Rp 400,000


100000 Rupiah
2004

2 uang bersambung Rp 100,000 seharga Rp 500,000

100000 Rupiah
2004

4 uang bersambung Rp 100,000


harga belum diketahui

Selain uang tipe uncut 2x dan 4x, Bank Indonesia juga mengeluarkan tipe uncut 45x
yaitu 45 lembar uang dalam 1 lembar dengan pecahan 10.000 dan 50.000 rupiah. Uncut
45x bisa didapatkan hanya melalui lelang.

Regional Issues

Terbit di daerah

5 Rupiah
1960
Irian Barat
10 Rupiah
1960
Irian Barat

100 Rupiah
1960
Irian Barat

1 Rupiah
1961
Riau

5 Rupiah
1960
Riau

Specialized Issues

1 Rupiah
1947
Residen Banten

5 Rupiah
1947
Residen Banten

10 Rupiah
1947

1 Rupiah
1948
Keresidenan
Lampung
1 Rupiah
1959
PRRI

Miscellaneous Local Issues, Stocks, Bonds, Cou

25 Rupiah
(Kupon) -
1947

100 Gulden
(Kupon)
1948
Karesidenan Sabang

500 Gulden
(Kupon)
1948
Karesidenan Sabang

Itulah bermacam macam uang yang pernah dan sedang beredar di Indonesia. Semoga
artikel yang saya tulis tidak membingungkan karena itu saya translate sendiri dari
sumbernya. Namun karena pengetahuan saya terhadap bahasa inggris yang pas pasan
maka saya menunjuk google translate sebagai asisten saya.. ^^
hehe...

Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin saya ungkap tetapi takutnya artikel ini jadi
terlalu panjang, yang ada malah gak kebaca... ^^
Ya sudah lah, segini dulu aja...
Makasih ya teman sudah menyempatkan untuk mampir ke blog ini...
Makasih... makasih... makasih... ^^

Update (24112014)
Bank Indonesia (BI) secara resmi telah mengeluarkan uang tahun emisi 2014 atau lebih
dikenal dengan uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus
2014.

Namun sayangnya, Bank Indonesia hanya mencetak lembaran uang pecahan Rp 100
ribu itu sebanyak 40 juta lembar. Bank Indonesia memiliki alasan tersendiri mengapa
pencetakan uang NKRI tersebut masih bersifat terbatas.

Pencetakan uang sebenarnya dilakukan BI secara rutin sesuai dengan tahun emisi dan
sesuai dengan jumlah uang lusuh tak layak edar yang sudah ditarik. Untuk saat ini kan
masih banyak juga pecahan Rp 100 ribu tahun emisi 2004 yang masih fresh, sebab
itulah BI hanya mencetak uang NKRI Rp 100.000 secara terbatas. Apabila uang yang
tahun emisi 2004 sudah lusuh dan ditarik dari peredaran, BI akan melakukan
pencetakan kembali untuk mengganti uang yang layak edar.

Berikut adalah penampakan dari uang NKRI Rp 100.000

Depan Belakang

100000 rupiah
2014

Sekilas tidak ada perbedaan desain dengan uang yang sebelumnya hanya saja uang
baru pecahan Rp 100 ribu jenis baru ini dinamai dengan uang Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Yang menjadi pembeda dalam uang emisi baru 2014 ini
adalah adanya tanda tangan Menteri Keuangan menggantikan tanda tangan Deputi
Gunernur Bank Indonesia sebelumnya.

Penggunaan frasa 'Negara Kesatuan Republik Indonesia' serta tanda tangan Gubernur
Bank Indonesia dan Menteri Keuangan mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam
uang rupiah kertas tersebut menegaskan makna filosofis rupiah sebagai simbol
kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga negara
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai