Anda di halaman 1dari 8

Nama: Arif Budiman

Nim: 2001016064
Mata Kuliah: Ekonomi Perkotaan

KRITERIA & KARAKTERISTIK KOTA SAMARINDA

PENDAHULUAN
1. Kriteria Kota
Kota berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu Kotta yang dalam bahasa lain bisa disebut
sebagai kita ataupun kuta. Berdasarkan kamus Bahasa Sangsakerta- Indonesia, kota berarti kubu
atau perbentengan (Meinarno, 2011). Adapun dalam literature Anglo-Amerika, terdapat dua
istilah untuk menyebutkan kota, yaitu town dan city. Town ialah bentuk dari tengah di antara
kota dan desa. Dalam bahasa Indonesia town lebih disepadankan dengan kota kecil, sedangkan
city lebih diartikan dengan kota besar (Menno dan Alwi, 1992). Penduduk town masih saling
mengenal dengan akrab. Perilaku sosial dalam town lebih mirip dengan pola pedesaan apabila
dibandingkan dengan pola di kota besar (city) atau metropolitan.

Definisi kota yang dijelaskan oleh Wirth (Imam, 1993), kota adalah sebuah pemukiman
yang penduduknya relatif besar, padat, permanen, dan dihuni oleh orang yang heterogen. Dari
perngertian diatas menunjukkan bahwa kota memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan
padat. Kawasan perkotaan berdasarkan jumlah penduduknya dapat diklasifikan menjadi:
1. Kawasan Perkotaan Kecil, kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk sebesar 10.000 hingga
100.000 jiwa;
2. Kawasan Perkotaan Sedang, kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk sebesar 100.001
hingga 500.000 jiwa;
3. Kawasan Perkotaan Besar, kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000
jiwa;
4. Kawasan Perkotaan Metropolitan, kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari
1.000.000 jiwa.

Menurur Amos Rapoport, kota adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan
permanen, terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari segi sosial. Selain itu kota juga
disebut sebagai simbol kesejahteraan, kesempatan berusaha dan dominasi terhadap wilayah
disekitarnya.

Menurut Amos Rapoport mengutip Jorge E. Hardoy yang menggunakan 11 kriteria


secara spesifik untuk merumuskan kota:
1. Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat
2. Bersifat permanen
3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat
4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan oleh jalur jalan dan ruang-ruang
perkotaan yang nyata
5. Tempat di mana masyarakat tinggal dan bekerja
6. Fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah pasar
administratif atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan atau sebuah pusat
aktivitas intelektual
7. Bersama dengan kelembagaan yang sama
8. Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat
9. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota dan
memproses bahan mentahuntuk pemasaran yang lebih luas
10. Pusat pelayanan (services) bagi daerah-daerah lingkungan setempat
11. Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa dan tempat itu

2. Karakteristik Kota
Kota merupakan tempat yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yang
menggambarkan karakteristik, keberagaman, dan kompleksitasnya. Pembahasan mengenai
karakteristik kota dan/atau kawasan perkotaan pada bagian ini sebagian besar didasarkan pada
tinjauan yang telah dilakukan Branch (1995), yang menguraikan kota secara fisik, sosial,
ekonomi yaitu :
1. Kota Ditinjau dari Aspek Fisik, unsur-unsurnya adalah Topografi, Bangunan, Struktur
(bukan bangunan), Ruang Terbuka, Kepadatan Perkotaan Iklim, Vegetasi, dan
Kualitas estetika
2. Kota Ditinjau dari Aspek Sosial, pengertiannya adalah konsentrasi penduduk yang
membentuk suatu komunitas yang pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja dan meningkatkan
adanya diversitas intelektual, kebudayaan dan kegiatan rekreatif di kota-kota. Aspek
yang berpengaruh terhadap hal ini adalah (a) besaran dan komposisi penduduk dan
(b) ke ruangan.
3. Kota Ditinjau dari Aspek Ekonomi, yang berarti kota memiliki fungsi sebagai
penghasil produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan
untuk keberlangsungan kota itu sendiri. Ekonomi perkotaan dapat ditinjau dari tiga
bagian yaitu ekonomi publik, ekonomi swasta (privat), dan ekonomi khusus.
4. Karakteristik Kawasan Perkotaan, Dibandingkan dengan kota, pengertian perkotaan
(urban) lebih luas lagi karena merupakan suatu wilayah geografis yang meliputi kota
dengan wilayah sekitarnya, tidak dilihat berdasarkan batas administrasi tetapi
berdasarkan sifat kekotaannya. Dalam hal ini perkotaan dapat didefinisikan sebagai
kawasan permukiman yang meliputi kota induk dan daerah pengaruh di luar batas
administratifnya yang berupa kawasan pinggiran sekitarnya/ suburban.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kriteria Kota Samarinda
Kota Samarinda yang dikenal dengan ikon Sungai Mahakam ini dikenal dengan
semboyan Kota Tepian (Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman). Kota Samarinda adalah Ibu Kota
Provinsi Kalimantan Timur. Kota Samarinda terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 352). Kota Samarinda memiliki luas
wilayah 718km2 yang terdiri dari 10 kecamatan dan 53 kelurahan. Berdasarkan sensus penduduk
2020, penduduk Kota Samarinda mencapai 827.994 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
422.624 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 405.370 jiwa. Kepadatan penduduk Kota
Samarinda tahun 2021 adalah 1.050 jiwa/km2.
Secara administratif, seluruh wilayah Kota Samarinda berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara, yang sebagian wilayahnya menjadi lokasi ibu kota negara (IKN)
baru. Hal ini membuat Kota Samarinda menjadi salah satu kota penyangga IKN baru. Kota
Samarinda juga terbelah oleh Sungai Mahakam, membuatnya mudah dicapai melalui perjalanan
air dan darat. Oleh sebab itu, Kota Samarinda disebut sebagai pintu gerbang menuju pedalaman
Kalimantan Timur. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Samarinda periode tahun 2014-2034, Kota Samarinda mempunyai tujuan
penataan ruang yaitu untuk mewujudkan Kota Samarinda menjadi Kota Tepian yang berbasis
perdagangan, jasa dan industri yang maju, berwawasan lingkungan dan hijau, serta mempunyai
keunggulan daya saing untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun konsep Kota
Tepian yang dimaksudkan adalah kota Tepian yang tidak hanya menjadi SemboyanKota
Samarinda yang merupakan akronim dari Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman tetapi juga cerminan
dari Kota Samarinda yang terletak di daerah tepi sungai, yaitu bagian yang berbatasan langsung
dengan air. Oleh karenanya, konsep Waterfront City Development sangat tepat untuk
dikembangkan di Kota Samarinda dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang yaitu
pengembangan daerah tepian Sungai Mahakam beserta anak sungai utamanya yaitu Sungai
Karang Mumus, Sungai Karang Asam Kecil dan Sungai Karang Asam Besar; dan anak-anak
sungai kecilnya untuk menjadi pariwisata waterfront sebagai salah satu kawasan prioritas
(strategis) pengembangan Kota Samarinda 20 tahun mendatang yang berbasis pada perdagangan,
jasa dan industri yang maju, berwawasan lingkungan dan hijau, serta mempunyai keunggulan
daya saing. Daya tarik Kota Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk Kota Samarinda tentunya memiliki tantangan


pada permasalahan-permasalahan keruangan wilayah dan perencanaan pembangunan serta
peluang pada Kota Samarinda sebagai 12 (dua belas) Fungsi Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2016-2036. 12 (dua belas) Fungsi Pusat
Kegiatan Nasional Kota Samarinda yaitu:
1. Pusat Pemerintahan Provinsi
2. Pusat Pemerintahan Kota
3. Pusat Perdagangan dan Jasa Regional
4. Pusat Koleksi dan Distribusi Barang dan Jasa Regional
5. Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata
6. Pusat Transportasi Darat dan Laut Regional
7. Pusat Pendidikan Tinggi
8. Pusat Pelayanan Kesehatan
9. Pusat Siaran dan Telekomunikasi
10. Pusat Olah Raga Skala Nasional dan Internasional
11. Pusat Transportasi Laut Regional dan Internasional
12. Pusat Koleksi dan Distribusi Barang Regional

Selain memiliki Fungsi Kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda tahun 2014-2034, Kota Samarinda juga memiliki 8 Kawasan Strategis Kota (KSK)
yaitu:
1. Kawasan Strategis Kota (KSK) dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi:
a. Kawasan Industri di Kecamatan Palaran
b. Kawasan Perdagangan Citra Niaga di Kecamatan Samarinda Kota
2. Kawasan Strategis Kota (KSK) dari sudut kepentingan sosial budaya, meliputi:
a. Kawasan Pariwisata Budaya Desa Pampang terletak di Kecamatan Samarinda Utara
b. Kawasan Kota Lama di Kecamatan Samarinda Seberang
3. Kawasan Strategis Kota (KSK) dari sudut kepentingan lingkungan, meliputi:
a. Kawasan Kebun Raya Samarinda terletak di Kecamatan Samarinda Utara
b. Kawasan Tepian Sungai di sepanjang sungai Kota Samarinda

Kota Samarinda secara kompleks terbentuk karena dipengaruhi kegiatan transportasi air
dan geografi alamnya dengan adanya sungai yang membelah kota yang menjadikan ciri khusus
dan ciri khasnya sebagai kota air atau kota sungai. Letak kota lama Samarinda berada pada posisi
strategis pada jalur perdagangan dimasa lalu dengan adanya transportasi air yang berkembang
dan tumbuh sampai sekarang dengan kebijakan pemerintah setempat diarahkan ke Selatan atau di
Samarinda seberang. Dalam melakukan pengembangan ruang kota Samarinda perlu melihat
potensi pola struktur ruang kota pada struktur jalan yang terbentuk dari masa dulu sampai
sekarang yang memberikan karakeristik tersendiri pada kota. Karakteristik kota Samarinda
diantaranya adalah:
a. Massa bangunan dan ruang terbuka membentuk pola grid, terutama yang berada pada
koridor sungai Mahakam beserta anak sungainya.
b. Dengan adanya pola grid diatas sangat mempengaruhi tipologi massa bangunan
membentuk blok medan dan tekstur massa bangunan beserta ruang terbuka
membentuk homogen.
c. Adanya sungai besar yang membelah kota Samarinda memberikan ciri khas tipologi
elemen membentuk sistem terbuka linear dan pola struktur ruang kota membentuk
mega form. Hal ini terjadi adanya jalan yang menyusuri tepi sungai sampai jauh
sekali dan membentuk anak cabang jalan dan memberikan bentukan massa bangunan
yang berkelompok.

Adapun citra kota Samarinda, yaitu :


a. Path, Citra kota dapat ditunjukkan pada jalur jalan yang terdapat pada ruas Jl. Gajah
Mada, Jl. R.E. Martadinata dan Jl. Selamet Riyadi dengan satu kesatuan ciri khasnya
dalam menyelesaikan tekstur jalur pejalan kaki, jalan kendaraan, street furniture dan
penataannya.
b. Edge.Sungai Mahakam sebagai pembatas tepian pada koridor jalan belum diselesaikan
secara baik untuk menunjukkan citra kotanya.
c. Distrik, Citra kotanya dapat ditunjukkan pada kawasan yang spesifik pada Jl. R.E.
Martadinata sebagai kawasan kuliner dan ruko sebagai tempat perdagangan dan jasa.
Pada jl. Gajah Mada sebagai kawasan kantor dan dinas pemerintahan dengan adanya
kantor perusahaan swasta, BTN, PLN, Kantor Pos, Bank Indonesia, Kantor Gubernur,
Korem dan Rumah Jabatan Lamin Etam.
d. Nodes, Belum ada karakteristik yang menunjukkan citra kota pada pertemuan simpul
jalan pada Jl. Slamet Riyadi, Jl. Antasari dan Jl. R.E. Martadinata.
e. Landmark, Areal Islamic Center yang terdapat pada jl. Selamet Riyadi merupakan bentuk
landmark yang bisa menunjukkan citra kota. Disamping itu juga terdapat gedung Kantor
Gubernur dan Rumah Jabatan Lamin Etam yang bisa menjadi landmark di Jl. Gajah
Mada sebagai penanda untuk menunjukkan citra kota.

Jati diri kota Samarinda, Samarinda terdapat sungai Mahakam yang cukup lebar dengan
adanya kehidupan ikan pesut. Ikan pesut ini menjadi icon kota Samarinda sebagai jati diri kota.
Icon dalam bentuk ikan pesut ini dijadikan penanda dalam bentuk lampu penerangan jalan,
patung air mancur dan lampion yang dibangun pada setiap ruas jalan tertentu yang strategis pada
tepi sungai Mahakam serta bagian taman lainnya.
Identitas kota Samarinda, Dengan adanya sungai yang cukup lebar terdapat kegiatan
transportasi air sebagai identitas kota Samarinda. Hanya sayangnya fasilitas pendukung untuk
kegiatan ini belum dilakukan untuk menguatkan identitas kota Samarinda.
Image lingkungan, Secara image lingkungan dalam kalangan masyarakat luar dan
masyarakat kota Samarinda, kota ini dikenal dengan sarungnya yang merupakan hasil kerajinan
tenun masyarakatnya. Sarung Samarinda menjadi karakteristik khusus sebagai image lingkungan
yang diterapkan motifnya pada setiap gerbang masuk ke sekolah negeri dan gapura masuk pada
setiap gang atau jalan tertentu pada pelosok kota Samarinda.
Maknakoridor, Makna koridor untuk menandai setiap ruas jalan mempunyai fungsi
tertentu belum ditunjukkan disini. Koridor yang ada mempunyai fungsi yang sama hanya sebatas
sebagai jalur pejalan kaki dan kendaraan motor.

2. Karakteristik Kota Samarinda


a) Aspek Fisik
Secara umum struktur geologi Kota Samarinda dibentuk oleh batuan sedimen dengan
urutan dari yang tua ke muda: formasi Pulaubalang, formasi Balikpapan, dan formasi Alluvial.
Umur geologi berturut-turut adalah Pleistocene, Pliocene, dan Moicene. Jenis- jenis tanah pada
daerah dataran sepanjang Sungai Mahakam mengandung jenis tanah Alluvial, daerah perbukitan
mengandung jenis tanah Podzolik merah kuning, dan daerah bekas hutan mengandung bahan
Alluvial yang terdiri atas Organosol dan Gelihumus. Kedua jenis tanah ini memiliki sifat mudah
tererosi pada wilayah topografi miring dan berkemampuan menyerap air yang rendah dan mudah
jenuh air (sarurated) sehingga pada saat turun hujan sering terjadi genangan air pada daerah
datar.

Lokasi tapak berada di kota Samarinda, Kalimantan Timur tepatnya berada di kecamatan
Sungai Kunjang yang berada di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Kawasan ini merupakan kawasan
padat penduduk, dan perdagangan yang selalu padat ramai akan transaksi. Di samping itu
kawasan ini dulunya merupakan industri, dan pergudangan, walaupun beberapa ada yang sudah
tidak beroprasi lagi. Adanya sentra perdangan, dan jasa yaitu ruko-ruko yang masih beroprasi di
sekitar kawasan ini.

Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan tidak terbantahkan kepentingannya.


Dari pandangan banyak ahli peran RTH ini penting untuk peningkatan kualitas udara di
perkotaan, pengaturan iklim mikro perkotaan, penyapuan debu di perkotaan, peredaman
kebisingan, penunjang sistem tata air di perkotaan, penunjang pelestarian plasma nutfah, serta
penunjang tata guna dan pelestarian tanah. Selain itu RTH juga memiliki fungsi rekreatif bagi
masyarakat di perkotaan. Pada beberapa bagian wilayah perkotaan, keberadaan RTH juga
menjadi alat untuk memperindah wilayah perkotaan (fungsi estetika). Dan bagi beberapa orang
keberadaan RTH memiliki fungsi ekonomi sebagai tempat mencari penghasilan. Dengan
demikian keberadaan RTH memiliki fungsi lingkungan/ekologi, fungsi sosial, fungsi estetika
serta fungsi ekonomi. Oleh karena itu keberadaan RTH sangat diperlukan di perkotaan. Dalam
Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang mana mewajibkan
pemerintah daerah menyiapkan lahan untuk RTH di kawasan perkotaan. Ruang terbuka Hijau
yang ada di Kota Samarinda termasuk di dalamnya taman-taman yaitu: taman samarendah,
taman cerdas, taman sejati, hutan kota, taman lampion garden, kebun raya Samarinda dan
sepanjang tepian Mahakam. Berdasarkan hasil observasi penulis pada objek penelitian
pengelolaan Ruang terbuka Hijau di Kota Samarinda, RTH publik Kota Samarinda sebesar
3.683,64 ha atau 5,13 % dari uas wilayah Kota Samarinda yang sebesar 71.800 ha, dan untuk
luas Privat sebesar 31.096,44 ha atau 43.31% dari luas wilayah Kota Samarinda. Darihasil
Analisis di atas terdapat beberapa kecamatan yang nilainya dibawah 0.10 % luas RTH yaitu:
Kecamatan Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Samarinda Seberang dan Sungai Pinang.

Jumlah penduduk Kota Samarinda pada bulan September 2020 menurut hasil SP2020
adalah sebanyak 827.994 jiwa.Laju pertumbuhan penduduk periode 2010-2020 sebesar 1,26
persen per tahun. Kota Samarinda masih dalam masa bonus demografi karena 70,91 persen
penduduknya masih berada di usia produktif (15-64 tahun). Persentase penduduk lansia (65
tahun keatas) Kota Samarinda adalah sebesar 3,57 persen. Jumlah penduduk laki-laki lebih besar
dibandingkan jumlah penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 104,26.
Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 00°19'02"–00°42'34" LS
dan 117°03'00"–117°18'14" BT.Kota Samarinda beriklim tropis basah, hujan sepanjang tahun.
Temperatur udara antara 20 °C – 34 °C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1980 mm,
sedangkan kelembaban udara rata-rata 85%. Bulan terdingin terjadi pada bulan Januari dan
Februari, sedangkan bulan terpanas terjadi pada bulan April dan Oktober.

b) Aspek Sosial
Pembangunan aspek sosial di Kota Samarinda pada dasarnya ditujukan untuk penguatan
masyarakat sebagai modal sosial dalam pembangunan, yang dapat menempati fungsi sebagai
subyek pembangunan sekaligus obyek pembangunan sehingga menjadi tolak ukur daya saing.
Aspek sosial yang diharapkan terwujud adalah :
1.)Peningkatan derajat kesehatan baik individu, keluarga, maupun lingkungan
2.)Peningkatan kualitas pendidikan formal maupun keterampilan/skill yang menunjang
pengembangan potensi diri
3.)Peningkatan perekonomian diri dan keluarga melalui pendapatan yang sesuai untuk mencapai
hidup layak
4.) Peningkatan modal sosial manusia sebagai bagian dari masyarakat, berbangsa, dan bernegara
seperti akhlak mulia untuk membentuk identitas dan karakter moral individu

c) Aspek Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan upaya pemerintah Kota Samarinda dalam mendorong
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Sebagai implementasinya, maka dalam
periode lima tahun mendatang pemerintah Kota Samarinda harus melaksanakan program
pembangunan yang difokuskan pada pertumbuhan ekonomi.
d) Karakteristik Kawasan Perkotaan
Kota Samarinda dibuat dan didirikan pada tanggal 21 Januari 1960, sesuai UU Darurat
No. 3 Tahun 1953, Lembaran Negara No. 97 Tahun 1953 tentang Pembentukan daerah-daerah
Tingkat II Kabupaten/kotamadya di Kalimantan Timur. Semula Kodya Dati II Samarinda terbagi
dalam 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda Ilir dan Samarinda Seberang.
Kesudahan dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Kalimantan Timur No.
18/SK/TH-Pem/1969 dan SK No. 55/TH-Pem/SK/1969, terhitung sejak tanggal 1 Maret 1969,
wilayah administratif Kodya Dati II Samarinda ditambah dengan 4 kecamatan, yaitu Kecamatan
Palaran, Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja (luas sekitar 2.727 km²). Masa ini pembagian
kecamatan di Samarinda tidak termasuk Sanga-Sanga, Muara Jawa dan Samboja, ketiganya
masuk dalam Kabupaten Kutai Kartanegara. Setelah PP No. 38 Tahun 1996 terbit, wilayah
administrasi Kodya Dati II Samarinda mengalami pemekaran, semula terdiri dari 4 kecamatan
dijadikan 6 kecamatan, Pemekaran kecamatan kembali dilakukan seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang cukup pesat dan pelayanan penduduk yang makin meningkat. Kecamatan-
kecamatan di Samarinda yang semula berjumlah 6, kini dimekarkan dijadikan 10 kecamatan.
Jadi, secara administratif Kota Samarinda dibagi dijadikan 10 kecamatan dan 53 kelurahan.

Kota Samarinda telah mempersiapkan Samarinda Seberang untuk menjadi kota mandiri
dan Kecamatan Palaran akan menjadi kota industri kondisi kawasan cepat tumbuh maupun pusat
pertumbuhan Kota Samarinda, juga termasuk jangkauan sarana jembatan penghubung antara
Samarinda Kota dan Samarinda Seberang

KESIMPULAN
Kriteria & Karakteristik kota yang baik harus sesuai dengan penjelasan diatas, tetapi Kota
Samarinda belum memenuhi seluruh syarat itu. Kota Samarinda masih belum memenuhi seluruh
point tentang Kriteria Kota menurut Amos Rapoport. Contoh point yang belum terpenuhi dari
Kriteria Kota adalah sebagai berikut :
1. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan oleh jalur jalan dan ruang-ruang
perkotaan yang nyata, Samarinda memiliki tata ruang perkotaan yang baik dan cukup rapi tetapi
belum cukup tertata, memiliki ruas jalan yang lebar serta baik dan fasilitas-fasilitas publik yang
memadai dan mudah dijangkau masyarakat. Selain itu Kota Samarinda belum memenuhi teori
tata ruang menurut Erness W. Burgess yang membagi wilayah dalam lima kawasan yang
mengeliling seperti sebuah lingkaran yang urutannya adalah CBD (Central Business District),
Zona Peralihan, Working Men’s Homes (Kawasan Pemukiman Pekerja), Better Resident
(Pemukiman yang Lebih Baik) dan Commuter (Zona Penglaju)
2. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja, posisi pemukiman warga Kota Samarinda
tidak sesuai dengan teori Kosentris yaitu pusat pemukiman yang seharusnya berada di dikawasan
ke 3 setelah CBD (Central Business District) dan Zona Peralihan. Pusat pemukiman Kota
Samarinda sangat teracak karena banyak sekali daerah tepi tetapi tidak bisa mementukan daerah
yang mana yang benar benar berada di tepi.

SARAN
Pemerintah Kota Samarinda harus bisa membenahi struktur tata kota agar Kota Samarinda dapat
memenuhi kriteria kota, selain itu Pemerintah juga harus bisa memperbaiki fasilitas dan jalur
transportasi umum agar dapat memberi kemudahan akses ke masyarakat dan memperlaju
pertumbuhan ekonomi agar bisa menopang daerah luar kota.
REFERENSI

http://repository.ut.ac.id/3999/1/ADPU4433-M1.pdf

http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/images/docs/SLHD_samarinda_2006_1.pdf

https://jrp.kaltimprov.go.id/index.php/jrp/article/download/57/39

https://e-journal.politanisamarinda.ac.id/index.php/tanesa/article/view/910

https://ojs.samarindakota.go.id/index.php/jri/article/view/18/12

https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122709-T%2025943-Pengembangan%20kawasan-
Literatur.pdf

https://pupr.samarindakota.go.id/struktur-organisasi

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3876/8/UNIKOM_MOCHAMMAD_NAWWAF_A_BAB
%202.pdf

https://eprints.umm.ac.id/33477/2/jiptummpp-gdl-rizkamarda-43621-2-1.babi.pdf

https://litbang.samarindakota.go.id/library/katalog/hasil-kajian/kajian-perencanaan-
pengembangan-sistem-transportasi-yang-terintegrasi-dengan-tatralok-kinerja-angkutan-umum?
purpose=unduh

http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2020/09/E-JOURNAL%20NURAINI
%20(09-01-20-11-48-29).pdf

https://e-journal.politanisamarinda.ac.id/index.php/tanesa/article/view/910/306

https://ejournal.ipdn.ac.id/JIPWP/article/download/2828/1334/

Anda mungkin juga menyukai