Anda di halaman 1dari 3

Teori Pertumbuhan Wilayah

Analisis melalui peta RTRW Kota Bandung


-Michelle Gracia/XII-B/15-

Jawaban :

1. Teori pertumbuhan yang sesuai dengan kota Bandung adalah Teori Tempat Sentral.
Teori tempat sentral atau yang juga disebut dengan teori lokasi sentral merupakan
sebuah teori yang menggambarkan suatu kondisi dimana sebuah daerah bisa menjadi
sebuah pusat ataupun sentral yang berkaitan dan memberikan dampak untuk pemukiman
maupun kota-kota yang ada disekitarnya. Kota Bandung adalah Ibukota Provinsi dari
Jawa Barat dan ini membuktikan bahwa Kota Bandung adalah tempat sentral, yang
mempengaruhi kota-kota dan kabupaten-kabupaten di sekitarnya. Secara prasarana yang
lengkap dari tempat pendidikan, ekonomi, wisata, dll yang membuat kota Bandung
adalah tempat sentral.
2. - Kondisi Demografis : RTRW Kota Bandung belum terlalu sesuai dengan kondisi
demografis dari Kota Bandung, dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan
kota yang padat. Menurut data Penduduk Kota Bandung pada tahun 2020 sebanyak
2.444.160 jiwa (BPS Kota Bandung). Dengan jumlah jiwa penduduk laki-laki sebanyak
1.231.116 dan jumlah jiwa penduduk perempuan sebanyak 1.213.044.
Dari tahun 2010-2020 rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 0.21%. Bandung adalah
kota yang memiliki penduduk yang cukup banyak dan pertambahan yang tergolong cepat.
RTRW Kota Bandung dari sisi demografis belum bisa menyesuaikan karena ada beberapa
daerah yang sangat padat penduduk karena angka kelahiran yang tinggi namun ada juga
daerah yang sedikit penduduk karena angka kelahiran rendah. Kota Bandung sebagai
tempat sentral juga memiliki kabupaten-kabupaten atau kota-kota disekitarnya, yang
memilih untuk tinggal di Kota Bandung sehingga angka demografis semakin tinggi.
- Kondisi Ekonomi : Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian besar bersumber
dari dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi
sekitar 36,4% dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor
industri pengolahan sekitar 29,8%. Bandung merupakan salah satu provinsi yang
terkenal akan banyaknya potensi sumber daya alam dan ekonomi kreatifnya.
Potensi tersebut antara lain meliputi pariwisata, agrobisnis, perikanan hingga
produk kesenian dan kerajinan tangan. RTRW Kota Bandung masih bisa
ditingkatkan dengan melihat wilayah wilayah lain di Kota bandung yang
berpotensi dalam sektor ekonomi dan dapat menghasilkan keuntungan bagi warga
Bandung dan juga menambah APBD kota Bandung.
- Kondisi Geografis : Kota Bandung terletak pada posisi 107º36’ Bujur Timur dan
6º55’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha.
Perhitungan luasan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung sebagai tindak lanjut dari Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.
Secara administratif, Kota Bandung berbatasan dengan beberapa daerah
Kabupaten/Kota lainnya, yaitu:
1. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung
Barat;
2. sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi;
3. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan
4. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.
RTRW Kota Bandung dalam bidang geografis harus sudah berjalan cukup baik
dengan pembagian wilayah yang merata.
3. Solusi untuk Bandung tidak bisa hanya dari satu segmen, melainkan seluruhnya dengan
mengembangkan pola ruang (pemakaian ruang) kota dengan benar. Karena Kota
Bandung adalah bagian penting dari Bandung Raya yang mencakup Kota dan Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Solusi kedua adalah menjalin
komunikasi efektif dengan para pebisnis untuk bersama-sama menjadikan Bandung
sebagai kota ramah investasi sekaligus juga dapat menjaga kearifan lokal dan identitas
kota. Komunikasi tersebut adalah untuk memberikan batasan tegas dan jelas mengenai
ruang-ruang bisnis sesuai regulasi.Solusi ketiga, mengatasi kemacetan dan lalu lintas
yang buruk adalah dengan menciptakan manajemen lalu lintas dan sistem transportasi
terintegrasi dan terstruktur. Ciptakan kejelasan jalur, kepastian kedatangan dan
keberangkatan, jumlah moda, serta beban bangkitan. Selain itu, jalan yang ada, terutama
jalur utama dan lingkungan dimanfaatkan untuk menciptakan arus lalu lintas yang efektif
dan efisien

Anda mungkin juga menyukai