Anda di halaman 1dari 40

TRANSMIGRASI

Bab 1
Sejarah Kolonisasi dan
Transmigrasi
1. Ikhtiar dan Penilaian Penting Tentang Usaha Bab 1, Sejarah Kolonisasi dan
Kolonisasi Oleh Pemerintahan Hindia Belanda Transmigrasi

Pemerintahan Belanda tidak menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap


kolonisasi perhatian sampai tahun 3 puluhan, walaupun kebutuhan akan tindakan-
tindakan untuk mengurangi desakan penduduk di Jawa nyata-nyata diakui pada
mulanya, pada decade pertama abad ini. Untuk mengembangkan suatu rencana
kolonisasi yang dapat dilaksanakan dan memberi harapan, serta yang menekan biaya
pemerintah untuk setiap keluarga yang dimukimkan sampai rendah-rendahnya,
diperlukan waktu kurang lebih seperempat abad untuk melakukan eksperimen-
eksperimen yang terhenti henti. Banyak kesalahan telah dibuat di Gedong Tataan,
tetapi setiap kesalahan ini, walaupun mahal, terbukti berharga karena kesalahan ini
memberikan sumbangan kearah pengembangan prosedur yang lebih efisien.

Sejarah Gedong Tataan antara tahun 1905 dan 1932 mencerminkan sikap pemerintah
selama periode itu. Pemerintah belanda tidak yakin akan keberhasilan kolonisasi
pertanian secara besar besaran. Pemerintah malahan memutuskan perhatian pada
beberapa tindakan yang dimaksud untuk meperbaiki keadaan masa di jawa saja.
Diantara tindakan ini adalah usaha usaha itensifikasi pertanian di jawa dengan
membangun sistem sistem irigasi, usaha pendidikan, penyuluh pertanian, pembagian
bibit unggul, dan demonstrasi metode metode pembudidayaan yang sudah
ditingkatkan.
Kunci keberhasilan sejarah kolonisasi yang baru adalah pelaksanaan survey
pendahuluan, ditamah dengan selesksi yang membedakan para calon kolonis, dan
dihentikannnya usaha yang memaksakan konsep barat terhadap para buruh tani
bangsa jawa. Pinjaman jangka Panjang dari bank, misalnya dihentikan malahan para
pengelola proyek yang baru memanfaatkan praktek praktek yang sesuai dnegan cara
berpikir orang Indonesia, misalnya gotong royong dan pemberian upah dalam bentuk
bawon.
Pengaruh kolonisasi pertanian yang besar besaran ini terhadap masyarakat di luar jawa
lebih besar, lebih nyata, dan lebih permanen daripada pengaruh terhadap masyarakat
di jawa. Di jawa kerenggangan yang disebabkan oleh migrasi segera terisi sedangkan
diluar jawa kolonisasi membawa perubahan yang radikal.
Kolonisasi mempunyai akibat penting lainnya diluar jawa, tepatnya pada
penduduknya. Dengan rangsangan dari contoh orang jawa, penduduk asli yang sampai
waktu ini mempraktekkan pertanian berpindah pindah berubah menjadi pertanian
tetap.
2. Penyelenggaraan Kolonisasi
Transmigrasi
I.Penyelengaraan Kolonisasi

a.Dari tahun 1905 hingga 1911


Dalam masa ini penyelenggaraan kolonisasi merupakan pekerjaan percobaan
percobaan untuk mencari suatu dasar cara menyelenggarakan kolonisasi.

b. Dari tahun 1912 hingga 1922


Sesudah direktur BB de GRAAFF mengadakan peninjauan ke daerah daerah
kolonisasi Lampung dalam tahun 1910, lalu ia menerapkan suatu system kolonisasi
yang didasarkan pada utang. Tujuannya yang utama dari system ini ialah
penghematan biaya kolonisasi tetapi cara cara penyelengggaran dianjutkan
sebagaimana biasa.

c. Dari tahun 1932 hingga 1942


Baru dalam tahun 1932 dimulai lagi pengiriman kolonis, karena desakan dari negeri
belanda, berhubungan dengan akan dihapusnya poenale sanksy. System bawon yang
diambil sebagai dasar penyelenggaraan kolonisasi dalam masa itu ternyata memberi
hasil yang memuaskan bagi pemindahan kolonis dalam jumlah yang besar dengan
biaya yang kecil.
I.Peyelenggaraan Transmigrasi

Tujuan transmigrasi bukanlah untuk mengurangi


kepadatan atau kelebihan penduduk pulau jawa saja,
tetapi seperti termakub dalam peraturan pemerintah
tanggal 17 februari 1953 No. BU/1-7-2/501 ialah
mempertinggi tingkat kemakmuran rakyat. Adapun
sistem yang dipakai pemerintah RI dalam
penyelenggaraan transmigrasi sekarang, hampir
bersamaan dengan sistem utang yang dilakukan
belanda dari tahun 1912 hingga 1922.
3. MARGA LAMPUNG DAN KEDUDUKAN KAUM
PENDATANG

1. Susunan adat lampung dan pemerintah


bermarga

2. Masuk nya orang -orang


bukan seadat ke dalam marga
4. Target-Target Trasmigrasi dan Realisasi nya
Karena perubahan – perubahan yang terjadi pada lokasi badan urusan trasmigrasi dan juga pada

kebijaksanaan – kebijaksanaan transmigrasiselama periode 1950 – 1974 , pelaksanaan trasmigrasijuga


mengalami perubahan – perubahan arah . karena alasan inilah maka pembahasan tentang sasaran –

sasaran dan prestasi – prestasi akan dibagi atas empat periode :

(1) Periode 1950 – 1959 ketika badan ini masih di bawah wewenang kementerian sosial .

(2) Periode 1960 – 1968 ketika dinas trasmigrasidipindahkan dari kementerian /


departementrasmigrasi dan koperasi , trasnskopemeda .

(3) Periode 1969 -1974 ketika arahnya didasarkanpada repelita 1;

(4) Periode 1974- 1977 ketika trasmigrasi dilaksanakan sesuai dengan repelita II
Bab 2
Bab 3
Pengalaman-Pengalaman
di Daerah Transmigrasi
3 Golongan Transmigrasi
1. Transmigran umum, menerima bantuan penuh dari
pemerintah
2. Transmigran Swakarsa/ Spontan, tidak dapat bantuan
apapun dari pemerintah
3. Transmigran yang ditempatkan disuatu proyek
transmigran, namun hanya sebagian bantuan yang
diberikan kepada transmigran umum
Lokasi daerah yang yang baru dipilih dengan
keadaan topografi yang baik serta adanya aliran
sungai yang dapat dipakai sebagai sumber air
irigasi, dan membuat irigasi yang baik dapat
membuat para pemukim menanam padi
sebagai dasar tas ekonominya.

Sedangkan pada proyek yang tidak mempunyai


topografi yang baik atau pada daerah yang
kering, menimbulkan kesulitan kepada para
keluarga transmigran yang tidak mendapat
bantuan apapun dari pemerintah, sehingga
para petani terpaksa menanam singkong untuk
kehidupan pokoknya, dan mengakibatkan para
transmigran meninggalkan proyek untuk
mencari nafkah di daerah dan bidang lain.
Masalah-masalah ini muncul pada daerah yang
para transmigrannya ditempatkan di tempat
proyek yang pasang-surut, yaitu didaerah
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Saluran -saluran drainase yang kurang
sempurna, dan para pendatan harus beradaptasi
dahulu dengan lingkungan ekologi yang jauh
berbeda dengan tempat proyek yang topograf
nya bagus (Jawa dan Bali).
Sejarah Transmigrasi
Jika dilihatdari sejarah transmigrasi proyek-
proyek baru dibedakan atas proyek yang
merupakan kelanjutan dari proyek kolonisasi
di tahun 1941. Ditahun 1950-1955 terdapat
proses perluasan proyek lama.

Ditahun 1969-1970 dilakukan pemindahan


jumlah transmigran yang besar melalui crash
program, sehingga mengakibatkan kesulitan
dalam pengembangan proyek sebab
perencanaan yang kurang maang dan
pelaksanaan yang kurang mantap.

Kemudain ditahun 1971 proyek-proyek mulai


direncanakan dengan teliti dan mulai
dilakukannya survei mendalam sehingga
daerah-daerah atau permukiman tempat proyek
jauh lebih baik ekonominya.
Pengalaman Selama Empat Puluh Tahun di Daerah
Transmigrasi Belitang, Sumatra Selatan
Fachurrozie S.A. dan Colin MacAndrews

Baru-baru ini sejumlah tulisan tentang program


transmagrasi di Indonesia telah meneliti sejarah dan
arah-arah di masa datang secara
menyeluruh.'Sebegitu jauh tidak ada studi-studi yang
terperinci yang meliputi periode yang panjang.
Untuk mengisi kekosongan ini suatu studi
diselenggarakan di daerah Belitang dalam tahun 1977.
Karena faktor-faktor yang akan dibicarakan
kemudian, Belitang merupakan salah satu
pemukiman baru yang berhasil dari sekian banyak
yang kurang berhasil.
proyek transmigrasi itu terletak tidak begitu jauh
dari jalan raya antara Palembang dan Propinsi
Lampung dan dengan luas sekitar 49 km²
meliputi enam daerah administratif . , Kini
daerah Belitang mempunyai sebuah kota
bernama Gumawang serta delapan sampai
sepuluh pusat yang lebih kecil. Topografi daerah
ini datar dan tanahnya subur sehingga dapat
dipanen dua kali setahun asal ada irigasi. Daerah
Belitang mempunyai tiga ciri yang merupakan
kunci keberhasilannya sebagai daerah
transmigrasi. Karena adanya tiga ciri ini, daerah
tersebut menarik sekali untuk penelitian
mengenai transmigrasi.
Kedua, daerah ini sangat beruntung karena
input-input direncanakan dengan baik pada
tahun-tahun pertama dari masa penempatan,
terutama sistem pengairannya yang didirikan
oleh Pemerintah. Sebagai akibat dari faktor-
faktor ini daerah Belitang dapat disebut sebagai
proyek transmigrasi yang pada umumnya
berhasil sekali, meskipun masih ada beberapa
kelemahan. Sebagai pusat pertumbuhan di
daerah yang dulu belum dikembangkan, daerah
penempatan transmigran ini telah merangsang
pertumbuhan ekonomi di daerah sekitarnya.

Metodologi
ada tiga metode yang digunakan dalam penelitian
untuk mengumpulkan data yaitu sampel survey di
lima desa yang didirikan pada periode yang
berbeda. Karena belitang memiliki reputasi di
daerah transmigrasi yang berhasil, maka dari itu
berusaha untuk mengetahui tingkat kemakmuran
penduduk di lima desa. Hal ini dilakukan dengan
mempelajari baik tingkat pendapatan para
responden maupun indikator- indikator ekonomi
lainnya,
Perkembangan Ekonomi
Ada suatu perbedaan yang sangat menonjol
antara tiga desa yang beririgasi (Sidomulyo,
Sukanegara dan Margacinta) dan dua desa
lainnya yang tidak mempunyai sistem irigasi
system irigasi yang direncanakan sangat
penting bagi perkembangan ekonomi di daerah
transmigrasi.. . Di desa ini, sebagai akibat dari
penambahan penduduk sejak 1937, lebih
banyak pendapatan dihasilkan oleh usaha di
luar pertanian (17,1% dari seluruh pendapatan)
dibandingkan dengan dua desa yang didirikan
pada tahun lima puluhan.
Perbedaan itu disebabkan olch faktor yang lain,
yaitu, pilihan lokasi yang baik untuk proyek
transmigrasi. Karangmenjangan, yang didirikan
pada tahun 1965 pada lokasi yang kurang cocok
untuk penempatan transmigran, tidak
mempunyai hubungan jalan yang memadai
sehingga para pemukim tidak dapat mencari
penghasilan tambahan dengan jalan bekerja di
daerah yang berdekatan dengan proyek.
Pemilikan tanah dan fragmentasi

Melihat pada fragmentasi dan konsentrasi


pemilikan tanah, maksudnya ialah untuk
mengetahui apakah masih ada/terdapat
distribusi tanah yang cukup merata, dan juga
untuk mengetahui seberapa jauh daerah
transmigrasi Hasilnya, Penelitian tentang
Belitang ini juga memberikan data mengenai
dua aspek lainnya yang sering terjadi di
daerah transmigrasi di Indonesia, yaitu,
persengketaan atas pemilikan tanah19 serta
peranan para transmigran swakarsa. Seringnya
terjadi pertengkaran tanah di Belitang sangat
berbeda-beda di lima desa yang diteliti,
a. Tipe Orang yang Ditransmigrasikan

Sebagian besar kepala keluarga yang


ditransmigrasikan ke Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Selatan adalah kelompok penduduk
miskin dari pedesaan Jawa dan Bali. Hanya
sebanyak 39% jumlah penduduk yang memiliki
tanah, sedangkan lainnya berprofesi sebagai
pedagang, dan menjadi pengerajin rumahan.

b. Layanan Pemerinah

Proses seleksi yang ditetapkan oleh Dirjen


Transmigrasi tidak diikuti secara tegas,
menyebabkan banyak pendaftar yang berumur
40 tahun keatas juga ikut serta. Para calon
transmigran sering kali tidak diberi penjelasan
tentang daerah tujuan mereka, tentang kondisi
sebenarnya yang terdapat di sana.
c. Perkembangan Para Pemukim
Para pemukim
segera mengalami berbagai
masalah yang timbul karena perubahan di
daerah penempatan mereka, disebabkan oleh
penebangan hutan yang mengganggu
keseimbangan alam. Di antarannya
permasalahan ketersediaan air, tanaman yang
dirusak hama,para transmigran tidak
mengetahui tentang tanaman apa yang cocok.

d. Para pemukim Spontan


Para pemukim yang baik jika dibandingkan


dengan para transmigran umum. Hal ini
dikarenakan adanya usaha mereka yang untuk
mencari pekerjaan, tanah dan pengetahuan
menyebabkan mereka berhubungan dengan
para penduduk desa.
Adapun saran terkaittransmigrasi, yakni :

1. seharusnya lebih ditentukan oleh prioritas pengembangan regional,


dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
daerah(mis. pertambangan dan kehutanan, tanaman keras, pengolahan
produksi pokok)
2. pengadaan prasarana untuk pelabuhan, lapangan udara, jalan,
jembatan dan jalan kereta api
3. pulau-pulau luar Jawa tidak dapat disebutkan sebagai wilayah
kekurangan tenaga, sebab sebenarnya pulau-pulau luar Jawa memiliki
tenaga kerja yang lebih dari cukup untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan tenaga dari taraf pembangunan yang sekarang berjalan
4. setiap pengembangan tanah perlu dikaitkan dengan kepentingan-
kepentingan desa, dengan memanfaatkan pengetahuan penduduk asli
mengenai kondisi setempat, dan pengalaman-pengalaman mereka
dengan berbagai jenis tanaman.
Komunikasi Para Migran dengan Desa
Asal Mereka

Mula-mula seorang pemukim berkirim surat, lalu mengirim


uang, kemudian berkunjung ke tanah asal dan sebaliknya
dikunjungi kaum kerabatnya, sebelum diasendiri
mengundang mereka untuk menyusul.
III. PerbaikanTerhadapProyek-proyekTransmigrasi

a. SeleksiTransmigran
b. Peneranganbagi Calon Transmigran
c. Pemilihan dan PersiapanTempat
d. PetugasLapangan
e. Pembinaan
f. Tahun-tahunPertama
g. Perkembangan Usaha Tani
h. HubunganKemasyarakatan
i. HubungandenganPenduduk Asli

9. Transmigrasi Swakarsa: Kasus Parigi


Gloria Davis

Pada tahun 1950 masyarakat Bali di Parigi (Propinsi


Sulawesi Tengah) terdiri dari hanya tujuh belas rumah
tangga, semuanya adalah keturunan para keluarga Bali
beragama Hindu yang dibuang ke Sulawesi pada tahun-
tahun pertama abad ini karena pelanggaran hukum adat.
Di tahun 1957, lima keluarga Balt beragama Kristen
mengubah tujuan perjalanan mereka yang semula adalah
Sumatra, lalu pindah ke Parigi.
Menjelang akhir tahun 1957 dua pemuda Bali kakak
beradik menjadi anggota kelompok tersebut dan dengan
kedatangan mereka terbentuklah suatu pola migrast bagi
masa mendatang.
Namun, pada pertengahan tahun-tahun 1960-an
beberapa kejadian memberi pertanda akan adanya
peningkatan migrasi dengan cepa yang membut
pemerintah melakukan beberapa hal ini : (a)
pembangunan jaringan-jaringan irigasi di selatan Parigi
pada tahun 1963; (b) dimulainya penanaman varietas
padi unggu! di daerah itu pada tahun 1965; (c)
memburuknya keadaan di Bali, khususnya sesudah
tahun 1965; (d) peningkatan kemampuan pemerintah
untuk membiayai dan mendukung pelaksanaan
transmigrasi umum setelah tahun 1967.

Kemudian di tahun 1965 ada lagi faktor lain


sebagai akibat dimulainya penanaman dengan
varietas padi yang baru. Pentingnya penanaman
padi unggul di Parigi bukan karena hasil per
hektar yang digembar-gemborkan (hasil mana
terbukti tak dapat diramalkan namun karena
tanaman padi itu tumbuh cepat.

Perpindahan orang-orang Bali ke Sulawesi


Tengah tidak dapat dianggap sebagai
perpindahan transmigrasi yang khas di
indonesia. Perpindahan tersebut bersifat
spontan, dilakukan oleh orang-orang Bali serta
mencapai hasil yang luar biasa.
Pelajaran-pelajaran dari Kasus Parigi

Kasus Parigi memberikan dua pelajaran utama:


(a) kekurangan tenaga kerja menyebabkan
peningkatan migras
(b) migrasi tersebut terjadi karena telah ada
suatu rangkaian migrasi sebelumnya.

Samuda Kecil: transmigrasispontan orang Jawa dan


orang Banjar kerawa pasang-surut di Kalimatan Tengah
InfografisDesa

Desa Samuda Kecil memiliki komoditas


perkebunan kelapa rakyat dan sawah. Tanaman
tumpang sari yang ditanam di antara pohon
kelapa ialah kopi. Daerah inidipengaruhi pasang-
surut yang merupakan rawa gambut dengan
tebal gambut 2 meter. Desa ini memiliki 800
hektar kebun kelapa dan 329 hektar sawah.
Sistem Bercocok Tanam

Sistem bertani yang mereka dengan


menyesuaikan keadaan ekologi ialah dengan
membuka hutan, menanam padi, dan bercocok-
tanam kelapa di tanah sawah. Pada umumnya
sistem yang digunakan orang Banjar adalah
dengan cara membuka rawa-rawa yang
dipengaruhi pasang-surut untuk bertanam padi,
dan diikuti dengan produksi kelapa.
Proses MenanamPadi

Biasanya petani akan membuka sendiri rawa dengan


memperlebar dan memperdalam/ memperpanjang aliran
kecil dan dibersihkan. Pohon-pohon ditebang. Setelah
pohon-pohon ditebang mereka membiarkan daerah
tersebut mengering selama tiga bulan. Setelah cukup
kering, lalu dibakar (mencucul).

Panen (mengetam) dimulai selama satu bulan. Mereka


membangun pondok di sawah untuk penyortiran padi,
setelah padi tersebut kering mereka membawanya pulang
kerumah.
Suatu masalah yang takterpecahkan di tanah-tanah
pasang-surut dan tanah gambut ialah kecenderungan
menurunnya hasil padi setiap tahun.

Sistem Kerja

Menurut diskusi kelompok dengan petani, ada tiga


cara untuk membuka hutan guna produksi padi dan
untuk mengusahakan tanaman kelapa. Beberapa desa
dekat Samuda Kecil, hampir seluruh penduduknya
berasal dari Madura,
Bab 4
Masa Depan Program
Transmigrasi
1. Transmigrasi Umum dan Swakarsa dalam
konteks target-target pelita 3
Sejak awal pelita 3 di tahun 1969 transmigrasi telah
ditekankan sebagai unsur penting dalam kebijaksanaan
pembangunan. Namun adanya hambatan utama yang
menghalangi peningkatan jumlah Kepala Keluarga di
permukiman sebagai transmigran umum sebagai berikut :
1. Menyangkut paa penyediaan dan persiapan tanah
proyek.
2. Menyangkut pada pengkoordinasian dala kegiatan
pemindahan dan penempatan.
Yang dimaksud engan transmigrsi swakarsa
ialah perpindahan penduduk dari pulau Jawa
tanpa bantuan pemerintah dan tanpa
organisasi dalam bentuk apapun juga

Pasal 2 Undang-undang No.3 Tahun 1972


tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Transmigrasi menyatakan bahwa:
"sasaran kebijaksanaan umum transmigrasi
ditujukan kepada terlaksananya swakarsa
(spontan) yang teraur dalam jumlah yang
sebesar-besarnya.
Ada dua hal yang penting dalam pemindahan
transmigran yang tidak dapat bantuan apapun,
seperti telah dikemukakan oleh Guinness dam
uraiannya mengenai transmigran swakarsa di
Kalimantan Selatan :
"mereka sama sekali tergantung pada jasa baik
dan teman-teman dan kerabat mereka di
daerah baru dan juga pada tenaga kerja sendiri"

Anda mungkin juga menyukai