PERENCANAAN WILAYAH
'Deliniasi Wilayah Kota Bandung`
Disusun Oleh Kelompok 5:
Wendi Irawan D 150310080137
Deria Hadianisa 150310080147
Rijal Aziz 150310080159
Sri Nur Cholidah 150310080170
BANYAKNYA RT, RW, DAN KELURAHAN PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG PADA
TAHUN 2007
Dengan luas wilayah sekitar 16.730 ha, maka kepadatan penduduk Kota Bandung
pada tahun 2007 adalah 140 jiwa/ha. Seluruh jumlah penduduk tersebar di kecamatan
yang ada. Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Bandung Kulon, yaitu
mencapai jumlah 120.733 jiwa atau mencapai 5,5 dari seluruh jumlah penduduk Kota
Bandung. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah Kecamatan Cinambo,
dengan jumlah penduduk sekitar hampir 20.000 jiwa atau sekitar 0,9 jumlah penduduk
Kota Bandung. Dari kecamatan yang ada, sekitar 50 penduduk tinggal di 10
Kecamatan saja, yaitu Bandung Kulon, Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay,
Coblong, Bojongloa Kaler, Cibeunying Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-
rata proporsi jumlah penduduknya mencapai 4. Distribusi persentase jumlah penduduk
Kota Bandung menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TabeI Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2007 (jiwa):
Dari hasil sebaran penduduk dan kegiatan ekonomi Kota Bandung tersebut dapat
terlihat bagaiman pola pergerakan penduduk tidak hanya terjadi di dalam Kota Bandung
sendiri, namun turut pula melibatkan penduduk dari daerah sekitar (Metropolitan
Bandung). Hal ini harus diantisipasi dengan penyediaan sarana dan prasarana
perhubungan yang lebih memadai untuk dapat menampung aktivitas pergerakan
penduduk tersebut tanpa menyebabkan terjadinya kemacetan arus transportasi baik
dalam Kota Bandung sendiri maupun daerah perbatasan.
Selanjutnya dapat dianalisis tentang !DRB per kapita sebagai pendekatan untuk
perhitungan rata-rata pendapatan penduduk walaupun relatiI kurang tepat. Dari tahun
2003-2008, !DRB perkapita penduduk Kota Bandung mengalami kecenderungan
peningkatan yang cukup pesat yakni rata-rata, mengalami peningkatan mencapai 20
setiap tahunnya. Hal ini semakin menunjukkan eksistensi Kota Bandung sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Selain itu, walaupun meningkat dengan pesat,
pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung relatiI merata dirasakan oleh penduduknya. Hal
ini ditunjukkan dengan tingkat pemerataan pendapatan di Kota Bandung yang relatiI
lebih baik daripada pemerataan pendapatan Jawa Barat maupun Nasional. !ada tahun
2005 koeIisien gini ratio Kota Bandung sebesar 0,159, nilai ini lebih rendah dari
koeIisien gini ratio Jawa Barat yang sebesar 0,191 maupun tingkat nasional yang
mencapai 0,39. Artinya distribusi pendapatan di Kota Bandung relatiI lebih merata
dibandingkan kabupaten/kota di Jawa Barat maupun secara nasional.
Sebagai pusat perekonomian Jawa Barat dan sekaligus sebagai kota tujuan wisata
dan pendidikan, aktivitas ketenagakerjaan di Kota Bandung pada umumnya adalah pada
sektor jasa dan perdagangan. !ada tahun 2008, 36,7 penduduk Kota Bandung bekerja
pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sebanyak 24,9 tenaga kerja Kota
Bandung bekerja di sektor jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan swasta.
Walaupun menyerap tenaga kerja dalam jumlah terbesar, namun bila dibandingkan
dengan jumlah produksi ekonomi, maka produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa
jauh lebih rendah dibandingkan sektor lainya. Kondisi ini menunjukkan pekerja sektor
jasa yang di dalamnya meliputi jasa pemerintahan umum dan sosial kemasyarakatan
relatiI mendapat tingkat pendapatan atau kesejahteraan yang relatiI rendah atau distribusi
pendapatan di sektor ini tidak merata. Selain itu ada kemungkinan sektor jasa-jasa
menampung banyak tenaga kerja kurang produktiI, sehingga ada potensi pengangguran
semu cukup besar pada sektor ini.
Gambar Kontribusi Sektor Ekonomi dan Persentase Serapan Tenaga Kerja Sektor
Ekonomi Kota Bandung Tahun 2007 (%)
Struktur ekonomi Kota Bandung, terutama berasal dari kegiatan sektor jasa
(tersier) dan sektor industry pengolahan (sekunder). Tingkat produktivitas ekonomi lahan
untuk berbagai jenis kegiatan ekonomi yang ada di Kota Bandung secara umum dapat
dianalisis dengan nilai produktivitas lahan per km2. Semakin tinggi nilai produktivitas
ekonomi, menunjukkan bahwa setiap km2 area di daerah tersebut memberikan nilai
tambah ekonomi yang lebih tinggi bila dibandingkan daerah lainnya. Tingkat
produktivitas lahan dapat dibedakan ke dalam nilai bruto (kotor) dan neto (bersih). Nilai
produktivitas ekonomi lahan bruto menunjukkan nilai produktivitas ekonomi rata dari
seluruh lahan di suatu wilayah, atau tidak spesiIik mengacu pada lahan-lahan yang
digunakan untuk kegiatan ekonomi saja. Tingkat produktivitas ekonomi lahan ini dapat
diklasiIikasi menurut kecamatan yang ada di Kota Bandung.
!ada tahun 2002 nilai produktivitas ekonomi lahan (bruto) Kota Bandung adalah
Rp.126 milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai
Rp.307 milyar per km2. Kenaikan nominal nilai produktivitas lahan ini relatiI sangat
cepat dalam masa 5 tahun tersebut, yaitu rata-rata tumbuh 19,54 pertahun. Namun bila
mempertimbangkan adanya tingkat inIlasi atau produktivitas ekonomi riil, maka pada
dasarnya rata-rata pertumbuhan lebih lambat, yaitu 7,68 pertahun. Kenaikan
produktivitas nominal yang tinggi dapat menjadi indikasi tuntutan produktivitas ekonomi
yang lebih tinggi atau dapat menurunkan daya saing ekonomi. Artinya dibutuhkan biaya
investasi dan operasional yang lebih tinggi per luasan lahan tertentu. !erkembangan
produktivitas ekonomi lahan (bruto) di Kota Bandung dari tahun 2002-2007 dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut ini :
Gambar Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Kota Bandung Tahun 2002-2007
Nilai produktivitas ekonomi lahan Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh sektor
perdagangan dan jasa. Wilayah yang memiliki kontribusi yang besar dari kedua sektor
tersebut hampir dapat dipastikan memiliki produktivitas ekonomi lahan yang tinggi.
Sedangkan sektor pertanian dinilai tidak memberikan nilai ekonomi yang signiIikan
terhadap lahan. Hal ini terlihat dari wilayah dengan konsentrasi pertanian yang tinggi
justru tidak memiliki produktivitas ekonomi lahan yang tinggi. Secara lebih lengkap
sebaran kegiatan ekonomi Kota Bandung dijabarkan dalam gambar berikut.
Gambar Sebaran Kegiatan Ekonomi Kota Bandung :
2.3 Kesejahteraan Penduduk Kota Bandung
Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks !embangunan
Manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya I!M adalah berIungsi sebagai
indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan yang dilakukan.
!ada tahun 2008 I!M Kota Bandung mencapai 78,33, dibentuk oleh indeks kesehatan
sebesar 80,97, indeks pendidikan sebesar 89,70, dan indeks daya beli masyarakat sebesar
64,27. Indeks tertinggi adalah indek pendidikan yang semakin mengukuhkan Kota
Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia.
!ada tahun 2004 I!M Kota Bandung mencapai 77,17 dan sampai dengan tahun
2008 relatiI tumbuh sangat lambat. Mengikuti pola tersebut, dapat diproyeksikan I!M
sampai dengan tahun 2013. Struktur I!M Kota Bandung bervariasi menurut aspeknya.
Indeks !endidikan adalah indeks tertinggi, sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks
terendah. Berdasarkan data yang ada, Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan
dapat mengalami pertumbuhan paling cepat. Bila pada tahun 2008 adalah sekitar 80,97
maka ada kemungkinan dapat mengalami peningkatan hingga 91, atau sedikit lebih
rendah daripada Indeks !endidikan pada Tahun 2013. Indeks !endidikan dan Indeks
Daya Beli walaupun mengalami peningkatan, namun peningkatan relatiI lambat.
Kecamatan Kiaracondong tercatat sebagai kecamatan dengan nilai I!M terbaik
yakni 80,08. Sebaliknya Kecamatan Cicendo memiliki nilai I!M terendah yakni 76,81.
Walaupun demikian, berdasarkan kriteria UND!, tingkat I!M yang mencapai
Kecamatan Cicendo yang sebesar 76,81, telah mencapai status pembangunan manusia
pada tingkat menengah atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat
Kota Bandung dapat dikatakan sudah cukup baik dalam hal kesehatan, pendidikan dan
daya belinya.
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kecamatan di Kota
Bandung Tahun 2007
BAB III
KESIMPULAN
Kota Bandung dapat dikatakan pusat aktivitas perekonomian Jawa Barat. Kondisi ini
menyebabkan Kota Bandung menjadi magnet penarik bagi kota-kota disekitarnya. Kehidupan
sehari-hari masyarakat Kota Bandung telah menyatu dan relatiI sulit untuk dapat dibedakan
secara jelas dengan masyarakat daerah tetangga. Selain itu, pasca dibukanya akses jalan tol
langsung menuju Kota Jakarta, Kota Bandung telah menjadi salah satu tujuan wisata Iavorit
warga Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) khususnya di masa akhir pekan. Hal ini
berdampak semakin besarnya permintaan khususnya barang konsumsi dan jasa di Kota
Bandung yang memiliki dampak positiI terhadap perkembangan ekonomi Kota Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
http://andriakbar.blogspot.com (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://bps.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://bandung.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://bapeda-jabar.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://jabar.bps.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)