Anda di halaman 1dari 27

Peneliti & Pengajar Prodi Pendidikan Sejarah

FKIP Universitas Muhammadiyah Metro


Kolonisasi Sistem Cuma-Cuma; Kolonisasi Sistem Utang; Kolonisasi Spontan
atau Kolonisasi Keluarga

Perluasan Kolonisasi di 5 (lima) Onderafdeeling di Karesidenan Lampung.


Kolonisasi Sistem Bawon.

Tujuh Kolonisasi di Onderafdeeling Sukadana. Kolonisasi Gedongdalam sebagai


pendahuluan. Dimulainya Megaproyek Kolonisasi Sukadana

Bahasa, Pengetahuan, Perlengkapan Hidup & Teknologi, Organisasi Sosial &


Kemasyarakatan, Ekonomi & Mata Pencaharian, Religi, Kesenian

Lampung sebagai contoh praktik baik (best practice) persatuan dan kesatuan Indonesia
karena multikulturalismenya
A B C D
Cuma-Cuma Pinjaman/Utang Kolonisasi Sistem Bawon

Tahun 1905
1906-
1907
1909-
1910
1911 1915 1921
1926-
1927
1928-
1931
1932 1934 1935 1936 1937
1938-
1939
1941

Desa Kolonisasi 1928-1931 Rencana Ibukota


Desa Kolonisasi Propaganda
Purworejo, dikelola Kolonisasi Keluarga/ Kolonisasi Kolonisasi
Bagelen di Kolonisasi,
Wonodadi, oleh Bank Spontan. Sukadana Sukadana
Gedongtataan Ads. Kontrolir
dan beberapa Perkreditan 1929 dimatangkan mulai ditata
didirikan mulai bertugas
anak desa LVb Kolonisasi LVb
Kolonisasi di Metro
didirikan. Wonosobo dilikuidasi Badan khusus
pendahuluan
Sistem didirikan Kolonisasi Sukadana pengelola Rencana perluasan
fase kedua
Desa Gadingrejo dan kolonisasi Banyaknya permasalahan, skandal dimulai dimulai, bersamaan dg Kolonisasi tk. Kolonisasi
Karanganyar didirikan diganti keuangan, kolonisasi dihentikan proyek irigasi Pusat dibentuk Sukadana terhenti.
Keterangan: Kolonisasi Fase Percobaan 1905-1931 Kolonisasi Fase Perluasan 1932-1941
A Kolonisasi Periode 1905-1911 D Kolonisasi Periode 1932-1941 Rintisan dan Mencari Pola Hasil Evaluasi Tahap Percobaan

B Kolonisasi Periode 1911-1927 Lokasi 2 Ond. afdeeling Lokasi 5 Ond. afdeeling


Kolonisatie in marga verband Marga kolonisatie
C Kolonisasi Periode 1928-1931 Kolonisatie in marga verband
Peta Geologi dan Peta Tanah Way Lima Tahun 1924. Peta ini secara rinci memuat informasi jenis batuan dan tanah serta kandungan mineral
sebagai pertimbangan eksploitasi sumber dayanya.
Sumber: Mededeelingen van het Algemeen Proefstation voor den Landbouw: Bijdrage tot de Kennis van de Agrogeologie van de Way
Limastreek (Lampongsche Districten) (White, 1925).
Peta Rancangan Pengembangan Wilayah Irigasi Way Tebu di Daerah Kolonisasi Gedongtataan (dan desa-desa pengembangannya). Peta
dibuat pada tahun 1924 dan pembangunan jaringan irigasi dimulai tahun 1926.
Sumber: Mededeelingen van het Algemeen Proefstation voor den Landbouw: Bijdrage tot de Kennis van de Agrogeologie van de Way
Limastreek (Lampongsche Districten) (White, 1925).
Bendung Way Semah dibangun antara tahun 1916-1917 ketika pengelolaan kebijakan kolonisasi di Karesidenan Lampung dipimpin oleh
Schalwijk. Pembangunan bendung ini dilatarbelakangi oleh laporan kegagalan hasil panen kolonis sebab kekurangan air karena
berlokasi di tanah yang tinggi, sedangkan pemukiman kolonis justru ditempatkan di tanah-tanah yang rendah rawan banjir.

Bendung Way Semah, Sukodadi, Pesawaran difoto tahun 2019 Kondisi tahun 2021 Kondisi tahun 2021
Daerah Irigasi (D.I.) Way Tebu Sistem mulai dibangun sejak tahun 1926. Mulanya DI Way Tebu memiliki 4 (empat) bangunan bendung
yang tersebar di beberapa titik., namun kini hanya tersisa tiga bendung, yaitu Bendung Way Tebu I-II (1926), Bendung Way Tebu III
(1927), dan Bendung Way Tebu IV (1938).

2021

1930-1933 2021
2021

2021 2021 2021


Bendung Way Padangratu merupakan bendung yang sebelumnya pernah dibangun dengan struktur lebih sederhana antara tahun 1892-
1895. Tahun-tahun ini merupakan tahun persiapan dimulainya pembukaan Onderneming Way Lima. Bendung kemudian dibangun ulang
dengan konstruksi lebih kokoh dan selesai sekitar tahun 1931 untuk keperluan kolonisasi.

1931 2021 2021

1897 1897 2021 2021 2021


Berdasarkan hasil evaluasi fase sebelumnya, dan meneruskan sistem
kolonisasi keluarga yang telah berjalan sejak 1927-1931

Kemandirian kolonis wajib diutamakan, tetapi pemerintah tetap


memberikan stimulan untuk menekan biaya kolonisasi

Kolonisatie in marga verband untuk kolonisasi skala besar, dan marga


kolonisatie untuk kolonisasi skala kecil

Pelibatan penuh kolonis diupayakan untuk menekan biaya dan


menumbuhkan rasa memiliki terhadap tanah barunya bagi para kolonis

Hasil survey dan riset lapangan menjadi dasar yang penting dalam mengambil
kebijakan berkenaan kolonisasi, untuk menekan munculnya permasalahan
Toeloeng Boho / Boejoeng Tenoek;
Toeloeng Seriboe; Talang Tembesoe;
Karta

Sri Besoeki; Tandjong Aman; Trimodadi;


Pakoean Ratoe; Blambangan Oempoe;
Ketapang / Toeloeng Mas

Gedong Dalam; Trimoerdjo (Soekadana);


Way Djepara; Mangarawan; Rantaudjaja;
Soerabaja Oedik; Tjandiredjo (Way
Penghoeboean)

Poerwodadi; Oeleo Beloe; Way Lima; Way Semah; Kalianda; Wates-Telok


Wonosobo (baru); Antar Berak; betong; Kertosari/Balau/Bergen; Sabomenanga;
Pampangan; Marga Poegoeng; Way Ratai; Boekoedjadi; Pesisir Barat;
Way Ngison; Tjandiretno; Way Mergadadi; Djatihardjo
Djaha
Dimulai kolonisasi pendahulu yaitu Kolonisasi Gedongdalam pada tahun 1932
dengan sistem pemukiman marga kolonisatie.

• Pembukaan Kolonisasi Sukadana


Maret 1935 Kolonisasi Sukadana resmi dibuka yang dimulai pembangunannya di bedding 1 sebagai
induk desa yang diberi nama Trimurjo. Diangkat seorang Asisten Wedana yang akan mengurusi
administrasi bernama R. Soekarno Djojonagoro. Pembangunan tahap awal bersamaan dengan
megaproyek irigasi pertanian..

• Penataan Ibukota tempat Kedudukan Ads. Controleur


Metro sejak tahun 1935 ditetapkan sebagai pusat adminisrasi dari Kolonisasi Sukadana. Lokasi ini
pada tahun 1939 telah resmi menjadi kedudukan seorang Ads. Controleur yaitu Cornelis Bastiaan
Van der Leeden, yang membantu tugas Kontrolir Onderafdeeling yang berkedudukan di Sukadana.

• Propaganda Kolonisasi Tersistem


Pada tahun 1937 setelah dibentuknya Komisi Kolonisasi di tingkat pusat, tahun 1938 pemerintah
kolonial mulai menjalankan program kolonisasi secara lebih serius dan membuat propaganda
kolonisasi untuk menarik hati para calon kolonis. Sepuluh (10) kebijakan Residen Rookmaker
diadaptasi oleh pemerintah pusat untuk dipraktekkan di tanah kolonisasi lainnya.
Peta Administrasi Karesidenan Lampung Tahun 1920
Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden, Amsterdam

Peta Pembagian Wilayah Marga di Karesidenan Lampung 1914


Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden, Amsterdam
Gambar: (Kiri) Dimulainya pembukaan Kolonisasi Sukadana 25 Maret 1935; (Tengah) Gambar: (Kiri dan Kanan) Kondisi rumah tinggal kolonis di
Pembangunan bedding untuk kolonis tahun 1935; (Kanan) Pintu masuk ke pemukiman kolonis bedding 15 Kolonisasi Sukadana setelah tiga tahun
di desa induk Trimurjo 1935.

Gambar: (Kiri) Antrian kolonis mendapatkan jatah bedding; (Tengah) Pembangunan kanal
irigasi yang mempekerjakan kolonis; (Kanan) Residen Lampung H.R. Rookmaker (1933-1937).
Gambar: Pamflet dan Poster-poster Propaganda Kolonisasi yang
dicetak oleh Balai Pustaka ± 10.000 eksemplar dan mulai masif
diedarkan sejak tahun 1938.
Gambar: Beberapa kethongan dengan status ODCB tinggalan era kolonisasi di bedeng 25, 26, dan 23 (Kota Metro)
Gambar : (Kiri) Keletakan elemen Catur Gatra Tunggal di Ibukota Kolonisasi Sukadana dan (Kanan) Rekonstruksi Tata Ruang Ibukota Kolonisasi Sukadana di Metro.
Keterangan (gambar kanan):
A) Komplek Asisten Kawedanaan Metro (Pemerintahan Inlandsch-bestuur); B) Alun-alun Metro; C) Lokasi Masjid Agung; C1) Lokasi Kauman; D) Pasar Baroe Metro; D1)
Komplek Pertokoan Tionghoa (bagian dari Pasar); E) Kediaman Aspirant Controleur Cornelis Bastiaan Van der Leeden (Pemerintahan Binnenladsch-bestuur); F) Bivak
Polisi; G) Perkantoran Waterstaatdienst; H) Pesanggrahan (Villa) Hansje; I) Lokasi Hunian Pegawai Pemerintah Hindia Belanda; J) Komplek Rooms Katholieke Missie; K)
Boulevard Rookmaker; L) Lokasi Monumen Peringatan Residen Rookmaker.
Gambar: (Kiri) Atmo Sentono nama seorang Kamitua bedding 23 yang kini digunakan
sebagai nama jalan; (Tengah dan Kanan) Sukarso nama seorang Mantri Pakerjaan Umum
Pemerintah Kolonial dan Sosro Sudarmo nama seorang Mantri Kesehatan Pemerintah
Kolonial yang kini menjadi nama jalan di eks-bedding 15.
Gambar Kiri:
Deretan pohon
mahoni yang
berjajar
sepanjang Jalan
A.H. Nasution
Metro-
Pekalongan yang
masih hidup dan
bertahan.

Gambar: (Atas Kiri) Rumah dinas seorang dokter kolonisasi di Metro yang
berarsitektur Indis tahun 1941; (Atas Kanan) Rumah Sakit Missi Katolik di Metro tahun
1935;
(Bawah Kiri) Bangunan eks-Rumah Dinas Dokter Kolonisasi; (Bawah Kanan) Rumah
Sakit Missi yang kini menjadi Klinik Bersalin Santa Maria.
Berasal dari ikatan kekeluargaan yang
kuat dari para kolonis di tanah barunya
Gambar 22: 1) HIS (Hollandsch Inlandsche School) Muhammadiyah di Metro; 2) Suasana pembelajaran di kelas
Gambar: Kutipan dari salah satu surat kabar
HIS Muhammadiyah Metro; 3) Masjid yang didirikan tahun 1940; 4) Para suster dan bruder Misi Katolik di Metro;
yang mewartakan asal mula nama Metro
yang berasal dari kata “mitro”. 5) Suster Roomsch Katholieke Missi yang memberikan pelayanan persalinan; 6) Suasana bangsal Rumah Sakit
Missi Katolik di Metro tahun 1940.
Sumber: Deli courant, Dinsdag 21 December
Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden KITLV nomor arsip 53754; 53755; 53756; 53734; 53737; 53739
1937 (Deli courant, 1937)
Jejak peralatan hidup dan teknologi dari
Kolonisasi Sukadana banyak berhubungan
dengan karakteristik masyarakat agraris dimana
para kolonis di masa lampau seluruhnya bertani.
Aktivitas sistem pertanian saat ini di eks-
Kolonisasi Sukadana masih memanfaatkan
jaringan irigasi teknis warisan pemerintah
kolonial.

Gambar:
(Nomor 1, 2, 3) Bendung Argoguruh di Tegineneng yang
mengalirkan air dari Way Sekampung menuju wilayah
Kolonisasi Sukadana;
(Nomor 4) Bangunan mercu sekaligus pintu pembilas
bendung;
(Nomor 5) Mesin pemecah batu belah buatan England
yang pernah digunakan sewaktu pembangunan
Bendung Argoguruh tahun 1935-1936;
(Nomor 6) Bangunan intake yang mengalirkan air dari
Way Sekampung menuju kanal primer;
Gambar Kiri:
(Nomor 1, 2, 3
atas) Bangunan
pintu distribusi
air irigasi ke tiga
wilayah
Kolonisasi
Sukadana antara
tahun 1936-
1940;

(Nomor 1, 2, 3
bawah)
Bangunan pintu
distribusi air
irigasi di
Trimurjo tahun
2020.

Gambar Atas: (Gambar 1) Jaringan irigasi KBh 4 di bedding 8 tahun 1940; Gambar 2 dan 3) Jaringan irigasi di
Bantul, Metro tahun 1940.

Sumber: (Gambar 1, 2, 3 atas) Digital Collections Universiteit Leiden KITLV nomor arsip 53696, 53692, 53691;
(Gambar 1, 2, 3 bawah) Dokumentasi pribadi penulis tahun 2020.
Gambar: (Gambar 1 dan 2) Sisa rumah kolonis yang masih bertahan di eks. Bedding 25-26 Kecamatan Metro Selatan; (Gambar 3) Sisa rumah kolonis berdinding
gebyok yang masih bertahan di eks bedding 13, Kecamatan Trimurjo.

Gambar: (Gambar 1 dan 2) Sisa perabotan


kolonis berupa setrika arang dan gembok peti
kayu di eks-bedding 23 Kelurahan Karangrejo,
Metro;
(Gambar 3 dan 4) Sisa mesin penggilingan padi
buatan tahun 1928 di eks-bedding 21 Kelurahan
Yosodadi, Metro.
Pranatamangsa masih digunakan oleh Buruh tani bawon masih kerap dijumpai
petani bersanding dengan meskipun jumlahnya makin sedikit
pengetahuan modern

Gambar: (Kiri Atas) Areal sawah terasering di bedeng 26, Metro; (Kiri Bawah) Areal sawah di
Batanghari, Lampung Timur.
Gambar: (Atas Kiri) Pasar tradisional yang didirikan oleh para kolonis di desa induk Trimurjo,
dipotret 18 Desember 1935; (Atas Kanan) Pasar Welit di Kampung Notoharjo, Kecamatan
Trimurjo.
Gambar: (Kiri Atas) Bupati Lampung Tengah, Lukman Joyosumarto menghadiri acara bersih desa di
Kampung Tanggulangin, Kecamatan Punggur 07/10/2018; (Kiri Bawah) Bupati Lampung Timur,
Dawam Raharjo memberikan sambutan dalam acara Nyadran atau Bersih Desa di Desa
Balekencono, Kecamatan Batanghari 9/8/2022.
Gambar: (Atas Kiri) Jejak artefaktual lokasi Masjid Agung Taqwa Metro yang telah ada sejak tahun
1936; (Atas Kanan) Jejak artefaktual lokasi Gereja Hati Kudus Metro yang telah ada sejak tahun 1935.

Masyarakat Jawa penganut Kejawen: Sapta Tradisi bersih desa dalam waktu
Dharma, Maneges, Kawruh Begia, dst. tertentu, dan selamatan atau ruwat
Gambar : (Kiri) Kunjungan Utusan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII yaitu KRT Danudirja dan
BRAy Danudirja di Pendopo Asisten Kawedanaan Metro Tahun 1938; dan
Rangkaian Penyambutan Utusan Sultan Yogyakarta yang akan memberikan seperangkat gamelan.
Sumber: Arsip Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat (BPAD DIY)

Gambar (Atas) Pembukaan Pagelaran Wayang Kulit di Kelurahan Rejomulyo, Metro Selatan; dan
Pembukaan Pagelaran Wayang Kulit di Kelurahan Mulyosari, Metro Barat..
Sumber: Pemerintah Kota Metro (Diskominfo Kota Metro, 2022b, 2022a)
Sumber: Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 6 Juli 1957

Anda mungkin juga menyukai