Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 1

PERENCANAAN WILAYAH

'Deliniasi Wilayah Kota Bandung`



Disusun Oleh Kelompok 5:
Wendi Irawan D 150310080137
Deria Hadianisa 150310080147
Rijal Aziz 150310080159
Sri Nur Cholidah 150310080170

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PAD1AD1ARAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
!erkembangan dan pembangunan suatu kota saling berkaitan dengan jumlah,
struktur dan dinamika penduduknya, tingkat sosial ekonomi serta luas wilayahnya.
Jumlah penduduk yang banyak memerlukan Iasilitas sarana dan prasarana yang memadai,
sehingga semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin besar pula kebutuhan sarana
dan prasarana di kota tersebut. Tingkat sosial ekonomi dapat membentuk watak dan
kualitas kehidupan penduduk. Kota dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah
cenderung dapat menimbulkan kekumuhan, sebaliknya kota dengan tingkat sosial
ekonomi yang baik cenderung akan lebih teratur. !ada aspek luas wilayah, akan berkaitan
dengan tingkat mobilitas dan interaksi antar penduduk. Ketiga hal tersebut di atas
merupakan Iaktor penting dalam penentuan strategi pembangunan suatu kota.

1.2 Tujuan Penulisan
!enulisan ini bertujuan untuk mempelajari dan membahas mengenai analisis
ekonomi dan sosial budaya dari Kota Bandung.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Geografi Kota Bandung
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota !ropinsi
Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107
0
36
l
Bujur Timur dan 6
0
55` Lintang
Selatan. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, dan
perekonomian. Hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros
jalan yaitu: a. Barat - Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara b.
Utara - Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan
!angalengan).
Secara topograIi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 Meter di atas
permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 Meter dan
terendah di sebelah Selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung
bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan tanah relatiI datar sedangkan
di wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit. Dari wilayah perbukitan Bandung Utara
inilah orang dapat menyaksikan bentuk dan panorama keseluruhan Kota Bandung.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya lapisan
alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban !erahu. Jenis material di bagian utara
umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas
sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat
tersebar jenis tanah andosol.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya lapisan
alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban !erahu. Jenis material di bagian utara
umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas
sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat
tersebar jenis tanah andosol.

PETA KOTA BANDUNG

BANYAKNYA RT, RW, DAN KELURAHAN PER KECAMATAN DI KOTA BANDUNG PADA
TAHUN 2007

2.2 Penduduk Kota Bandung


!enduduk Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebanyak 2.340.624 jiwa.
Sebagai pusat kegiatan penting, maka disekitar Kota Bandung berkembang daerah-
daerah hinterland seperti Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, wilayah Kabupaten
Sumedang bagian barat serta Kota Cimahi yang dihuni oleh penduduk yang berjumlah
besar pula. Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Kota Cimahi pada tahun 2006 dapat
mencapai jumlah penduduk 5 jutaan. Dengan peran sebagai orientasi, maka pergerakan
penduduk antara pusat dan hinterland menjadi bercampur, sehingga realitas jumlah
penduduk yang beraktivitas di Kota Bandung cenderung melebihi jumlah penduduk yang
teregistrasi. Rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Kota Bandung antara tahun 2002-
2007 adalah sebesar 1,43. Dengan kondisi tersebut, maka diperkirakan pada tahun
2013, jumlah penduduk Kota Bandung mencapai hampir 2,6 juta jiwa. !ertambahan
jumlah penduduk ini dapat menjadi beban berat apabila secara bersamaan daerah
sekitarnya juga terus mengalami pertambahan penduduk. Bila biaya hidup dan
beraktivitas di Kota Bandung semakin kompetitiI dan mahal, pertumbuhan penduduk
bisa semakin melambat, hingga mencapai 2,4 juta jiwa. Jumlah ini tetap mengisyaratkan
Kota Bandung sebagai Kota !enting, namun penduduk yang beraktivitas di dalamnya
melakukan komuter dan tinggal di daerah sekitar Kota Bandung. Dalam kondisi ini tetap
saja beban bayangan jumlah penduduk yang besar, menjadi isu penting Kota Bandung di
masa datang. !erkembangan dan kecenderungan pertumbuhan penduduk Kota Bandung
Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada graIik berikut ini :

Grafik Perkembangan JumIah Penduduk Kota Bandung Tahun 2007

Dengan luas wilayah sekitar 16.730 ha, maka kepadatan penduduk Kota Bandung
pada tahun 2007 adalah 140 jiwa/ha. Seluruh jumlah penduduk tersebar di kecamatan
yang ada. Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Bandung Kulon, yaitu
mencapai jumlah 120.733 jiwa atau mencapai 5,5 dari seluruh jumlah penduduk Kota
Bandung. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah Kecamatan Cinambo,
dengan jumlah penduduk sekitar hampir 20.000 jiwa atau sekitar 0,9 jumlah penduduk
Kota Bandung. Dari kecamatan yang ada, sekitar 50 penduduk tinggal di 10
Kecamatan saja, yaitu Bandung Kulon, Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay,
Coblong, Bojongloa Kaler, Cibeunying Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-
rata proporsi jumlah penduduknya mencapai 4. Distribusi persentase jumlah penduduk
Kota Bandung menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TabeI Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2007 (jiwa):

Distribusi Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2007 (%) :


!engelompokan kecamatan berdasarkan jumlah penduduknya :


Range
]umIah pcnduduk tcrtInggI - ]umIah pcnduduk tcrcndah
3

Range
120.733 - 19.964
3
33.590
Kecamatan dengan jumlah penduduk rendah 19.964 53.554
Kecamatan dengan jumlah penduduk sedang 53.555 87.144
Kecamatan dengan jumlah penduduk tinggi 87.145 120.734

TabeI pengeIompokan kecamatan berdasarkan jumIah penduduk :


Kecamatan dengan
jumlah penduduk
tinggi
Kecamatan dengan
jumlah penduduk
sedang
Kecamatan dengan
jumlah penduduk
rendah
Andir
Babakan Ciparay
Bandung Kulon
Batununggal
Bojongloa Kaler
Buahbatu
Cibeunying Kidul
Cicendo
Coblong
Kiaracondong
Sukajadi
Antapani
Arcamanik
Astanaanyar
Bojongloa Kidul
Cibeunying Kaler
Cibiru
Lengkong
Mandalajati
Rancasari
Regol
Ujungberung
Bandung Kidul
Bandung Wetan
Cidadap
Cinambo
Gedebage
!anyileukan
Sukasari
Sumur Bandung

Selanjutnya, dapat dianalisis antara kecamatan dengan intensitas kegiatan ekonomi


tinggi dengan tingkat kepadatan penduduknya. Dengan dasar klasiIikasi adalah rata-rata
kepadatan penduduk per km2 dan produktivitas ekonomi per km2, maka dapat diperoleh
inIormasi klasiIikasi sebaran penduduk dan aktivitas perekonomian Kota Bandung.
Kecamatan Bandung Wetan termasuk kecamatan dengan produktivitas ekonomi tinggi,
namun tingkat kepadatan penduduk di bawah rata-rata. Daerah-daerah seperti ini dapat
menjadi orientasi pergerakan kerja penduduk. Selanjutnya kecamatan Andir,
Astanaanyar, Babakan Ciparay, Bandung Kulon, Batununggal, Bojongloa Kidul,
Cibeunying Kidul, Kiaracondong, Regol dan Sukajadi termasuk memiliki intensitas
kegiatan ekonomi tinggi termasuk pula pusat kepadatan penduduk. !osisi kecamatan di
atas dapat dituangkan ke dalam gambar berikut ini:







Gambar Sebaran Penduduk dan Kegiatan Ekonomi Kota Bandung :

Dari hasil sebaran penduduk dan kegiatan ekonomi Kota Bandung tersebut dapat
terlihat bagaiman pola pergerakan penduduk tidak hanya terjadi di dalam Kota Bandung
sendiri, namun turut pula melibatkan penduduk dari daerah sekitar (Metropolitan
Bandung). Hal ini harus diantisipasi dengan penyediaan sarana dan prasarana
perhubungan yang lebih memadai untuk dapat menampung aktivitas pergerakan
penduduk tersebut tanpa menyebabkan terjadinya kemacetan arus transportasi baik
dalam Kota Bandung sendiri maupun daerah perbatasan.

2.2 Pendapatan perkapita Penduduk Kota Bandung


Nilai !DRB Kota Bandung pada tahun 2008 adalah sebesar Rp.61,2 trilyun dengan
tingkat !DRB per kapita sebesar Rp.24.794.000,-. Tingkat pendapatan perkapita ini
tergolong tinggi bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Aktivitas ekonomi Kota
Bandung, sebagian besar bersumber dari dari sektor perdagangan, hotel dan restoran
yang memberikan kontribusi sekitar 36,4 dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota
Bandung, disusul oleh sektor industri pengolahan sekitar 29,8. Sektor pengangkutan
dan komunikasi memberikan kontribusi sekitar 10,8 demikian juga dengan sektor jasa-
jasa. !embentukan investasi di Kota Bandung pada tahun 2008 mencapai Rp.4 trilyun,
menurun dari tahun sebelumnya Rp.5,4 trilyun.

TabeI Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kota Bandung Tahun 2005 - 2008 :

Selanjutnya dapat dianalisis tentang !DRB per kapita sebagai pendekatan untuk
perhitungan rata-rata pendapatan penduduk walaupun relatiI kurang tepat. Dari tahun
2003-2008, !DRB perkapita penduduk Kota Bandung mengalami kecenderungan
peningkatan yang cukup pesat yakni rata-rata, mengalami peningkatan mencapai 20
setiap tahunnya. Hal ini semakin menunjukkan eksistensi Kota Bandung sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Selain itu, walaupun meningkat dengan pesat,
pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung relatiI merata dirasakan oleh penduduknya. Hal
ini ditunjukkan dengan tingkat pemerataan pendapatan di Kota Bandung yang relatiI
lebih baik daripada pemerataan pendapatan Jawa Barat maupun Nasional. !ada tahun
2005 koeIisien gini ratio Kota Bandung sebesar 0,159, nilai ini lebih rendah dari
koeIisien gini ratio Jawa Barat yang sebesar 0,191 maupun tingkat nasional yang
mencapai 0,39. Artinya distribusi pendapatan di Kota Bandung relatiI lebih merata
dibandingkan kabupaten/kota di Jawa Barat maupun secara nasional.
Sebagai pusat perekonomian Jawa Barat dan sekaligus sebagai kota tujuan wisata
dan pendidikan, aktivitas ketenagakerjaan di Kota Bandung pada umumnya adalah pada
sektor jasa dan perdagangan. !ada tahun 2008, 36,7 penduduk Kota Bandung bekerja
pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sebanyak 24,9 tenaga kerja Kota
Bandung bekerja di sektor jasa yang meliputi jasa pemerintahan umum dan swasta.
Walaupun menyerap tenaga kerja dalam jumlah terbesar, namun bila dibandingkan
dengan jumlah produksi ekonomi, maka produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa
jauh lebih rendah dibandingkan sektor lainya. Kondisi ini menunjukkan pekerja sektor
jasa yang di dalamnya meliputi jasa pemerintahan umum dan sosial kemasyarakatan
relatiI mendapat tingkat pendapatan atau kesejahteraan yang relatiI rendah atau distribusi
pendapatan di sektor ini tidak merata. Selain itu ada kemungkinan sektor jasa-jasa
menampung banyak tenaga kerja kurang produktiI, sehingga ada potensi pengangguran
semu cukup besar pada sektor ini.
Gambar Kontribusi Sektor Ekonomi dan Persentase Serapan Tenaga Kerja Sektor
Ekonomi Kota Bandung Tahun 2007 (%)

Struktur ekonomi Kota Bandung, terutama berasal dari kegiatan sektor jasa
(tersier) dan sektor industry pengolahan (sekunder). Tingkat produktivitas ekonomi lahan
untuk berbagai jenis kegiatan ekonomi yang ada di Kota Bandung secara umum dapat
dianalisis dengan nilai produktivitas lahan per km2. Semakin tinggi nilai produktivitas
ekonomi, menunjukkan bahwa setiap km2 area di daerah tersebut memberikan nilai
tambah ekonomi yang lebih tinggi bila dibandingkan daerah lainnya. Tingkat
produktivitas lahan dapat dibedakan ke dalam nilai bruto (kotor) dan neto (bersih). Nilai
produktivitas ekonomi lahan bruto menunjukkan nilai produktivitas ekonomi rata dari
seluruh lahan di suatu wilayah, atau tidak spesiIik mengacu pada lahan-lahan yang
digunakan untuk kegiatan ekonomi saja. Tingkat produktivitas ekonomi lahan ini dapat
diklasiIikasi menurut kecamatan yang ada di Kota Bandung.
!ada tahun 2002 nilai produktivitas ekonomi lahan (bruto) Kota Bandung adalah
Rp.126 milyar per km2 dan terus mengalami peningkatan, hingga tahun 2007 mencapai
Rp.307 milyar per km2. Kenaikan nominal nilai produktivitas lahan ini relatiI sangat
cepat dalam masa 5 tahun tersebut, yaitu rata-rata tumbuh 19,54 pertahun. Namun bila
mempertimbangkan adanya tingkat inIlasi atau produktivitas ekonomi riil, maka pada
dasarnya rata-rata pertumbuhan lebih lambat, yaitu 7,68 pertahun. Kenaikan
produktivitas nominal yang tinggi dapat menjadi indikasi tuntutan produktivitas ekonomi
yang lebih tinggi atau dapat menurunkan daya saing ekonomi. Artinya dibutuhkan biaya
investasi dan operasional yang lebih tinggi per luasan lahan tertentu. !erkembangan
produktivitas ekonomi lahan (bruto) di Kota Bandung dari tahun 2002-2007 dapat dilihat
pada tabel dan gambar berikut ini :
Gambar Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Kota Bandung Tahun 2002-2007

Selanjutnya nilai produktivitas ekonomi lahan bruto di Kota Bandung, khususnya


pada tahun 2006 dapat dikelompokkan menurut Kecamatan. !engelompokkan ini dapat
menunjukkan kecamatan yang memiliki intensitas kegiatan ekonomi tinggi dalam konsep
ruang wilayah. Intensitas ekonomi per luasan wilayah yang relatiI tinggi di Kota
Bandung adalah Cicendo, Andir, Astanaanyar dan Babakan Ciparay. Kecamatan yang
tergolong sedang antara lain Bandung Wetan, Bandung Kulon, Ujungberung, Regol,
Kiaracondong, Batununggal, Cibeunying Kidul, Bojongloa Kidul, Sukajadi dan
Gedebage. Secara Iaktual, kecamatan-kecamatan tersebut menjadi pusat-pusat kegiatan
ekonomi penting di Kota Bandung. Keberadaan aktivitas ekonomi di wilayah tersebut
dapat mendorong pergerakan penduduk untuk bekerja atau beraktivitas ekonomi. Dengan
demikian posisi kecamatan ini dapat menjadi pembangkit pergerakan penduduk.
TabeI KIasifikasi Kecamatan Menurut Produktivitas Ekonomi Lahan Bruto Tahun 2006

Nilai produktivitas ekonomi lahan Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh sektor
perdagangan dan jasa. Wilayah yang memiliki kontribusi yang besar dari kedua sektor
tersebut hampir dapat dipastikan memiliki produktivitas ekonomi lahan yang tinggi.
Sedangkan sektor pertanian dinilai tidak memberikan nilai ekonomi yang signiIikan
terhadap lahan. Hal ini terlihat dari wilayah dengan konsentrasi pertanian yang tinggi
justru tidak memiliki produktivitas ekonomi lahan yang tinggi. Secara lebih lengkap
sebaran kegiatan ekonomi Kota Bandung dijabarkan dalam gambar berikut.

Gambar Sebaran Kegiatan Ekonomi Kota Bandung :











2.3 Kesejahteraan Penduduk Kota Bandung
Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks !embangunan
Manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya I!M adalah berIungsi sebagai
indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan yang dilakukan.
!ada tahun 2008 I!M Kota Bandung mencapai 78,33, dibentuk oleh indeks kesehatan
sebesar 80,97, indeks pendidikan sebesar 89,70, dan indeks daya beli masyarakat sebesar
64,27. Indeks tertinggi adalah indek pendidikan yang semakin mengukuhkan Kota
Bandung sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia.

Perkembangan IPM dan Komponennya di Kota Bandung Tahun 2004-2008


!ada tahun 2004 I!M Kota Bandung mencapai 77,17 dan sampai dengan tahun
2008 relatiI tumbuh sangat lambat. Mengikuti pola tersebut, dapat diproyeksikan I!M
sampai dengan tahun 2013. Struktur I!M Kota Bandung bervariasi menurut aspeknya.
Indeks !endidikan adalah indeks tertinggi, sedangkan Indeks Daya Beli adalah indeks
terendah. Berdasarkan data yang ada, Indeks Kesehatan adalah indeks yang diperkirakan
dapat mengalami pertumbuhan paling cepat. Bila pada tahun 2008 adalah sekitar 80,97
maka ada kemungkinan dapat mengalami peningkatan hingga 91, atau sedikit lebih
rendah daripada Indeks !endidikan pada Tahun 2013. Indeks !endidikan dan Indeks
Daya Beli walaupun mengalami peningkatan, namun peningkatan relatiI lambat.
Kecamatan Kiaracondong tercatat sebagai kecamatan dengan nilai I!M terbaik
yakni 80,08. Sebaliknya Kecamatan Cicendo memiliki nilai I!M terendah yakni 76,81.
Walaupun demikian, berdasarkan kriteria UND!, tingkat I!M yang mencapai
Kecamatan Cicendo yang sebesar 76,81, telah mencapai status pembangunan manusia
pada tingkat menengah atas. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat
Kota Bandung dapat dikatakan sudah cukup baik dalam hal kesehatan, pendidikan dan
daya belinya.

Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kecamatan di Kota
Bandung Tahun 2007

!engelompokan kecamatan berdasarkan tingkat I!M :


Range
TcrtInggI- Tcrcndah
3

Range
80,08 - 76,81
3
1,09
Kecamatan I!M rendah 76,81 77,90
Kecamatan I!M sedang 77,91 78,99
Kecamatan I!M tinggi 79.00 80.08



PengeIompokan kecamatan berdasarkan jumIah penduduk:
Kecamatan dengan
IPM tinggi
Kecamatan dengan
IPM sedang
Kecamatan dengan
IPM rendah
Kiaracondong
Cidadap
Sukajadi
Babakan Ciparay
Cibeunying Kidul
Rancasari
Bojongloa Kidul
Astanaanyar
Sukasari
Sumur Bandung
Cibeunying Kaler
Batununggal
Coblong
Regol
Andir

Lengkong
Bandung Kulon
Buahbatu
Antapani
Gedebage
Bandung Wetan
Cinambo
Cibiru

Bandung Kidul
Arcamanik
Bojongloa Kaler
!anyileukan
Mandalajati
Cicendo




Sebaran Kesejahteraan Penduduk Kota Bandung:



Dari sebaran tersebut dapat terlihat bagaimana, tingkat kesejahteraan wilayah utara
dan timur Kota Bandung relatiI lebih baik daripada wilayah selatan dan barat. Hal ini
menunjukkan masih diperlukan upaya pemerataan pembangunan Kota Bandung
khususnya di daerah selatan Kota Bandung yang relatiI masih tertinggal dibandingkan
wilayah lainnya di Kota Bandung.

BAB III
KESIMPULAN

Kota Bandung dapat dikatakan pusat aktivitas perekonomian Jawa Barat. Kondisi ini
menyebabkan Kota Bandung menjadi magnet penarik bagi kota-kota disekitarnya. Kehidupan
sehari-hari masyarakat Kota Bandung telah menyatu dan relatiI sulit untuk dapat dibedakan
secara jelas dengan masyarakat daerah tetangga. Selain itu, pasca dibukanya akses jalan tol
langsung menuju Kota Jakarta, Kota Bandung telah menjadi salah satu tujuan wisata Iavorit
warga Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) khususnya di masa akhir pekan. Hal ini
berdampak semakin besarnya permintaan khususnya barang konsumsi dan jasa di Kota
Bandung yang memiliki dampak positiI terhadap perkembangan ekonomi Kota Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

http://andriakbar.blogspot.com (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://bps.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://bandung.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://bapeda-jabar.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)
http://jabar.bps.go.id (diakses pada tanggal 24 September 2010 pukul 19.00)

Anda mungkin juga menyukai