Anda di halaman 1dari 18

BAB II SLOGAN BANDUNG BERMARTABAT DI MASYARAKAT

2.1 Sejarah Kota Bandung Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke 17, dengan bupati pertama Tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah kabupaten Bandung hingga tahun 1681. Semula kabupaten Bandung beribu kota di Krapyak (sekarang Dayeuh Kolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, R.A Wiranatakusumah II (1794 1829) yang dijuluki Dalem Kaum I, kekuasaan di nusantara beralih dari kompeni ke pemerintahan Hindia Belanda, dengan Gubernur Jendral pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran melancarkan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung Barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa Timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung khusunya dan di daerah Priangan umumnya, jalan raya Pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan

memperlebar jalan yang telah ada. Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jendral Sudirman Jalan Asia Afrika Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk

memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke daerah Cikapundung


6

dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos. Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota antara lain krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerha Bandung dan sering dilanda banjir ketika musim hujan. Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang). Tidak diketahui secara pasti, berapa lama kota Bandung di bangun. Akan tetapi itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung. Bahkan pembangunan itu dipimpin langsung oleh bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung. Menurut penjelasan laman Bandung.go.id (2009), Kota Bandung

diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810. 2.2 Letak Geografis Kota Bandung Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Kota Bandung terletak diantara 107o Bujur Timur dan 6 0 55o Lintang Selatan. Lokasi Kotamadya Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian, maupun keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan raya barat timur yang memudahkan
7

hubungan dengan ibukota negara utara selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan), letak yang tidak terisolasi serta dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru.

2.3 Penduduk Kota Bandung

Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai dengan bulan Maret 2004 berjumlah : 2.510.982 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 Ha. (167,67 Km 2 ), sehingga kepadatan penduduknya per hektar sebesar 155 jiwa. Komposisi penduduk warga negara asing yang berdomisili di Kota Bandung adalah sebesar 4.301 jiwa. Jumlah warga negara asing menurut catatan Kantor Imigrasi Bandung yang berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 2.511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa. Dari Program Pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk yang tinggi khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi ke luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah Transmigrasi TU sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 86, sedangkan daerah tujuan Transmigrasi TU adalah Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah. Dalam hal membuka kesempatan kerja yang ada pada Bursa Kesempatan Kerja jumlah kesempatan yang paling tinggi adalah dari lulusan SMU. Nampaknya dalam hal ini Pemerintah tetap harus bekerja keras dalam penyediaan lapangan pekerjaan, selain lowongan yang ada terus diciptakan dan kualitas sumber daya manusia juga harus ditingkatkan.

2.4 Visi dan Misi Kota Bandung

Untuk

merealisasikan

keinginan,

harapan,

serta

tujuan

sebagaimana tertuang dalam visi yang telah ditetapkan oleh kota Bandung, maka pemerintah dan masyarakat Kota Bandung ingin terciptanya suatu kondisi antara lain : 1. Kota Bandung sebagai kota jasa harus bersih dari sampah, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), penyakit masyarakat (judi, pelacuran, narkoba, premanisme, dan lainnya), dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya masyarakat atau bangsa. 2. Kota Bandung sebagai kota jasa yang memberikan kemakmuran bagi warganya. 3. Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang taat terhadap agama, hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota. 4. Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang bersahabat, santun, akrab dan dapat menyenagkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan. 2.5 Rencana Strategi Kota Bandung Arah Kebijakan Pemerintah atau RESTRA Menurut data resmi pemerintahan kota Bandung (2009), Rencana Strategi Kota Bandung Arah Kebijakan Pemerintah (RESTRA) adalah sebagai berikut : 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh Pendidikan, Kesehatan serta pelayanan keagamaan bagi seluruh masyarakat.
9

2. Mengupayakan

peningkatan

kegiatan

perekonomian

kota

berbasiskan potensi daerah. 3. Mendorong peningkatan integrasi dan ketahanan sosial masyarakat serta peningkatan rasa kepedulian sosial masyarakat. 4. Mengupayakan perluasan dan pemerataan pelayanan prasarana dan sarana kota serta pengembangan aktivitas kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. 5. Mengupayakan terjadinya peningkatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan serta pengendalian dan pengawasan pembangunan kota . 6. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan potensi pembiayaan pembangunan kota . 2.6 Permasalahan di Kota Bandung Yang penulis amati dan analisa dari sekian banyak permasalahan di kota Bandung yaitu mengenai pengembangan dan pengendalian lingkungan hidup. Dalam permasalahan disebutkan tujuan

pengembangan dan pengendalian lingkungan hidup adalah dengan cara meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dengan sasarannya antara lain sebagai berikut; a) Terkendalinya pencemaran di bawah tanah, permukaan tanah dan di atas permukaan tanah; b) Meningkatnya kualitas dan kuantitas lahan resapan air; c) Meningkatnya prasarana dan sarana TPA serta pengolahan alternatif sampah/limbah; d) Meningkatnya kualitas dan kuantitas pemeliharaan tamantaman dan hutan-hutan kota; e) Meningkatnya upaya-upaya pencegahan pengalihan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan mengembalikan secara bertahap fungsi RTH yang telah beralih fungsi.
10

Daya dukung lingkungan saat ini semakin menurun. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangun fisik di kota Bandung terus berlangsung. Hal ini bisa dilihat dari terbangunnya pusat-pusat perbelanjaan atau mal, FO (Factory Outlet) dan pasar. Pasar modern yang harus diakui dalam pelaksanaan pembangunannya telah menggusur pasar-pasar tradisional. Sudah tentu konsekuensinya banyak pedagang yang modalnya kecil tidak sanggup lagi berdagang di pasar dan kemudian beralih ke jalanjalan. Kondisi tersebut mengakibatkan kemacetan lalulintas. Seperti yang terjadi di daerah Andir dan jalan Sudirman, Kiara Condong, Cicadas dan banyak lagi. Begitupun dengan supermaket tidak kalah ketinggalan. Keberadaannya hampir di pelosok kota sudah ada. Sebagian besar mengusur warung-warung kecil. Kemajuan ini tidak memperhitungkan resiko daya dukung lingkungan yang semakin hari terus mengalami penurunan. Permasalahan yang paling krusial dihadapi kota Bandung saat ini adalah masalah kependudukan, dan menurunnya air, udara dan pencemaran yang mengakibatkan tercemarnya air, tanah dan udara serta minimnya ruang terbuka hijau. Perubahan tata guna lahan fenomena yang terjadi di DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum Hulu pada saat ini adalah ketika musim kemarau terjadi kekeringan, dan sebaliknya pada musim hujan terjadi banjir disertai dengan buruknya kualitas air. Terganggunya fungsi hidrologis di DAS Citarum ini karena banyaknya konversi lahan di daerah tangkapan air, yakni dari lahan resapan air menjadi lahan terbangun (permukiman, industri, jalan, dan fasilitas lainnya), sehingga air yang meresap ke dalam tanah semakin berkurang. Meningkatnya perkembangan penduduk dan krisis ekonomi sejak tahun 1997 telah berdampak cukup signifikan terhadap kondisi lingkungan. Tidak terkendalinya konversi lahan dari lahan resapan air menjadi lahan terbangun merupakan awal kerusakan lingkungan yang terjadi di DAS Citarum Hulu, walaupun sejak tahun 1982 Pemda Propinsi Jawa Barat telah mengeluarkan SK Gubernur No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982 tentang
11

Peruntukan Lahan di Wilayah Inti Bandung Raya Bagian Utara (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat, 2004).

Gambar 2.1 (Kepadatan Penduduk di kota Bandung)

Pada

saat

ini

pohon

itu

telah

ditebang

karena

adanya

pembangunan-pembangunan gedung bertingkat. Lalu permasalahan lingkungan yang terjadi di areal cekungan Bandung yang disebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas air baku, penataan ruang,

penanganan transportasi, serta masalah kependudukan. Daya dukung kota yang terbatas membuat kerusakan lingkungan yang terjadi di Bandung terus meningkat. Seperti yang ditulis oleh Soemarwoto pada laman harian Kompas, Jumlah taman dan jalur hijau juga berkurang terus akibat alih fungsi lahan, misalnya, di sekitar Jalan Cikapayang dan Prabu Dimuntur yang semula daerah hijau yang asri kini menjadi gersang akibat pembangunan Jalan Layang Pasteur-Surapati. Saat ini kita perhatikan sangat prihatin sekali kepada sikap sejumlah perguruan tinggi yang ada di Bandung yang kurang peduli lingkungan kampusnya karena tidak menyediakan lahan hijau. Sebagai contoh kampus yang masih peduli akan lingkungan yaitu sekitaran kampus ITB dinilai masih lebih baik, akan tetapi karena terus adanya pembangunan lahan hijaunya terus berkurang.

12

2. 7 Slogan Bandung Bermartabat

2.7.1 Pengertian Slogan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), slogan yaitu perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok dan mudah diingat untuk memberitahukan sesuatu, untuk tetap hidup berdampingan secara damai, atau slogan juga bisa disebut perkataan atau kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan mudah diingat untuk menjelaskan tujuan suatu ideologi golongan, organisasi, partai politik, dsb yang selalu memikat. Sedangkan menurut kamus online Wikipedia (2008), slogan merupakan motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik, komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan. Bentuk slogan bervariasi, sampai yang diucap dan yang terlihat. Kata slogan sendiri diambil dari istilah dalam bahasa Gaelik (slaugh-ghairm), yang berarti teriakan bertempur. Secara harfiah, Bermartabat diartikan sebagai harkat atau harga diri, yang menunjukkan eksistensi masyarakat kota yang dapat dijadikan teladan karena kebersihan, kemakmuran, ketaatan, ketaqwaan dan kedisiplinannya. Jadi Kota Jasa yang bermartabat adalah kota yang menyediakan jasa pelayanan yang didukung dengan terwujudnya kebersihan, kemakmuran, ketaatan,

ketaqwaan dan kedisiplinan masyarakatnya. 2.7.2 Bandung Bersih Bersih pada slogan Bandung Bermartabat disini yaitu mempunyai arti bahwa Kota Bandung sebagai kota jasa harus bersih dari sampah, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), penyakit masyarakat (judi, pelacuran, narkoba, premanisme, dan lainnya), dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya
13

yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya masyarakat atau bangsa. Saat ini masih banyak dijumpai sampah di setiap sudut kota Bandung. Timbunan sampah di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi, dan tiga kecamatan di Kabupaten Sumedang mencapai 3.300 ton/hari, sementara yang terangkut baru 1.442 ton/hari atau 43,7%. Dengan demikian yang tidak terangkut mencapai 1,858 ton/hari. Sampah yang tidak terangkut tersebut oleh masyarakat ada yang dikubur di pekarangan, sebagian dibakar, dan sebagian sisanya dibuang ke sungai. Dapat diasumsikan jumlah sampah yang masuk ke sungai setiap hari sebesar 620 ton, yang terdiri atas sampah organik dan anorganik.

Gambar 2.2 (Sampah berserakan di kota Bandung)

Hal

ini

menimbulkan

permasalahan

tersendiri

dalam

peningkatan pelayanan sampah di Cekungan Bandung. Sampai saat ini, solusi akhir pengelolaan limbah padat di Jawa Barat masih memanfaatkan keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan TPA yang secara formal dipegang oleh tiga Pemda (Kota dan Kabupaten Bandung, serta Cimahi), dengan cara pandang dan kebijakan yang berbeda pula. Permasalahan ini terkait pula dengan permasalahan sosial penduduk di sekitar TPA. Kecenderungan menurunnya kualitas
14

udara diakibatkan oleh peningkatan beragam aktivitas, termasuk transportasi, industri, perumahan, persampahan, dan alami

(vulkanik). (Sudardja, 2007). Menurut catatan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat, (2004), konsentrasi beberapa parameter, seperti oksida nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), hidrokarbon (HC), ozon (O3), partikulat (PM10), dan timbal (Pb) cenderung meningkat, sehingga secara umum, mengakibatkan kualitas udara di Cekungan Bandung cenderung menurun Kualitas udara yang buruk ini dikuatkan dengan adanya kecenderungan Hidrokarbon (HC) yang meningkat di atas ambang batas hingga 4-8 kali dari konsentrasi ambang batas baku mutu udara, yaitu sebesar 160 mg/m3/3jam. Isu lain menurut Sudardja (2008) adalah polusi lintas batas (transboundary pollution), yaitu polusi yang efeknya bersifat tidak hanya lokal, melainkan regional, bahkan nasional, termasuk di dalamnya hujan asam dan pembentukan ozon di troposfer akibat reaksi kimia. Hal ini pada gilirannya akan berkontribusi pada perubahan iklim. pH (zat asam) air hujan dari 1985 hingga 2002 menunjukkan kecenderungan penurunan hingga sekitar 4, lebih rendah dari pH normal air hujan Penyumbang terbesar polusi udara adalah emisi kendaraan bermotor. Sekitar 97% emisi

karbonmonoksida, 80% emisi hidrokarbon, dan lebih 50% emisi nitrogen oksida (NOx) dihasilkan dari kendaraan bermotor. Sekitar 60% emisi SO2 dihasilkan dari industri (Soedomo, 2001). Hal ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor meningkat sebesar 8% per tahun. Polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan tanaman, mengancam keanekaragaman hayati hutan, dan mengurangi hasil panen, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kerugian ekonomis.
15

2.7.3 Bandung Makmur Kata Makmur yang terdapat pada slogan Bandung Bermartabat ini yaitu Kota Bandung sebagai kota jasa yang memberikan kemakmuran bagi warganya. Saat ini kemakmuran di kota Bandung belum sepenuhnya mencapai target, masih terlihat adanya masyarakat kurang mampu, masyarakat miskin,

gelandangan dan pengemis. Menurut penulis yang melakukan pengamatan langsung ke lapangan, gelandangan dan pengemis baik anak-anak, orang dewasa, orang tua, dan lanjut usia masih banyak dijumpai disetiap sudut kota Bandung. Hampir di setiap perempatan jalan sering jumpai pengemis atau gelandangan khusunya anak kecil dan orang dewasa, sisanya pengamen dan gelandangan berada di setiap keramaian pasar, pusat

perbelanjaan. Berikut di bawah ini adalah tabel mengenai masalah kesejahteraan sosial di Kota Bandung;

16

Tabel 2.1 (Tabel kesejahteraan sosial di kota Bandung Tahun 2007)

Melihat tabel tersebut bisa dilihat jumlah fakir miskin yaitu mencapai 312.799 orang. Angka ini merupakan angkat tertinggi di banding dengan yang lainnya, oleh Karena itu masyarakat kota Bandung belum mencapai tingkat kemakmuran yang merata. Untuk solusi ini pemerintah memberikan program kemakmuran bagi kota Bandung. Dalam mewujudkan sasaran pembangunan khususnya di bidang kemakmuran, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah melakukan langkah terobosan melalui program bantuan peningkatan kemakmuran (PBPK) atau Bantuan Wali kota Khusus kemakmuran (Bawaku Makmur) dalam bentuk dana hibah. Kebijakan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk memberikan daya ungkit terhadap peningkatan produktivitas ekonomi rakyat.
17

Program pemerintah Bantuan Wali Kota Khusus Kemakmuran (Bawaku makmur) diberikan kepada : 1. Kelompok masyarakat atau perorangan yang melakukan

perintisan usaha (memiliki kemampuan dan keinginan yang kuat untuk berusaha namun memiliki keterbatasan modal untuk memulai usaha); 2. Pelaku UKM (telah melakukan aktivitas ekonomi produktif diberbagai bidang) baik kelompok maupun perorangan; dan 3. Koperasi (Simpan Pinjam/Serba Usaha). 2.7.4 Bandung Taat Kata Taat dalam slogan Bandung Bermatabat disini

mempunyai arti yaitu Kota Bandung sebagai kota jasa harus memiliki warga yang taat terhadap agama, hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban kota. Berikut di bawah ini adalah tabel mengenai berapa banyaknya perkara/kasus pidana dan pidata yang masuk ke pengadilan negeri di kota Bandung

18

Tabel 2.2 (Tabel perkara/kasus pidana dan perdata di kota Bandung tahun 2007)

Berdasarkan data tersebut bisa dilihat banyaknya tindak pidana yang ada di kota Bandung. Pelanggaran yang paling banyak yaitu mengenai pelanggaran lalu lintas yaitu berjumlah 37.334 kasus, ini berarti tingkat ketaatan masyarakat untuk mematuhi peratutan yang sudah ada belum sepenuhnya terpenuhi mengingat tingginya tingkat pelanggaran di atas. Sehingga secara tidak langsung ketertiban berlalulintas telah sering terjadi dan telah terciptanya ketidaknyamanan di kota Bandung itu sendiri. Perlunya pendekatan dan penyuluhan kepada seluruh masyarakat kota Bandung menjadi prioritas utama demi tercapainya tingkat ketaatan dan ketertiban di kota Bandung.

19

2.7.5 Bandung Bersahabat Kata Bersahabat di dalam slogan kota Bandung Bermartabat disini mempunyai arti; memiliki warga yang Kota Bandung sebagai kota jasa harus bersahabat, santun, akrab dan dapat

menyenangkan bagi orang yang berkunjung serta menjadikan kota yang bersahabat dalam pemahaman kota yang ramah lingkungan. Pemerintah disini ingin menjadikan kota Bandung sebagai kota pariwisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan asing ataupun wisatawan domestik. Berdasarkan dari survey langsung ke lapangan, kota Bandung merupakan kota yang sering dikunjungi oleh wisatawan disebabkan karena kota Bandung lebih dikenal sebagai kota fashion, sehingga banyak dijumpai gedung-gedung pusat perbelanjaan seperti Factory Outlet dan pusat perbelanjaan lainnya. Berikut di bawah ini tabel mengenai jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kota Bandung.

Tabel 2.3 (Tabel jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di kota Bandung)

20

Berdasarkan

tabel

tersebut

jumlah

wisatawan

mencapai

1.765.451 orang, itu termasuk wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara atau domestik. Angka tersebut menunjukan jumlah yang tinggi. Masyarakat kota Bandung lebih dikenal keramahtamahan dan kesopanan. Dalam hal ini pendekatan positioning bersifat kampanye dan berusaha mensosialisasikan terhadap warga kota Bandung yang mengacu kepada suatu konsep dan tujuan secara langsung terhadap warga kota itu sendiri. Adapun positioning kota Bandung yaitu salah satu kota besar di Indonesia yang bersih, makmur, taat dan bersahabat. 2.8 Keberadaan Slogan Bandung Bermartabat Dalam ini permasalahan diamati secara kuisioner, kuisioner ini dilakukan terhadap 100 orang warga asli kota Bandung, diantaranya terhadap 50 orang wanita dan 50 orang pria. Hasil dari kuisioner ini menyatakan bahwa 70 orang warga kota Bandung tidak mengetahui keberadaan slogan kota Bandung dan tidak paham akan makna sebenarnya dari slogan Bandung Bermartabat, sedangkan 30 orang warga kota Bandung mengetahui keberadaan slogan Bandung Bermartabat. Berikut dibawah ini diagram lingkaran mengenai seberapa besar pengetahuan warga kota Bandung mengenai adanya slogan Bandung Bermartabat

21

Gambar 2.3 (Diagram lingkaran kuisioner)

Keterangan :

70 % warga tidak mengetahui keberadaan dan arti slogan Bandung Bermartabat

30 % warga mengetahui keberadaan dan arti slogan Bandung Bermartabat

Berdasarkan hasil kuisioner diatas dapat disimpulkan bahwa 70% warga kota Bandung belum mengetahui keberdaan slogan Bandung Bermartabat dan hanya 30 % yang mengetahui keberadaan slogan kota Bandung.

2.9 Target Sasaran Slogan tersosialisasikan penjabarannya : Bandung secara Bermartabat merata. Berikut di harus bawah sepenuhnya ini adalah

22

a) Demografi : Usia remaja hingga usia manula yang berdomisili di kota Bandung Pekerjaan : Semua pekerjaan

Untuk hal ini tidak ditentukan harus kerja dimana atau pekerjaan apa. Semuanya terlibat dalam proses kampanye ini. Pendidikan Hal ini : SMP, SMA, S1 dan S2 diambil karena agar warga kota Bandung bisa

mengaplikasikan makna dari slogan kota Bandung mulai dari orang yang berpendidikan terlebih dahulu, karena orang yang berpendidikan cenderung lebih ditiru dan lebih dihargai sehingga dapat diaplikasikan kepada orang yang tidak bersekolah atau tidak berpendidikan. S.E.S : Menengah ke bawah dan menengah ke atas

Untuk status ekonomi sosial di kota Bandung, diharapkan semua dapat terlibat dan dapat merata dengan baik tidak melihat miskin ataupun kaya. Untuk itu keseragaman ini dapat mewujudkan kerukunan antar warga Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan Status Agama : Menikah / belum menikah : Semua pemeluk agama

Di Negara Indonesia khususnya di kota Bandung terdapat beragam perbedaan agama. Beragam agama tersebut antara lain Islam, Hindu, Kristen, Budha, Protestan. Untuk itu kampanye ini tidak membeda-bedakan agama, semua agama terlibat untuk mensosialisasikan kampanye slogan Bandung Bermartabat

b) Geografis Warga kota yang Tinggal di kota Bandung dan sekitarnya

c) Psikografis Warga kota Bandung yang kurang peduli dan tidak memahami makna dari slogan Bandung Bermartabat
23

Anda mungkin juga menyukai